\l J- PENDAHULUAN
y-. inerja jangka pendek seorang manajer seringkali diukur dengan tingkat
~'\v laba perusahaan yang dicapai pada periode tertentu. Cost-volume-profit
analysis (CVP) atau bahasa Indonesianya Analisis Kos Volume Laba (untuk
selanjutnya pada modul ini akan disebut sebagai analisis KVL) merupakan alat
yangpowerful untuk mengestirnasikan bagaimana perubahan variabel-variabel
tertentu terhadap laba. Secara luas, analisis KVL akan membantu proses
perencanaan dan pengambilan keputusan dari para manajer berkenaan dengan
tingkat laba perusahaan. Misalnya, keputusan dapat diambil berkaitan dengan
penetapan harga jual, pemilihan bauran penj ualan, dan penganalisisan
perubahan biaya variabel serta biaya tetap terhadap profitabilitas perusahaan.
Materi yang akan dipelajari pada modul ini adalah berkenaan dengan seluk
beluk teknis dan terminologi dari analisis KVL. Namun, tetap harus Anda ingat
bahwa analisis KVL merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan.
Modul empat ini terdiri atas tiga kegiatan belajar. Kegiatan belajar
pertama akan membahas mengenai Analisis Kos-Volume-Laba untuk produk
tunggal. Selanjutnya, kegiatan belajar kedua akan membahas mengenai
Analisis Kos-Volume Laba: Struktur Kos dan Bauran Penjualan. Terakhir
kegiatan belajar ketiga akan membahas mengenai Penetapan Kos Absorpsi dan
Penetapan Kos Variabel. Kegiatan belajar yang ketiga tersebut dimasukkan
pada modul ini karena kos absorpsi dan kos variabel berkaitan erat dengan
analisis KVL yang berguna jika komponen kos dipisahkan berdasarkan
perilakunya. Setelah membaca dan memahami modul ini, diharapkan Anda
dapat:
1. menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas atau
menghasilkan target laba;
2. menentukan jumlah pendapatan yang diperlukan untuk mencapai impas
dan menetapkan target laba;
4.2 AKUNTANSI MANA.JEMEN e
KEGIATAN BELAJAR 1
Analisis Kos-Volume-Laba
untuk Produk Tunggal
rf1 nalisis Kos Volume Laba (KVL) atau Cost Volume Profit Analysis
~ JL (CVP) adalah salah satu alat perencanaan jangka pendek sekaligus
berfungsi sebagai alat bantu dalam proses pengambilan keputusan manajemen.
Dalam analisis KVL, hubungan antara biaya, kuantitas penjualan dan harga
jual amat ditekankan sehingga secara keseluruban dapat diperoleh informasi
keuangan di bidang pemasaran, produksi, dan administrasi.
Melihat hubungan atau saling keterkaitan antara unsur-unsur tersebut di
atas, analisis KVL juga digunakan dalam proses pengambilan keputusan
manajernen ketika harus menentukanjumlah dan macam produk ataujasa yang
dihasilkan, tingkat harga jual produk, strategi pemasaran, dan penggunaan
fasilitas produksi. Dengan demikian, analisis KVL rnerupakan bagian integral
dari proses perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan oleh
manajemen.
Secara spesifiknya isu yang dibahas pada Analisis KVL juga termasuk
berapa jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas (break-even
point), dampak dari pengurangan kos tetap terhadap BEP, dan dampak dari
kenaikan harga terhadap BEP. Sehingga seringkali beberapa referensi
menyatakan bahwa analisis KVL dipersamakan dengan analisis BEP. Sebagai
tambahan, analisis KVL juga membantu manajer dalam melakukan analisis
sensitivitas dengan menilai dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap profit.
Dalam analisis KVL, term "kos" dan "biaya" sering dipergunakan secara
bergatian dan memiliki makna yang sama. Hal tersebut dikarenakan pondasi
konseptual dari analisis KVL adalah analisis dalam jangka pendek, sehingga
diasumsikan seluruh unit yang diproduksi terjual.
1. Margin Kontribusi
Margin Kontribusi ( Contribution Margin) adalah selisib antara
Pendapatau (atau penjua1an) dengan Kos Variabel (KV). Secara berurutan,
4.4 AKUNTANSI MANAJEMEN e
margin kontribusi akan digunakan untuk menutup Kos Tetap (KT) dan Laba
Perusahaan. Ada dua hal penting dalam pengertian Margin Kontribusi (MK)
tersebut. Pertama, biaya-biaya harus dapat dipisahkan antara biaya variabel
dengan biaya tetap. Kedua, untuk kepentingan manajemen, laporan yang
disajikan tidak mengikuti cara penyajian menurut Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku.
Seperti yang sudah kita pelajari di Modul 2 bahwa biaya variabel adalah
biaya yang turut meningkat jika terdapat peningkatan pula pada unit yang
dijual. Karena kita berbicara pada level perusahaan secara keseluruhan maka
biaya variabel meliputi: bahan baku langsung, tenaga kerj a langsung, overhead
variabel, dan biaya penjualan serta administratif variabel. Sedangkan yang
termasuk biaya tetap adalah overhead tetap dan biaya penjualan serta
administratif tetap. Perusahaan yang memisahkan komponen biaya variabel
dan tetap, laporan laba ruginya disebut sebagai laporan laba rugi margin
kontribusi.
Tabel 4.1
Laporan Laba Rugi Margin Kontribusi
PT Arjuna
Laporan Laba Rugi - Margin Kontribusi
Periode Januari 20xx
Persamaan 4. 1
Margin Kontribusi
Ilustrasi 1
Tabel 4.2
Laporan Laba Rugi Margin Kontribusi
PT Antara
Keterangan Total Per Kg Rasio
Pendapatan Rp 120.000.000 Rp2.000 100°/o
Biaya Variabel 48.000.000 Rp800 40%
Margin Kontribusi 72.000.000 1.200 60%
Biaya Tetap 60.000.000
Laba Bersih 12.000.000
Bila jumlah margin kontribusi sama dengan jumlah biaya tetap maka
perusahaan tidak mengalami kerugian lagi dan belum memperoleh laba
(impas). Selanjutnya, setiap kenaikan jumlah kilogram yang dikirimkan
setelah titik impas, akan diikuti dengan kenaikan laba sebesar margin
kontribusinya; demikian pula sebaliknya.
Ilustrasi 2
Tabel 4.3
Laporan Laba Rugi Margin Kontribusi
PT Antara
Ilustrasi 3
Tabel 4.4
Analisis Perubahan Laba Rugi Margin Kontribusi
PT Antara
Seka rang Rencana Kenaikan Persen
(o/o)
Pendapatan 102.000.000 120.000.000 18.000.000 100%
Bia ya variabel 40.800.000 48.000.000 7.200.000 40%
Margin kontribusi 61.200.000 72.000.000 10.800.000 60%
Biaya tetap 60.000.000 60.000.000 0
Laba/fkugi) 1.200.000 12.000.000 10.800.000
satuan unit "bungkus", Satuan unit pada perusahaan jasa Iebih tidak mudah
menentukannya. Bagaimana dengan satuan unit jasa di perusahaan pelabuhan?
Untuk menemukan masing-masing titik impas tersebut, dapat digunakan dua
teknik atau pendekatan: (I) Pendekatan laba operasi (Operating-income
approach) dan (2) Pendekatan margin kontribusi ( Contribution-margin
approach), dan (3) pendekatan grafik (Graphical approach).
Persamaan 4.2
Rumus Titik lmpas dalam Kuantitas
Biaya Tetap
TI (Ku anti tas) = -----------------------
(H - V)
e EKMA4314/MODUL 4 4.9
Bila titik impas ingin dinyatakan dalam unit satuan moneter (Rupiah)
maka KT1 harus dikalikan dengan H (Harga), atau rumus pada Persamaan 4.4
dikalikan dengan H di kedua ruas sehingga menjadi sebagai berikut.
[K11 - T/(H-V)] x H
HK11 - TH/(H-V)
P - [TH/(H-V)] x 1/H ~ (ruas kanan dibagi H atau
dikalikan 1 /H)
P - (TH/H)/(H/H - V/H)
P - T/(1-V/H)
Persamaan 4.3
Rumus Titik lmpas dalam Nilai Uang
Biaya Tetap
Titik Impas (Nilai Uang) = --------------------
(l - V/H)
Ilustrasi 4
60.000.000
Titik Im pas (kg) - -------------- kg = 50.000 kg
2.000 - 800
60.000.000
Titik lmpas (Rp) - -------------------- = Rpl 00.000.000
(1 - 800/1200)
Persamaan 4. 4
Rumus Titik Impas Pendekatan Margin Kontribusi dalam Kuantitas
Biaya Tetap
Titik Impas (Nilai Uang) = ----------------------------------
(Marjin Kontribusi per unit)
Persamaan 4.5
Rumus Titik Impas Pendekatan Rasio Margin Kontribusi dalam Uang
Biaya Tetap
Titik Impas (Nilai Uang) = ------------------------------------
(Rasio Marjin Kontribusi)
Itulah dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung titik impas
kuantitas dan titik impas rupiah. Pendekatan operating income memungkinkan
kita untuk membantu perhitungan berapa laba yang diinginkan dan pendekatan
ini lebih mudah digunakan ketika perusahaan memproduksi multipleproducts.
Sebagai tambahan, nilai berapa titik impas kuantitas dapat digunakan untuk
mencari nilai margin pengaman apabila perusahaan telah menentukan proyeksi
e EKMA4314/MODUL 4 4.11
3. Pendekatan Grafik
Grafik KVL merupakan grafik yang di dalamnya menggambarkan
keterkaitan antara biaya, volume, dan laba operasi dengan menghubungkan
garis total penj ualan dengan garis total biaya pada satu grafik yang sama.
Penting untuk membedakan dan memisahkan dua garis tersebut untuk melihat
gambaran hubungan yang lebih jelas, misal nantinya akan terlihat dimana letak
titik impas kuantitas dan titik impas dollar. Ilustrasi sederhana mengenai
Grafik BVL akan mengacu ke soal pada Tabel 4.2. Secara ringkas data pada
Tabel 4.2 sebagai berikut.
a. Harga jual per unit= Rp2.000.
b. Biaya variabel per unit Rp800.
c. Biaya tetap per tahun Rp60.000.000.
Berdasarkan fungsi garis tersebut maka dapat digambar grafik sebagai berikut
rm:
Rp
200
P =2.000K
180
160
120 TB= 60.000.000 + SOOK
100
80 T = 60.000.000
60
40
20
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Unit
Gambar 4.1
Grafik Kos Volume Laba
Dari Gambar 4.1 tarnpak bahwa titik impas dicapai ketika total pendapatan
(P) sama dengan total biaya (TB). Perpotongan antara garis P dan Tb terjadi
ketika jumlah unit yang terjual sebanyak 50.000, dengan menghasilkan
pendapatan sebesar Rpl00.000.000 dan total biaya juga sebesar
Rp 100.000.000. Area di sebelah kiri titik impas merupakan area rugi, yang
bennakna bahwa apabila PT Antara rnemiliki tingkat penjualan antara O
sampai di bawah 50.000 unit. PT Antara akan mulai memetik keuntungan
ketika mampu menjual di atas 50.000. Grafik BVL ini dapat dibuat dengan
I
mudah menggunakan fitur chart-lines yang ada di Excel.
C. TARGET LABA
berupa target pendapatan dalam satuan mata uang (Rp), maupun dalam satuan
unit. Secara lengkap, dapat ditetapkan tiga macam target berikut.
1. Target laba ditetapkan dalam jumlah tertentu.
2. Target laba ditetapkan dalam jumlah persentase tertentu dari pendapatan.
3. Target laba ditetapkan dalam jumlah tertentu setelah diperhitungkan
pajaknya.
Rp60.000.000 + Rp 15.000.000)
TI (Kg) = -------------------------------------------- x kg= 62.500 kg
(Rp2000 - Rp800)
Jadi, Titik Impas (Kg) = 62.500 unit. Jika jumlah ini dikalikan dengan
harga jual per kg akan ditemukan Titik lmpas dalam satuan uang yaitu: 62.500
x Rp2000 = Rpl25.000.000.
Setelah diketahui target laba sebesar 400K maka kita langkah kedua bisa
menggunakan Rumus 4.2 dengan menambahkan 400K ke Biaya tetap sebagai
berikut (untuk menyederhanakan Rp dihilangkan dalam perhitungan):
60.000.000 + 400K
TI (Kg) - --------------------------
(2000 - 800)
TI disubstitusi dengan K
K (2000 - 800) = 60.000.000 + 400K
K(2.000-800)- 400K = 60.000.000
800K = 60.000.000
K =75.000
Jadi, perusahaan harus mampu menjual produknya sejumlah 75.000 kg.
Dengan kata lain, perusabaan akan memperoleh laba sebesar 20% dari total
pendapatan jika perusahaan sudah memperoleh basil penjualan sebesar 75.000
x Rp2000 yaitu sebesar Rp 150.000.000.
(Rp60.000.000 + Rp30.000.000)
TI (Kg) = -------------------------------------------- x kg = 7 5. 000 kg
(Rp2000 - Rp800)
Jadi, target laba setelah pajak sebesar Rp24.000.000 akan dicapai ketika
perusahaan mampu menjual 75.000 kg produknya. Jika jumlah ini dikalikan
dengan harga j ual per kg akan ditemukan hasil total pendapatan adalah
RplS0.000.000.
LATIHAN
Sebagai data tambahan, biaya penjualan variabel adalah berupa komisi sebesar
Rp29 per unit, selain itu total biaya penjualan dan administratif tetap adalah
sebesar Rp30,000. Berdasarkan data berikut, hitunglah: a) total biaya variabel
per unit; b) total biaya tetap; c) total margin kontribusi dan margin kontribusi
per unit; d) rasio margin kontribusi; e) titik impas dalam kuantitas; (f) titik
impas rupiah; g) laporan laba rugi margin kontribusi.
c) Margin Kontribusi
Penjualan (Rp400 x 1,000 mesin) Rp400,000
Total biaya variabel (Rp325 x 1000 mesin) (325,000)
Total margin kontribusi Rp75.000
Margin kontribusi perunit (Rp75,000/l,OOO) Rp75
atau:
Rp45,000 /0.1875=
Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi = Rp240,000
-a RANG KUMAN _
I) Berikut ini adalah hal yang kurang tepat mengenai analisis BVL adalah ....
A. merupakan alat bantu pengambilan keputusan jangka panjang
manajer terutama dalam penentuan harga
B. di dalamnya rnenganalisis hubungan antara biaya, volume penjualan,
dan harga jual
C. seringkali disebut sebagai analisis titik impas serta memiliki beberapa
asumsi yang harus dipenuhi
D. margin kontribusi merupakan salah satu dasar analisis dalam analisis
BVL
3) Berikut ini adalah hal yang kurang tepat mengenai analisis titik impas ....
A. seringkali disebut dengan analisis biaya-volume-laba
B. berguna untuk mengetahui berapa unit yang harus dijual perusahaan
untuk mencapai posisi laba=O
C. analisis titik impas hanya dapat dinyatakan dalam satuan unit produk
D. memiliki dua pendekatan yakni pendekatan laba operasional dan
pendekatan margin kontribusi
5) Berikut ini adalah yang bukan termasuk asumsi dalam analisis biaya-
vo lume-laba:
A. fungsi biaya dan pendapatan tidak dapat berbentuk kurva
B. unit yang terproduksi tidak harus terjual habis
C. terdapat kepastian yang tinggi terkait harga j ual dan biaya
D. untuk multiple-product kepastian mengenai bauran penjualan barns
jelas
6) Perhatikan gambar di bawah ini. Semua hal di bawah ini adalah tepat,
kecuali ....
2.500,00 .....---------------------
2.000,00 -1---------------------:::....-.:::....__-
l .500,00 t---------~=::;~:::::~:::::~::::::::=-
1.000,00
500,00 l~:=:~~~~~==========~
0,00 -1----oo,:::_~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
A. garis merah adalah total biaya dan garis hijau adalah total pendapatan
B. titik hitam di tengah merepresentasikan titik impas ketika titik impas
kuantitas terjadi pada kisaran 1.000 unit dan pada nilai pendapatan
sebesar $2.000
C. sumbu x merupakan rentang relevan unit penjualan
D. gambar di atas merupakan grafik analisis titik impas
10) Berkaitan dengan soal nomor 9, apabila biaya tetap adalah sebesar
Rp24.000, maka ....
.A. Titikimpas penjualan Rp80.000,-; laba yang dibudgetkan Rpl2.000,-
; penjualan yang dibudgetkan Rpl00.000,-.
B. Titik impas penjualan Rp40.000,-; laba yang dibudgetkan Rp64.000,-
; penjualan yang dibudgetkan Rpl04.000,-.
C. Titik impas penjualan Rp40.000,-; laba yang dibudgetkan Rp6.000;
penjualan yang dibudgetkan Rp50.000,-.
D. Titik impas penjualan Rp200.000,-; laba yang dibudgetkan
Rp40.000,-; penjualan yang dibudgetkan Rp300.000,-.
4.22 AKUNTANSI MANAJEMEN e
KEGIATAN BELAJAR 2
Pada Kegiatan Belajar 1, telah dipelajari KVL untuk kasus ketika sebuah
perusahaan hanya menghasilkan satu produk. Pada kenyataannya, jarang
sebuab perusahaan hanya menjual satu produk atau jasa. Ciri kbas apabila
perusahaan menghasilkan produk atau jasa lebih dari satu produk, maka akan
terdapat biaya yang langsung dapat diidentifikasikan dengan produk tertentu
4.24 AKUNTANSI MANAJEMEN e
dan ada pula biaya bersama. Biaya tetap langsung adalah jenis biaya yang
dapat ditelusuri secara langsung ke masing-masing produk dan dapat dihindari
jika salah satu produk tersebut tidak ada. Sedangkan biaya bersama tetap akan
(common fixed cost) tetap muncul selama perusahaan ada, apakah satu produk
dihilangkan atau tidak. Titik impas dapat dihitung dalam satuan uang maupun
dalam satuan unit tertentu, tentu saja dengan memperhatikan bauran produk
(product mix). Masalah-masalah penting yang perlu mendapat perhatian dalam
konteks multi produk antara lain: Biaya Bersama dan bauran penjualan (Sales
Mix).
Ilustrasi 1
Berikut ini disajikan dari PT Dumogi yang menjual duajenis produk yaitu
produk A dan produk B.
Tabel 4.5
Laporan Laba Rugi Segmentasi PT Dumogi
Jika kita menghitung Titik Impas menggunakan Rumus 4.2 atau 4.3 pada
Kegiatan Belajar 1 maka Titik Impas akan dihitung untuk masing-masing
produk, sebagai berikut.
Produk A = 30.000.000/75.000 = 400 satuan
Produk B = 40.000.000/200.000 = 200 satuan
Ilustrasi 2
Tabel 4.6
Perhitungan Bauran Margin Kontribusi
Dari Tabel 4.1 sebelumnya diketahui bahwa jurnlah biaya tetap adalah:
Biaya tetap langsung produk A= Rp30.000.000
Biaya tetap langsung produk B = Rp40.000.000
Biaya tetap bersarna = Rp26.250.000
Total Biaya Tetap = Rp96.250.000
Dapat dilihat bahwa hasil akhir berupa berapa satuan atau unit produk A
dan B yang harus diselesaikan tersebut merupakan hasil dari proses
penghitungan analisis titik impas yang langsung mengasumsikan bahwa
keadaan perusahaan memproduksi satu jenis jasa saja (single product) -
dengan satuan paket - meskipun sebenarnya yang diproduksi multi product.
Kompleksitas penentuan titik nilai impas kuantitas akan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan.
Mungkin tidak semua perusahaan tertarik mengetahui titik itnpas
kuantitas karena informasi titik impas rupiah sudah cukup bagi perusahaan,
Untuk menghitung titik impas rupiah, tidak diperlukan informasi produk
individual namun cukup menggunakan rasio margin kontribusi keseluruhan.
Misal rnasih rnelanjuti kasus PT Dumogi, dengan menggunakan data yang ada
pada ilustrasi 1 Tabel 4.5 maka proyeksi laporan laba rugi total (tanpa
memperhatikan masing-masing j asa) sebagai berikut.
Tabel 4.7
Proyeksi Laba Rugi Total PT Dumogi
Perhatikan bahwa angka titik impas rupiah tersebut memiliki basil yang
sa1na dengan penghitungan titik impas kuantitas dikalikan harga satuan
rnasing-masing produk.
Produk A= 462 unit x Rp400.000 = Rpl84.800.000
Produk B = 308 unit x Rp800.000 = Rp246.400.000
Total penjualan (A+ B) = Rp43 l .200.000
4.28 AKUNTANSI MANAJEMEN e
Tabel 4.9
Degree of Operating Leverege dan Kenaikan Penjualan
Kenaikan Penjualan
Keterangan Kondisi Awal 20°/o
PTA PTB
Penjualan 400.000 400.000 480.000 480.000
Kurangi: Biaya Variabel 300.000 200.000 360.000 240.000
Margin Kontribusi 100.000 200.000 120.000 240.000
Kurangi: Biaya Tetap 50.000 150.000 50.000 150.000
Laba Operasi 50.000 50.000 70.000 90.000
"'- _..,...
____--=
..._
LATIHAN
Hitunglah:
a. Degree of Operating Leverage
b. Anggap misal PT Ghibli merevisi proyeksi dengan mencoba
kemungkinan kenaikan penjualan sebanyak 30o/o dari proyeksi awal.
Berapa persentase perubahan laba operasi pada proyeksi yang telah
direvisi? dan berapa total laba operasi espektasian yang akan
diperoleh PT Ghibli setelah rnerevisi proyeksi penjualan?
5) Bagaimana konsekuensi bagi perusahaan yang memiliki komposisi biaya
tetap yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain ketika situasi yang
dihadapi adalah terjadi penurunan penjualan?
e EKMA4314/MODUL 4 4.33
Dengan demikian:
a) BEP Kuantitas Paket= Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi Unit Paket=
Rp58.900.000/Rp310.000 = 190 unit paket
Maka:
BEP Kuantitas Hehn-Sepeda= 190 x 5 = 950 hehn sepeda
BEP Kuantitas Helm-Motor= 190 x 2 = 380 helm motor
b) Sebelum dapat dihitung berapa BEP rupiah maka harus dilakukan
penghitungan atas hal-hal berikut ini terlebih dahulu:
1. Total Penjualan= (5.000 x Rp75.000) + (2.000 x Rp220.000) =
Rp815.000.000.
2. Total Biaya Variabel = (5000 x Rp45.000) + (2000 x Rp140.000) =
Rp505.000.000.
3. Margin Kontribusi - Rp815.000.000 Rp505.000.000=
Rp310.000.000.
4. Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi/Total Penjualan =
Rp31 O.OOO.OOO/Rp815.000.000 = 0,38
5. Dengan demikian:
6. BEP Rupiah= Biaya Tetap/Rasio Margin Kontribusi= Rp58.900.000/
0,38= Rp154.850.000.
4.34 AKUNTANSI MANAJEMEN e
A tau dapat juga secara cepat diperoleh dari: (950 x Rp7 .500) + (380
x Rp220.000= Rpl54.850.000.
4) Cocokkanjawaban Anda denganjawaban berikut ini:
a) DOL= Margin Kontribusi/Laba Operasi= Rp80,000/Rpl6,000 = 5
b) Persentase perubahan pada Laba Operasi= DOL x Persentase
perubahan pada Penjualan = 5 x 30% = 150%
c) Laba Operasi Ekspektasian = Rpl6,000 + (1.5 x Rpl6,000) =
Rp40,000.
5) Untuk menjawab soal latihan nomor 5 Anda harus membaca dan
rnemahami bagian Struktur Biaya dalam Kegiatan Belajar 2 ini.
6) Untuk menjawab soal latihan nomor 6 Anda harus membaca dan
rnemahami sub bagian Risiko dan Ketidakpastian dalam Kegiatan Belajar
2 ini.
-a RANG KUMAN _
Beta-Basic Beta-Deluxe
Harga Rpl20.000 Rp200.000
Biaya Variabel per unit Rp40.000 Rp80.000
5) Berapa margin kontribusi per unit dalam satuan paket atas dua produk
tersebut?
A. Rp80.000
B. Rp160.000
C. Rpl20.000
D. Rp280.000
9) Berikut ini adalah asumsi yang rnendasari analisis BVL, kecuali ....
A. baik biaya maupun pendataan merupakan fungsi linear pada range
output tertentu
B. biaya variabel berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat
aktivitas
e EKMA4314/MODUL 4 4.37
KEGIATAN BELAJAR 3
(' etelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 dan 2, benang merah yang dapat
(!) kita tarik adalah dalam penghitungan analisis KVL sangat berkaitan erat
dengan konsep sifat kos berdasarkan perilakunya. Misal ketika menghitung
titik impas yang tidak mempertimbangkan biaya tetap untuk dikurangkan ke
penjualan. Selanjutnya, kita akan mempelajari bagaimana konsep dasar
perilaku kos tersebut dikembangkan lebih lanjut sebagai dikotomi costing
method yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja suatu unit bisnis
perusahaan.
Umumnya perusahaan terdiri dari banyak unit bisnis dan masing-masing
merupakan profit centers bagi perusahaan. Tentunya perusahaan perlu untuk
mengevaluasi bagaimana kinerja dari unit bisnis-unit bisnis tersebut.
Penghitungan dengan cara yang akan rnenghasilkan laporan laba rugi ke pihak
eksternal tidak akan terlalu bermanfaat dan bahk.an tidak dapat digunakan
untuk mengevaluasi kinerja dari profit centers yang ada di perusabaan.
Laporan laba rugi tersebut hanya bermanfaat bagi pihak eksternal dalam
menilai bagaitnana kinerja perusahaan. Oleh karenanya, untuk memenuhi
kebutuhan internal perusahaan dalam menilai kinerja dari unit bisnis maka
dikembangkan suatu laporan keuangan tersegrnentasi untuk masing-masing
unit bisnis.
Terdapat dua metode yang dapat digunakan, yakni variable costing dan
absorption costing. Sebenarnya dua metode ini merupakan metode costing
yang akan menghasilkan nilai kos per unit yang berbeda yang mana akibatnya
juga berujung pada berbedanya nilai laba yang tampak pada laporan laba rugi.
Kegiatan belajar ini akan mempelajari tentang konsep dan perbedaan dari dua
variable costing serta absorption costing untuk tujuan penilaian kinerja
internal serta juga bagaimana penggunaan variable costing untuk dalam
menyusun laporan laba rugi segmentasi.
e EKMA4314/MODUL 4 4.39
Tabel 4.10
Perbandingan Variable Costing dan Absorption Costing
berbeda. Perbedaan tersebut tentu saja muncul karena kos overhead tetap yang
diperlakukan sebagai kos produk atau kos periode. Namun, secara
mendetailnya, perbedaan nilai laba operasi akan muncul ketika terdapat
perbedaan antara unit yang produksi dan unit yang dijual.
Berikut ini adalah data biaya produksi dan non produksi variable dan
biaya tetap yang disusun pada anggaran kapasitas normal 10.000 unit.
Tabel 4.11
Data yang Tersedia PT Arjuna
Keteranzan Jumlah
Kos V ariabel Per Unit
Bahan Baku Lanasunz Rp 50
Tenaga Keria Lanzsuna 100
Overhead Variabel 50
Penjualan dan Adm. Variabel 10
Kos Tetap Per tahun
Overhead Tetap Ro250.000
Peniualan dan Adm. Tetao 100.000
Tabel 4.12
Perhitungan Kos Produksi di Bawah Kedua Metode
*=$250.000/10.000
4.42 AKUNTANSI MANAJEMEN e
Nilai dari selisih sediaan akbir antara variable costing dan absorption
costing terebut diperoleh dari kos overhead tetap per unit dikalikan dengan
jumlah persediaan akhir (Rp25*2,000 = $50,000).
Mengacu ke Tabel 4.11 dan 4.12, asumsikan bahwa unit terjual adalah
8,000 unit dan unit yang diproduksi adalah 10,000 unit, jika perusahaan
menghitung laba rugi secara paralel dengan menggunakan kedua pendekatan
tersebut, maka mana pernyataan yang benar mengenai besarnya laba?
a. Sarna antara Laba menurut VC dan Laba menurut AC
b. Laba menurut AC lebih besar dari laba menurut VC
c. Laba menurut VC lebih besar dari Laba rnenurut AC
Tabel 4.13
Laporan Laba Rugi di Bawah Kedua Metode dengan Asumsi Pertama
PT Arjuna
PT Arjuna
Laporan Laba Rugi -Absorption Costing
Penjualan (Rp) 2.400.000
Dikurangi: Kos Barang terjual 1.800.000
Laba Kotor 600.000
Dikurangi Biaya-biaya: Penjualan dan Admin 180.000
Laba Operasi 420.000
b. Asumsi Kedua: Barang yang terjual 10,000 unit, tidak ada persediaan
akhir, harga jual Rp200 per unit maka laporan laba rugi menurut kedua
pendekatan terse but disaj ikan pada Tab el 4 .14 berikut ini.
4.44 AKUNTANSI MANAJEMEN e
Tabel 4.14
Laporan Laba Rugi di Bawah Kedua Metode dengan Asumsi Pertama
PT Arjuna
Laporan Laba Rugi - Variabel Costing
Penjualan (Rp) 3.000.000
Dikurangi Biaya-biaya variabel:
HPP variabel 2.000.000
Bia ya Penjualan & Administratif Variabel 100.000 2.100.000
Margin Kontribusi 900.000
Dikurangi Biaya-biaya tetap:
Overhead tetap 250.000
Biaya Penjualan & AdministratifTetap 100.000 350.000
Laba Operasi 550.000
PT Arjuna
Laporan Laba Rugi -Absorption Costing
Penjualan (Rp) 3.000.000
Dikurangi: Kos Barang terjual 2.250.000
Laba Kotor 750.000
Dikurangi Biaya-biaya: Penjualan dan Admin 200.000
Laba Operasi 550.000
Ketika semua produk yang diproduksi terjual dan tidak ada persediaan
maka laba yang dihitung dengan menggunakan kedua pendekatan nilainya
sama. Sampai pada bagian ini kita telah mendiskusikan hubungan antara
produksi, penjualan, dan laba operasi. Hal ini dapat membantu kita untuk
memvisualisasikan aliran biaya overhead tetap ke dalam dan ke luar
persediaan. Dalam pendekatan variable costing biaya, overhead tetap
diperlakukan sebagai biaya periode, sehingga meskipun produk belum dijual
semua overhead tetap sudah dibebankan pada periode berjalan. Sebaliknya,
dalam pendekatan absorption costing, biaya overhead akan tetap melekat
dalam sediaan sebagai asset sampai produk tersebut terjual.
e EKMA4314/MODUL 4 4.45
Tabel 4.15
Hubungan Antara Produksi, Volume Penjualan, dan Laba
No Jika Maka
l Produksi > Penjualan Laba Absorption Costing> Laba Variable
Costing
2 Produksi < Penjualan Laba Absorption Costing < Laba Variable
Costin£
3 Produksi = Penjualan Laba Absorption Costing= Laba Variable
Costinf!
Persamaan 4.6
Perhitungan Selisih Laba VC vs AC
Tabel 4.16
llustrasi Laporan Laba Rugi Segmentasi
PT Sinabnng
Laporan Laba Rugt, 20xx
Berbasis Variable-Costing
x
xxx
e EKMA4314/MODUL 4 4.47
~,
-
---~
_.,....
LATIHAN
Red Blue
Penjualan Rp400.000 Rp290.000
HPP variabel Rp200.000 Rpl50.000
Overhead tetap langsung Rp30.000 Rp20.000
Sebanyak 5% komisi penjualan dibayarkan untuk rnasing-masing lini produk.
Biaya penjualan dan administrasi tetap langsung diestimasikan sebesar
Rpl0.000 untuk lini produk Red dan Rpl5.000 untuk lini produk Blue.
Overhead tetap bersama diestimasikan sebesar Rpl00.000, sedangkan biaya
penjualan dan administratif bersama diestimasikan sebesar Rp20.000. Anda
di min ta untuk membuat laporan laba rugi segmentasi untuk PT N arnia
terse but.
e EKMA4314/MODUL 4 4.49
111. Nilai dari unit sediaan akhir = Unit sediaan akhir x Biaya
produksi per unit berdasarkanAbsorption Costing
2.000 unit x Rpl55.000
=
= Rp310.000.000
5) Untuk menjawab soal latihan nomor 5 Anda harus membaca dan
memahami bagian Penggunaan Variable Costing untuk Pelaporan dan
Evaluasi Kinerja Segmen dalam Kegiatan Belajar 3.
6) Untuk menjawab soal latihan nomor 6 Anda harus membaca dan
memahami bagian Penggunaan Variable Costing untuk Pelaporan dan
Evaluasi Kinerja Segmen dalam Kegiatan Belajar 3.
7) Cocokkanjawaban Anda denganjawaban berikut ini.
PTNARNIA
LAPORAN LABA RUGI SEGMENTASI
UNTUK TAHUN MENDATANG
Kursi Kursi
Bela jar-Red Belajar-B/ue Total
Penjualan Rp 400.000 Rp ?90.000 Rp 690.000
Dikurangi: Biaya-biaya variabel
HPP variabel (200.000) (150.000) (350.000)
Biaya penjualan variabel (20.000) (14.500) (34.500)
Margin Kontribusi 180.000 125.500 305.500
Dikurangi: Biaya-biaya tetap
Overhead tetap langsung (30.000) (20.000) (50.000)
Penjualan & Adm.
Langsung (10.000) (15.000) (25.000)
Margin Segmen 140.000 90.500 230.500
Dikurangi: Biaya tetap bersama
Overhead tetap bersama (100.000)
Penjualan & Adm. Bersama (20.000)
Laba Operasi 110.500
e EKMA4314/MODUL 4 4.51
-a RANG KUMAN _
2) Laporan yang disusun berdasar konsep direct costing dihitung dengan ....
A. hanya memasukkan direct cost dalam laporan laba rugi
B. mempertemukan biaya variabel dengan penghasilan dan
memperlakukan biaya tetap sebagai biaya periode
C. memperlakukan semua biaya sebagai biaya periode
D. menghapus rekening persediaan barang dalam proses
3) Laba rugi yang disusun berdasarkan metode .full costing akan cenderung
lebih besar dibandingkan laba yang dihitung dengan metode variabel
costing ketika ....
A. biaya produksi variabel naik
B. satuan produk yang diproduksi lebih besar dibandingkan satuan
produk yang terjual
C. satuan produk yang dijual lebih besar dibandingkan satuan produk
yang diproduksi
D. biaya produksi tetap mengalami penurunan
Unit sediaan awal adalah sebanyak 8.000 unit. Selama tahun berjalan
perusahaan memproduksi 50.000 unit dan berhasil menjual sebanyak
55.000 unit maka nilai dari sediaan akhir adalah ....
A. lebih besar di bawah variable costing dibandingkan absorption
costing
B. lebih besar di bawah absorption costing dibandingkan variable
costing
C. memiliki nilai yang sama di bawah variable costing maupun
absoprtion costing
D. nol karena tidak terdapat sediaan akhir yang tersisa
12) Berdasarkan data di atas berapa margin kontribusi untuk produk 1 dan
produk 2?
A. Rp 100,000 dan Rp200,000
B. Rpl00,000 dan Rpl00,000
C. Rp65,000 dan Rp25,000
D. Rpl8,400 dan Rp27,600
13) Berdasarkan data di atas berapa margin segmen untuk produk 1 dan
produk 2?
A. Rp 100,000 dan $200,000
B. Rpl00,000 dan $100,000
C. Rp 65,000 dan Rp 25,000
D. Rp 18,400 dan Rp 27,600
Daftar Pustaka
Argyris, C., 1952. The Impact of Budgets on People. (Itacha, N.Y.: Prepared
for the Controllership Foundation. at Cornell University.
Bessant, J., Caffyn, S., Gilbert, J., Harding, R. dan Webb, S. 1994.
Rediscovering Continuous Improvement. Technovation. Vol. 14 No. 1.
pp. 17-29.
Carter, W. K., dan M. F. Usry. 2002. Cost Accounting. 13rd Edition Cincinnati
Ohio: College Division, South-Western Publishing, Co.
Garrison, R.H., Noreen, E.W., Brewer, P. C., Cheng, N. S., dan Yuen, K. C.
K. 2015. Managerial Accounting (Second Edition ed.). New York:
McGraw-Hill Education.
George, M. 2002. Lean Six Sigma: Combining Six Sigma Quality with Lean
Production Speed. New York: Mcflraw-Hill.
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 2007. Using the Balanced Scorecard
as A Srategic Management System. Harvard Business Review 85.7-8:
150-+.
Linderman, K., Schroeder, R., Zaheer, S. dan Choo, A. 200. Six sigma: a Goal
- Theoretic Perspective. Journal of Operations Management. Vol. 21 No.
2, pp. 193-203.