DISUSUN OLEH :
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Analisis Biaya Volume Laba ?
2. Apa yang dimaksud dengan Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba ?
3. Apa yang dimaksud dengan Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis) ?
4. Bagaimanakah Perubahan dalam Variabel CVP ?
A. Analisis Cost-Volume-Profit
Analisis CVP merupakan alat analisis bagi manajemen tentang hubungan antara biaya,
volume penjualan, dan laba. Dengan melakukan analisis CVP dapat diketahui hubungan
antara perubahan volume penjualan dan perubahan terhadap harga jual dan jumlah biaya
(biaya tetap dan variabel). Jadi, manajemen dapat menentukan volume penjualan dan bauran
produk yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan dengan sumber daya
yang dimiliki.
Analisis CVP tidak hanya bermanfaat untuk organisasi yang berorientasi pada laba,
tetapi juga dapat digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Organisasi
tersebut perlu memahami bagaimana biaya dapat dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan untuk membantu organisasi dalam mengendalikan biaya. Dalam melakukan analsis
CVP didasarkan pada suatu asumsi bahwa:
1. Semua biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
2. Jumlah biaya tetap tidak berubah dalam kisaran tertentu dari data yang dianalisis.
Biaya yang tetap konstan pada berbagai tingkat output yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dikenal sebagai biaya tetap. Biaya ini tidak terpengaruh oleh fluktuasi sesaat
dalam tingkat aktivitas organisasi. Walaupun biaya ini tetap dan konstan bukan berarti
bahwa biaya ini tidak akan berubah di masa depan. Biaya ini cenderung dapat tidak dapat
diubah dalam jangka pendek. Contohnya adalah, jika perusahaan menjalankan bisnis di
sebuah gedung sewaan. Biaya penyewaan gedung tersebut akan ditagih, terlepas dari apakah
perusahaan menghasilkan banyak output atau tidak menghasilkan apa-apa.
Jadi ini adalah biaya yang konstan selama periode sampai perpanjangan penyewaan
gedung tersebut yang harganya akan meningkat atau menurun. Biaya tetap akan sama secara
total tetapi perubahan terjadi dalam setiap unitnya.
Biaya variabel berubah seiring dengan perubahan dalam volume produk atau kegiatan
dalam kisaran tertentu dari volume yang dianalisis. Biaya ini bervariasi dengan variasi
volume, yaitu ketika ada peningkatan dalam produksi, biaya variabel ini juga akan
meningkat secara proporsional dengan persentase yang sama, jadi ketika tidak ada produksi
maka tidak akan ada biaya ini . Jadi bisa dibilang bahwa biaya ini berbanding lurus dengan
unit yang diproduksi oleh perusahaan.
Besaran biaya variabel tetap sama dalam setiap unitnya, tetapi akan mengakibatkan
perubahan total pada setiap biaya.
Dalam upaya memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel untuk biaya yang
sifatnya semi variabel, bisa dilakukan dengan melakukan analisis perilaku biaya dengan
menggunakan salah satu dari beberapa metode pemisahan. Metode yang bisa digunakan
adalah sebagai berikut: (Carter-Usry,2002,3/6-15)
PT JAKSAIN
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Bulan Juni 2013
Sementara untuk menghitung titik impas dalam nilai moneter dapat menggunakan persamaan
berikut:
BEP (Rupiah) = FC / (1-(VC/p))
Analisis CVP dapat digunakan untuk menentukan volume penjualan yang diperlukan
untuk menentukan target profit yang diharapkan. Target laba yang diharapkan dimasukkan
dalam persamaan dasarnya sehingga tingkat penjualan yang diharapkan untuk menutup biaya
dan target profit yang diharapkan bisa dihitung.
Unit yang dikehendaki untuk mencapai target profit
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 dan 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶𝑜𝑠𝑡
=
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL) untuk tingkat penjualan
tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba.
Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi/laba
Analisis Sensitivitas dan CVP
Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah memudahkan para manajer
melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah alat penting, analisis sensitivitas (sensitivity
analysis) adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji dampak dari perubahan asumsi –
asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban.
Berdasar pengalaman tahun-tahun lalu, tingkat hunian adalah 57 persen yang setara dengan
26.006 kamar akan yang dijual periode yang akan datang. Untuk melakukan analisis CVP
perlu untuk menyiapkan laporan laba rugi kontribusi yang bisa dilihat pada tabel 1.
Margin kontribusi sama dengan penjualan dikurangi biaya variabel. Untuk menentukan
biaya variabel perlu memisahkan total biaya ke dalam komponen biaya tetap dan variabel
(bisa digunakan satu dari 3 metode pemisahan yang ada).
Biaya penjualan, upah langsung, dan beban langsung sangat erat terkait dengan volume
penjualan, dan diasumsikan merupakan biaya variabel. Sedang biaya seperti gaji manajerial
dan biaya departemen (termasuk energi, pelatihan, telepon dan biaya pemasaran) tidak
sepenuhnya tetap maupun variabel, dan dikenal sebagai biaya semi variabel.
Tabel 2 menunjukkan laporan laba/rugi kontribusi, yang untuk tujuan ilustrasi dibuat
setelah memisahkan biaya semi variabel ke elemen tetap dan variabel dengan membagi
mereka masing-masing 80/20. Tentu, hal ini tergantung kepada individu untuk
memisahkannya dalam kegiatannya dengan memanfaatkan salah satu dari berbagai teknik
untuk menentukan proporsi dan variabel dan biaya tetap.
Perlu dicatat bahwa hotel Welsh mempunyai biaya operasional tetap yang tinggi. Jika
dibandingkan dengan volume penjualan, biaya variabel sebesar 24,9% dan biaya tetap 51,5
%. Dan jika dibandingkan dengan total biaya, biaya variabel mewakili 32,6 persen, dan biaya
tetap 67,4 persen. Persentase biaya tetap yang tinggi mengakibatkan hotel Welsh mempunyai
ketidakstabilan keuntungan yang tinggi.
Setelah memisahkan biaya tetap dan biaya variabel, memungkinkan untuk menghitung
kontribusi per kamar yang dijual:
Margin Kontribusi Perunit = Kontribusi
jumlah kamar yang dijual
Setelah sebelumnya menyatakan bahwa jumlah kamar yang dijual mengikuti distribusi
normal, manajer umum (GM), bekerja sama dengan kepala departemen (Head Of
Department) untuk divisi kamar harus menentukan angka untuk jumlah kamar yang terjual
(mean), sehingga ada kemungkinan 50/50 kesempatan jumlah kamar yang sebenarnya dijual
berada di atas atau di bawah mean. Misalkan, setelah penyusunan anggaran tahunan, 26.006
kamar dipilih sebagai mean. Dalam contoh ini, kebetulan jumlah kamar yang dijual tahun
sama dengan rata-rata sebelumnya (lagi, terserah kepada pembaca untuk menentukan angka
yang tepat). Ketika mean sudah ditetapkan maka deviasi standar dapat dipertimbangkan.
Untuk menetapkan standar deviasi kamar dijual perlu untuk menerapkan teori
probabilitas. Berdasarkan pengalaman masa lalu, GM dan HOD-nya memutuskan bahwa ada
kemungkinan 50/50 bahwa jumlah kamar yang dijual akan berada sekitar 2.000 kedua sisi
dari mean (lihat Gambar 3). Sejak sekitar 50 persen dari luas area di bawah kurva normal
yang didistribusikan terletak di dalam +/-0.67σ dari mean Gambar 1), maka 1σ
adalahSetelahmemenuhisebesarpersyaratan 3.000 untuk distribusi normal, maka bisa
menetapkan probabilitas pada tingkat laba yang berbeda. Misalkan bahwa GM Welsh
bekerjasama dengan asisten manajernya ingin menentukan pada keadaan break even, laba
sebesar £500,000, £600.000, atau £700,000 pada tahun depan.
(1) Struktur Biaya: Sejak memisahkan biaya semi variabel ke elemen tetap dan variabel
adalah jantung analisis CVP, semua pengambil keputusan harus menyadari sepenuhnya
dan memahami, struktur biaya operasi mereka, maka CVP analisis akan memberikan
informasi berarti.
(2) Perilaku Biaya: Model dasar yang menganggap biaya tetap dan biaya variabel per unit
tetap konstan. Namun demikian, biaya tidak selalu berperilaku dalam cara yang biasanya
diasumsikan. Biaya tetap tidak boleh secara otomatis digambar sebagai garis horizontal,
seperti pada kenyataannya mereka mungkin lebih "berbentuk step", dengan masing-
masing tahap langkah mewakili berbagai kegiatan di mana biaya tetap tetap konstan.
Rentang ini juga dikenal sebagai rentang yang relevan. Selain itu, harus diingat bahwa
biaya variabel mungkin lebih lengkung, daripada linier.
(3) Penjualan campuran: Hotel seperti kebanyakan bisnis lainnya bersifat musiman, dan
ratio keuntungan/volume (P/V) akan berfluktuasi dari satu komposisi penjualan ke yang
lain. Oleh karena itu lebih beragamnya campuran penjualan, semakin besar masalah bagi
manajer.
(4) Multi-produk: Mungkin salah satu masalah yang paling penting ketika
mempertimbangkan kesulitan operasional model analisis CVP dasar, adalah kenyataan
bahwa ada asumsi hanya satu jenis produk/jasa yang dijual. Dalam kasus hotel Welsh,
yang memiliki lebih dari satu departemen yang menghasilkan pendapatan, pengguna
mungkin perlu kritis untuk menilai kontribusi masing-masing unit/departemen yang ada
di hotel. Dalam hal ini pengguna dapat melakukan analisis impas memanfaatkan grafik
P/V.
Pada kasus hotel Welsh, diasumsikan jenis room yang dimiliki ada dua yaitu double dan
twin, yang diberi tarif yang sama. Seandainya Welsh memiliki ber-macam2 jenis room
dengan tarif yang ber-beda2, maka diperlukan langkah berikut untuk menentukan jenis kamar
dan jumlahnya yang harus terjual pada posisi BEP.
Contoh, Ada hotel X yang memiliki tiga tipe room yaitu suites, double dan single.
Masing-masing dengan tarif £140, £105 dan £70. Kalau dibobot-kan maka tarif tersebut akan
menjadi 2;1,5; 1 (dengan membagi masing-masing dengan £70). Diasumsikan fixed cost (
mis, depresiasi gedung, pemanas, AC) dan variable cost ( mis, linen dan cleaning) totalnya
adalah £2,000,000 untuk room department. Total cost sama dengan total revenue atau titik
break even saat total revenue sebesar £2,000,000.
Tabel 3. Pendapatan potensial Room Department untuk Hotel X
Dengan kata lain tingkat akupansi saat BEP adalah £2,0000,000 /£4,343,500 = 46%,
lihat ke tabel 3, pendapatan harian untuk mencapai BEP adalah 46% dari £11,900 = £5,474
atau sekitar 79 kamar. HOD bisa mengetahui, dengan asumsi kamar terjual sesuai dengan rate
yang ditetapkan maka perharinya harus mampu menjual 79 kamar dengan tipe single (79/1)
atau 53 kamar dengan tipe double (79/1,5) atau dengan kombinasi 1 kamar suite (1*2), 25
kamar double (25*1,5) dan 40 kamar single (40)
KASUS
Skyview Manor
“Studi kasus ini terjadi pada tahun 1962 di Pedesaan Vermont. Skyview Manor adalah sebuah
perusahaan yang sudah tua, tetapi dikelola dengan baik dan telah beberapa kali mengalami
perubahan kepemilikan. Perusahaan ini tidak memiliki restoran dan bar. Skyview Manor
memasarkan perusahaannya sebagai hotel tujuan wisata yang memberikan kualitas baik
Skyview Manor hanya buka selama musim ski. Perusahaan ini buka pada tanggal 2
Desember dan tutup pada hari terakhir bulan Maret. Pemerintah hanya memperbolehkan
perusahaan ini untuk beroperasi selama 120 hari dalam setahun. Terdapat 50 kamar di sisi
sebelah timur yang tarifnya masing-masing adalah sebesar $15 untuk hunian sendiri dan
sebesar $20 untuk hunian ganda. Sisi sebelah barat memiliki 30 kamar yang memiliki
pemandangan yang spektakuler. Tarif sewa kamar disisi ini adalah sebesar $20 dan $25 untuk
hunian sendiri dan ganda. Rata-rata tingkat pemakaian kamar selama musim adalah sebesar
80% (umumnya hotel penuh pada akhir pekan dan rata-rata sekitar 50 sampai 60 kamar terisi
di hari biasa). Rasio antara hunian sendiri dan ganda rata-rata adalah 2:8.
Hasil operasi untuk tahun lalu ditunjukkan pada Exbihit 1. Tuan Kacheck, manajer
kerugian dan mengurangi laba yang telah diperoleh dan dilaporkan perusahaan selama musim
ski. Beliau telah merekomendasikan kepada pemilik hotel, yang telah mengakuisisi hotel
pada akhir tahun 1961, bahwa untuk mengurangi kerugian dari off-season, mereka
seharusnya setuju untuk tetap mengoperasikan hotel untuk sisi sebelah barat selama
sepanjang tahun. Beliau memperkirakan bahwa rata-rata tingkat sewa kamar selama off-
season beberapa tahun kedepan adalah sekitar 20%-40%. Kacheck mengestimasikan bahwa
untuk mencapai hasil tersebut dari 30 kamar yang tersedia, diperlukan biaya iklan sebesar
$4000 setiap tahun ($500 untuk 8 bulan). Tidak terdapat kemungkinan perbedaan rasio
perbandingan hunian sendiri dan ganda sebesar 2:8. Namun demikian, perusahaan perlu
menurunkan harga sewa kamar menjadi $10 dan $15 untuk hunian sendiri dan ganda.
Gaji manajer dibayar selama 12 bulan. Manajer bertindak sebagai caretaker fasilitas
dan kontrak sebagian besar pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan. Menggunakan sisi sebelah
barat tidak akan mengganggu pekerjaan ini, tetapi diperkirakan akan menyebabkan tambahan
Nyonya Kacheck dibayar sebesar $20 per hari untuk mengawasi para pelayan hotel
dan juga membantu dibagian check-in. Selama musim tersebut beliau bekerja 7 hari dalam
seminggu, karyawan administrasi dan pelayan hotel digaji setiap hari sebesar $24 dan $15.
Pajak pendapatan dan tunjangan lain yang diperoleh adalah sebesar 20% dari gaji. Meskipun
beban depresiasi dan pajak properti tidak akan dipengaruhi oleh keputusan untuk membuka
hotel dibagian sisi barat, namun beban asuransi akan meningkat sebesar $500 untuk tahun
tambahan. Ketika off-season, Nyonya Kacheck hanya akan dibayar untuk 5 hari kerja dalam
seminggu.
Perlengkapan kebersihan dan setengah dari beban lain-lain dibebankan sebagai biaya
langsung dari masing-masing kamar yang disewa. Sedangkan separuh lainnya dicatat sebagai
biaya tetap dan tidak akan berubah selama 12 bulan operasi. Linen juga disewa dari sebuah
supply house dan besarnya biaya tergantung dari banyaknya ruangan yang disewa. Utilitas
Tidak ada beban listrik yang harus dikeluarkan ketika perusahaan tidak beroperasi.
Sedangkan ketika perusahaan beroperasi, beban listrik akan tergantung dari penggunaan
listrik oleh masing-masing kamar. Kamar yang ada harus dihangatkan atau didinginkan
menggunakan AC. Tagihan telepon setiap bulan selama musim tersebut adalah sebagai
berikut:
bulanan sebesar $3.00 yang dibayarkan digunakan untuk mengaktifkan telepon kamar.
Aspek tambahan yang diusulkan oleh Tuan Kacheck adalah terkait dengan kolam
renang tertutup dan hangat. Beliau percaya bahwa dengan adanya fasilitas tersebut, maka
tingkat sewa kamar perusahaan akan lebih dari 30%. Estimasi yang benar-benar tepat
tidaklah mungkin dilakukan. Meskipun selama musim dingin tingkat penyewaan kamar tidak
akan terpengaruh secara signifikan dengan adanya keputusan untuk menambah kolam renang
indoor, namun kolam renang tersebut akan bermanfaat untuk menghadapi kompetisi yang ada
di industri tersebut. Biaya untuk pengadaan kolam renang adalah sekitar $40,000. Jumlah ini
dapat didepresiasikan selama 5 tahun tanpa adanya nilai sisa ($15,000 dari $40,000 adalah
untuk pembelian pelampung dan unit penghangat yang hanya akan digunakan selama 9 bulan
dalam setahun). Biaya lain yang berkaitan dengan kolam renang adalah gaji lifeguard sebesar
$400 per bulan, asuransi tambahan $1,200 dan biaya penghangatan $1,000 dan biaya
perawatan sebesar $1,800. Jika usulan tersebut disetujui, lifeguard akan diperlukan selama 12
bulan. Namun jika usul tersebut tidak disetujui, penjaga hanya diperlukan selama 3 bulan
musim panas (dari 15 Juni sampai 15 September), dan tidak diperlukan biaya penghangat
ruangan.
Pertanyaan
1. Secara rata-rata, berapa banyak kamar yang harus disewakan setiap malam dalam
2. Hotel penuh terisi pada akhir minggu selama musim ski. Jika seluruh harga kamar
turun menjadi 72 kamar, bukannya 80 kamar, berapakah nilai profit before taxes yang
3. Berapa kenaikan contribution margin yang diusulkan per kamar disewa/hari selama
off-season?
4. Untuk setiap alternative dalam kasus, buatlah daftar pengeluaran tahunan yang akan
bertambah atas keputusan yang diambil dari alternatif yang ada, tetapi yang tidak
7. Evaluasi profitabilitas Hotel sebagai sebuah investasi para pemiliknya. Apakah hal ini
Jawaban :
Total 80 kamar
Jumlah kamar yang terpakai : Jumlah kamar x jumlah hari x rata-rata pemakaian
kamar
Kamar yang disewakan setiap malam = Break event point : 120 Hari operasi
= 6,411 : 120 hari
= 53 Kamar
3. Asumsi : tingkat penyewaan kamar 40% setelah menggunakan jasa periklanan senilai
$4.000 ($500 untuk 8 bulan), jasa iklan ini sesuai dengan anjuran dari Nyonya Kacheck
Jumlah kamar 30 kamar (sisi barat)
Kamar disewa 12 kamar (40% dari 30 kamar)
Jumlah hari 245 hari (365-120 hari)
Rasio Singel Room 2 dari 10
Rasio Doubel Room 8 dari 10
Revenue
$ 41,160
Variabel Cost
Contribution 33,675
margin
Selain itu, dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa contribution margin akan
lebih tinggi didapat dari kamar yang double room, sehingga sebaiknya apabila perusahaan
memutuskan untuk beroperasi selama off-season, perusahaan berusaha untuk mendorong
penyewaan kamar yang double room.
4. Untuk setiap alternative dalam kasus, buatlah daftar pengeluaran tahunan yang akan
bertambah atas keputusan yang diambil dari alternatif yang ada, tetapi yang tidak
berhubungan dengan biaya kamar/hari yang disewa.
Alt. 2 : Alt.3 : Alt.4 :
Open + Open +Open
during Swimming Swimming
Incremental off pool ( 12 pool (3
Desription annual cost Remarks season month) bulan)
Advertising
Expense 4,000 8 bulan 4,000 4,000 4,000
Repair and
Maintenance
Expense 2,000 1 tahun 2,000 2,000 2,000
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa atas setiap alternatif yang diambil,
terdapat konsekuensi yang harus ditanggung oleh Skyview manor, yaitu berupa
penambahan biaya yang terjadi. Sehingga sebelum perusahaan memutuskan untuk
mengambil suatu suatu keputusan dari alternatif yang ada, perlu dilakukan perhitungan
terlebih dahulu apakah alternatif tersebut menguntungkan bagi perusahaan atau tidak.
Selain pertimbangan keuntungan dalam jangka pendek, perlu diperhatikan keuntungan
dalam jangka panjang. Misalnya terkait dengan pembukaan kolam renang, meskipun
dalam jangka pendek apabila dilakukan hal tersebut kurang menguntungkan bagi
perusahaan, perlu dipertimbangkan keuntungan dalam jangka panjang, termasuk terkait
dengan strategi perusahaan untuk berkompetisi dalam industri tersebut.
Selain itu karena estimasi pendapatan atas penyewaan kamar tidak dapat dilakukan
secara akurat, maka perusahaan perlu mempertimbangkan juga hal tersebut dan
mengambil langkah lebih lanjut untuk meminimalisir kesalahan estimasi. Misalnya
dengan cara melakukan survei terhadap para penyewa ataupun masyarakat di sekitar
daerah tersebut untuk mengetahui respon potensial dari alternatif tersebut. Selain
perusahaan juga dapat mempertimbangkan cara untuk mendapatkan penambahan
pendapatan (incremental revenue) dari alternatif yang ada. Misalnya terkait dengan kolam
renang, adalah dengan cara membuka kolam renang tersebut untuk umum. Hal ini
mungkin saja dapat meningkatkan pendapatan bagi perusahaan, karena mungkin terdapat
sebagian orang hanya ingin berenang saat waktu luang, namun tidak berniat untuk
menginap.
5. Untuk setiap altenatif, hitunglah tingkat hunian yang diperlukan untuk mencapai titik
breakeven atas tambahan beban tahunan tersebut.
Alternatif 1 : Tetap buka hanya pada bulan – bulan musim dingin (sesuai dengan
diskusi jawaban 1, maka dibutuhkan occupancy rate sebesar 66.78% untuk mencapai
BEP)
Alternatif 2
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝐵𝐸𝑃 =
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Incremental annual fixed cost $ 15,492
Incremental contribution margin $ 11.45
BEP 1,353
Occupancy rate 1,353
𝑥 100%
(245 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 30 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟)
= 𝟏𝟖. 𝟒𝟏%
Untuk alternative 3, yaitu membuka hotel selama off seoson dan membangun kolam
renang tertutup sehingga dapat dipakai selama 12 bulan dalam setahun, penghitungan
BEP-nya menggunakan penjumlahan incremental annual cost untuk Alternative 3, dan
juga sekaligus incremental annual cost untuk Alternative 2. Hal ini dikarenakan
Alternative 3 dapat dijalankan hanya jika Alternative 2 pun dijalankan. Tujuan utama
usulan kolam renang ini juga sejatinya untuk meningkatkan jumlah sewa kamar pada off-
season. Jumlah hari yang digunakan adalah 365 hari, yaitu seluruh hari selama setahun.
Ditemukanlah bahwa occupancy rate yang dibutuhkan adalah 25.75% untuk mencapai
breakeven incremental annual costs.
Untuk Alternatif 4, yaitu membuka hotal selama off season dan membangun kolam
renang tidak tertutup sehingga hanya dapat digunakan selama tiga bulan musim panas,
penghitungan BEP-nya juga menggunakan penjumlahan incremental annual cost untuk
Alternative 4 dan incremental annual cost untuk Alternative 2. Hal ini dikarenakan
Alternative 4 dapat dijalankan hanya jika Alternative 2 pun dijalankan. Jumlah hari yang
digunakan adalah 245 hari, karena alternatif ini merupakan bagian integral dari
Alternative 2 itu sendiri. Ditemukanlah bahwa occupancy rate yang dibutuhkan adalah
29.33% untuk mencapai breakeven incremental annual costs.
7. Evaluasi profitabilitas Hotel sebagai sebuah investasi para pemiliknya. Apakah hal ini
mempengaruhi jawaban Anda untuk Pertanyaan 6?
Evaluasi profitabilitas yang dilakukan adalah dengan aspek Operating Profit Margin.
Aspek ini dipilih karena dinilai dapat menggambarkan kemampuan perusahan dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan manajemen untuk
mengelola operasi untuk menjadi efektif dan efisien. Operating profit adalah sumber
utama dana untuk operasi, untuk itu peningkatan operating profit dapat menunjukkan
peningkatan kemampuan pengelolaan manajemen untuk memberikan output yang terbaik
untuk para stakeholders.
Rasio ini dirasa tepat karena tidak memasukkan unsur pajak dalam menilai
kemampuan perusahaan memperoleh laba. Berdasarkan Operating Statement akhir tahun
1962, berikut hasil penghitungannya:
= 22,390/160,800 x 100% = 14 %
Operating profit margin menghasilkan rasio sebesar 14%, yang menyiratkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah sebesar 14%. Ratio ini dinilai
masih cukup kecil dibanding yang bisa didapatkan jika skyview manor dapat
memaksimalkan potensi perusahaan dan menarik pelanggannya. Maka dari itu, alternative
perusahaan untuk membuka hotel selama off season dan membuat kolam renang indoor
adalah salah satu strategi yang tepat yang dapat dipilih untuk memaksimalkan potensi dan
memperoleh keuntungan yang lebih besar dari usaha nya.
Namun sampai saat ini, skyview manor tidak memiliki restaurant sendiri dikarenakan
berfokus pada kualitas penginapan. Meskipun demikian, lokasi yang strategi yang dekat dengan café
dan restaurant menjadi nilai tambah dalam menarik minat pengunjung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba (cost-
volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-
hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut
analisis impas (break-even analysis) karena signifikanisme mengacu pada sebuah pemicu
biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-
perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan
yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan
laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik
dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin
kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan
menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam
hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan
dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan
dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas dan
ketidakpastian.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar
penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan.
B. Saran
Setelah membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini, diharapkan kita
dapat menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai skill penunjang
bagi seorang manajer.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young : Akuntansi
Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1
Mowen, Hansen. 2009. Akuntansi Manajerial Buku 2 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.