Anda di halaman 1dari 4

-.

HPP adalah total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke
dalam kesediaan barang jadi selama periode tertentu (Kinney dan Raiborn, 2011 dalam Maghfirah
dan Fazli, 2016)

-. HPP adalah biaya barang yang dibeli untuk proses sampai selesai, baik sebelum maupun selama
periode akuntansi berjalan (Horngren, 2008 dalam Anita, 2014).

-. HPP akan memberitahu perusahaan berapa banyak keuntungan yang bisa didapat yang kemudian
akan digunakan perusahaan untuk biaya operasional.

-. HPP adalah sekumpulan biaya yang dikeluarkan dan diproses yang terjadi dalam proses
manufaktur ataupun memproduksi suatu barang, yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Informasi HPP dapat digunakan sebagai dasar penentu
harga jual. Tujuan penentuan HPP untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikorbankan
dalam hubungannya dengan pengolahan biaya baku menjadi bahan jadi atau jasa yang siap untuk
dijual dan dipakai. Penentuan HPP penting untuk perusahaan karena sebagai pedoman atau sumber
informasi bagi pimpinan dalam mengambil keputusan. Tujuan penentuan HPP menurut Akbar
(2011):

1. dasar untuk menilai efisiensi perusahaan

2. dasar penentuan kebijakan pimpinan perusahaan

3. dasar penilaian bagi penyusun neraca yang menyangkut penilaian terhadap aktiva

4. dasar penetapan harga penawaran atau harga jual konsumen

5. menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga pokok persediaan produk jadi

6. untuk menghitung HPP dalam laporan laba rugi perusahaan

7. sebagai evaluasi hasil kerja

8. pengawasan terhadap efisiensi biaya, terutama biaya produksi

9. dasar pengambilan keputusan

10. untuk tujuan perencanaan laba

-. Harga pokok produksi merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan dari perusahaan
dagang maupun manufaktur. Tergantung pada rasio antar harga jual dan hargapokok produknya,
perubahan pada harga pokok produk yang relatif kecil bisa jadi berdampak signifikan pada indikator
keberhasilannya.

-. metode penentuan HPP menurut Mursyidi (2010) dalam Maghfirah dan Fazli (2016)

1. Full Costing = penentuan HPP yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun
yang bersifat tetap. Dengan menggunakan metode full costing dimana dalam metode ini penentuan
harga pokok produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya ovehead pabrik baik yang berprilaku tetap maupun variabel semuanya dihitung dalam
metode full costing overhead pabrik baik yang berprilaku tetap maupun variabel di bebankan kepada
produk yang di produksi atas dasar tarif yang telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar
overhead pabrik sesungguhnya. Hubungan antara biaya dan obyek biaya dapat digali untuk
membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Biaya dapat secara langsung atau secara
tidak langsung berkaitan dengan obyek biaya. Mungkin saja suatu jenis biaya tertentu digolongkan
ke dalam biaya langsung ataupun tidak langsung. Menggunakan metode full costing lebih akurat
dalam penentuan HPP pokok produksinya dikarenakan memasukan semua unsur biaya produksi baik
yang bersifat tetap maupun variabel, hal ini dapat mempermudah pihak manajemen dalam
pengambilan keputusan karena datanya akurat sehingga pihak manajemen tepat dalam mengambil
keputusan dalam menentukan harga pokok produksi. (Badriah et al, 2019)

2. variable costing = penentuan harga produk yang hanya memasukkan unsur-unsur biaya produksi
yang bersifat variabel saja.

-. menurut Hutagalung (2009), apabila HPP lebih tinggi dibandingkan harga jual sebenarnya maka
dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan kurang optimal dikarenakan
perusahaan menentukan harga jual yang lebih rendah dibandingkan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk membuat/menyediakan suatu produk, begitupula sebaliknya.

-. keuntungan perusahaan optimal jika

-. BEP: titik dimana total pemasukan dari penjualan setara dengan total pengeluaran (biaya tetap
maupun biaya variabel) (Tsorakidis et al, 2008). Break Even Point (BEP) merupakan suatu kondisi
perusahaan yang mana dalam operasionalnya tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita
kerugian. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue
(penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tetap saja. Dalam analisis break even point memerlukan informasi mengenai
penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Laba bersih akan diperoleh bila volume penjualan melebihi
biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan perusahaan akan menderita kerugian bila penjualan hanya
cukup untuk menutup sebagian biaya yang dikeluarkan, dapat dikatakan dibawah titik impas.
Analisis break even point tidak hanya memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dalam
keadaaan impas atau tidak, namun analisis break even point sangat membantu manajemen dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan.Tujuan analisis titik impas adalah untuk mengetahui
tingkat aktivitas dimana pendapatan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan
biaya tetapnya (Maruta, 2018).

-. tujuan analisis bep: untuk mengetahui tingkat hasil penjualan sama dengan jumlah biaya tetap dan
biaya variabel.

-. metode penentuan BEP (Maruta, 2018):

1. metode persamaan = Metode Persamaan (equation method) adalah metode yang berdasarkan
pada pendekatan laporan laba rugi. Pada keadaaan titik impas laba operasinya sama dengan nol,
sehingga akan menghasilkan jumlah produk ( dalam satuan unit maupun satuan uang penjualan )
yang dijual mencapai titik impas ditambah biaya tetap.

2. metode kontribusi unit = variasi metode persamaan. Setiap unit atau satuan produk yang terjual
akan menghasilkan jumlah margin kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap. Metode
kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus diketahui nilai margin kontribusi. Margin
Kontribusi adalah hasil pengurangan pendapatan dari penjualan dengan biaya variabel.Sedangkan
rasio margin kontribusi adalah margin kontribusi dibagi dengan penjualan.

3. metode grafis: Grafis titik impas akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis
horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal. Sedangkan titik impas akan
terletak pada perpotongan antara garis pendapatan dan garis biaya. Garis sebelah kiri garis impas
menunjukkan sisi kerugian, sebaliknya sisi kanan menunjukkan sisi laba usaha.
-. fungsi BEP: mempelajari hubungan antara total biaya dan laba yang diharapkan oleh perusahaan.
selain itu juga untuk memberikan informasi margin of safety yang mempunyai manfaat bagi
manajemen perusahaan untuk mengetahui seberapa besar jumlah penurunan penjualan sehingga
perusahaan tidak menderita kerugian. dengan begitu manajemen perusahaan akan tertata lebih
efektif dan lebih memudahkan perusahaan untuk mencapai target yang diinginkan tanpa harus takut
mengalami kerugian (Maruta, 2018).

-. tujuan analisis rugi-laba: Laporan rugi/laba adalah laporan yang disusun sistematis, isinya adalah
penghasilan yang di peroleh perusahaan dikurangi dengan beban-beban yang terjadi dalam
perusahaan selama periode tertentu. Untuk menganalisis berapa tingkat produksi dan harga berapa
suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak pula memberikan keuntungan dan tidak pula
mengalami kerugian (Rihi et al, 2018).

-. Return on Investment (ROI) merupakan salah satu rasio dari rasio profitabilitas dimana rasio
profitabilitas ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu (Wangarry et al, 2015).

-. ROI besar = Semakin tinggi ratio ROI, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan (Kasmir 2011).

-. penentuan besar keuntungan yang ingin dicapai:

DAPUS

Wangarry AR, Poputra AT, Runtu T. 2015. Pengaruh Tingkat Return on Investment (ROI), Net Profit
Margin (NPM), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal EMBA 3:470-477.

Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta.

Rihi YSAL, Pellokila R, Sinu I. 2018. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Rugi Laba Produk
Tempe. Buletin Excellentia 7:181-187.

Maruta H. 2018. Analisis Break Even Point (BEP) sebagai Dasar Perencanaan Laba Bagi Manajemen.
Jurnal Akuntansi Syari’ah 2:9-28.

Hutagalung DJA. 2009. Analisis Biaya Furniture Rotan: Studi Kasus di CV. Chandra Rattan Cirebon,
Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Maghfirah M, Fazli SBZ. 2016. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Penerapan Metode
Full Costing pada UMKM Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi 1: 59-70.

Anita U. 2014. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi sebagai Dasar Penetapan Harga Jual
Produk Furniture. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dian
Nuswantoro, Semarang.

Akbar M. 2011. Analisis Penerapan Metode Activity-Based Costing System Dalam Penentuan Harga
Pokok Kamar Hotel Pada Hotel Coklat Makasar. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi,
Universitas Hasanuddin, Makasar

badriah E, Apip M, Prawiranegara B, Kader MA. PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM
MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PEMBANGUNAN RUMAH. Jurnal dan Prosiding FEB Unsoed
9:176-188.
Tsorakidis N, Papadoulos S, Zerres M, Zerres C. 2008. Break-Even Analysis. BusinessSumup, London.

Anda mungkin juga menyukai