KELOMPOK 6:
“Segmen merupakan sub unit dengan perbandingan yang cukup penting untuk menjamin
produksi laporan kinerja. Segmen dapat berupa divisi, departemen, produk, kelas pelanggan,
dan sebagainya.”
Full costing merupakan metode perhitungan biaya yang membebankan seluruh biaya
manufaktur keproduk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel dan
overhead tetap merupakan bagian yang menentukan biaya produk. Menurut perhitungan full
costing, overhead tetap dibebankan pada produk melalui penggunaan tarif overhead tetap yang
ditetapkan diawal dan tidak dibebankan sampai produk terjual. Berikut merupakan contoh
Tabel 2.1
Beban tetap langsung merupakan beban tetap yang secara langsung dapat ditelusuri ke suatu
segmen. Beban ini terkadang disebut sebagai beban tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed
expenses) atau beban tetap yang dapat ditelusuri (traceable fixed expenses) karena beban ini
akan hilang jika segmen ditutup atau dihapus. Sebagai contoh, jika sebuah segmen adalah
wilayah penjualan, beban tetap langsung untuk setiap wilayah penjualan adalah sewa kantor
penjualan, gaji manajer penjualan di setiap wilayah, dan seterusnya. Jika salah satu wilayah
ditutup maka beban tetap tersebut akan hilang.
Beban tetap umum merupakan beban yang disebabkan oleh dua atau lebih segmen secara
bersamaan. Beban ini tetap akan ada meskipun salah satu segmen dihapus. Sebagai contoh,
depresiasi gedung kantor pusat dan gaji CEO.
Tabel 2.2
1. Biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan,
semakin besar volume kegiatan semakin besar pula jumlah total biaya variabel, semakin rendah
volume kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya variabel.
2. Biaya variabel per satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi satuan
biaya konstan.
3. Contoh biaya variabel misalnya: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variabel, biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Supriyono,
1987:415) :
1. Biaya tetap jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan
atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
2. Biaya tetap per satuan (unit cost) berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume
kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah
volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
3. Contoh biaya tetap misalnya: biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya
administrasi dan umum tetap. Biaya tersebut elemennya dapat digolongkan ke dalam : biaya
depresiasi aktiva tetap, biaya asuransi, gaji pejabat kunci, dan biaya tetap lainnya.
Di dalam laporan laba rugi segmen, biaya tetap digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
Supriyono (1987:500) menyatakan bahwa, hanya biaya tetap langsung yang dibebankan
ke berbagai segmen sedangkan biaya tetap bersama (tidak langsung) tidak dibebankan kepada
segmen tersebut. Jika suatu biaya tetap tidak dapat diikuti jejaknya secara langsung pada
segmen tertentu atau biaya tetap tersebut dinikmati oleh beberapa segmen maka biaya tersebut
diperlakukan sebagai biaya tetap bersama. Biaya tetap bersama ini tidak pernah dialokasikan
kepada segmen, karena jika dialokasikan alokasinya bersifat sembarang sehingga tidak dapat
mencerminkan kemampuan laba segmen tersebut. Biaya tetap langsung dapat didifinisikan
sebagai biaya tetap yang dapat diidentifikasikan secara langsung dengan suatu segmen
tertentu dan yang timbulnya disebabkan oleh eksistensi segmen tersebut. Biaya tetap bersama
dapat didifinisikan sebagai biaya tetap yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung
dengan suatu segmen tertentu tetapi timbulnya karena kegiatan operasi secara keseluruhan.
Biaya tetap bersama juga disebut biaya tetap tidak langsung. Dalam hubungannya dengan
pembebanan biaya tetap kepada setiap segmen, biaya tetap bersama hanya dapat dialokasikan
berdasar cara yang sifatnya sembarang (arbitrary), misalnya berdasar perbandingan rupiah
penjualan setiap segmen. Oleh karena sulit ditentukan dasar alokasi yang adil dan teliti, maka
biaya tetap bersama seringkali tidak dialokasikan kepada setiap segmen. Pedoman umum
untuk membedakan biaya langsung dengan biaya tidak langsung adalah sebagai berikut
(Supriyono, 1987:503) :
1. Jika biaya dapat dengan jelas dan secara fisik dapat diikuti jejaknya pada suatu unit
produk atau segmen organisasi lainnya, maka biaya tersebut adalah suatu biaya
langsung terhadap segmen yang bersangkutan.
2. Jika suatu biaya harus dialokasikan dalam hubungannya dengan pembebasan pada unit
produk atau segmen organisasi lainnya, maka biaya tersebut adalah biaya tidak
langsung atau biaya bersama terhadap segmen yang bersangkutan.
Hansen & Mowen (2009:573) menyatakan bahwa, dalam laporan laba rugi segmen beban
tetap dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu beban tetap langsung (direct fixed expenses) dan
beban tetap umum (common fixed expenses). Beban tetap langsung (direct fixed expenses)
adalah beban tetap yang secara langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen. Beban ini
terkadang disebut sebagai beban tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau
beban tetap yang dapat ditelusuri (traceable fixed expenses) karena beban ini akan hilang jika
segmen ditutup atau dihapus. Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh
dua atau lebih segmen secara bersamaan. Beban-beban ini akan tetap muncul, bahkan ketika
salah satu segmen dihapus.
Margin kontribusi merupakan hasil dari pengurangan biaya variabel dari pendapatan
segmen yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi segmen. Margin kontribusi
bermanfaat untuk memahami pengaruh perubahan volume dalam jangka pendek terhadap laba
rugi. Namun di samping margin kontribusi, pelaporan kontribusi yang lebih baik untuk
mengevaluasi segmen adalah margin segmen.
Menurut Hansen dan Mowen (2007: 430), yang dimaksud margin segmen yaitu:
“the profit contribution each segment makes toward covering a firm’s common fixed costs.”
Margin segmen memperlihatkan jumlah yang masih tersisa setelah pendapatan segmen
dikurangi dengan biaya variabel dan biaya tetap langsung. Suatu segmen setidaknya harus
mampu menutup biaya variabel dan biaya tetap langsungnya sendiri. Margin segmen yang
negatif akan mengurangi total laba perusahaan. Margin segmen bermanfaat dalam mengambil
keputusan mengenai kapasitas jangka panjang dan alokasi sumber daya ke setiap segmen.
Contoh laporan laba rugi segmen ditunjukan pada tabel 2.3 sebagai berikut :
MP 3 DVD TOTAL
Penjualan
HARGA TRANSFER
1. Metode Market Price/Harga pasar Metode ini paling disukai karena harga transfer
dihitung dengan harga yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar, sehingga produk
yang dijual oleh divisi penjual dibeli oleh divisi pembeli dengan harga yang sama apabila
dijual ke pihak eksternal perusahaan. Untuk menghitung harga transfer dengan metode
harga pasar menggunakan metode minus jika jual beli dilakukan antara divisi dalam
perusahaan.
Metode harga pasar minus sebagai berikut:
Kelemahan metode market price adalah jika produk tidak tersedia di pasar, maka
tidak bisa menggunakan metode ini. Jika produk yang ditransfer memiliki harga pasar,
(harga pasar produk merupakan biaya kesempatan), baik bagi divisi penjual maupun
pembeli sehingga harga tersebut merupakan dasar yang adil sebagai dasar penentuan
harga transfer bagi divisi yang terlibat. Keunggulan metode market price adalah harga
transfenya cukup objektif.
CONTOH :
Divisi motor membeli relay baru dari divisi relay dengan harga transfer interen
Rp. 10 per relay (harga Pokok Variabel divisi relay untuk pembuatan relay baru). Hal ini
menuntut divisi relay menghentikan bisnisnya keluar yang berjalan saat ini .
Penjualanan (masing-
masing Rp 10 per relay
baru dan Rp 60 per
motor) Rp.500.000. Rp 3.000.000 Rp. 3.500.000
CONTOH : Pengaruh penentuan harga transfer antara divisi menurut harga pokok
Divisi motor membeli relay dari pemasok luar dengan harga Rp 15,- per relay.
Divisi relay melanjutkan memproduksi dan menjual relay lama.
Penjualanan (masing-
masing Rp 20 per relay
baru dan Rp 60 per
motor) Rp.1.000.000. Rp 3.000.000 Rp. 4.000.000
PT. RODALINK mempunyai dua divisi yaitu divisi A (suku cadang) dan divisi B (produk).
Melakukan transaksi, divisi penjual (divisi A) divisi pembeli (divisi B). Devisi A menjual
kepada pihak luar, namun apabila tidak menjual pada pihak luar, divisi A akan menjual
ke divisi B, maka divisi A dapat menghemat biaya pemasaran dan distribusi. Semisal
perusahaan bekerja selama 300 hari/tahun, dan informasi dari divisi tersebut adalah
sebagai berikut:
Divisi A
Unit Produk Perhari 100
Hari kerja (100 X 300 hari ) 30.000
Harga jual @Rp. 200.000 X Rp.30.000) 6.000.000
Biaya pemasaran dan distribusi 600.000
Biaya tetap per tahun 1.500.000
Biaya manufaktur variabel 1.500.000
Kedua divisi sepakat melakukan harga transfer negosiasi, dengan menjual
produk dari divisi A ke divisi B, maka divisi tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran
dan distribusi variabel. Berapa harga transfer negosiasi ?
JAWAB :
Ilustrasi:
Divisi X memerlukan 5.000 unit peralatan khusus yang dibuat menurut pesanan. Divisi Y
dalam perusahaan yang sama mampu membuat peralatan tersebut. Divisi Y
menentukan biaya variable peralatan Rp.8.000.-. untuk memproduksi peralatan itu divisi
Y harus mengurangi produksi produk A sejumlah 3.500 unit. Produk A dijual
Rp.45.000.-. per unit dengan biaya variable Rp. 25.000,-, per unit.
Berdasarkan rumus :
Harga Transfer = Biaya variable per unit + Marjin kontribusi yang hilang atas penjualan
keluar.
: Rp, 70.000.000
5.000
: Rp,14.000
: Rp 22.000,-
Harga transfer ini adalah harga minimal, atau dinaikkan, tetapi tidak boleh < Rp 22.000.
Jika divisi pembeli mempunyai kapasitas lebih, batas harga terendah adalah
Rp,8000,- sama dengan biaya variable, namun karena divisi penjual perlu
menguntungkan, negoisasi perlu diadakan untuk menaikkan harga dengan “Markup”
yang ditargetkan.
http://e-journal.uajy.ac.id/6765/3/EA218431.pdf
http://kepinginlagi.blogspot.com/2014/09/modul-akuntansi-manajemen-bab-10.html