Anda di halaman 1dari 23

MODUL 4

AKUNTASI MANAJEMEN
“ANALISIS KOS VOLUME LABA”

Disusun Oleh :
1. Wahyuani Ferawati (042099633)
2. Komik Atun (042137543)
3. Mohamad Widi Ardiansah (042130723)
4. Muhammad Shodikin (042131646)

www.ut.ac.id
Kegiatan Belajar 1
Analisis Kos-Volume-Laba
Untuk Produk Tunggal
Analisis Kos Volume Laba (KVL) atau Cost Volume Profit Analysis (CVP)
adalah salah satu alat perencanaan jangka pendek sekaligus berfungsi sebagai alat
bantu dalam proses pengambilan keputusan manajemen.
Dalam analisis KVL hubungan antara biaya, kuantitas penjualan, dan harga
jual amat ditekankan sehingga secara keseluruhan dapat diperoleh informasi
keuangan dibidang pemasaran, produksi, dan anministrasi.Analisis KVL juga
bagian integral dari proses perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan
oleh manajemen.
Dalam analisis KVL, term “kos” dan “biaya” sering dipergunakan secara
bergantian dan memiliki makna sama. Hal ini karena pondasi konseptual dari
analisis KVL adalah analisis dalam jangka pendek, sehingga diamsumsikan
seluruh unit yang diproduksi terjual.

www.ut.ac.id
A. DASAR-DASAR ANALISIS KOS-VOLUME-LABA (KVL)

1. Margin Kontribusi

Margin kontribusi (Contribution Margin) adalah selisih antara pendapatan


(atau penjualan) dengan Kos Variabel (KV). Secara berurutan margin kontribusi
akan digunakan untuk menutup Kos Tetap (KT) dan Laba Perusahaan..
Ada dua hal penting dalam pengertian Margin Kontribusi yaitu :
1. Biaya-biaya harus dapat dipisahkan antara biaya variabel dengan biaya tetap.
2. Untuk kepentingan manajemen, laporan yang disajikan tidak mengikuti cara
penyajian menurut standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Margin Kontribusi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Marjin Kontribusi = Pendapatan Penjualan – Total Biaya Variabel

www.ut.ac.id
Ilustrasi :
Laporan Laba Rugi Margin Distribusi
PT. Antara
Keterangan 49.000 Kg 50.000 Kg 51.000 Kg
Pendapatan Jasa Rp. 98.000.000,00 Rp. 100.000.000,00 Rp. 102.000.000,00
Biaya Variabel Rp. 39.200.000,00 Rp. 40.000.000,00 Rp. 40.800.000,00
Margin Kontribusi Rp. 58.800.000,00 Rp. 60.000.000,00 Rp. 61.200.000,00
Biaya Tetap Rp. 60.000.000,00 Rp. 60.000.000,00 Rp. 60.000.000,00
Laba / Rugi Rp (1.200.000,00) Rp. 0,00 Rp. 1.200.000,00

Dalam ilustrasi tampak bahwa setelah mengalami titik impas (pengirim barang sebanyak
50.000 Kg), kenaikan pendapatan jasa dari pengirim 1000 Kg barang akan diikuti oleh
kenaikan laba sebesar kenaikan margin kontribusinya (1.000 X Rp. 1.200,00). Sebaliknya,
penurunan pengiriman barang dari 50.000 Kg menjadi 49.000 Kg, akan diikuti dengan
kerugian sebesar penurunan jumlah margin kontribusinya (Rp. 60.000.000,00 – Rp.
58.800.000,00 = Rp. 1.200.000,00).
2. Rasio Margin Kontribusi dan Rasio Biaya Variabel

Perbandingan antara jumlah margin kontribusi dengan pendapatan menghasilkan


rasio margin kontribusi. Rasio ini sangat bermanfaa bila digunakan untuk
mengamati perubahan margin kontribusi akibat perubahan jumlah (rupiah)
pendapatan.
Dalam analisis ini, manajemen dapat membuat rencana untuk masa yang akan
datang tentang berapa jumlah laba yang diharapkan diterima perusahaan, baik
sebelum pajak maupun setelah pajak. Analisis biaya volume laba merupakan alat
bantu perencanaan dan sekaligus alat bantu keputusan.

www.ut.ac.id
B. ANALISIS TITIK IMPAS

Analisis titik impas adalah titik manakala jumlah pendapatan sama dengan jumlah
biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi.
Titik impas dapat dinyatakan dalam satuan unit produk dan satuan mata uang.
Untuk menemukan masing – masing titik impas tersebut, dapat digunakan teknik
atau pendekatan :
1. Pendekatan laba operasi
2. Pendekatan margin kontribusi
3. Pendekatan grafik
1. Pendekatan Laba Operasi (Operating income approach)

Pendekatan operasi didasarkan pada rumus yang diambil dari susunan laporan
Laba Rugi yaitu :
Laba Operasi = Pendapatan – Biaya Variabel - Biaya Tetap

www.ut.ac.id
2. Pendekatan Margin Kontribusi ( Contribution margin approach)

Pendekatan margin kontribusi sebenarnya merupakan pengembangan dari


pendekatan laba operasional, khususnya pada bagian penyebut. Penyebut pada
persamaan adalah Harga jual – biaya variabel per unit.Dengan demikian H-V adalah
margin kontribusi per unit. Jika H-V diganti dengan margin kontribusi per unit
maka akan menjadi pendekatan margin kontribusi dibawah ini.
 Rumus Titik Impas Pendekatan Margin Kontribusi dalam Kuantitas
 

Rumus Titik Impas Pendekatan Rasio Kontribusi dalam Uang


 
www.ut.ac.id
3. Pendekatan Grafik(Graphical approach)

Grafik Kos Volume Laba merupakan grafik yang didalamnya menggambarkan


keterkaitan antara biaya, volume, dan laba operasi dengan menghubungkan garis
total penjualan dengan garis total biaya pada satu grafik yang sama. Dalam
pendekatan grafik langkah pertama adalah membuat persamaan fungsi garis,
sebagai berikut ini :
a. Fungsi pendapatan
b. Biaya Variabel
c. Fungsi Biaya Tetap
d. Fungsi Total Biaya

www.ut.ac.id
C. TARGET LABA

Analisis Titik Impas memberikan informasi yang sangat berharga bagi


manajemen. Sebagai bagian dari analisis BVL, Hasil Analisis Titik Impas akan
mengembangkan pemikiran manajemen tentang laba perusahaan diatas titik impas.
Oleh karena itu manajemen tentunya akan menerapkan target keuntungan yang
ingin dicapai pada periode berikutnya.
Target tersebut dapat berupa target pendapatan dalam satuan mata uang (Rp),
maupun dalam satuan unit. Tiga macam target tersebut yaitu :
1. Target laba ditetapkan dalam jumlah tertentu
2. Target laba ditetapkan dalam jumlah persentase tertentu dari pendapatan
3. Target laba ditetapkan dalam jumlah tertentu setelah diperhitungkan pajaknya.

www.ut.ac.id
D. ASUMSI YANG HARUS DIPENUHI ANALISIS KOS VOLUME LABA

Persamaan Persamaan yang telah kita pelajari diatas berpegang pada beberapa
asumsi penting yaitu :
1. Fungsi biaya dan pendapatan adalah linear
Fungsi pendapatan dan biaya harus terap konstan selama rentang tertentu.
Namun kennyataannya fungsi-fungsi tersebut seringkali tidak bersifat linear
yang mana dapat berbentuk kurva atau bahkan bertahap.Perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan berbagai kemungkinan rentang penjualan dan produksi
karena jika rentang relevan telah diindentifikasi, maka hubungan biaya dan
harga jual diamsumsikan telah diketahui dan bersifat konstan.

www.ut.ac.id
2. Harga dan biaya yang dapat diketahui dengan Pasti
Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pada satu variabel maka akan
berdampak pada hal lainnya. Namun dalam kenyataannya, perusahaan jarang dapat
mengetahui dengan pasti akan harga, biaya variabel, dan biaya tetap.
3. Produksi sama dengan penjualan
Bahwa unit yang diproduksi seluruhnya terjual selama dalam satu periode. Nilai
sisa persediaan yang tercakup pada periode sebelumnya tidak dipertimbangkan pada
analisis KVL di periode berjalan.
4. Bauran Penjualan bersifat konstan
Ketika perusahaan memproduksi produk tunggal, bauran penjualan yang terjadi
akan bersifat konstan, namun, tidak jika produk yang diproduksi adalah banyak.
Pada praktiknya akan susah memprediksi bauran penualan yang konstan jika produk
yang diproduksi adalah banyak.
www.ut.ac.id
Kegiatan Belajar 2
Analisis Kos Volume Laba
Bauran Penjualan dan Struktur Kos

Analisis BVL akan cukup sederhana diterapkan dalam keadaan perusahaan yang
seperti itu, namun tentu hampir sebagian besar perusahaan memproduksi banyak produk
atau jasa (multiple product). Isu yang muncul bagi perusahaan yang memproduksi
multiple product kaitannya dengan analisis BVL adalah bauran penjualan serta common
cost.
Laba perusahaan dipengaruhi oleh unsur-unsur harga jual, biaya dan volume kegiatan
atau tingkat aktivitas produksi, namun pada analisis BVL untuk multi product unsur lain
yang tidak kalah pentingnya adalah bauran penjualan. Bila perusahaan menggunakan
metode cost plus dalam menentukan harga jualnya maka harga jual tersebut dapat
dipengaruhi oleh volume kegiatannya. Selanjutnya, volume kegiatan produksi tentu
dipengangaruhi oleh tingkat permintaan konsumen atau tingkat penjualannya. Jumlah
produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan menimbulkan berbagai kombinasi
kuantitas barang atau jasa yang diproduksi dan dijual.
www.ut.ac.id
A. ANALISIS KVL UNTUK MULTI PRODUK ATAU JASA

• Ciri khas apabila perusahaan hanya menjual satu produk atau jasa lebih dari satu produk,
maka akan terdapat biaya yang langsung dapat diidentifikasi dengan produk tertentu dan ada pula
biaya bersama. Biaya Tetap langsung adalah jenis biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke
masing-masing produk dan dapat dihindari jika salah satu produk tersebut tidak ada. Sedangkan
biaya bersama tetap akan tetap muncul selama perusahaan ada, apakah satu produk dihilangkan
atau tidak.
• Titik impas dapat dihitung dalam satuan uang maupun dalam satuan unit tertentu, tentu saja
dengan memperhatikan bauran produk(product mix). Masalah-masalah penting yang perlu
mendapat perhatian dalam konteks multi produk yaitu Biaya Bersama dan Bauran Penjualan
(Sales Mix).
• Kompleksitas penentuan titik nilai impas kuantitas akan semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Mungkin tidak semua
perusahaan tertarik mengetahui titik impas kuantitas karena informasi titik impas rupiah sudah
cukup bagi perusahaan. Untuk menghitung titik impas rupiah, tidak diperlukan informasi produk
individual namun cukup menggunakan rasio margin kontribusi keseluruhan.

www.ut.ac.id
1. Struktur Biaya dan Degree of Operating Leverage (DOL)
Biaya yang terjadi berdasarkan perilakunya atau berdasarkan dapat tidaknya dikendalikan oleh
manajemen dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Struktur biaya
menunjukan proporsi biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu organisasi perusahaan.
2. Risiko dan Ketidakpastian
Tidak ada perusahaan yang tidak pernah menhadapi resiko, berikut beberapa cara manajer dalam
menghadapi resiko dan ketidakpastian :
• Manajer harus mempelajari dan mengetahui ketidakpastian yang melekat pada harga, baiya dan
kuantitas di masa depan.
• Manajer tidak hanya mempertimbangkan nilai titik impas melainkan juga harud menganalisis datra
apabila kuantitas penjuakan berada pada rentang di atas dan di bawah nilai titik impas.
• Manajer dapat melakukan analisis sensitivitas (analisis bagaimana-jika)

www.ut.ac.id
Terdapat dua konsep yang berguna bagi manajer untuk mengukur ketidakpastian. Kedua konsep
ini memerlukan pengetahuan tentang biaya tetap dan biaya variabel.
1. Margin Pengaman (Margin of Safety)
Margin pengaman merupakan unit terjual atau pendapatan yang diperoleh di atas titik impas
kuantitas maupun rupiah
• Margin Pengaman (unit) = Proyeksi Unit Tunggal – Titik Impas dalam Unit
• Margin Pengaman (Rp) = Proyeksi Pendapatan – Titik Impas dalam Rupiah
• Rasio Margin Pengaman = Margin Pengaman / Pendapatan
2. Degree of Operating Leverage
Dalam Operating Leverage, biaya tetap digunakan sebagai pengungkit untuk meningkatkan laba
perusahaan. Degree of Operating Leverage adalah perbandingan antara margin kontribusi dengan
laba bersih.
Degree of Operating Leverage = Margin Kontribusi / Laba Bersih

www.ut.ac.id
Kegiatan Belajar 3
Penetapan Kos Absorpsi dan Penetapan Kos
Variabel

Untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan dalam menilai kinerja dari unit
bisnis maka dikembangan suatu laporankeuangan tersegmentasi untuk masing-masing
unit bisnis. Terdapat dua metode yang digunakan, yakni variable costing dan absorption
costing.
Sebenarnya dua metode ini merupakan metode costing yang akan menghasilkan nilai
kos per unit yang berbeda yang mana akibatnya juga berujung pada berbedanya nilai
laba yang tampak pada laporan laba rugi.

www.ut.ac.id
A. PENETAPAN KOS VARIABEL (VARIABLE COSTING) DAN
PENETAPAN KOS ABSORBSI (ABSOPTION COSTING)

Dari segi teknis perhitungann perbedaan antara variable costing dan absorption
costing terletak pada perlakuan biaya overgead pabrik tetap sebagai biaya produk
atau biaya periode.
1. Penetapan Kos Variabel (Variable Costing)
Variable costing disebut juga direct costing karena hanya memasukkan unsur
kos yang bersifat variabel, yang notaben dapat dengan mudah ditelusuri ke produk.
2. Peneteapan Kos Absorbsi (Absorption Costing)
Seluruh biaya manufaktur dimasukkan sebagai kos produk yakni bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap.

www.ut.ac.id
3. Analisis Perbandingan Variable Costing dan Absorption Costing

4. Laporan Laba Rugi di bawah Variable Costing dan Absoption Costing


Oleh karena penentuan kos produk di bawah Variable Costing dan Absorption
Costing adalah berbeda maka akan menghasilkan laba operasi yang berbeda.
Perbedaan tersebut tentu saja muncul karena kos overhead tetap yang diperlakukan
sebagai kos produk stau kos periode.

www.ut.ac.id
5. Untuk Penilaian Persediaan
Sebelum menghitung nilai sediaan alih – alih nilai laba operasi maka harus
dihitung terlebih dahulu kos produksi per unit baik menurut variable costing maupu
absorption costing.
6. Untuk Penyusunan Laporan Laba Rugi
Ketika semua produk yang diproduksi terjual dan tidak ada persediaan maka
laba yang dihitung dengan menggunakan kedua pendekatan nilainya sama.

www.ut.ac.id
7. Penggunaan Variable Costing untuk Pelaporan dan Evaluasi Kinerja Segmen
Harus diingat bahwa variable costing tidak dapat dipergunakan untuk pelaporan eksternal,
tetapi sangant bermanfaat untuk pelaporan internal, misalnya untuk perencanan dan pengendalian
(Analisis Kos Volume Laba), untuk pengambilan keputusan (Keputusan Taktis), dan untuk evaluasi
kinerja.
Pada penggunaan variable costing untuk evaluasi kinerja lewat laporan keuangan segmentasi,
yang dimaksud segmen adalah segala sesuatu yang dapat menciptakan profit bagi organisasi. Maka
dari itu dapat dikategorikan sebagai segmen adalah:
• Produk  misalnya produk A, B, C, dan sebagainya
• Teritori  misalnya wilayah Jatim, Jateng, Jabar, DIY, dan sebagainya
• Divisi  misalnya dalam sebuah KAP: Audit, Sistem, Pajak, dan sebagainya
• Tenaga Penjualan  misalnya Adi, Budi, Cindi, dan sebagainya

www.ut.ac.id
Dapat disimpulkan bahwa jika ingin mengukur kinerja segmen, maka biaya –
biaya yang dibebankan hasulah biaya – biaya yang berkaitan langsung dnegna
segmen yang bersangkutan. Yang dilihat sebagai kinerja segmen adalah segmen
margin. Logika dari tidak dipertimbangkannya biaya tetap bersama untuk mengukur
kinerja segmen adalah karena tidaklah adil membebankan sesuatu yang berada di
luar kendali manajemen dari segmen itu sendiri.
Segmen margin setelah dikurangi biaya tetap bersama akan menghasilkan laba
atau rugi operasi. Namun demikian, bukan berarti perusahaan tidak diperbolehkan
sama sekali untuk mengalokasikan nilai biaya tetap bersama ke masing – masing
segmen.

www.ut.ac.id
SEKIAN
TERIMA KASIH

www.ut.ac.id

Anda mungkin juga menyukai