Anda di halaman 1dari 61

MODUL 4

Analisis Kos Volume Laba

Prof. Dr. I Made Narsa, 5.E., M.Si., Ak., CA.

\l J- PENDAHULUAN

y-. inerja jangka pendek seorang manajer seringkali diukur dengan tingkat
~'\v laba perusahaan yang dicapai pada periode tertentu. Cost-volume-profit
analysis (CVP) atau bahasa Indonesianya Analisis Kos Volume Laba (untuk
selanjutnya pada modul ini akan disebut sebagai analisis KVL) merupakan alat
yangpowerful untuk mengestirnasikan bagaimana perubahan variabel-variabel
tertentu terhadap laba. Secara luas, analisis KVL akan membantu proses
perencanaan dan pengambilan keputusan dari para manajer berkenaan dengan
tingkat laba perusahaan. Misalnya, keputusan dapat diambil berkaitan dengan
penetapan harga jual, pemilihan bauran penj ualan, dan penganalisisan
perubahan biaya variabel serta biaya tetap terhadap profitabilitas perusahaan.
Materi yang akan dipelajari pada modul ini adalah berkenaan dengan seluk
beluk teknis dan terminologi dari analisis KVL. Namun, tetap harus Anda ingat
bahwa analisis KVL merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan.
Modul empat ini terdiri atas tiga kegiatan belajar. Kegiatan belajar
pertama akan membahas mengenai Analisis Kos-Volume-Laba untuk produk
tunggal. Selanjutnya, kegiatan belajar kedua akan membahas mengenai
Analisis Kos-Volume Laba: Struktur Kos dan Bauran Penjualan. Terakhir
kegiatan belajar ketiga akan membahas mengenai Penetapan Kos Absorpsi dan
Penetapan Kos Variabel. Kegiatan belajar yang ketiga tersebut dimasukkan
pada modul ini karena kos absorpsi dan kos variabel berkaitan erat dengan
analisis KVL yang berguna jika komponen kos dipisahkan berdasarkan
perilakunya. Setelah membaca dan memahami modul ini, diharapkan Anda
dapat:
1. menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas atau
menghasilkan target laba;
2. menentukan jumlah pendapatan yang diperlukan untuk mencapai impas
dan menetapkan target laba;
4.2 AKUNTANSI MANA.JEMEN e

3. membuat dan menjelaskan arti grafik biaya-volume-laba;


4. menerapkan analisis biaya-volume-laba untuk multiproduk;
5. menganalisis perbedaan variable costing dan absorption costing;
6. menggunakan variable casting untuk tujuan evaluasi kinerja dengan
menggunakan laporan laba rugi segmentasi.
e EKMA4314/MODUL 4 4.3

KEGIATAN BELAJAR 1

Analisis Kos-Volume-Laba
untuk Produk Tunggal

rf1 nalisis Kos Volume Laba (KVL) atau Cost Volume Profit Analysis
~ JL (CVP) adalah salah satu alat perencanaan jangka pendek sekaligus
berfungsi sebagai alat bantu dalam proses pengambilan keputusan manajemen.
Dalam analisis KVL, hubungan antara biaya, kuantitas penjualan dan harga
jual amat ditekankan sehingga secara keseluruban dapat diperoleh informasi
keuangan di bidang pemasaran, produksi, dan administrasi.
Melihat hubungan atau saling keterkaitan antara unsur-unsur tersebut di
atas, analisis KVL juga digunakan dalam proses pengambilan keputusan
manajernen ketika harus menentukanjumlah dan macam produk ataujasa yang
dihasilkan, tingkat harga jual produk, strategi pemasaran, dan penggunaan
fasilitas produksi. Dengan demikian, analisis KVL rnerupakan bagian integral
dari proses perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan oleh
manajemen.
Secara spesifiknya isu yang dibahas pada Analisis KVL juga termasuk
berapa jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas (break-even
point), dampak dari pengurangan kos tetap terhadap BEP, dan dampak dari
kenaikan harga terhadap BEP. Sehingga seringkali beberapa referensi
menyatakan bahwa analisis KVL dipersamakan dengan analisis BEP. Sebagai
tambahan, analisis KVL juga membantu manajer dalam melakukan analisis
sensitivitas dengan menilai dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap profit.
Dalam analisis KVL, term "kos" dan "biaya" sering dipergunakan secara
bergatian dan memiliki makna yang sama. Hal tersebut dikarenakan pondasi
konseptual dari analisis KVL adalah analisis dalam jangka pendek, sehingga
diasumsikan seluruh unit yang diproduksi terjual.

A. DASAR-DASAR ANALISIS KOS-VOLUME-LABA (KVL)

1. Margin Kontribusi
Margin Kontribusi ( Contribution Margin) adalah selisib antara
Pendapatau (atau penjua1an) dengan Kos Variabel (KV). Secara berurutan,
4.4 AKUNTANSI MANAJEMEN e

margin kontribusi akan digunakan untuk menutup Kos Tetap (KT) dan Laba
Perusahaan. Ada dua hal penting dalam pengertian Margin Kontribusi (MK)
tersebut. Pertama, biaya-biaya harus dapat dipisahkan antara biaya variabel
dengan biaya tetap. Kedua, untuk kepentingan manajemen, laporan yang
disajikan tidak mengikuti cara penyajian menurut Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku.
Seperti yang sudah kita pelajari di Modul 2 bahwa biaya variabel adalah
biaya yang turut meningkat jika terdapat peningkatan pula pada unit yang
dijual. Karena kita berbicara pada level perusahaan secara keseluruhan maka
biaya variabel meliputi: bahan baku langsung, tenaga kerj a langsung, overhead
variabel, dan biaya penjualan serta administratif variabel. Sedangkan yang
termasuk biaya tetap adalah overhead tetap dan biaya penjualan serta
administratif tetap. Perusahaan yang memisahkan komponen biaya variabel
dan tetap, laporan laba ruginya disebut sebagai laporan laba rugi margin
kontribusi.
Tabel 4.1
Laporan Laba Rugi Margin Kontribusi

PT Arjuna
Laporan Laba Rugi - Margin Kontribusi
Periode Januari 20xx

Pendapatan Penjualan 240.000


Total biaya variabel:
• Biaya pokok penjualan (Kos produk terjual) -
variabel Rpl00.000

• Biaya pemasaran - variabel 45.000


• Biaya administrasi dan umu1n - Variabel 35.000 180.000
Total margin kontribusi 60.000
Total biaya tetap:
• Biaya overhead - tetap 35.000

• Biaya pemasaran - tetap 15.000


• Biaya administrasi dan umum - tetap 10.000 60.000
Penghasilan operasional 0
e EKMA4314/MODUL 4 4.5

Dalam laporan laba rugi dengan pendekatan margin kontribusi, semua


biaya dikelompokkan berdasarkan perilaku yaitu biaya variabel dan biaya
tetap. Esensinya adalah biaya yang bisa dikendalikan oleh manajemen adalah
biaya yang bersifat variabel. Berbeda dengan laporan laba rugi dalam
akuntansi keuangan, semua biaya dikelompokkan menurut fungsi, sehingga
menjadi biaya produksi (kos produk terjual), biaya pemasaran, dan biaya
administrasi dan umum.

Persamaan 4. 1
Margin Kontribusi

Marjin Kontribusi= Pendapatan Penjualan- Total Biaya Variabel

Ilustrasi 1

Perusahaan jasa kargo ANTARA menerima jasa penginrnan barang


dengan tarif Rp 2.000,00 per kilogram. Bia ya variabel untuk setiap kg barang
adalah Rp 800,00 dan biaya tetap dalam periode tersebut Rp60.000.000,00.

Tabel 4.2
Laporan Laba Rugi Margin Kontribusi

PT Antara
Keterangan Total Per Kg Rasio
Pendapatan Rp 120.000.000 Rp2.000 100°/o
Biaya Variabel 48.000.000 Rp800 40%
Margin Kontribusi 72.000.000 1.200 60%
Biaya Tetap 60.000.000
Laba Bersih 12.000.000

Dari Ilustrasi 1 di atas, dapat diperhatikan bahwa jika perusahaan Antara


tidak mengirimkan barang sama sekali maka perusahaan akan merugi sebesar
jumlah biaya tetapnya yaitu Rp60.000.000. Sementara itu, setiap pertambahan
jumlah kilogram yang dikirimkan, akan menutup kerugian sebesar margin
kontribusi yang dihasilkan. Misalnya: ada tambahan jumlah yang dikirimkan
sebesar 1.000 kilogram, maka akan mengurangi kerugian perusahaan sebesar
1.000 X Rpl.200 = Rpl.200.000.
4.6 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Bila jumlah margin kontribusi sama dengan jumlah biaya tetap maka
perusahaan tidak mengalami kerugian lagi dan belum memperoleh laba
(impas). Selanjutnya, setiap kenaikan jumlah kilogram yang dikirimkan
setelah titik impas, akan diikuti dengan kenaikan laba sebesar margin
kontribusinya; demikian pula sebaliknya.

Ilustrasi 2
Tabel 4.3
Laporan Laba Rugi Margin Kontribusi
PT Antara

Keterangan 49.000 50.000 k 51.000 k


Pendapatan Jasa Rp. 98.000.000,00 Rp .100. 000. 000, 00 Rp. l 02.000.000,00
Biaya Variabel R . 39.200.000,00 R . 40.000.000,00 R . 40.800.000,00
Margin Kontribusi Rp. 58.800.000,00 Rp. 60.000.000,00 Rp. 61.200.000,00
Biaya tetap R 60.000.000,00 R . 60.000.000,00 R . 60.000.000,00
Laba/(Ru i) R (l .200.000,00) R . 0,00 R . 1.200.000,00

Dalam Ilustrasi 2 tampak bahwa setelah mengalami titik impas


(pengiriman barang sebanyak 50.000 kg), kenaikan pendapatan jasa dari
pengiriman 1000 kg barang akan diikuti oleh kenaikan laba sebesar kenaikan
margin kontribusinya (1.000 X Rpl.200,00). Sebaliknya, penurunan
pengiriman barang dari 50.000 kg menjadi 49.000 kg, akan diikuti dengan
kerugian sebesar penurunan jumlah margin kontribusinya (Rp60.000.000,00 -
Rp58.800.000,00 = Rpl.200.000,00).

2. Rasio Margin Kontribusi dan Rasio Biaya Variabel


Perbandingan antara jumlah margin kontribusi dengan pendapatan
menghasilkan rasio margin kontribusi. Rasio ini akan sangat bermanfaat bila
digunakan untuk mengamati perubahan margin kontribusi akibat perubahan
jumlah (rupiah) pendapatan.
Dalam contoh di atas (ilustrasi 2) pada seluruh level kuantitas dapat
dicermati bahwa porsi biaya variabelnya adalah 40% dari penjualan, sehingga
porsi margin kontribusinya adalah 60o/o dari penjualan. Aplikasinya, setiap
kenaikan pendapatan Rpl,00 akan diikuti dengan kenaikan margin kontribusi
Rp0,60. Bila direncanakan untuk tahun mendatang pendapatan akan dinaikkan
dari Rp102.000.000 menjadi Rp120.000.000. Artinya, ada kenaikan
penjualan/pendapatan sebesar Rpl8.000.000. Dari kenaikan pendapatan
e EKMA4314/MODUL 4 4.7

tersebut diperoleh kenaikan margin kontribusinya sebesar 60% x 18.000.00


yaitu sebesar Rpl0.800.000 sehingga margin kontribusi total akan menjadi
sebesar Rp72.000.000 (Rpl20.000.000 x 60o/o). Secara lebih rinci disajikan
pada Tabel 4-4.
Dari analisis ini, manajemen dapat membuat rencana untuk masa yang
akan datang tentang berapa jumlab laba yang diharapkan diterima perusahaan,
baik sebelum pajak maupun setelah pajak. Analisis biaya-volurne-laba ini
merupakan alat bantu perencanaan dan sekaligus alat bantu keputusan.

Ilustrasi 3
Tabel 4.4
Analisis Perubahan Laba Rugi Margin Kontribusi
PT Antara
Seka rang Rencana Kenaikan Persen
(o/o)
Pendapatan 102.000.000 120.000.000 18.000.000 100%
Bia ya variabel 40.800.000 48.000.000 7.200.000 40%
Margin kontribusi 61.200.000 72.000.000 10.800.000 60%
Biaya tetap 60.000.000 60.000.000 0
Laba/fkugi) 1.200.000 12.000.000 10.800.000

Ilustrasi 3 menggambarkan bahwa perubahan margin kontribusi akan


diikuti oleh perubahan laba dalam jumlah yang sama.

B. ANALISIS TITIK IMP AS (BREAK-EVEN POINT)

Manajemen perusahaan seringkali tertarik untuk dapat mengetahui kira-


kira pada level aktivitas manakah perusahaan tidak mencapai keuntungan
maupun kerugian. Seringkali analisis tersebut disebut Analisis Titik Impas
(A TI). ATI adalah titik manakala jumlah pendapatan sama dengan jumlah
biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi.
Dengan kata lain, unit yang dijual di atas titik impas akan menghasilkan profit.
Analisis Titik Impas (ATI) seringkaJi diidentikkan dengan analisis Biaya
Volume Laba (BVL). Namun, beberapa ahli berpendapat ATI merupakan
salah satu bagian dari analisis BVL.
Titik impas (TD dapat dinyatakan dalam satuan unit produk dan satuan
mata uang (Rupiah). Pada perusahaan industri, satuan unitnya amat jelas;
perusahaan sabun mandi atau perusahaan makanan rnie akan menggunakan
4.8 AKUNTANSI MANAJEMEN e

satuan unit "bungkus", Satuan unit pada perusahaan jasa Iebih tidak mudah
menentukannya. Bagaimana dengan satuan unit jasa di perusahaan pelabuhan?
Untuk menemukan masing-masing titik impas tersebut, dapat digunakan dua
teknik atau pendekatan: (I) Pendekatan laba operasi (Operating-income
approach) dan (2) Pendekatan margin kontribusi ( Contribution-margin
approach), dan (3) pendekatan grafik (Graphical approach).

1. Pendekatan laba operasi


Pendekatan laba operasi didasarkan pada rumus yang diambil dari susunan
laporan Laba Rugi sebagai berikut:

Laba Operasi = Pendapatan - Biaya Variabel - Biaya Tetap

Berdasarkan hubungan matematis Laporan Laba Rugi maka dapat


diturunkan menjadi sebagai berikut:
Jika: P = Pendapatan = KH
K = Kuantitas
H = Harga Jual
V = biaya variabel per unit
T = total biaya tetap
L = Laba bersih
TI = titik impas (Break Even Point)
Maka: P=T+V+L
L=P-(V+T)
Jika dalam jumlah total maka H harus dikalikan dengan K (kuantitas) yang
dijual
KH = T + VK + L, jika fokus pada Laba
L =KH-(VK+T)
Dalam kondisi impas, laba = 0 maka:
= K(H-V) + T
KTJ = T/(H-V)
Hasil perhitungan terakhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

Persamaan 4.2
Rumus Titik lmpas dalam Kuantitas

Biaya Tetap
TI (Ku anti tas) = -----------------------
(H - V)
e EKMA4314/MODUL 4 4.9

Bila titik impas ingin dinyatakan dalam unit satuan moneter (Rupiah)
maka KT1 harus dikalikan dengan H (Harga), atau rumus pada Persamaan 4.4
dikalikan dengan H di kedua ruas sehingga menjadi sebagai berikut.
[K11 - T/(H-V)] x H
HK11 - TH/(H-V)
P - [TH/(H-V)] x 1/H ~ (ruas kanan dibagi H atau
dikalikan 1 /H)
P - (TH/H)/(H/H - V/H)
P - T/(1-V/H)

Dari hasil perkalian rumus TI dengan Harga, maka dapat dirumuskan TI


dalam rupiah sebagai berikut:

Persamaan 4.3
Rumus Titik lmpas dalam Nilai Uang

Biaya Tetap
Titik Impas (Nilai Uang) = --------------------
(l - V/H)

Ilustrasi 4

Dengan menggunakan informasi yang terdapat pada ilustrasi 1 dan 3,


diketahui bahwa Pendapatan jasa per kg Rp2.000, Biaya Variabel per kg
Rp800,00 dan Biaya tetap per tahun Rp60.000.000.

60.000.000
Titik Im pas (kg) - -------------- kg = 50.000 kg
2.000 - 800

60.000.000
Titik lmpas (Rp) - -------------------- = Rpl 00.000.000
(1 - 800/1200)

Dengan demikian, titik impas dicapai pada tingkat pendapatan jasa


pengiriman sebesar Rp 100. 000. 000 atau jumlah pengiriman barang sebesar
50.000 kg.
4.10 AKUNTANSI MANAJEMEN e

2. Pendekatan Margin Kontribusi


Pendekatan margin kontribusi sebenarnya merupakan pengembangan dari
pendekatan laba operasional, khususnya pada bagian penyebut. Pen ye but pada
persamaan 4.2 di atas adalah H-V. Dimana, H adalah harga jual per unit, dan
V adalah biaya variabel per unit. Dengan demikian, H-V adalah margin
kontribusi per unit. Jika H-V pada persamaan 4.2. diganti dengan margin
kontribusi per unit maka akan menjadi pendekatan margin kontribusi
sebagaimana dinyatakan pada Persamaan 4.4 berikut.

Persamaan 4. 4
Rumus Titik Impas Pendekatan Margin Kontribusi dalam Kuantitas

Biaya Tetap
Titik Impas (Nilai Uang) = ----------------------------------
(Marjin Kontribusi per unit)

Sementara penyebut pada Persamaan 4-3 adalah I - V/H, manakala


1 - V/H adalah rasio margin kontribusi. Dengan demikian, persamaan 4.3
dapat dikonversi menjadi pendekatan margin kontribusi seperti pada
Persamaan 4.5 berikut ini.

Persamaan 4.5
Rumus Titik Impas Pendekatan Rasio Margin Kontribusi dalam Uang

Biaya Tetap
Titik Impas (Nilai Uang) = ------------------------------------
(Rasio Marjin Kontribusi)

Itulah dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung titik impas
kuantitas dan titik impas rupiah. Pendekatan operating income memungkinkan
kita untuk membantu perhitungan berapa laba yang diinginkan dan pendekatan
ini lebih mudah digunakan ketika perusahaan memproduksi multipleproducts.
Sebagai tambahan, nilai berapa titik impas kuantitas dapat digunakan untuk
mencari nilai margin pengaman apabila perusahaan telah menentukan proyeksi
e EKMA4314/MODUL 4 4.11

tingkat penjualan. Margin pengaman akan dibahas pada kegiatan belajar


berikutnya.

3. Pendekatan Grafik
Grafik KVL merupakan grafik yang di dalamnya menggambarkan
keterkaitan antara biaya, volume, dan laba operasi dengan menghubungkan
garis total penj ualan dengan garis total biaya pada satu grafik yang sama.
Penting untuk membedakan dan memisahkan dua garis tersebut untuk melihat
gambaran hubungan yang lebih jelas, misal nantinya akan terlihat dimana letak
titik impas kuantitas dan titik impas dollar. Ilustrasi sederhana mengenai
Grafik BVL akan mengacu ke soal pada Tabel 4.2. Secara ringkas data pada
Tabel 4.2 sebagai berikut.
a. Harga jual per unit= Rp2.000.
b. Biaya variabel per unit Rp800.
c. Biaya tetap per tahun Rp60.000.000.

Dalam pendekatan grafik, langkah pertarna adalah membuat persamaan


fungsi garis, sebagai berikut ini:
a. Fungsi Pendapatan 7 P = 2.000K
b. Fungsi biaya variabel 7 V = 800K
c. Fungsi biaya tetap 7 F = 60.000.000
d. Fungsi total biaya 7 TB= 60.000.000 + 800K
4.12 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Berdasarkan fungsi garis tersebut maka dapat digambar grafik sebagai berikut
rm:
Rp
200
P =2.000K
180
160
120 TB= 60.000.000 + SOOK

100
80 T = 60.000.000
60
40
20
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Unit
Gambar 4.1
Grafik Kos Volume Laba

Dari Gambar 4.1 tarnpak bahwa titik impas dicapai ketika total pendapatan
(P) sama dengan total biaya (TB). Perpotongan antara garis P dan Tb terjadi
ketika jumlah unit yang terjual sebanyak 50.000, dengan menghasilkan
pendapatan sebesar Rpl00.000.000 dan total biaya juga sebesar
Rp 100.000.000. Area di sebelah kiri titik impas merupakan area rugi, yang
bennakna bahwa apabila PT Antara rnemiliki tingkat penjualan antara O
sampai di bawah 50.000 unit. PT Antara akan mulai memetik keuntungan
ketika mampu menjual di atas 50.000. Grafik BVL ini dapat dibuat dengan
I
mudah menggunakan fitur chart-lines yang ada di Excel.

C. TARGET LABA

Analisis Titik Impas (ATI) memberikan informasi yang sangat berharga


bagi manajemen. Sebagai bagian dari analisis BVL, basil ATI akan
mengembangkan pemikiran manaj emen tentang lab a perusahaan di atas titik
impas. Oleh karena itu, manajemen tentunya akan menetapkan target
keuntungan yang ingin dicapai pada periode berikutnya. Target tersebut dapat
e EKMA4314/MODUL 4 4.13

berupa target pendapatan dalam satuan mata uang (Rp), maupun dalam satuan
unit. Secara lengkap, dapat ditetapkan tiga macam target berikut.
1. Target laba ditetapkan dalam jumlah tertentu.
2. Target laba ditetapkan dalam jumlah persentase tertentu dari pendapatan.
3. Target laba ditetapkan dalam jumlah tertentu setelah diperhitungkan
pajaknya.

1. Target Laba Ditetapkan Dalam Jumlah Tertentu


Melanjutkan contoh sebelumnya, perusahaan ANTARA merencanakan
untuk memperoleh target laba sebesar Rp15.000.000. Bila biaya tetap
Rp60.000.000 dan biaya variabel 40% dari pendapatan, berapa tingkat
pendapatan, yang harus dicapai?
Untuk memecahkan masalah ini kita harus kembali ke Rumus 4.2. Dari
rumus tersebut unsur biaya tetap (pembilang) ditambah dengan target laba,
dengan demikian titik impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut.

Rp60.000.000 + Rp 15.000.000)
TI (Kg) = -------------------------------------------- x kg= 62.500 kg
(Rp2000 - Rp800)

Jadi, Titik Impas (Kg) = 62.500 unit. Jika jumlah ini dikalikan dengan
harga jual per kg akan ditemukan Titik lmpas dalam satuan uang yaitu: 62.500
x Rp2000 = Rpl25.000.000.

2. Target Laba Ditetapkan Dalam Jumlah Persentase Tertentu Dari


Pendapatan
Acapkali sebuab perusahaan menetapkan target laba dalam tingkat
persentase tertentu. Mengacu ke contoh-contoh sebelumnya (Tabel 4.2)
diketahui bahwa harga jual per kg adalah Rp2.000. Biaya Variabel per kg
Rp800 dan Biaya Tetap sebesar Rp60.000.000. Jika perusahaan menetapkan
target laba sebesar 20% dari total pendapatan maka berapa jumlah barang (kg)
yang barns terjual?
Untuk memecahkan masalah ini, langkah pertama adalah menghitung
target laba dalam hitunganjumlah uang, dengan cara sebagai berikut:
Target Laba = 20% Pendapatan.
Target Laba= 20% x Rp2000K.
Target Laba= 400K
4.14 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Setelah diketahui target laba sebesar 400K maka kita langkah kedua bisa
menggunakan Rumus 4.2 dengan menambahkan 400K ke Biaya tetap sebagai
berikut (untuk menyederhanakan Rp dihilangkan dalam perhitungan):

60.000.000 + 400K
TI (Kg) - --------------------------
(2000 - 800)

TI disubstitusi dengan K
K (2000 - 800) = 60.000.000 + 400K
K(2.000-800)- 400K = 60.000.000
800K = 60.000.000
K =75.000
Jadi, perusahaan harus mampu menjual produknya sejumlah 75.000 kg.

Dengan kata lain, perusabaan akan memperoleh laba sebesar 20% dari total
pendapatan jika perusahaan sudah memperoleh basil penjualan sebesar 75.000
x Rp2000 yaitu sebesar Rp 150.000.000.

3. Target Laba Ditetapkan Setelah Diperhitungkan Pajak


Perusahaan juga dapat menetapkan target laba bersih setelah pajak. Kita
masih tetap mengacu ke contoh soal pada Tabel 4.2. Jika diasumsikan besamya
tarif pajak (PPh pasal 25) adalah 20% dari laba dan perusahaan menetapkan
target laba setelah pajak sebesar Rp24.000.000 maka berapa jumlah produk
yang harus terjual?
Untuk memecahkan masalah ini, langkah pertama adalah menghitung laba
sebelum pajak atau laba operasi, dengan cara sebagai berikut.
Laba setelah pajak = Laba Operasi - Pajak
Rp24.000.000 = Laba Operasi - (20o/o x Laba Operasi)
Rp24.000.000 = (I - 20%) Laba Operasi
Laba operasi = Rp24.000.000/(80%)
Laba operasi = Rp30.000.000

Langkah selanjutnya adalah memasukkan angka laba operasi ke dalam


Rumus 4.2 dengan menambahkan laba operasi ke komponen biaya tetap,
sebagai berikut.
e EKMA4314/MODUL 4 4.15

(Rp60.000.000 + Rp30.000.000)
TI (Kg) = -------------------------------------------- x kg = 7 5. 000 kg
(Rp2000 - Rp800)

Jadi, target laba setelah pajak sebesar Rp24.000.000 akan dicapai ketika
perusahaan mampu menjual 75.000 kg produknya. Jika jumlah ini dikalikan
dengan harga j ual per kg akan ditemukan hasil total pendapatan adalah
RplS0.000.000.

D. ASUMSI YANG BARUS DIPENUHI ANALISIS KOS -VOLUME-


LABA

Persamaan-persamaan yang telah kita pelajari di atas berpegang pada


beberapa asumsi penting.
1. Fungsi biaya dan pendapatan adalah linear: Fungsi pendapatan dan biaya
harus tetap konstan selama rentang tertentu. Namun kenyataannya, fungsi-
fungsi tersebut seringkali tidak bersifat linear yang mana dapat berbentuk
kurva atau bahkan bertahap. Sehingga perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan berbagai kemungkinan rentang penjualan dan
produksi karena jika rentang relevan telah diidentifikasi, maka hubungan
biaya dan harga jual diasumsikan telah diketahui dan bersifat konstan.
2. Harga dan biaya dapat diketahui dengan pasti: Hal ini disebabkan karena
adanya perubahan pada satu variabel maka akan berdampak pada hal
lainnya. Namun dalam kenyataannya, perusahaan jarang dapat
mengetahui dengan pasti atas harga, biaya variabel, dan biaya tetap.
3. Produksi sama dengan penjualan: bahwa unit yang diproduksi seluruhnya
terjual selama dalam satu periode. Nilai sisa persediaan yang tercakup
pada periode sebelumnya tidak dipertimbangkan pada analisis KVL di
periode berjalan.
4. Bauran penjualan bersifat konstan: Ketika perusahaan memproduksi
produk tunggal, bauran penjualan yang terjadi akan bersifat konstan
namun tidak jika produk yang diproduksi adalah banyak. Pada praktiknya,
akan susah memprediksi bauran penjualan yang konstan jika produk yang
diproduksi adalah banyak. Pada kegiatan belajar selanjutnya, akan dibahas
lebih spesifik salah satunya tentang Bauran Penjualan.
4.16 AKUNTANSI MANAJEMEN e

LATIHAN

Untuk mernperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Apa yang dimaksud dengan Analisis Biaya-Volume-Laba? Jelaskan


secara komprehensif.
2) Apa saja asumsi dalamAnalisisBiaya-Volume-Laba?
3) PT Tatu berencana menjual 1000 mesin pemotong rambut seharga $400
per unit. Data yang tersedia sebagai berikut:

Keterangan Jumlah (RpOOO)


Bahan baku langsung per unit 180
Tenaga kerja langsung per unit 100
Overhead variabel per unit 25
Overhead tetap per unit 15

Sebagai data tambahan, biaya penjualan variabel adalah berupa komisi sebesar
Rp29 per unit, selain itu total biaya penjualan dan administratif tetap adalah
sebesar Rp30,000. Berdasarkan data berikut, hitunglah: a) total biaya variabel
per unit; b) total biaya tetap; c) total margin kontribusi dan margin kontribusi
per unit; d) rasio margin kontribusi; e) titik impas dalam kuantitas; (f) titik
impas rupiah; g) laporan laba rugi margin kontribusi.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk menjawab soal latihan nomor 1 Anda barus membaca dan


memahami bagian Pendahuluan dalam Kegiatan Belajar 8 ini.
2) Untuk menjawab soal latihan 1101nor 2 Anda harus membaca dan
memahami bagian Asumsi yang Harus Dipenuhi Ana1isis Biaya-Volume-
Laba dalam Kegiatan Belajar 8 ini.
3) Cocokkanjawaban Anda denganjawaban berikut ini:
a) Total biaya variabel per unit (RpOOO)
Bahan baku langsung per unit 180
Tenaga kerja langsung per unit 100
e EKMA4314/MODUL 4 4.17

Overhead variabel per unit 25


Biaya penjualan variabel per unit 20
Total 325

Biaya Overhead tetap +


Biaya admin & penjualan
b) Total biaya tetap (dalam dollar)= tetap
15,000 + 30,000 = 45,000

c) Margin Kontribusi
Penjualan (Rp400 x 1,000 mesin) Rp400,000
Total biaya variabel (Rp325 x 1000 mesin) (325,000)
Total margin kontribusi Rp75.000
Margin kontribusi perunit (Rp75,000/l,OOO) Rp75

d) Rasio Margin Kontribusi


Margin Kontribusi per unit/Harga jual per unit-
$75/Rp400= 0.1875= 18.75%

e) Titik Im pas Kuantitas


Total Biaya Tetap/(Harga Jual - Biaya Rp45,000 I (Rp400
Variabel per Unit)= - Rp325)= 600 unit
atau:
Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi per Rp45,000 /$75=
Unit= 600 unit

f) Titik Impas Rupiah


Rp45,000 I { 1 -
Total Biaya Tetap/(1 - %biaya variabel (325,000/400,000)}
terhadap pendapatan) = = Rp240,000

atau:
Rp45,000 /0.1875=
Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi = Rp240,000

g) Laporan Laba Rugi Margin Kontribusi berdasarkan titik


impas penjualan Rp240,000
Penjualan .Rp240,000
4.18 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Total Biaya Variabel 195,000


Total Margin Kontribusi 45,0000
Total Biaya tetap 45,0000
Pendapatan Operasi 0

-a RANG KUMAN _

Analisis Kos -Volume-Laba(KVL) atau Cost-Volume-Profit Analysis


merupakan alat bantu pengambilan keputusan manajer untuk jangka
pendek yang berguna terutama dalam hal informasi berapa jumlah unit
yang harus dijual untuk mencapai titik impas (break-even point), dampak
dari pengurangan kos tetap terhadap Titik Impas (Break Even Point), dan
dampak dari kenaikan harga terhadap Tl. Secara luas analisis KVL dapat
rnembantu rencana perusahaan di bidang pemasaran, produksi, dan
administrasi. Terdapat beberapa dasar-dasar analisis dalarn KVL, di
antaranya adalab margin kontribusi, rasio margin kontribusi, rasio biaya
variabel, titik impas kuantitas, titik impas rupiah. Secara visual, hubungan
antara biaya, volume, dan laba dapat mudah dipahami dengan
menggunakan grafik biaya-volume-laba. Pada grafik tersebut akan
muncul keunikan manakala garis total pendapatan dan total biaya akan
saling bertemu. Titik pertemuan antara dua garis tersebut adalah titik
impas yang terjadi, baik dalam kuantitas maupun pendapatan (break-even
point) sehingga oleh karenanya istilah analisis KVL (kos-volume-laba)
sering disamakan dengan analisis TI (titik impas) meskipun sebenamya
beberapa ahli berpendapat bahwa dua hal tersebut adalah berbeda.
Analisis TI memberikan informasi yang sangat berharga bagi
manajemen dalam hal penentuan berapa unit dan penjualan yang harus
dicapai ketika telah menetapkan suatu target laba tertentu. Analisis KVL
tidak terlepas dari beberapa asumsi, di antaranya adalah: (1) fungsi biaya
dan pendapatan hams linear; (2) harga dan biaya dapat diketahui secara
pasti; (3) produksi sama dengan penjualan; (4) bauran penjualan bersifat
konstan.
e EKMA4314/MODUL 4 4.19

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

I) Berikut ini adalah hal yang kurang tepat mengenai analisis BVL adalah ....
A. merupakan alat bantu pengambilan keputusan jangka panjang
manajer terutama dalam penentuan harga
B. di dalamnya rnenganalisis hubungan antara biaya, volume penjualan,
dan harga jual
C. seringkali disebut sebagai analisis titik impas serta memiliki beberapa
asumsi yang harus dipenuhi
D. margin kontribusi merupakan salah satu dasar analisis dalam analisis
BVL

2) Rasio Margin Kontribusi dapat diperoleh dengan cara ....


A. mencari margin kontribusi terlebih dahulu yakni dengan
mengurangkan Pendapatan dengan biaya tetap, baru kemudian
dihitung berapa rasionya.
B. mernbagi harga jual per unit dengan margin kontribusi per unit
C. mencari selisih pendapatan per unit dengan biaya variabel per unit.
Setelah itu nilai tersebut dibagi dengan harga jual per unit.
D. mengurangkan angka satu dengan rasio biaya tetap

3) Berikut ini adalah hal yang kurang tepat mengenai analisis titik impas ....
A. seringkali disebut dengan analisis biaya-volume-laba
B. berguna untuk mengetahui berapa unit yang harus dijual perusahaan
untuk mencapai posisi laba=O
C. analisis titik impas hanya dapat dinyatakan dalam satuan unit produk
D. memiliki dua pendekatan yakni pendekatan laba operasional dan
pendekatan margin kontribusi

4) Titik impas kuantitas dapat diperoleh dengan cara ....


A. membagi biaya tetap dengan selisih antara harga j ual per unit dengan
harga pokok produksi per unit
B. membagi biaya tetap dengan margin kontribusi
C. membagi biaya tetap dengan rasio margin kontribusi
D. mernbagi biaya tetap dengan rasio biaya variabel setelah dikurangkan
dengan angka satu.
4.20 AKUNTANSI MANAJEMEN e

5) Berikut ini adalah yang bukan termasuk asumsi dalam analisis biaya-
vo lume-laba:
A. fungsi biaya dan pendapatan tidak dapat berbentuk kurva
B. unit yang terproduksi tidak harus terjual habis
C. terdapat kepastian yang tinggi terkait harga j ual dan biaya
D. untuk multiple-product kepastian mengenai bauran penjualan barns
jelas

6) Perhatikan gambar di bawah ini. Semua hal di bawah ini adalah tepat,
kecuali ....

2.500,00 .....---------------------
2.000,00 -1---------------------:::....-.:::....__-

l .500,00 t---------~=::;~:::::~:::::~::::::::=-
1.000,00
500,00 l~:=:~~~~~==========~
0,00 -1----oo,:::_~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

A. garis merah adalah total biaya dan garis hijau adalah total pendapatan
B. titik hitam di tengah merepresentasikan titik impas ketika titik impas
kuantitas terjadi pada kisaran 1.000 unit dan pada nilai pendapatan
sebesar $2.000
C. sumbu x merupakan rentang relevan unit penjualan
D. gambar di atas merupakan grafik analisis titik impas

Gunakan data berikut untuk menjawab soal pertanyaan nomor 7 dan 8.


Berikut adalah data proyeksi profit PT Bindeng untuk tahun mendatang.

Keteranzan Jumlah Per unit


Penjualan Ro200,000 Rp20
Biaya Variabel (120.000) (ill
Marzin Kontribusi 80,000 8
Biava Tetan (64.000)
Laba Operasi 16,000
e EKMA4314/MODUL 4 4.21

7) Hal yang kurang tepat berdasarkan data di atas adalah ....


A. titik impas unit adalah sebesar 8,000 unit
B. unit yang harus terjual untuk memperoleh profit sebesar $30,000
adalah sebanyak 12,750 unit
C. rasio margin kontribusi adalah sebesar 0.6
D. biaya tetap sebesar $40, 000 akan terus bersifat konstan dalam periode
terse but

8) Berdasarkan soal di atas, anggap bahwa PT Bindeng menginginkan untuk


mernperoleh laba operasi sebesar 20% dari pendapatan penjualan, maka
berapa unit yang harus dijual agar tujuan tersebut tercapai?
A. 4,000 unit
B. 11,750 unit
C. 64,000 unit
D. 16,000 unit

9) Pada tahun 2017, PT Caesar berencana untuk memperoleh margin


pengaman sebesar 20% dan margin kontribusi sebesar 60%. Apabila
jumlah biaya tetap adalah Rp60.000,- maka ....
A. titik impas penjualan Rp200.000,-; laba yang dibudgetkan Rp40.000,-
; penjualan yang dibudgetkan Rp300.000,-.
B. titik impas penjualan Rp 100. 000, -; laba yang dibudgetkan Rp60. 000, -
; penjualan yang dibudgetkan Rp300.000,-.
C. titik impas penjualan Rp200.000,-; laba yang dibudgetkan Rp60.000,-
; penjualan yang dibudgetkan Rp300.000,-.
D. titikimpas penjualanRpl00.000,-; laba yang dibudgetkanRpl5.000,-
; penjual an yang di budgetkan Rp 12 5. 000, - .

10) Berkaitan dengan soal nomor 9, apabila biaya tetap adalah sebesar
Rp24.000, maka ....
.A. Titikimpas penjualan Rp80.000,-; laba yang dibudgetkan Rpl2.000,-
; penjualan yang dibudgetkan Rpl00.000,-.
B. Titik impas penjualan Rp40.000,-; laba yang dibudgetkan Rp64.000,-
; penjualan yang dibudgetkan Rpl04.000,-.
C. Titik impas penjualan Rp40.000,-; laba yang dibudgetkan Rp6.000;
penjualan yang dibudgetkan Rp50.000,-.
D. Titik impas penjualan Rp200.000,-; laba yang dibudgetkan
Rp40.000,-; penjualan yang dibudgetkan Rp300.000,-.
4.22 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Cocokkanlahjawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif I yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglahjawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk rnengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jurnlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = ----------- x 100%
Jurnlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89o/o = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
e EKMA4314/MODUL 4 4.23

KEGIATAN BELAJAR 2

Analisis Kos-Volume-Laba: Bauran


Penjualan dan Struktur Kos

rt) ada kegiatan belajar sebelumnya, kita telah mempelajari bagaimana


'if konsep analisis kos-volume-laba. Namun, yang baru kita pelajari di
kegiatan belajar 8 tersebut adalah dalam keadaan ketika perusahaan
memproduksi satu produk tunggal (single product). Analisis BVL akan cukup
sederhana diterapkau dalam keadaan perusahaan yang seperti itu, namun tentu
saja di kenyataannya hampir sebagian besar perusahaan memproduksi banyak
produk atau jasa (multiple product). lsu yang muncul bagi perusahaan yang
memproduksi multiple product, kaitannya dengan analisis BVL adalah bauran
penjualan serta common cost.
Laba perusahaan dipengaruhi oleh unsur-unsur harga jual, biaya dan
volume kegiatan atau tingkat aktivitas produksi, namun pada analisis BVL
untuk multi-product, unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah bauran
penjualan. Bila perusahaan menggunakan metode cost plus dalam menentukan
harga jualnya maka barga jual tersebut dapat dipengaruhi oleh biaya
produksinya, sedangkan biaya produksi perusahaan amat dipengaruhi oleb
volume kegiataunya. Selanjutnya, volume kegiatan produksi tentu dipengaruhi
oleh tingkat permintaan konsumen atau tingkat penjualannya. Jumlah produk
atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan menimbulkan berbagai kombinasi
kuantitas barang atau jasa yang diproduksi dan dijual. Pada gilirannya
kombinasi tersebut akan mempengaruhi juga tingkat laba yang dicapai,
sehingga perusahaan memiliki informasi berapa banyak unit yang barns dijual
untuk mencapai titik impas. Nanti juga akan dibahas mengenai bagaimana
penggunaan

A. ANALISIS KVL UNTUK MULTI PRODUK ATAU JASA

Pada Kegiatan Belajar 1, telah dipelajari KVL untuk kasus ketika sebuah
perusahaan hanya menghasilkan satu produk. Pada kenyataannya, jarang
sebuab perusahaan hanya menjual satu produk atau jasa. Ciri kbas apabila
perusahaan menghasilkan produk atau jasa lebih dari satu produk, maka akan
terdapat biaya yang langsung dapat diidentifikasikan dengan produk tertentu
4.24 AKUNTANSI MANAJEMEN e

dan ada pula biaya bersama. Biaya tetap langsung adalah jenis biaya yang
dapat ditelusuri secara langsung ke masing-masing produk dan dapat dihindari
jika salah satu produk tersebut tidak ada. Sedangkan biaya bersama tetap akan
(common fixed cost) tetap muncul selama perusahaan ada, apakah satu produk
dihilangkan atau tidak. Titik impas dapat dihitung dalam satuan uang maupun
dalam satuan unit tertentu, tentu saja dengan memperhatikan bauran produk
(product mix). Masalah-masalah penting yang perlu mendapat perhatian dalam
konteks multi produk antara lain: Biaya Bersama dan bauran penjualan (Sales
Mix).

Ilustrasi 1

Berikut ini disajikan dari PT Dumogi yang menjual duajenis produk yaitu
produk A dan produk B.

Tabel 4.5
Laporan Laba Rugi Segmentasi PT Dumogi

Produk A ProdukB Jumlah


Pendapatan Penjualan 480.000.000 640.000.000 1.120.000.000
Biaya Variabel 390.000.000 480.000.000 870.000.000
Margin Kontribusi 90.000.000 160.000.000 250.000.000
B. T etap Langsung 30.000.000 40.000.000 70.000.000
Margin Produk 60.000.000 120.000.000 180.000.000
Biaya Tetap Bersama 26.250.000
Laba Sebelum Pajak 153.750.000

Bila kita dirninta untuk menyajikan rencana produk yang dihasilkan


sehingga mencapai titik irnpas, timbul masalah bauran penjualan dan biaya
bersama (common cost) tersebut. Sebelum membahas ilustrasi di atas maka
akan dijelaskan terlebih dahulu konsep sederhana tentang bauran penjualan
untuk memudahkan pemahaman. Misalkan, PT X memproduksi dua merkjins
yakni jins caesar dengan margin kontribusi sebesar Rp600.000 dan jins
maurice dengan margin kontribusi sebesar Rp500.000. Sesuai perhitungan
analisis titik impas, PT X harus menjual total sebanyak 100 jins tiap bulan.
Anebnya, pad a bu Ian lalu, meskipun PT X berhasil menjual j ins sebanyak l 00
unit, namun PT X justru rnengalami kerugian. Hal tersebut mengindikasikan
terjadinya pergeseran alur penjualan yang menyebabkan turunnya margin
e EKMA4314/MODUL 4 4.25

kontribusi secara keseluruhan. Misalkan setelah dianalisis lebih lanjut, titik


impas kuantitas sebanyak 100 jins tadi secara spesifiknya adalah 80 jins caesar
dan 20 jins maurice, namun yang terjual justru 90 jins caesar dan 10 jins
.
maunce.
Secara teknis, perhitungan titik impas bagi perusahaan yang memproduksi
multiple product, solusi yang sering diajU:kan adalah dengan pendekatan
margin kontribusi. Misalnya dari data Tabel 4.5 pada ilustrasi 1 di atas PT
Dumogi memiliki dua jenis produk yakni produk Adan produk B. Departemen
pemasaran PT Dumogi meyakini bahwa di tahun mendatang perusahaan akan
1nampu menyelesaikan 1200 produk Adan 800 produk B. Pendapatan produk
A Rp400.000 per satuan dan produk B Rp800.000 per satuan. Biaya
variabelnya: produk A Rp325.000 (Rp390.000.000 dibagi 12.000 unit) per
satuan dan produk B Rp600.000 per satuan (Rp480.000.000 dibagi 8.000 unit).
Dengan demikian: Margin Kontribusi Produk A = Rp 75.000
Margin Kontribusi Produk B = Rp 200.000

Jika kita menghitung Titik Impas menggunakan Rumus 4.2 atau 4.3 pada
Kegiatan Belajar 1 maka Titik Impas akan dihitung untuk masing-masing
produk, sebagai berikut.
Produk A = 30.000.000/75.000 = 400 satuan
Produk B = 40.000.000/200.000 = 200 satuan

Perhitungan seperti ini akan menyesatkan karena hasil penjualan produ:k


A sebesar 400 satuan hanya mampu menutup biaya langsung produk A.
Dernikian juga hasil penjualan produk B sebesar 200 satuan, hanya mampu
menutup biaya langsung produk B. Artinya, biaya tetap bersama belum
tertutup. Dengan demikian, jika perusahaan menjual A sebanyak 400 dan
B sebanyak 200, perusabaan masih mengalami kerugian sebesar biaya tetap
bersama yaitu sebesar Rp26.250.000.
Melihat permasalahan tersebut ada dua altematif. Pertama, biaya bersama
harus dipisahkan, mungkin dengan kebijakan tertentu. Kedua, dianggap seperti
persoalan single product dengan mengacu pada komposisi penjualannya.
Pada kasus PT Dumogi (Tabel 4.5) Produk A dan B direncanakan akan
dihasilkan sebanyak 1.200 dan 800 satuan atau unit. Sehingga bauran produk
A: B menjadi 3 : 2. Tiap penjualan produk akan terdiri komposisi A sebanyak
3 satuan dan B sebayak 2 unit. Seperti sebuah parcel. Setiap satu unit parcel
terdiri atas 3 produ:k Adan 2 produk B.
4.26 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Ilustrasi 2

Penyelesaian perhitungan titik: impas untuk multi produk, dengan


mengacu pada soal Tabel 4.5 sebagai berikut.

Langkab 1 : menghitung Bauran Margin Kontribusi

Tabel 4.6
Perhitungan Bauran Margin Kontribusi

Produk Harga VC/satuan MK/satuan Bau ran Bauran MK


Jual
A Rp400.000 Rp325.000 Rp. 75.000 3 Rp.225.000
B Rp800.000 Rp600.000 Rp200.000 2 Rp.400.000
Jumlah Ro.625.000

Langkah 2: Menghitung Total Biaya Tetap

Dari Tabel 4.1 sebelumnya diketahui bahwa jurnlah biaya tetap adalah:
Biaya tetap langsung produk A= Rp30.000.000
Biaya tetap langsung produk B = Rp40.000.000
Biaya tetap bersarna = Rp26.250.000
Total Biaya Tetap = Rp96.250.000

Langkah 3: Menghitung Titik Impas Bauran

Total Biaya tetap


Titik Impas Bauran - ------------------------------
Bauran Margin Kontribusi

Titik Impas Bauran = 96.250.000/625.000 = 154


Jadi, perusahaan harus mampu menjual sebanyak 154 paket

Langkah 4: Menghitung Titik Impas masing-masing produk

Bauran produk A : B adalah: 3 : 2


Titik impas masing-masing produk dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Titik Impas A = 3 x 154 = 462
e EKMA4314/MODUL 4 4.27

Titik Impas B = 2 x 154 = 308

Dapat dilihat bahwa hasil akhir berupa berapa satuan atau unit produk A
dan B yang harus diselesaikan tersebut merupakan hasil dari proses
penghitungan analisis titik impas yang langsung mengasumsikan bahwa
keadaan perusahaan memproduksi satu jenis jasa saja (single product) -
dengan satuan paket - meskipun sebenarnya yang diproduksi multi product.
Kompleksitas penentuan titik nilai impas kuantitas akan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan.
Mungkin tidak semua perusahaan tertarik mengetahui titik itnpas
kuantitas karena informasi titik impas rupiah sudah cukup bagi perusahaan,
Untuk menghitung titik impas rupiah, tidak diperlukan informasi produk
individual namun cukup menggunakan rasio margin kontribusi keseluruhan.
Misal rnasih rnelanjuti kasus PT Dumogi, dengan menggunakan data yang ada
pada ilustrasi 1 Tabel 4.5 maka proyeksi laporan laba rugi total (tanpa
memperhatikan masing-masing j asa) sebagai berikut.

Tabel 4.7
Proyeksi Laba Rugi Total PT Dumogi

Keteranzan Jumlah Persentase


Penjualan Rpl.120.000.000 100,00%
Total Biaya Variabel (870.000.000) 22.3214286%
Margin Kontribusi 250.000.000 77.6785714%
Total biava tetan (96.250.000)
Peniualan Rpl .120.000.000

Dengan demikian, Titik Irnpas Rupiah= Rp96.250.000/0,2232 l 4286


= Rp43 l .200.000 (pembulatan)

Perhatikan bahwa angka titik impas rupiah tersebut memiliki basil yang
sa1na dengan penghitungan titik impas kuantitas dikalikan harga satuan
rnasing-masing produk.
Produk A= 462 unit x Rp400.000 = Rpl84.800.000
Produk B = 308 unit x Rp800.000 = Rp246.400.000
Total penjualan (A+ B) = Rp43 l .200.000
4.28 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Penghitungan titik impas rupiah ini tidak memerlukan informasi mengenai


produk individual seperti ketika menghitung titik impas kuantitas, sehingga
pendekatan ini mengabaikan informasi terkait kinerja masing-rnasing jasa atau
produk.

1. Struktur Biaya dan Degree ofOperating Leverage (DOL)


Biaya yang terjadi berdasarkan perilakunya atau berdasarkan dapat
tidaknya dikendalikan oleh manajemen dapat diklasifikasikan m.enjadi biaya
tetap dan biaya variabel. Struktur biaya menunjukkan proporsi biaya tetap dan
biaya variabel dalam suatu organisasi perusahaan. Bagaimana struktur biaya
yang paling baik? Apakah biaya variabeinya harus lebih tinggi jumlahnya
daripada biaya tetap? atau sebaliknya?.
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan tergantung pada
berbagai faktor seperti kecenderungan pendapatan jangka panjang, fluktuasi
penjualan dari tahun ke tahun, dan sikap manajer dalam menghadapi risiko.
Namun, bila dua perusahaan dibandingkan struktur biayanya, semakin tinggi
komposisi biaya tetapnya akan semakin rentan posisi keuangan (baca laba)
perusahaan terhadap perubahan pendapatan. Benarkah pendapat ini";
Artinya, jika pendapatan kedua perusahaan naik dalam jumlah yang sama,
maka kenaikan laba akan lebih tinggi pada perusahaan yang komposisi biaya
tetapnya lebih tinggi dari perusahaan yang lain. Demikian pula sebaliknya, bila
terjadi penurunan pendapatan, perusahaan yang memiliki struktur biaya tetap
lebih tinggi, akan lebih cepat masuk ke daerah rugi. Hal ini berkaitan erat
dengan operating leverage perusahaan.

2. Risiko dan Ketidakpastian


Tidak ada perusahaan yang tidak pernah menghadapi risiko dan
ketidakpastian seperti yang sudah dijelaskan di kegiatan belajar sebelumnya
bahwa salah satu asumsi analisis BVL adalah harga dan biaya dapat diketahui
dengan pasti. Kenyataannya tidak selalu seperti itu. Lantas bagaimana manajer
menghadapi risiko dan ketidakpastian? Berikut adalah beberapa cara yang
sering digunakan.
1. Manajer harus mempelajari dan mengetahui ketidakpastian yang melekat
pada harga, biaya dan kuantitas di masa depan.
2. Manajer tidak hanya mempertimbangkan nilai titik impas melainkan juga
harus menganalisis data apabila kuantitas penjualan berada pada rentang
di atas dan di bawah nilai titik impas.
e EKMA4314/MODUL 4 4.29

3. Manajer dapat melakukan analisis sensitivitas (analisis bagaimana-jika).

Analisis sensitivitas berkaitan dengan analisis bagairnana-jika (what-if).


Analisis ini mempertimbangkan bagaimana perubahan yang terjadi pada
perusahaan jika terdapat berbagai variasi biaya dan kuantitas yang terjual.
Sehingga dalam level selanjutnya, analisis KVL dapat digunakan untuk
memberikan gambaran kuantitatif kepada para manajer tentang berbagai
kemungkinan bauran penjualan dan bagaimana dampaknya terhadap target
laba yang diakibatkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Misalkan ketika
perusahaan memutuskan untuk meningkatkan biaya prornosi dengan rentang
jumlah pengeluaran tertentu.
Terdapat dua konsep yang berguna bagi manajer untuk mengukur
ketidakpastian. Kedua konsep ini memerlukan pengetahuan tentang biaya tetap
dan biaya variabel.

l. Margin Pengaman (Margin ofSafety)


Margin Pengaman merupakan unit terjual atau pendapatan yang diperoleh
di atas titik impas kuantitas maupun rupiah.
I) Margin Pengaman (Unit)= Proyeksi Unit Terjual-Titik Impas dalam Unit
2) Margin pengaman (Rp )= Proyeksi Pendapatan - Titik Impas dalam
Rupiah
3) Rasio margin pengaman = Margin Pengaman/Pendapatan

Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran risiko, dengan dasar


pemikiran bahwa terdapat kernungkinan suatu perusahaan akan menghadapi
kejadian yang dapat menurunkan tingkat penjualan di bawah tingkat yang
diekspektasikan. Ketika penjualan menurun, risiko menanggung kerugian akan
lebih kecil jika sebuah perusahaan memiliki margin pengaman yang tinggi
dibandingkan yang rendah. Dengan demikian, manaj er yang dihadapkan pada
kondisi margin pengaman yang rendah sebaiknya segera melakukan tindakan
untuk meningkatkan penjualan atau menurunkan biaya, sehingga dapat
meningkatkan margin pengaman dan menurunkan risiko terjadinya kerugian.

2. Degrre of Operating Leverage


Konsep mengenai Operating Leverage telah dijelaskan di bagian
sebelurnnya (Struktur Biaya). Dalam Operating Leverage, biaya tetap
digunakan sebagai pengungkit untuk meningkatkan laba perusahaan.
4.30 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Perusahan yang memiliki Operating Leverage yang tinggi cenderung akan


mengalami pengurangan laba yang lebih besar ketika penjualan menurun dan
juga sebaliknya. Sehingga manajer harus paham timbulnya kenaikan risiko
yang diketahui dari tingginya Degree of Operating Leverage (DOL).
Degree of Operating leverage (DOL) adalah perbandingan antara margin
kontribusi dengan laba bersih. DOL = Margin Kontribusi/Laba Operasi.
Tingkat operating leverage tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung
dampak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap laba operasi. Laba
setelah kenaikan adalah laba sebelum kenaikan + (DOL x % kenaikan x Laba
sebelumnya).
Tabel 4.8
Degree of Operating Leverega

Keteranzan I PTA I PTB


Penjualan Rp400,000 Ro400,000
Kurangi: Biaya Variabel 300,000 200,000 .
Margin Kontribusi 100,000 200,000 1
Kurangi: Biaya Tetap 50,000 150,000
Laba Operasi II 50,000 50,000
Deeree of Operating Leverage") 2
*) DOL A= 100.000/50.000, dan DOL B = 200.000/50.000
' 4

Kalau dilihat struktur kos kedua perusahaan tersebut, tampak bahwa PT A


memiliki struktur kos VC : FC sebesar 300.000 : 50.000 yaitu 6 : 1 artinya,
biaya variabelnya sangat tinggi yaitu 6 kali lipat biaya tetap. Sementara PT B
struktur biayanya 200.000 : 150.000 yaitu = 4 : 3. Perusahaan B lebih sensitif
terhadap perubahan. Jika terjadi kenaikan penjualan 20% maka PT B akan
menikmati keuntungan 4 kali lipat dari kenaikan penjualan tersebut sementara
PT A hanya menikmati dua kali lipat. Tetapi sebaliknya,jika terjadi penurunan
penjualan sebesar 20°/o. misalnya maka PT B akan mengalami penurunan laba
sebesar 4 kali lipat dari penurunan tersebut sementara PT A hanya menderita
2 kali lipat dari penurunan. Contoh dari akibat DOL ini disaj ikan pada Tabel
4.9 berikut ini. Asumsikan ada kenaikan penjualan sebesar 20% dari kondisi
saat ini.
e EKMA4314/MODUL 4 4.31

Tabel 4.9
Degree of Operating Leverege dan Kenaikan Penjualan

Kenaikan Penjualan
Keterangan Kondisi Awal 20°/o
PTA PTB
Penjualan 400.000 400.000 480.000 480.000
Kurangi: Biaya Variabel 300.000 200.000 360.000 240.000
Margin Kontribusi 100.000 200.000 120.000 240.000
Kurangi: Biaya Tetap 50.000 150.000 50.000 150.000
Laba Operasi 50.000 50.000 70.000 90.000

Perhatikan bahwa hasil perhitungan pada Tabel 4.9 menunjukkan PT B


menikmati kenaikan laba sebesar 4 kali lipat dari laba sebelumnya, dengan
perhitungan sebagai berikut.
• Laba PT B mula-mula = Rp50.000
• Peningkatan Laba akibat kenaikan penjualan 20% = (4 x 20% x 50.000)
= Rp40.000
• Laba setelab kenaikan = Rp90.000

Sementara PT A banya men.ikmati kenaikan laba sebesar 2 kali lipat, sebagai


berikut:
• Laba PT B mula-rnula = Rp50.000
• Peningkatan Laba akibat kenaikan penjualan 20o/o = (2 x 20% x 50.000)
=Rp20.000
• Laba setelah kenaikan = Rp70.000.

Implikasinya adalah pihak manajemen barus mengevaluasi struktur biaya


dari masing-rnasing segmen usahanya untuk dikaitkan dengan proyeksi
pertumbuhan di masa yang akan datang. Manajemen sebaiknya lebih fokus
pada segmen usaha yang memiliki DO.L tinggi jika diperkirakan akan terjadi
pertumbuhan yang meyakinkan. Demikian pula sebaliknya.
4.32 AKUNTANSI MANAJEMEN e

"'- _..,...
____--=
..._
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Apa yang dimaksud dengan multi-product company? Berikan contoh


perusahaan di Indonesia yang merupakan penghasil multi-product atau
multi-service.
2) Apa pembeda antara analisis KVL antara perusahaan yang menghasilkan
single-product dengan multi-product?
3) PT Plagi menjual helm motor dan helm sepeda. Helm sepeda memiliki
harga jual Rp75.000 per unit biaya variabel per unit Rp45.000. Sedangkan
helm motor memiliki harga jual per unit Rp220.000 dan biaya variabel per
unit Rp140.000. Total biaya tetap keseluruhan adalah sebesar
Rp5 8. 900. 000. Untuk tahun mendatang PT Plagi berencana untuk menjual
5.000 unit helm sepeda dan 2.000 unit helm motor.
4) Dari informasi di atas, hitunglah: a). BEP per unit untuk helm sepeda dan
hehn motor; b) BEP Rupiah.
5) Perhatikan data proyeksi laba dari PT Ghibli berikut ini:

Keteranzan Total Per unit


Peniualan Rp200,000 Rp20
Biaya Variabel (120,000) ( 12)
Margin Kontribusi 80,000 8
Biava Tetap (64,000)
Laba Operasi 16,000

Hitunglah:
a. Degree of Operating Leverage
b. Anggap misal PT Ghibli merevisi proyeksi dengan mencoba
kemungkinan kenaikan penjualan sebanyak 30o/o dari proyeksi awal.
Berapa persentase perubahan laba operasi pada proyeksi yang telah
direvisi? dan berapa total laba operasi espektasian yang akan
diperoleh PT Ghibli setelah rnerevisi proyeksi penjualan?
5) Bagaimana konsekuensi bagi perusahaan yang memiliki komposisi biaya
tetap yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain ketika situasi yang
dihadapi adalah terjadi penurunan penjualan?
e EKMA4314/MODUL 4 4.33

6) Apa yang dimaksud dengan konsep margin of safety?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk menjawab soal latiban nomor 1 Anda harus mernbaca dan


memahami bagian Pendahuluan dalam Kegiatan Belajar 2 ini dan mencari
pada sumber lain.
2) Untuk menjawab soal latihan nornor 2 Anda harus membaca dan
memahami bagian Multiple Product or Service dalam Kegiatan Bela jar 2
mt.
3) Cocokkan jawaban Anda dengan jawaban berikut ini:

Bia ya Margin Margin


Bauran
Produk Barga Variabel Kontribusi Kontribusi
Penjualan
per Unit per Unit Unit Paket
Helm-Sepeda Rp75.000 Rp45.000 Rp30.000 5 Rpl50.000
Helm-Motor Re220.000 Rpl40.000 ReS0.000 2 RE160.000
Total Paket Re310.000

Dengan demikian:
a) BEP Kuantitas Paket= Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi Unit Paket=
Rp58.900.000/Rp310.000 = 190 unit paket
Maka:
BEP Kuantitas Hehn-Sepeda= 190 x 5 = 950 hehn sepeda
BEP Kuantitas Helm-Motor= 190 x 2 = 380 helm motor
b) Sebelum dapat dihitung berapa BEP rupiah maka harus dilakukan
penghitungan atas hal-hal berikut ini terlebih dahulu:
1. Total Penjualan= (5.000 x Rp75.000) + (2.000 x Rp220.000) =
Rp815.000.000.
2. Total Biaya Variabel = (5000 x Rp45.000) + (2000 x Rp140.000) =
Rp505.000.000.
3. Margin Kontribusi - Rp815.000.000 Rp505.000.000=
Rp310.000.000.
4. Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi/Total Penjualan =
Rp31 O.OOO.OOO/Rp815.000.000 = 0,38
5. Dengan demikian:
6. BEP Rupiah= Biaya Tetap/Rasio Margin Kontribusi= Rp58.900.000/
0,38= Rp154.850.000.
4.34 AKUNTANSI MANAJEMEN e

A tau dapat juga secara cepat diperoleh dari: (950 x Rp7 .500) + (380
x Rp220.000= Rpl54.850.000.
4) Cocokkanjawaban Anda denganjawaban berikut ini:
a) DOL= Margin Kontribusi/Laba Operasi= Rp80,000/Rpl6,000 = 5
b) Persentase perubahan pada Laba Operasi= DOL x Persentase
perubahan pada Penjualan = 5 x 30% = 150%
c) Laba Operasi Ekspektasian = Rpl6,000 + (1.5 x Rpl6,000) =
Rp40,000.
5) Untuk menjawab soal latihan nomor 5 Anda harus membaca dan
rnemahami bagian Struktur Biaya dalam Kegiatan Belajar 2 ini.
6) Untuk menjawab soal latihan nomor 6 Anda harus membaca dan
rnemahami sub bagian Risiko dan Ketidakpastian dalam Kegiatan Belajar
2 ini.

-a RANG KUMAN _

Pada kenyataannya, tidak semua perusahaan mernproduksi satu jenis


barang atau jasa. Mayoritas banyak perusahaan akan memproduksi lebih
dari satu barang atau jasa (multiple-productor service). lsu yang muncul
bagi perusahaan tipe tersebut, kaitannya dengan analisis BVL, adalah
bauran atau kombinasi penjualan serta biaya bersama (common cost).
Bauran penjualan adalah penentuan proporsi masing-masing produk yang
harus dijual relatif terhadap total penjualan. Bauran penjualan adalah hal
yang penting bagi perusahaan multi-product karena beberapa produk
mungkin lebih profitable dibandingkan yang lain. Jika bauran penjualan
berubab maka profit juga ikut berubah. Sedangkan yang dimaksud dengan
common cost adalah biaya yang akan tetap muncul meskipun salah satu
atau leb.ih produk tidak lagi dihasilkan. Agar titik impas yang diperoleh
dapat menutup biaya bersama yang muncul maka analisis Biaya-Volume-
Laba yang digunakan untuk perusahaan multiple-product dapat digunakan
dengan cara perhitungan yang mengasumsikan bahwa perusahaan
menjual single-product.
Struktur biaya menunjukkan proporsi biaya tetap dan biaya variabel
dalam suatu organisasi perusahaan. Apabila dua perusahaan dibandingkan
struktur biayanya, perusahaan yang memiliki komposisi biaya tetap lebih
tinggi akan semakin rentan posisi keuangan atau perusahaan terhadap
perubahan pendapatan. Sehingga ketika terj adi peningkatan pend apa tan,
perusahaan dengan komposisi biaya tetap lebih tinggi akan mengalami
kenaikan laba yang lebih tinggi, dan juga sebaliknya. Untuk menghadapi
e EKMA4314/MODUL 4 4.35

risiko dan ketidakpastian dalam analisis BVL, perusahaan dapat


mengukumya dengan dua hal yakni margin pengaman dan operating
leverage.

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

I) Yang dimaksud dengan pengertian margin of safety adalah:


A. kelebihan pendapatan yang dianggarkan atau yang sesungguhnya di
atas biaya tetap
B. kelebihan penjualan yang sesungguhnya di atas penjualan yang
dianggarkan
C. kelebihan pendapatan di atas biaya variabel
D. kelebihan penjualan yang akan dicapai di atas penjualan pada titik
impas

2) Analisis BVL sangat penting untuk menentukan:


A. volume operasi yang diperlukan pada titik impas
B. hubungan antara pendapatan dan biaya pada berbagai tingkatan
operasi
C. penjualan yang diperlukan sama dengan biaya variabel
D. tidak ada jawaban yang tepat

3) Di antara peristiwa berikut, manakah yang menyebabkan titik impas


berubah?
A. penjualan naik
B. total produksi turun
C. total biaya variabel naik sebagai akibat adanya tambahan produksi
D. biaya tetap naik sebagai akibat tambahan fasilitas pabrik

Gunakan data berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 4 hingga 7.

PT Dies memproduksi dua jenis produk yakni Beta-Basic dan Beta-Deluxe. Di


tahun selanjutnya, perusahaan berencana untuk menjual 3.000 unit produk
Beta-Basic dan 1.500 unit produk Beta-Deluxe. Sedangkan total biaya tetap
diketahui sebesar Rp140.000.000,-. Informasi terkait dua produk tersebut
sebagai berikut.
4.36 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Beta-Basic Beta-Deluxe
Harga Rpl20.000 Rp200.000
Biaya Variabel per unit Rp40.000 Rp80.000

4) Berapa bauran penjualan untuk produk Beta-Basic dan Beta-Deluxe?


A. I :2
B. 2: I
C. 3:5
D. 5:3

5) Berapa margin kontribusi per unit dalam satuan paket atas dua produk
tersebut?
A. Rp80.000
B. Rp160.000
C. Rpl20.000
D. Rp280.000

6) Berapa titik impas kuantitas untuk masing-masing produk Beta-Basic dan


Beta-Deluxe?
A. unit dan 500 unit
B. 500 unit dan 500 unit
C. 500 unit dan 1.000 unit
D. 1.500 unit dan 500 unit

7) Berapa titik impas rupiah?


A. Rp660.000.000
B. Rp420.000.000
C. Rp230.000.000
D. Rp220.000.000

8) Penggunaan biaya tetap untuk memperoleh persentase perubahan yang


lebih tinggi pada laba melibatkan hal. ...
A. margin pengaman
B. pengungkit operasi
C. analisis sensitivitas
D. pengurangan biaya variabel

9) Berikut ini adalah asumsi yang rnendasari analisis BVL, kecuali ....
A. baik biaya maupun pendataan merupakan fungsi linear pada range
output tertentu
B. biaya variabel berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat
aktivitas
e EKMA4314/MODUL 4 4.37

C. perbedaan jumlah persediaan pada awal dan akhir periode tidak


material
D. baruan penjualan akan berubah karena naiknya biaya tetap padarange
output yang lebih tinggi

10) Ketika perusahaan memiliki nilai margin pengaman = 0 maka ....


A. perusahaan sedang berada pada posisi titik impas
B. perusahaan mengalami kerugian
C. perusabaan mernperoleh laba yang sangat sedikit
D. tidak ada jawaban yang tepat karena nilai margin pengaman tidak
boleh kurang atau sama dengan O

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian ak.hir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = -----------x100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80o/o atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Bela.jar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
4.38 AKUNTANSI MANAJEMEN e

KEGIATAN BELAJAR 3

Penetapan Kos Absorpsi


dan Penetapan Kos Variabel

(' etelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 dan 2, benang merah yang dapat
(!) kita tarik adalah dalam penghitungan analisis KVL sangat berkaitan erat
dengan konsep sifat kos berdasarkan perilakunya. Misal ketika menghitung
titik impas yang tidak mempertimbangkan biaya tetap untuk dikurangkan ke
penjualan. Selanjutnya, kita akan mempelajari bagaimana konsep dasar
perilaku kos tersebut dikembangkan lebih lanjut sebagai dikotomi costing
method yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja suatu unit bisnis
perusahaan.
Umumnya perusahaan terdiri dari banyak unit bisnis dan masing-masing
merupakan profit centers bagi perusahaan. Tentunya perusahaan perlu untuk
mengevaluasi bagaimana kinerja dari unit bisnis-unit bisnis tersebut.
Penghitungan dengan cara yang akan rnenghasilkan laporan laba rugi ke pihak
eksternal tidak akan terlalu bermanfaat dan bahk.an tidak dapat digunakan
untuk mengevaluasi kinerja dari profit centers yang ada di perusabaan.
Laporan laba rugi tersebut hanya bermanfaat bagi pihak eksternal dalam
menilai bagaitnana kinerja perusahaan. Oleh karenanya, untuk memenuhi
kebutuhan internal perusahaan dalam menilai kinerja dari unit bisnis maka
dikembangkan suatu laporan keuangan tersegrnentasi untuk masing-masing
unit bisnis.
Terdapat dua metode yang dapat digunakan, yakni variable costing dan
absorption costing. Sebenarnya dua metode ini merupakan metode costing
yang akan menghasilkan nilai kos per unit yang berbeda yang mana akibatnya
juga berujung pada berbedanya nilai laba yang tampak pada laporan laba rugi.
Kegiatan belajar ini akan mempelajari tentang konsep dan perbedaan dari dua
variable costing serta absorption costing untuk tujuan penilaian kinerja
internal serta juga bagaimana penggunaan variable costing untuk dalam
menyusun laporan laba rugi segmentasi.
e EKMA4314/MODUL 4 4.39

A. PENETAPAN KOS VARIABEL (VARIABLE COSTING) DAN


PENETAPAN KOS ABSORSI (ABSORPTION COSTING)

Absorption costing yang dipergunakan untuk bidang akuntansi keuangan


dan penyajian laporan untuk kepentingan perpajakan (ke pihak eksternal),
temyata tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pengarnbilan keputusan
internal. Oleh karena itu, lahirlah cost determination method yang disebut
variable costing. Para akuntan manajernen lebih menyukai variable costing ini
karena dapat memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan internal, tetapi
tidak dapat mernenuhi kebutuhan pihak eksternal.
Sebelum memahami lebih lanjut, ingat kembali salah satu konsep yang
telah kita pelajari di Modul 2 tentang dikotomi kos berdasarkan waktu
pembebanannya, yakni kos produksi dan kos periode. Kos produksi - yang
seringkali juga disebut sebagai kos manufaktur atau inventoriable cost- terdiri
dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik,
sedangkan kos periode terdiri atas biaya penjualan dan administratif. Dari segi
teknis perhitungan, perbedaan antara. variable costing dan absorption costing
terletak pada perlakukan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya produk
atau biaya periode. Berikut akan dibahas secara lebih rinci bagaimana
perbedaan antara kedua costing method tersebut.

1. Penetapan Kos Variabel (Variable Costing)


Dalam variable costing, yang dimasukkan sebagai kos produk hanyalah
kos manufaktur yang bersifat variabel yakni bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik variabel. Sedangkan overhead pabrik tetap
diperlakukan sebagai kos periode alih-alih sebagai kos produk. Alasan dari
perlakuan tersebut karena overhead tetap merupakan kos kapasitas yang akan
tetap ada dalam bisnis berapa pun unit yang diproduksi. Ketika satu periode
telah berjalan habis, manfaat apapun yang masih diperoleh dari kapasitas telah
kadaluwarsa dan tidak seharusnya masuk sebagai bagian dari penentuan kos
persediaan. Dengan kata lain, kos overhead tetap merupakan kos yang terjadi
pada satu periode yang harus dilawankan dengan penjualan yang diperoleh
pada periode tersebut. Variable costing disebut juga sebagai direct costing
karena hanya memasukkan unsur kos yang bersifat variabel, yang notabene
dapat dengan mudah ditelusuri ke produk,
4.40 AKUNTANSI MANA.JEMEN e

2. Penetapan Kos Absorpsi (Absorption Costing)


Dalam absorption costing, seluruh biaya manufaktur dimasukkan sebagai
kos produk yakni bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead
variabel, dan overhead tetap. Oleh karenanya, metode ini seringkali disebut
pu1afull costing. Berbeda dengan variable costing, dalam absorption costing,
overhead tetap diperlakukan sebagai kos produk. Bukan sebagai kos periode.
Kos overhead tetap dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif FOH
ditentukan di awal (predetermined rate) dan tidak akan dibebankan sampai
produk terjual, oleh karenanya overhead tetap menjadi bagian dari nilai
sediaan (inventoriable cost).

3. Analisis Perbandingan Variable Costing dan Absorption Costing


Dalam praktik, biasanya sebuah organisasi akan melaksanakan kedua-
duanya secara pararel atau dalam keseharian mempergunakan metode variable
costing dan pada akhir tahun melakukan rekonsiliasi ke absorption costing.
Kedua metode ini dapat diperbandingkan sebagai berikut.

Tabel 4.10
Perbandingan Variable Costing dan Absorption Costing

ASPEK Variable Costing (VC) Absorption Costing (AC)


Pendekatan Perilaku (Biaya dikelompokkan Fungsional (Biaya
menurut perilakunya) dikelompokkan menurut fungsi
generik dalam organisasi)
Penggunaan Internal Eksternal
Kos Produk Bahan langsung (DM) Bahan langsung (DM)
Tenaga Kerja Langsung (DL) Tenaga Kerja Langsung (DL)
Overhead variabel (VOH) Overhead variabel (VOH)
Overhead Tetap (FOH)
Kos Periode Overhead Tetap (FOH)
Biaya Penjualan Variabel Biaya Penjualan Variabel
Biaya Penjualan Tetap Biaya Penjualan Tetap
Biaya Administrasi Vanabel Biaya Administrasi Variabel
Biaya Administrasi Tetap Biaya Administrasi Tetap

4. Laporan Laba Rugi Di Bawah Variable Costing dan Absorption


Costing
Oleh karena penentuan kos produk di bawah variable costing dan
absorption costing adalah berbeda maka akan menghasilkan laba operasi yang
e EKMA4314/MODUL 4 4.41

berbeda. Perbedaan tersebut tentu saja muncul karena kos overhead tetap yang
diperlakukan sebagai kos produk atau kos periode. Namun, secara
mendetailnya, perbedaan nilai laba operasi akan muncul ketika terdapat
perbedaan antara unit yang produksi dan unit yang dijual.
Berikut ini adalah data biaya produksi dan non produksi variable dan
biaya tetap yang disusun pada anggaran kapasitas normal 10.000 unit.

Tabel 4.11
Data yang Tersedia PT Arjuna

Keteranzan Jumlah
Kos V ariabel Per Unit
Bahan Baku Lanasunz Rp 50
Tenaga Keria Lanzsuna 100
Overhead Variabel 50
Penjualan dan Adm. Variabel 10
Kos Tetap Per tahun
Overhead Tetap Ro250.000
Peniualan dan Adm. Tetao 100.000

5. Untuk Penilaian Persediaan


Sebelum menghitung nilai sediaan alih-alih nilai laba operasi maka harus
dihitung terlebih dahulu kos produksi per unit baik menurut variable costing
maupun absorption costing. Berdasarkan data di atas maka perhitungan harga
pokok produksi menurut masing-masing metode adalah:

Tabel 4.12
Perhitungan Kos Produksi di Bawah Kedua Metode

Variable Costing Abso1ption Costing


Bahan Baku Langsung Rp 50 Rp 50
Tenaga Kerja Langsung 100 100
Overhead variabel 50 50
Overhead tetap 25*
Kos overhead tetap per unit Rp200 Rp225

*=$250.000/10.000
4.42 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Selanjutnya, jika diketahui bahwa:


Unit sediaan awal --- unit
Unit yang diproduksi 10,000 unit
Unit yang terj ual 8,000 unit
Maka, nilai sediaan Akhir:
• Variable Costing 7 2,000 x Rp200 7 Rp400,000
• Absorption Costing 7 2,000 x Rp225 7 Rp450,000
Dengan demikian, terdapat selisih sebesar Rp50,000.

Nilai dari selisih sediaan akbir antara variable costing dan absorption
costing terebut diperoleh dari kos overhead tetap per unit dikalikan dengan
jumlah persediaan akhir (Rp25*2,000 = $50,000).
Mengacu ke Tabel 4.11 dan 4.12, asumsikan bahwa unit terjual adalah
8,000 unit dan unit yang diproduksi adalah 10,000 unit, jika perusahaan
menghitung laba rugi secara paralel dengan menggunakan kedua pendekatan
tersebut, maka mana pernyataan yang benar mengenai besarnya laba?
a. Sarna antara Laba menurut VC dan Laba menurut AC
b. Laba menurut AC lebih besar dari laba menurut VC
c. Laba menurut VC lebih besar dari Laba rnenurut AC

6. Untuk Penyusunan LaporanLaba Rugi


a. Asumsi Pertama:Mengacuke Tabel 4.11 dan4.12, dengan asumsi harga
jual per unit Rp200, dan barang yang terjual hanya 8.000 unit, berarti ada
persediaan akhir 2000 unit, maka laporan laba rugi menurut kedua
pendekatan adalah seperti tampak pada tabel berikut

Tabel 4.13
Laporan Laba Rugi di Bawah Kedua Metode dengan Asumsi Pertama
PT Arjuna

Laporan Laba Rugi - Variabel Costing


Penjualan (Rp) 2.400.000
Dikurangi Biaya-biaya variabel:
HPP variabel 1.680.000
Bia ya Penjualan & Administratif Variabel 80.000 1.680.000
Margin Kontribusi 720.000
e EKMA4314/MODUL 4 4.43

Dikurangi Biaya-biaya tetap:


Overhead tetap 250.000
Biaya Penjualan & Administratif Tetap 100.000 350.000
Laba Operasi 370.000

PT Arjuna
Laporan Laba Rugi -Absorption Costing
Penjualan (Rp) 2.400.000
Dikurangi: Kos Barang terjual 1.800.000
Laba Kotor 600.000
Dikurangi Biaya-biaya: Penjualan dan Admin 180.000
Laba Operasi 420.000

Terdapat selisih laba antara pendekatan VC dan AC yaitu Rp370.000 -


Rp420.000 = Rp50.000 yang rnana Laba menurut VC lebih rendab
dibandingkan dengan laba menurut absorption costing. Perbedaan ini dapat
direkonsiliasi sebagai berikut.

Rekonsiliasi Selisih Perbedaan Laba:


Laba menurut Variable Costing Rp370.000
Porsi Overhead tetap yang melekat di Persediaan Akhir
(2,000 units x $25) 50.000
Laba menurut Absorption Costing Rp420.000

b. Asumsi Kedua: Barang yang terjual 10,000 unit, tidak ada persediaan
akhir, harga jual Rp200 per unit maka laporan laba rugi menurut kedua
pendekatan terse but disaj ikan pada Tab el 4 .14 berikut ini.
4.44 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Tabel 4.14
Laporan Laba Rugi di Bawah Kedua Metode dengan Asumsi Pertama
PT Arjuna
Laporan Laba Rugi - Variabel Costing
Penjualan (Rp) 3.000.000
Dikurangi Biaya-biaya variabel:
HPP variabel 2.000.000
Bia ya Penjualan & Administratif Variabel 100.000 2.100.000
Margin Kontribusi 900.000
Dikurangi Biaya-biaya tetap:
Overhead tetap 250.000
Biaya Penjualan & AdministratifTetap 100.000 350.000
Laba Operasi 550.000

PT Arjuna
Laporan Laba Rugi -Absorption Costing
Penjualan (Rp) 3.000.000
Dikurangi: Kos Barang terjual 2.250.000
Laba Kotor 750.000
Dikurangi Biaya-biaya: Penjualan dan Admin 200.000
Laba Operasi 550.000

Ketika semua produk yang diproduksi terjual dan tidak ada persediaan
maka laba yang dihitung dengan menggunakan kedua pendekatan nilainya
sama. Sampai pada bagian ini kita telah mendiskusikan hubungan antara
produksi, penjualan, dan laba operasi. Hal ini dapat membantu kita untuk
memvisualisasikan aliran biaya overhead tetap ke dalam dan ke luar
persediaan. Dalam pendekatan variable costing biaya, overhead tetap
diperlakukan sebagai biaya periode, sehingga meskipun produk belum dijual
semua overhead tetap sudah dibebankan pada periode berjalan. Sebaliknya,
dalam pendekatan absorption costing, biaya overhead akan tetap melekat
dalam sediaan sebagai asset sampai produk tersebut terjual.
e EKMA4314/MODUL 4 4.45

Dengan demikian, hubungan antara produksi, volume penjualan dan laba


dapat diringkas pada Tabel 4.15 sebagai berikut.

Tabel 4.15
Hubungan Antara Produksi, Volume Penjualan, dan Laba

No Jika Maka
l Produksi > Penjualan Laba Absorption Costing> Laba Variable
Costing
2 Produksi < Penjualan Laba Absorption Costing < Laba Variable
Costin£
3 Produksi = Penjualan Laba Absorption Costing= Laba Variable
Costinf!

Perbedaan ini semata-mata disebabkan saat pembebanan overhead tetap


(timing of charge). Jika dalam satu periode barang terjual habis, berarti semua
biaya overhead menurut kedua pendekatan terse but terbebankan dalam periode
berjalan. Jika tidak semua produk yang diproduksi terjual, maka akan ada
sediaan akhir. Dalam VC semua kos overhead tetap dibebankan pada periode
berj alan sedangkan dalam AC kos overhead tetap sebagian masih melekat pada
sediaai1 akhir (inventoriable). Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan
laba antara VC dan AC.
Berapa besarnya perbedaan laba antara variable costing dengan
absorption costing? Dapat dihitung dengan rumus berikut:

Persamaan 4.6
Perhitungan Selisih Laba VC vs AC

Perbedaan Laba (VCincome-ACincome= Fixed overhead per unit x (Units


produced - Units sold)

7. Penggunaan Variable Costing untuk Pelaporan dan Evaluasi Kinerja


Segmen
Barus diingat bahwa variable costing tidak dapat dipergunakan untuk
pelaporan ekstemal, tetapi sangat bermanfaat untuk pelaporan internal,
misalnya untuk perencanaan dan Pengendalian (Analisis Kos Volume Laba),
untuk Pengambilan keputusan (Keputusan Taktis), dan untuk Evaluasi Kinerj a.
Hal tersebut dikarenakan variable costing memperhatikan biaya berdasarkan
4.46 AKUNTANSI MANAJEMEN e

perilakunya. Tidak semua biaya dapat dikendalikan oleh manajer sehingga


sudah sepantasnya manajer hanya dinilai berdasarkan hal yang bisa ia
kendalikan.
Pada bagian ini akan dijelaskan penggunaan variable costing untuk
evaluasi kinerja lewat laporan keuangan segmentasi, sedangkan untuk
perencanaan dan pengendalian sudah dibahas di kegiatan belajar sebelumnya,
serta untuk pengambilan keputusan khusus akan dibicarakan pada modu]
lainnya.
Yang dimaksud dengan segmen adalah segala sesuatu yang dapat
menciptakan profit bagi organisasi. Oleh karena itu, yang dapat dikategorikan
sebagai segmen adalah:
1. Produk 7 misalnya Produk A, B, C, dan sebagainya.
ii. Teritori 7 misalnya Wilayah Jatim, Jateng, DIY, DK.I, Jabar, Banten,
Bali, dan sebagainya.
in. Divisi 7 misalnya dalam sebuah KAP: Audit, Sistem, Pajak, dan
sebagainya.
iv, Tenaga Penjualan 7 misalnya Adi, Budi, Cindi, Dedi, dan sebagainya.

Tabel 4.16
llustrasi Laporan Laba Rugi Segmentasi
PT Sinabnng
Laporan Laba Rugt, 20xx
Berbasis Variable-Costing

ProdukA ProdukB Total

Penjualan Rpxxx Rpxxx Rpxxx


Dikurangi Biaya-biaya variabel:
HPP Variabel -xxx -xxx -xxx
Biaya P & Adm.Variabel -xxx -xxx ·XXX
Marjin Kontribusi xxx xxx xxx
Dikurangi Biaya-biaya tetap:
Biaya overhead tetap langsung -xxx -xxx ·XXX
Biaya P & Adm. Langsung -xxx ·XXX -xxx
I Marjin segmen xxx xxx xxx I
Dikurangi Bia ya tetap bersama:
Biaya overhead tetap bersama
Biaya P & Adm. Bersama
Laba atau rugt operasi
x
x
xx
ffi-\
xx
x

x
xxx
e EKMA4314/MODUL 4 4.47

Perusahaan di atas memiliki dua segmen yaitu produk A dan produk B.


Dalam kondisi seperti ini (pembuatan laporan laba rugi seginentasi) maka
muncul konsep biaya tetap bersama dan biaya tetap langsung. Biaya tetap
bersama keberadaannya tidak tergantung kepada salah satu segmen, tetapi
berkaitan dengan keberadaan perusahaan. Seringkali biaya tetap langsung ini
disebut juga tracebale fixed expense karena masih bisa ditelusuri ke masing-
masing segmen. Sedangkan biaya tetap langsung berkaitan dengan keberadaan
segmen. Artinya, biaya tetap bersama ini akan hilang jika sebuah segmen
dihapus ( didrop ).
Dari sini kita dapat menjelaskan bahwa jika kita ingin mengukur kinerja
segmen, maka biaya-biaya yang dibebankan haruslah biaya-biaya yang
berkaitan langsung dengan segmen yang bersangkutan. Yang dilihat sebagai
kinerja segmen adalah segmen margin. Logika dari tidak dipertimbangkannya
biaya tetap bersama untuk mengukur kinerja segmen adalah karena tidaklah
adil membebankan sesuatu yang berada di luar kendali manajemen dari
segmen itu sendiri. Segmen margin setelah dikurangi biaya tetap bersama
(terdiri dari biaya overhead serta biaya penjualan dan administratif) akan
menghasilkan laba atau rugi operasi. Namun demikian, bukan berarti
perusahaan tidak diperbolehkan sama sekali untuk mengalokasikan nilai biaya
tetap bersama ke masing-masing segmen.

~,
-
---~
_.,....
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda rnengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Apa perbedaan antara variable costing dan absorption costing?


2) Mengapa variable costing dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja
dari masing-masing unit bisnis yang dimiliki perusahaan?
3) Apa kaitan dikotomi variable costing dan absorption costing dengan
dikotomi kos produk dan kos periode?
4) Berikut ini adalah data untuk tahun berjalan dari PT Borang terkait produk
yang dibuat:
4.48 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Unit sediaan awal -


Unit yang diproduksi 5.000
Unit yang teriual (Rp I 00.000,- oer unit) 3.000
Biaya variabel per unit:
• Bahan baku langsung Rp30.000,-
• Tenaga kerja langsung Rp85.000,-
• Overhead variabel Rp25.000,-
Biaya tetap:
• Overhead tetap per unit yang diproduksi Rpl5.000,-
• Biaya peniualan dan administratif tetan per unit Rp20.000
Berdasarkan data di atas, hitunglah:
a) Dengan pendekatan variable costing,
1. Berapa unit sediaan akhir?
ii. Berapa biaya produksi per unit?
iii. Berapa nilai sediaan akhir?
b) Dengan pendekatan absorption costing,
1. Berapa unit sediaan akhir?
ii. Berapa biaya produksi per unit?
iii. Berapa nilai sediaan akhir?
5) Apa yang dimaksud dengan segmen? Sistem costing manakah yang
digunakan untuk menyusun laporan laba rugi segmentasi?
6) Apa perbedaan biaya tetap langsung dengan biaya tetap bersama?
7) PT Narnia memproduksi dua tipe kursi belajar yakni tipe Red dan tipe
Blue. Berikut adalah informasi yang tersedia untuk tahun mendatang:

Red Blue
Penjualan Rp400.000 Rp290.000
HPP variabel Rp200.000 Rpl50.000
Overhead tetap langsung Rp30.000 Rp20.000
Sebanyak 5% komisi penjualan dibayarkan untuk rnasing-masing lini produk.
Biaya penjualan dan administrasi tetap langsung diestimasikan sebesar
Rpl0.000 untuk lini produk Red dan Rpl5.000 untuk lini produk Blue.
Overhead tetap bersama diestimasikan sebesar Rpl00.000, sedangkan biaya
penjualan dan administratif bersama diestimasikan sebesar Rp20.000. Anda
di min ta untuk membuat laporan laba rugi segmentasi untuk PT N arnia
terse but.
e EKMA4314/MODUL 4 4.49

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk menjawab soal latihan nornor 1 An.da harus membaca dan


memahami bagian Variable Costing dan Absorption Costing dalam
Kegiatan Belajar 3.
2) Untuk menjawab soal latihan nomor 2 Anda harus membaca dan
memahami bagian Penggunaan Variable Costing untuk Pelaporan dan
Evaluasi Kinerja Segmen dalam Kegiatan Belajar 3.
3) Untuk menjawab soal latihan nomor 3 Anda harus membaca dan
memahami bagian Pendahuluan serta Variable Costing dan Absorption
Costing dalam Kegiatan Belajar 3.
4) Cocokkanjawaban Anda dengan jawaban berikut ini:
a. Dengan pendekatan variable costing
1. Unit sediaan akhir = Unit sediaan awal + Unit yang diproduksi-
Unit yang terjual
ii. = 0 + 5.000 - 3.000 = 2.000 unit
ill. Biaya produksi per unit dengan menggunakan variable costing:
Bahan baku Rp 30.000,-
Tenaga kerja langsung Rp 85.000,-
0verhead variabel Rp 25.000,-
Biaya produksi per unit Rp140.000,-
in. Nilai dari unit sediaan akhir = Unit sediaan akhir x Biaya
produksi per unit berdasarkan Variable Costing
= 2.000 unit x Rpl40.000
= Rp280.000.000
b. Dengan pendekatan absorption costing
i. Unit sediaan akhir = Unit sediaan awal + Unit yang diproduksi -
Unit yang terjual = 0 + 5.000- 3.000 = 2.000 unit
ii. Biaya produksi per unit dengan menggunakan absorption
costing:
Bahan baku Rp 30.000,-
Tenaga kerja langsung Rp 85.000,-
Overhead variabel Rp 25.000,-
Overhead tetap Rp 15,000,-
Biaya produksi per unit Rpl55.000,-
4.50 AKUNTANSI MANAJEMEN e

111. Nilai dari unit sediaan akhir = Unit sediaan akhir x Biaya
produksi per unit berdasarkanAbsorption Costing
2.000 unit x Rpl55.000
=
= Rp310.000.000
5) Untuk menjawab soal latihan nomor 5 Anda harus membaca dan
memahami bagian Penggunaan Variable Costing untuk Pelaporan dan
Evaluasi Kinerja Segmen dalam Kegiatan Belajar 3.
6) Untuk menjawab soal latihan nomor 6 Anda harus membaca dan
memahami bagian Penggunaan Variable Costing untuk Pelaporan dan
Evaluasi Kinerja Segmen dalam Kegiatan Belajar 3.
7) Cocokkanjawaban Anda denganjawaban berikut ini.

PTNARNIA
LAPORAN LABA RUGI SEGMENTASI
UNTUK TAHUN MENDATANG

Kursi Kursi
Bela jar-Red Belajar-B/ue Total
Penjualan Rp 400.000 Rp ?90.000 Rp 690.000
Dikurangi: Biaya-biaya variabel
HPP variabel (200.000) (150.000) (350.000)
Biaya penjualan variabel (20.000) (14.500) (34.500)
Margin Kontribusi 180.000 125.500 305.500
Dikurangi: Biaya-biaya tetap
Overhead tetap langsung (30.000) (20.000) (50.000)
Penjualan & Adm.
Langsung (10.000) (15.000) (25.000)
Margin Segmen 140.000 90.500 230.500
Dikurangi: Biaya tetap bersama
Overhead tetap bersama (100.000)
Penjualan & Adm. Bersama (20.000)
Laba Operasi 110.500
e EKMA4314/MODUL 4 4.51

-a RANG KUMAN _

Kegiatan belajar 3 ini mempelajari tentang dua jenis costing method


yang salah satunya dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja suatu unit
bisnis perusahaan yakni variable costing. Lawan dari variable costing
adalah absorption costing. Penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi
kinerja dari segmen yang dimiliki agar kualitas pengambilan keputusan
dapat meningkat.
Perbedaan Variable costing dan absorption costing ada dalam
beberapa hal, yang pertama jika absorption costing memasukkan unsur
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan
overhead tetap sebagai unsur dari kos produknya, namun tidak untuk
variable costing yang tidak memasukkan overhead tetap dan menganggap
kos tersebut sebagai kos periode alih-alih kos produk. Selain itu, variable
cositng lebih ditujukan untuk keperluan internal, sedangkan absorption
costing lebih ditujukan untuk keperluan ekstemal.
Oleh karena penentuan kos produk di bawah variable costing dan
absorption costing adalah berbeda maka akan menghasilkan laba operasi
yang berbeda. Ketika unit yang diproduksi lebih besar dari unit yang dijual
maka laba operasi di bawah metode absorption costing akan lebih tinggi
begitu pula sebaliknya. Ketika unit yang diproduksi sama dengan unit
yang terjual maka laba yang dihasilkan antara kedua costing method
tersebut adalah sama.
Dalam laporan Jaba rugi segmentasi yang menggunakan variable
costing, akan dikenal dua tipe biaya tetap, yakni biaya tetap langsung dan
biaya tetap bersama. Biaya tetap bersama keberadaannya tidak tergantung
kepada salah satu segmen, tetapi berkaitan dengan keberadaan
perusahaan. Sedangkan biaya tetap langsung berkaitan dengan keberadaan
segmen. Artinya, biaya tetap bersama ini akan hilang jika sebuah segmen
dihapus ( didrop ).
4.52 AKUNTANSI MANA.JEMEN e

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Metode penentuan biaya produksi yang memasukkan elemen biaya


overhead pabrik tetap di dalam elemen persediaan disebut. ...
A. Absorption Costing
B. Direct Costing
C. Variable Costing
D. Process Costing

2) Laporan yang disusun berdasar konsep direct costing dihitung dengan ....
A. hanya memasukkan direct cost dalam laporan laba rugi
B. mempertemukan biaya variabel dengan penghasilan dan
memperlakukan biaya tetap sebagai biaya periode
C. memperlakukan semua biaya sebagai biaya periode
D. menghapus rekening persediaan barang dalam proses

3) Laba rugi yang disusun berdasarkan metode .full costing akan cenderung
lebih besar dibandingkan laba yang dihitung dengan metode variabel
costing ketika ....
A. biaya produksi variabel naik
B. satuan produk yang diproduksi lebih besar dibandingkan satuan
produk yang terjual
C. satuan produk yang dijual lebih besar dibandingkan satuan produk
yang diproduksi
D. biaya produksi tetap mengalami penurunan

4) Apabila menggunakan metode variable costing maka ....


A.. biaya produksi per satuan akan berubah akibat perubahan jumlah
yang diproduksi
B. laba akan berfluktuasi dengan penjualan
C. biaya produksi termasuk di dalamnya biaya administrasi variabel
D. tidak ada jawaban yang tepat

5) Absoprtion costing berbeda dengan variable costing dalam hal. ...


A. standar cost digunakan untuk absorption costing, tetapi tidak
digunakan dalam variable costing
B. jenis-jenis aktivitas yang digunakan oleh setiap metode dalam
menyusun laporan
e EKMA4314/MODUL 4 4.53

C. jumlah biaya yang dibebankan pada satuan produk secara individual


D. jumlah biaya tetap yang dibebankan

6) Perusahaan akan mernilih menggunakan variable costing karena ...


A. diwajibkan oleh PSAK Umum
B. paling berguna dalam pengambi1an keputusan manajerial
C. sangat bermanfaat untuk tujuan pelaporan ekstemal
D. menghasilkan margin laba yang lebih tinggi

7) Perbedaan pokok antara variable costing denganfull costing adalah ....


A. variable costing selalu menyajikan laba ken.a pajak yang lebih rendah
dari full costing
B. variable costing rnengakui biaya tetap sebagai biaya periode
sedangkan full costing rnengakui biaya tetap sebagai harga pokok
produk
C. variable costing tidak dapat menggunakan biaya standar sedangkan
full costing dapat menggunakan biaya standar
D. variable costing hanya dapat digunakan dalam situasi dimana
produksinya homogen sedangkanful/ costing dapat digunakan dalam
kondisi manufaktur yang mana pun.

8) Laba bersih yang dihitung dengan menggunakan metode full costing


berbeda dengan laba bersih yang dihitung dengan menggunakan variable
costing sebesar ....
A. selisih antara laba kotor (full costing) dengan contribution margin
( variable costing)
B. selisih antara hasil penjualan menurut variable costing dengan basil
penjualan menurutfu// costing.
C. biaya tetap yang rnelekat pada persediaan awal dan persediaan akhir
dan adanya pembebanan lebih atau kurang dari biaya overhead
pabrik.
D. discretionary costs yang melekat pada persediaan awal dan akhir.

9) Dala111 laporan laba rugi segmentasi, manakah dari pemyataan berikut


yang tepat ....
A. margin segmen lebih besar daripada margin kontribusi
B. biaya tetap bersama wajib dialokasikan ke masing-masing segmen
C. margin segmen sama dengan margin kontribusi dikurangi biaya tetap
langsung
D. margin segmen sama dengan margin kontribusi dikurangi biaya tetap
Iangsung dan bersama
4.54 AKUNTANSI MANAJEMEN e

10) Segrnen dapat berupa hal-hal berikut ini ....


A. produk
B. tipe pelanggan
C. regional
D. semua jawaban adalah benar

11) p·iano GusI Inc menuiliki <lataa ta s pro dkn


u 1ya brikt ..
e . u fill.
Bahan baku langsung Rp40
Tenaga kerja langsung 30
Overhead variabel 2
Overhead tetap 5

Unit sediaan awal adalah sebanyak 8.000 unit. Selama tahun berjalan
perusahaan memproduksi 50.000 unit dan berhasil menjual sebanyak
55.000 unit maka nilai dari sediaan akhir adalah ....
A. lebih besar di bawah variable costing dibandingkan absorption
costing
B. lebih besar di bawah absorption costing dibandingkan variable
costing
C. memiliki nilai yang sama di bawah variable costing maupun
absoprtion costing
D. nol karena tidak terdapat sediaan akhir yang tersisa

Gunakandata berikut untuk menjawabsoal pertanyaannomor 12


hingga 15.

Berikut adalah data milik PT Believe. Perusahaan ini menggunakan variable


costing.

Keterangan Produk 1 Produk2


Unit yang teriual 10,000 20,000
Harza ner unit Ro 20 Ru 15
Kos variabel per unit 10 10
Kos tetap lanzsunz 35,000 75,000
Kos tetap bersama 46,000
e EKMA4314/MODUL 4 4.55

12) Berdasarkan data di atas berapa margin kontribusi untuk produk 1 dan
produk 2?
A. Rp 100,000 dan Rp200,000
B. Rpl00,000 dan Rpl00,000
C. Rp65,000 dan Rp25,000
D. Rpl8,400 dan Rp27,600

13) Berdasarkan data di atas berapa margin segmen untuk produk 1 dan
produk 2?
A. Rp 100,000 dan $200,000
B. Rpl00,000 dan $100,000
C. Rp 65,000 dan Rp 25,000
D. Rp 18,400 dan Rp 27,600

14) Manakah dari pemyataan berikut ini yang benar?


A. Produk 2 memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan produk l
B. Laba operasi total adalah sebanyak Rp90. 000
C. Secara keseluruhan perusahaan berhasil merneroleh laba operasi
sebesar Rp44.000
D. Apabila biaya bersama dialokasikan dengan proporsi 50:50, maka
laba operasi yang diperoleh produk 1 sama tinggi dengan produk 2

15) Misalkan PT Believe memutuskan untuk mengalokasikan biaya tetap


bersama berdasarkan proporsi penjualan yang diperoleb masing-masing
produk, apabila produk 2 didrop, maka pemyataan berikut yang tepat
adalah ....
A. penjualan akan meningkat Rp300.000
B. laba operasi keseluruhan akan meningkat sebesar Rp2.600
C. laba operasi keseluruhan akan menurun sebesar Rp25.000
D. biaya tetap bersama akan turun sebesar Rp27.500

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = ----------x100%
Jumlah Soal
4.56 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89o/o = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
e EKMA4314/MODUL 4 4.57

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif I Tes Formatif 2 Tes Formatif 3


1) A. 1) D. 1) A.
2) C. 2) B. 2) B.
3) C. 3) D. 3) B.
4) C. 4) B. 4) B.
5) B. 5) D. 5) C.
6) B. 6) A. 6) B.
7) B. 7) D. 7) B.
8) D. 8) B. 8) D.
9) D. 9) D. 9) C.
10) C. 10) A. 10) D.
11) B.
12) B.
13) C.
14) C.
15) C.
4.58 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Daftar Pustaka

Adler, Ralph. 2011. Management Accounting: Making it World Class. New


York: Routledge Taylor & Francis Group.

Argyris, C., 1952. The Impact of Budgets on People. (Itacha, N.Y.: Prepared
for the Controllership Foundation. at Cornell University.

Atkinson, A. A., R. D. Banker, R. S. Kaplan, dan S. M. Young. 1995.


Management Accounting. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice Hall, Inc.

Becker, S. W. 1967. Discussion ofThe Effect ofFrequency of Feedback on


Attitudes and Performance. Journal of Accounting Research, 5 ed.: 225-
228.

Berger, A. 1997. Continuous Improvement and Kaizen: Standardization and


Organizational Designs. Journal of Integrated Manufacturing Systems.
Vol. 8 No. 2, pp. 110-7.

Bessant, J. dan Caffyn, S. 1997. High Involvement Innovation. International


Journal of Technology Management. Vol. 14 No. 1, pp. 7-28.

Bessant, J., Caffyn, S., Gilbert, J., Harding, R. dan Webb, S. 1994.
Rediscovering Continuous Improvement. Technovation. Vol. 14 No. 1.
pp. 17-29.

Caffyn, S. 1999. Development of a Continuous Improvement Self-Assessment


Tools. International Journal of Operations & Production Management.
Vol. 19 No. 11, pp. 1138-53.

Carter, W. K., dan M. F. Usry. 2002. Cost Accounting. 13rd Edition Cincinnati
Ohio: College Division, South-Western Publishing, Co.

Davis, Stan, dan Tom Albright. 2004. An Investigation of The Effect of


Balanced Scorecard Implementation on Financial
Performance. Management Accounting Research 15.2: 135-153.
e EKMA4314/MODUL 4 4.59

Gallagher, M., Austin, S. dan Caffyn, S. 1997. Continuous Improvement in


Action: The Journey o.f Eight Companies. London: Kogan Page.

Garrison, R.H., Noreen, E.W., Brewer, P. C., Cheng, N. S., dan Yuen, K. C.
K. 2015. Managerial Accounting (Second Edition ed.). New York:
McGraw-Hill Education.

George, M. 2002. Lean Six Sigma: Combining Six Sigma Quality with Lean
Production Speed. New York: Mcflraw-Hill.

Hansen, D. R., dan Mowen, M. M. 2007. Management Accounting. 8th


Edition. USA: South-Western. A Division of Thompson Learning.

Juergensen, T. 2000. Continuous Improvement: Mindsets, Capability, Process,


Tools and Results. Indianapolis: The Juergensen Consulting Group, Inc.

Kaplan, R. dan Norton, D. 1996, The Balanced Scorecard: Translating


Strategy into Action. Cambridge: Harvard Business School Press.

Kaplan, Robert S dan David P.Norton. 2004. Strategy Maps - Converting


Intangible Assets into Tangible Outcomes. Harvard Business School
Publishing Corporation.

Kaplan, Robert S. David P. Norton. 2006. Alignment: Using the Balanced


Scorecard to Create Corporate Synergies. Harvard Business Press.

Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 2007. Using the Balanced Scorecard
as A Srategic Management System. Harvard Business Review 85.7-8:
150-+.

Kennedy, Carol. 2012. Guide to The Management Gurus 5ed. London:


Random House Business Book.

Kossoff, L. 1993. Total Quality or Total Chaos?. HR Magazine. Vol. 38


No. 4, pp. 131-4.
4.60 AKUNTANSI MANAJEMEN e

Linderman, K., Schroeder, R., Zaheer, S. dan Choo, A. 200. Six sigma: a Goal
- Theoretic Perspective. Journal of Operations Management. Vol. 21 No.
2, pp. 193-203.

Maher, M. W., Stickney, C, P., dan Weil, R. L. 2012. Managerial Accounting:


An Introduction to Concepts, Methods, and Uses 11 ed. USA: South
Western.

Mowen, M. M., D. Hansen, dan D. L. Heitger. 2014. Cornerstones of


Managerial Accounting. Sth, USA: South-Western. Cengage Learning.

Mowen, M. M., Hansen, D. R., dan Heitger, D. L. 2018. Managerial


Accounting: The Cornertsone of Business Decision Making 7ed. USA:
Cengage Learning.

Narsa, I. M. 1996. Peluang dan Tantangan Profesi Akuntan Menjelang


Persaingan Global: Implikasi Perkembangan Teknologi Informasi
terhadap Pendidikan dan Profesi Akuntansi. Makalah Seminar:
Universitas Kristen Petra Surabaya. 10 Desember 1996.

Niven, P. 2006. Balanced Scorecard Step by Step: Maximizing Performance


and Maximizing Results. John Wiley & Sons. New York. NY.

Oakland, J. 1999. Total Organizational Excellence - Achieving World-Class


Performance. Butterworth-Heinemann. Oxford.

Siegel, G dan H. Ramanauskas-Marconi. 1989. Behavioral Accounting.


Cincinnati. Ohio: South-Western Publishing Co.

Singh, Surender. 2016. Management Accounting. New Delhi: PHI Leaming


Private Limited.

Sudibyo, B. 1986. Rekayasa Akuntansi dan Permasalahannya di Indonesia.


Makalah Tidak dipublikasikan.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Edisi Ketiga, Jogjakarta: BPFE.
e EKMA4314/MODUL 4 4.61

Watts, R. L., dan Zimmerman, J. L. 1986. Positive Accounting Theory.


Englewood Cliff.' New Jersey: Prentice-Hall. Inc.

Weygandt, J. J., D. E. Kieso, dan W. G. Kell. 1996. Accounting Principles.


New York: John Wiley & Sons. Inc.

Wilton, R. W., dan Platt, D. E. 2014. Managerial Accounting (Global Edition)


1 Oed. ·usA: McGraw-Hill Education.

Young, D. W. 2014. Management Accounting in Health Care Organizations


3ed Edition. San Fransisco: Jossey-Bass.

Anda mungkin juga menyukai