Anda di halaman 1dari 13

0

RINGKASAN MATERI KULIAH


“ANALISI BIAYA-VOLUME-LABA (COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS)”

Dosen Pembimbing: Yasmi Nurdin, SE., M.Si, AK

KELOMPOK 6

1. ANGKY TENRIOLA RUSTAM

2. WAHYUDI DARMAWANGSA

3. ANDREAS

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS FAJAR

2019
1

Arti Penting Analisis Biaya Volume Laba

Dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis, manajemen menaruh


perhatian besar pada peluang-peluang laba dari serangkaian alternative tindakan
yang dihadapinya. menyangkut alternatif tindakan yang melibatkan perubahan
tingkat kegiatan usaha, laba tidaklah selalu berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan usaha. Hal ini diakibatkan oleh pola perilaku biaya.
Konsekuensinya kalangan manajer perlu menyadari bahwa evaluasi-evaluasi yang
lebih cermat dapat dilakukan terhadap peluang-peluang laba dengan cara
mempelajari hubungan-hubungan di antara biaya, volume penjualan, dan laba.
Kajian-kajian terhadap faktor –faktor tersebut seyogyanya akan membuahkan
keputusan-keputusan yang lebih sehat.

Analisis biaya volume laba merupakan instrumen perencanaan dan


pengendaliaan. Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur
pemecahan masalah dengan bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola
perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost-volume-profit analysis)
adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara
biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas
(break-even analysis) karena signifikansiume mengacu pada sebuah pemicu biaya
aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-
perubahan pendapatan, biaya, dan laba.

Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena


hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya
atau sebagian diluar kendali manajemen. Sebagai contoh, harga jual sebuah produk
dipengaruhi tidak hanya oleh biaya produksi saja, yang biasanya berada dibawah
kendali manajemen, tetapi juga oleh perubahan-perubahan trend perilaku konsumen
dan tindakan-tindakan pesaing yang umumnya diluar wilayah kendali manajemen.

Asumsi-asumsi Yang Mendasari Analisis Biaya Volume Laba.

Ketidakpastian masa depan, kemungkinan pola-pola prilaku biaya nonlinier,


dan sifat dunia bisnis yang senantiasa bergejolak menuntut asumsi-asumsi yang
membatasi aplikasi teknik analisi biaya-volume-laba. Keterbatasa-keterbatasan
analisis biaya-volume-laba ini sepatutnya dievaluasi secara cermat dalam rangka
memasikan bahwa asumsi-asumsinya realistik untuk seperangkat kondisi operasi
dunia nyata. Analisi biaya-volume-laba merupakan suatu model statik dari kondisi-
kondisi bisnis kendatipun kondisi-kondisi yang sama didunia nyata sangatlah
dinamik. Oleh karena itu, manajemen mestilah merevisi fakta-fakta yang terdapat
dalam analisis CVP-nya manakala terjadi perubahan kondisi bisnis yang tengah
2

dipertimbangkan.
Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi.
Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :

1. Semua biaya dklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap. Lebih
jauh dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-pilah
menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan
pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit itidak berganti ketika
aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta tenaga kerja
dianggap konstan pula.

2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih dalam
kisaran relavan kegiatan usaha normal.

3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan. Harga
jual perrunit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan
pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan
berubah sebanding dengan perubaha volume penjualan unit produk. Harga jual rata-
rata perrunit produk adalah konstan.

4. Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-macam


produk adalah konstan dalam kisaran relavan . apabila produk-produk mempunyai
harga jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan
mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.

5. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah penjualan

6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode
adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama
periode berjalan sama dengan unit yang dijual.

Dasar analisis biaya-volume dan laba.

Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or


breakeven analysis) membahas hubungan antara penerimaan total, biaya total, dan
laba total perusahaan pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-laba atau analisis
titik impas sering digunakan para eksekutif bisnis untuk menentukan volume
penjualan yang diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba total
dan kerugian pada tingkat penjualan lainnya. Pengetahuan dasar yang sangat
menentukan dalam analisis biaya volume dan laba adalah pemahaman tentang
penyusunan laporanlaba rugi dengan menggunakan pendekatan variable costing.
Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba rugi dimana biaya
3

diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka sebaiknya laporan


laba rugi diuraikan dalm bentuk laporan penjualan secara total, penjualan per unit,
dan analisis vertikal yang menunjukan persentase biaya variabledan marjin
kontribusi dan nilai penjualan.

Misalnya pada bulan Juni 2013 PT Jakasain menjual 150 unit produknya dengan
harga Rp. 3.500 per unit. Biaya variabel per unit Rp. 2.625. biaya tetap Rp. 75.000.
Berdasarkan data ini maka terlebih dahulu dapat dibuat laporan laba rugi
berdasarkan pendekatan kontribusi, seperti pada ikhtisar berikut ini.

PT JAKSAIN

Laporan Laba Rugi Kontribusi

Bulan Juni 2013

Total Per unit %

Penjualan (150 unit) Rp525.000 Rp3.500 100

Biaya biaya variabel Rp393.750 Rp2.625 75

Marjin kontribusi Rp131.250 Rp875 25

Biaya-biaya tetap Rp75.000

Laba usaha Rp56.250

Dengan menggunakan formula:

Marjin kontribusi Rp 875 dibagi dengan penjualan Rp 3.500 dari laporan laba
rugi diatas dapat dihitung rasio marjin kontribusi per unit sebesar 25 % (Rp 875/Rp
3.500) % atau sama dengan total rasio marjin kontribusi (Rp 131.250/Rp 525.000)
%. Marjin kontribusi memegang peranan penting pada banyak keputusan dalam
sebuah perusahaan, seperti produk apa yang akan diproduksi atau dijual, kebijakan
harga mana yang akan diikuti, strategi pemasaran apa yang akan digunakan, dan
jenis fasilitas produktif apa yang akan dibeli. Hubungan konsep biaya-volume dan
laba dalam perencanaan laba dapat digunakan untuk menghitung titik impas, target
4

laba, marjin keamanan, komposisi biaya untuk memaksimumkan marjin kontribusi,


dan atau titik penutupan usaha.

Analisis Titik Impas (Break-even point analysis)

Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak


mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau
sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan
analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dan
hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya.
Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena
itu hanya penjualan,biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk
menghitung titik impas. Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja
yang diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan
yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik
impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh
perusahaan. Mengetahui titik mpas terutama penting ketika sebuah perusahaan
memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam kedua
kondisi tersebut, perusahaan mastilha mengawasi secara hati-hati potensi penjualan
dan membandingkanya dengan titik impas.

Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode


persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit
penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan
dalam transaksi bisnis. Metode persamaan. Titik impas dengan metode ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:

Dari kasus diatas misalkan:

x = jumlah speaker terjual

3.500 = harga jual per unit

2.625 = biaya variabel per unit

75.000 = total biaya tetap

Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam
persamaan tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit dapat
dihitung sebagai berikut:
5

3.500x = 2625x + 75.000 + 0

3.500x – 2.625x = 75.000 + 0

875x = 75.000 + 0

x = 75.000/875

x = 85,71 unit

dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung dengan
mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit
produk) = Rp. 300.000. namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara
tersebut maka dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam
rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:

x = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 0

0,25x = Rp. 75.000

x = Rp. 75.000/0,25

x = Rp. 300.000

Metode Marjin Kontribusi. Metode ini merupakan penyingkatan dari formula


metode persamaan dalam menghitung titik impas. Langkah awal dalam melihat
hubungan antara biaya volume dan laba suatu perusahaan adalah dengan mengerti
dan melihat besarnya marjin kontribusi yang diperoleh suatu perusahaan pada
berbagai tingkat kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki
kemampuan menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin
kontribusi per unit yang dapat diperoleh suatu perusahaan akan menentukan
kecepatan perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan kemampuannya
menghasilkan laba. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap
dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup
beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika
titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per
unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh
kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup mengalikan
peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit.
Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Hal itu
6

terlihat pada formula dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua dari
terakhir pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.

Sehingga impas dalam unit = 75.000/875

= 85,71 unit, dan

Impas dalam Rp = 75.000/25%

= Rp. 300.000

Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin


kontribusi per unit produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari total
unit penjualan. Kesamaan tersebut disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan
rasionya hanya mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan demikian
perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan total pejualan, biaya variabel,
dan marjin kontribusi secara proposional. Karena kenaikan penjualan tidak akan
diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin kontribusi.

Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp
3.500 dan biaya variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit.
Dari marjin kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio
marjin kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan berubah
menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi Rp 525.000. kenaikan nilai
penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam presentasi yang sama
menjadi Rp 393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan
menjadi (131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin kontribusi
untuk penjualan 1 unit.

Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai level


perubahan unit penjualan sepanjang pada kedua alternatif jumlah unit penjualan
tidak diikuti oleh peruahan struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang
digunakan.

Metode grafik. Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas


juga dapat dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah garis
vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.
7

2. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik dari
titik 0 perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.

3. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap pada berbagai level
unit penjualan.

4. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan
yang ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang berada
di antara garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya menunjukan kisaran biaya
variabel.

5. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik
garis ke kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik garis
vertikal ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit penjualan.

6. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan sebaliknya arsir
daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran
ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan menimbulkan
rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih besar akan memberikan laba.

Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan

1. Analisis target laba

Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada
dasarnya sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada
jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas
target laba sama dengan nol, sementara dalam analisis target laba seperti yang
dimaksudkan di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya disesuaikan
dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih besar dari pada nol.

Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas,
perusahaan menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan formula
metode persamaan selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan laba dimaksud
dapat dihitung sebagai berikut:

Misalkan:

x = jumlah unit terjual

3.500 = harga jual per unit

2.625 = biaya variabel per unit


8

75.000 = total biaya tetap

100.000 = laba bersih yang diinginkan

Metode persamaan: penjualan + baiya tetap + laba

Sehingga penjualan dalam unit menjadi:

3.500x = 2.625x + 75.000 + 100.000

3.500x – 2.625x = 75.000 + 100.000

875x = 175.000

x = 175.000/875

Unit penjualan (x) = 200 unit

Atau penjualan dalam rupiah:

x = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 100.000

0,25x = Rp. 75.000 + Rp. 100.000

x = Rp. 175.000/0,25

x = Rp. 187.500

200 unit x Rp. 3.500 = Rp. 700.000

Metode marjin kontribusi:

Penujualan dalam unit = (biaya tetap + target laba)/CM per unit

= (75.000 + 100.000)/875

= 175.000/875

= 200 unit

Penjualan dalam Rp = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin kontribusi

= (75.000 + 100.000)/25%
9

= 175.000/25%

= Rp 700.000

Impas dalam satuan waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru


beroperasi titik impas ini tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat,
misalnya setahun. Industri-industri berat biasanya mencapai titik impas setelah
beberapa tahun beroperasi. Proyeksi pencapaian titik impas dalam satuan waktu ini
dapat dihitung dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya dapat
dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan. Misalnya sebuah
perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas setelah menjual 300 unit
produksi traktor mini. Bila dalam setahun diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka
titik impas akan dicapai setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau 300 traktor
impas dalam unit/100 traktor produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.

2. Analisis Sensivitas

Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini bahwa adanya
perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis, dapat
diadakan penilaain atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam
proses penyusunan atau perencanaan anggarn, karena hal ini memungkinkan
diadakan testing untuk menentukan akibat adanya perubahan faktor atau
mempertimbangkan berbagai alternatif. Metode yang digunakan adalah laporan laba
rugi komparatif.

Marjin Keamanan.

Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang


dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil
perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun
sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit,
satuan uang dan presentase. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi
manajemen agar lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah
di capai, agar perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu
tingkat yang merugikan.

Dikasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500 dengan titik
impasnya 85,71 unit. Dengan menggunakan formula:

Dimana:
10

Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam
periode tertentu

Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini
perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya
variabel per unit Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal
150 unit dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin
pengamanan penjualannya sebesar:

MOS = (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)

= Rp 525.000 – Rp 300.000

= Rp 225.000

Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat


merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk
bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin
keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis
hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan
memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam
pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.

Pemilihan Struktur Biaya

Leverage operasi. Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya,


perusahaan memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu
dipertimbangkan faktor-faktor operating leverage, struktur komisi penjualan, dan
bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran kemampuan
manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi agar mencapai
tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi sensitivitas laba bersih
terhadap perubahan penjualan. Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi
operating leverage yang dicapai dan semakin besar pula sensivitas laba bersih
terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah perusahaan mempunyai operating of
leverage tinggi, maka sedikit saja peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan
peningkatan persentase yang besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan
mempunyai operating leverage rendah, maka pengaruh peningkatan dalam
penjualan terhadap peningkatan laba bersih adalah rendah.
11

Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya


manajemen dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan
formula:

% kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan penjualan

Memaksimalkan marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan mendapat


penawaran berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah satunya
mendapat pembayaran Rp 20.000 per jam dan yang lainnya Rp 30.000 per jam. Bila
tidak mendapatkan kendala kapasitas dan ingin memaksimumkan laba per jam,
tentu saja secara alamiah akan memilih pekerjaan dengan pembayaran Rp30.000
per jam. Tetapi bila terdapat kendala sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja,
atau jam mesin, maka manajemen harus menggunakan sumber daya tersebut
dengan cara yang optimum untuk memaksimalkan laba.
12

DAFTAR PUSTAKA

Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen, Informasi Untuk Pengambilan Keputusan


Strategis. Penerbit Erlangga .

http://catatanlengkapfatma.blogspot.com/2013/12/analisis-biaya-volume-laba.html

http://chalisjr.blogspot.com/2016/03/makalah-tentang-analisis-break-event.html
http://kepinginlagi.blogspot.com/2014/09/modul-akuntansi-manajemen-bab-6-
analisa.html

Shelmi.2009. Cara menentukan break even point. Tersedia pada: wordprees.com.


Diakses pada 04 November 2014

Anda mungkin juga menyukai