AKUNTANSI BIAYA
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
DOSEN :
Prof.Hj.MASDAR
OLEH:
A. Latar Belakang
Analisis BVL juga dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah
unit yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya
tetap terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba.
selain itu analisis BVL memungkinkan para manajer untuk melakukan
analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga
atau biaya terhadap laba.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang apa itu Analisis-Biaya-Vaolume-Laba.
Atau
1- Tarif pajak
C. Titik Impas Dalam Rupiah Penjualan
0.1875
=
Rp105.000.000
0,1875
= Rp 560.000.000
D. Analisis Multiproduk
Analisis BVL dapat diterapkan dengan mudah pada situasi produk tunggal.
Namun, dalam praktiknya banyak perusahaan yang menghasilkan dan menjual
sejumlah produk atau jasa. Formula yang digunakan untuk situasi produk tunggal
dapat diadaptasikan untuk perusahaan yang menjual multiproduk (multiple
products).
Perlu diperhatikan bahwa pengontrol telah memisahkan biaya tetap langsung
(direct fixed expenses) dengan biaya tetap bersama (common fixed expenses).
Biaya tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri kepada masing-
masing segmen produk, dan dapat dihindari apabila segmen tersebut tidak
melakukan aktivitas produksi. Biaya tetap bersama adalah biaya tetap yang tidak
dapat ditelusuri kepada segmen produk, dan akan tetap terjadi meskipun segmen
tersebut tidak melakukan aktivitas produksi.
Pendekatan Titik impas dalam Unit
Dalam kasus perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk
(multiproduk). perusahaan ingin mengetahui berapa unit masing-masing produk
yang harus dijual pada titik impas. Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan
menggunakan persamaan yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu biaya tetap
total dibagi dengan margin kontribusi Jika perusahaan menghasilkan dua produk,
maka akan terdapat dua margin kontribusi.
Titik impas hanya dapat menutup biaya tetap langsung, sedangkan biaya tetap
bersama belum termasuk yang ditutup. Oleh karena itu, biaya tetap bersama juga
harus dipertimbangkan dalam analisis. Apabila biaya tetap bersama belum
dialokasikan kepada masing-masing produk dalam perhitungan titik impas, maka
akan dapat mengakibatkan terjadinya kesulitan.
Cara lain yang dapat digunakan untuk memecahkan kesulitan adalah dengan
mengonversi permasalahan yang terdapat pada multiproduk ke dalam
permasalahan yang terdapat pada produk tunggal. Apabila hal tersebut dilakukan,
maka metodologi analisis BVL untuk produk tunggal dapat diterapkan secara
langsung untuk multiproduk. Cara terbaik untuk mengonversi adalah dengan
mengidentifikasi bauran penjualan (sales mix) yang diekspektasi dalam unit
produk. Bauran penjualan merupakan kombinasi relatif dari produk-produk yang
dijual oleh perusahaan.
Penentuan Bauran Penjualan. Bauran penjualan dapat diukur dalam unit penjualan
atau dalam proporsi pendapatan. Sebagai alternatif, bauran penjualan dapat
diwakili dengan persentase pendapatan total yang dikontribusi oleh masing-
masing produk. Untuk analisis BVL, bauran penjualan seharusnya diekspresikan
dalam unit.
Bauran Penjualan dan Analisis BVL. Penetapan suatu bauran penjualan tertentu
memungkinkan untuk mengonversi masalah multiproduk ke dalam format BVL
untuk produk tunggal. Dengan mendefinisikan produk sebagai satu paket, maka
permasalahan multiproduk telah dikonversi ke dalam suatu produk tunggal.
Selama menggunakan pendekatan titik impas dalam unit, harga jual paket dan
biaya variabel per paket harus diketahui terlebih dahulu. Untuk menghitung nilai
paket diperlukan bauran penjualan, harga produk secara individual, dan biaya
variabel secara individual.
1. Grafik Volume-Laba
Grafik volume-laba menunjukkan hubungan antara laba dan volume penjualan.
Grafik volume- laba merupakan grafik tentang persamaan laba operasi [Laba
operasi = (Harga jual per unit x Jumlah unit) - (Biaya variabel per unit x Jumlah
unit) - Biaya tetap]. Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel dependen
dan jumlah unit penjualan merupakan variabel independen. Biasanya, nilai
variabel independen diukur di sepanjang sumbu horizontal dan nilai variabel
dependen diukur di sepanjang sumbu vertikal.
Untuk memperjelas pembahasan di atas menjadi lebih konkret, sejumlah data
berikut ini akan digunakan. Berdasarkan asumsi bahwa PT Kerta Raharja
menghasilkan suatu produk tunggal dengan data biaya dan harga jual per unit
sebagai berikut.
Biaya tetap total Rp100.000
Dengan menggunakan data di atas, laba operasi dapat dihitung sebagai berikut.
Laba operasi = (Rp10.000 x Jumlah unit) - (Rp5.000 Jumlah unit) - Rp100.000 –
= (Rp5.000 Jumlah unit) - Rp100.000
Hubungan di atas dapat dibuat grafiknya dengan menempatkan jumlah unit di
sepanjang sumbu horizontal dan laha operasi (rugi operasi) ditempatkan di
sepanjang sumbu vertikal. Dua titik diperlukan untuk membuat grafik persamaan
linear. Ketika unit yang dijual adalah nol, maka PT Kerta Raharja akan
mengalami rugi operasi sebesar Rp 100.000 (atau laba sebesar Rp 100.000). Titik
yang menunjukkan volume penjualan nol adalah (0, - Rp 100.000). Dengan kata
lain, ketika tidak terjadi penjualan maka perusahaan akan menderita kerugian
sebesar biaya tetap total. Apabila laba operasi adalah sebesar nol, jumlah unit
yang terjual adalah sebanyak 20 unit. Titik yang menunjukkan laba nol (impas)
adalah (20, Rp 0), Kedua titik tersebut ditunjukkan pada Peraga dibawah ini.
Grafik volume-laba, meskipun mudah untuk diinterpretasikan akan tetapi gagal
untuk menunjukkan bagaimana perubahan biaya sejalan dengan perubahan
volume penjualan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat digunakan
pendekatan alternatif melalui penggunaan grafik biaya-volume- laba yang dapat
menjelaskan masalah tersebut dengan lebih terperinci.
Grafik Biaya-Volume-Laba
Grafik biaya-volume-laba menunjukkan hubungan antara biaya, volume, dan laba.
Untuk memperoleh hubungan yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik dua garis
terpisah yaitu garis pendapatan total dan garis biaya total. Kedua garis tersebut
ditunjukkan melalui dua persamaan berikut ini.
Pendapatan = Harga jual per unit x Jumlah unit
Biaya total = Biaya variabel per unit x Jumlah unit + Biaya tetap total
Dengan menggunakan contoh PT Kerta Raharja, persamaan pendapatan dan biaya
adalah sebagai berikut.
Pendapatan = Rp10.000 Jumlah unit
Biaya total = (Rp5.000 x Jumlah unit) + Rp100.000
Untuk menunjukkan dua persamaan tersebut dalam grafik yang sama, sumbu
vertikal diukur dalam rupiah pendapatan dan biaya, serta sumbu horizontal
dalam jumlah unit penjualan.
Dua titik diperlukan untuk menggambarkan masing-masing persamaan. Dalam
hal ini akan digunakan koordinat yang sama seperti yang digunakan dalam
grafik volume-laba. Pada persamaan pendapatan, penentuan jumlah unit
sebanyak 0 akan menghasilkan pendapatan sebesar 0; penentuan jumlah unit
sebesar 20 akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp200.000. Oleh karena itu,
dua titik untuk persamaan pendapatan adalah (0. Rp0) dan (20, Rp20.000).
Pada persamaan biaya dengan unit terjual sebanyak 0 dan unit terjual sebanyak
20 akan menghasilkan titik-titik (0, Rp100.000) dan (20, Rp200.000). Grafik
akan ditunjukkan dibawah ini.
Asumsi-Asumsi dalam Analisis BVL
Satu asumsi penting dalam analisis BVL adalah bahwa harga jual per unit
dan biaya telah diketahui dengan pasti. Pada kasus yang sesungguhnya,
asumsi tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian merupakan bagian
penting yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan bisnis.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh manajer dalam
menghadapi masalah risiko dan ketidakpastian. Dua konsep atau metode yang
sangat bermanfaat bagi manajer perusahaan dalam menghadapi masalah risiko
dan ketidakpastian adalah margin of safety (margin aman) dan operating
leverage (pengungkit operasi).
1. Margin of Safety
Margin of safety adalah unit penjualan atau yang diharapkan dapat dijual
di atas volume impas. Selain itu, margin of safety juga dapat didefinisikan
sebagai pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan
diperoleh perusahaan di atas volume impas. Sebagai contoh, apabila volume
impas suatu perusahaan adalah sebanyak 200 unit dan saat ini perusahaan
berhasil menjual sebanyak 500 unit, maka margin of safety adalah sebesar 300
unit (500 unit-200 unit). Margin of safety juga dapat diekspresikan dalam
bentuk pendapatan penjualan. Apabila volume impas adalah sebesar
Rp200.000.000 dan perkiraan pendapatan penjualan adalah sebesar
Rp350.000.000, maka margin of safety adalah sebesar Rp150.000.000.
2. Operating Leverage
Dalam ilmu fisika, leverage merupakan suatu mesin sederhana yang dapat
digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya suatu leverage
melipatgandakan usaha yang dilakukan untuk menciptakan hasil yang lebih
banyak. Semakin besar beban yang akan dipindahkan oleh sejumlah kekuatan,
semakin besar manfaat yang akan diperoleh. Dalam istilah keuangan,
operating leverage berhubungan dengan bauran relatif biaya tetap dan biaya
variabel dalam suatu organisasi. Kadang-kadang dalam situasi tertentu terjadi
kemungkinan kondisi yang saling berlawanan (trade off) antara biaya tetap
dan biaya variabel. Apabila biaya variabel turun, margin kontribusi per unit
akan naik dan selanjutnya akan mengakibatkan kontribusi masing-masing unit
yang dijual akan semakin besar.
Dalam kasus tertentu, fluktuasi penjualan akan berdampak terhadap
peningkatan profitabilitas. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang
memiliki biaya variabel lebih rendah, dengan meningkatkan proporsi biaya
tetapnya akan dapat memperoleh manfaat berupa kenaikan laba yang
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki proporsi biaya
tetap lebih rendah. Biaya tetap dapat digunakan sebagai leverage untuk
meningkatkan laba. Selain itu, perusahaan- perusahaan dengan operating
leverage yang lebih tinggi juga akan mengalami penurunan laba yang lebih
besar sebagai akibat penurunan penjualan. Oleh karena itu, operating leverage
merupakan penggunaan biaya tetap untuk meningkatkan persentase laba yang
lebih besar sebagai akibat terjadinya perubahan aktivitas penjualan.
Semakin tinggi tingkat operating leverage, semakin besar dampak
perubahan tingkat aktivitas penjualan terhadap laba. Oleh karena adanya
fenomena tersebut maka bauran biaya (mix of costs) yang dipilih perusahaan
akan memiliki pengaruh yang penting terhadap risiko operasi dan tingkat laba.
Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage DOL) dapat
diukur untuk tingkat penjualan tertentu dengan menggunakan rasio margin
kontribusi terhadap laba. seperti pada rumus sebagai berikut.
Degree of operating leverage = Margin kontribusi
Laba
Laba operasi =Total pendapatan - [(Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x
Jumlah unit) + (Biaya setup x Jumlah setup) + (Biaya perjam
mesin x Jumlah jam mesin)]
Untuk perhitungan titik impas dalam unit dapat digunakan pendekatan margin
kontribusi. Pada titik impas, laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus
dijual untuk mencapai titik impas adalah sebagai berikut.
Unit impas = Biaya tetap + (Biaya setup x Jumlah setup) + (Biaya per jam mesin
x jumlah jam mesin )
Harga- Biaya variabel per unit
Kesimpulan