Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS HUBUNGAN

BIAYA VOLUME & LABA

A. Analisis Hubungan Biaya Volume dan Laba (BVL)


Analisis biaya volume dan laba merupakan sebuah teknik atau alat yang
digunakan untuk mempelajari hubungan antara votume, biaya total, pendapatan total
dan laba. Analisis ini sangat berguna bagi perencanaan atau perencanaan laba dalam
tahun anggaran tertentu.
Analisis biaya-volume-laba menyajikan informasi kepada manajemen tentang
dampak perubahan biaya, pendapatan, volume dan bauran produk terhadap laba.
Analisis BVL berfokus pada hubungan biaya-volume-laba dan dampak dari pola
perilaku biaya terhadap pengambilan keputusan. Pemahaman terhadap pola perilaku
biaya perusahaan akan mempermudah pengambilan keputusan manajemen dalam hal
penetapan harga produk, penerimaaan/penolakan pesanan, analisis penghematan biaya,
dan promosi atas lini produk yang lebih menguntungkan.
Analisis hubungan BVL tidak hanya bermanfaat untuk organisasi yang
berorientasi pada laba, tetapi juga dapat digunakan untuk organisasi yang tidak
berorientasi pada laba. Organisasi tersebut perlu memahami bagaimana biaya dapat
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan untuk membantu organisasi dalam
mengendalikan biaya.
Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume dan laba
adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan
pendekatan variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba
rugi dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif, maka
sebaiknya laporan laba rugi diuraikan dalam bentuk laporan penjualan secara total dan
penjualan per unit. Selain itu diperlukan juga hasil analisis vertikal yang menunujukkan
persentase biaya variabel dan rasio margin kontribusi dari nilai penjualan.
Misalkan pada bulan Juni 2009 PT JKS menjual 150 unit produknya dengan
harga Rp3.500 per unit. Biaya variabel per unit Rp2.625, Biaya tetap bulanan
Rp75.000. Dari data ini dapat dihitung margin kontribusi dan rasio margin kontribusi
per unit, masing-masing dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Margin kontribusi = penjualan – Biaya variabel
= Rp3.500- Rp2.625
= Rp875 per unit
marginkontribusi
Rasio margin kontribusi = %
penjualan
= ( Rp 875-/Rp 3.500)
= 25%
Dalam perhitungan ini rasio margin kontribusi per unit sama dengan rasio untuk
penjualan 150 unit karena dalam model ini yang diperhitungkan hanya unsur-unsur
variabel saja. Berdasarakan data ini selanjutnya dapat dibuat laporan laba rugi per unit
dan untuk 150 unit penjualan berdasarkan pendekatan kontribusi seperti terlihat pada
ikhtisar di bawah ini.
PT JKS
LAPORAN LABA RUGI KONTRIBUSI
BULAN JUNI 2009
Total
150 unit per unit %
Penjualan
Rp 525.000 Rp 3.500 100

393.750 2.625 75
Biaya variabel
Rp 131.250 Rp 875 25
75.000
Margin kontribusi
Rp 56.250
Biaya tetap
Laba usaha

Informasi margin kontribusi menjadi faktor penting pada banyak keputusan


dalam sebuah perusahaan seperti produk apa yang akan diproduksi atau dijual,
kebijakan harga mana yang akan diikuti, strategi pemasaran yang akan digunakan, dan
jenis fasilitas produktif apa yang akan dibeli.
Hubungan konsep biaya volume, dan laba dalam perencanaan digunakan untuk
menghitung titik impas, target laba, margin keamanan, komposisi biaya untuk
memaksimumkan margin kontribusi, dan/ atau mengantisipasi titik penutupan usaha.

B. Asumsi
Dalam melakukan analsis BVL didasarkan pada suatu asumsi bahwa:
1. Semua biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
2. Jumlah biaya tetap tidak berubah dalam kisaran tertentu dari data yang dianalisis.
3. Biaya variabel berubah seiring dengan perubahan dalam volume produk atau
kegiatan dalam kisaran tertentu dari volume yang dianalisis.
Yakni merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghitung
dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk
membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
Dengan Analisis Biaya-Volume Laba perusahaan dapat mengambil kebijakan
atau langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka untuk mencapai perolehan laba
yang diharapkan.
Ada 3 (tiga) faktor yang memengaruhi laba :
1. Volume produk yang dijual, berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa
tersebut.
2. Harga jual produk, atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk
atau jasa yang bersangkutan.
3. Biaya produksi, adalah biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan
suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

C. Elemen Dalam Analisis Hubungan Biaya Volume

Hal yang menjadi elemen utama dalam analisis ini mencakup:


1. Harga jual produk.
2. Volume penjualan atau tingkat aktivitas.
3. Biaya variabel per unit .
4. Komposisi dari kombinasi produk terjual, dan
5. Dalam akuntansi ABC juga diperlukan data cost driver dan tarifnya.

Penggunaan analisis biaya, volume, dan laba dalam sebuah organisasi bisnis didasarkan
pada asumsi-asumsi bahwa:

1. Harga jual konstan sepanjang kisaran relevan tertentu. Maksudnya, suatu hasil
perhitungan dengan menggunakan model hubungan biaya volume dan laba hanya
akan valid pada satu tingkat harga tertentu.
2. Biaya bersifat linier dalam setiap kisaran relevan dan dapat dibagi secara akurat ke
dalam elemen-elemen biaya variabel dan biaya tetap. Metode pembagian ini untuk
biaya semivariabel sebelumnya sudah dibahas dalam bab perilaku biaya dengan
menggunakan pendekatan analisis regresi kuadrat terkecil, titik tertinggi terendah,
dan metode diagram pencar.
3. Dalam perusahaan yang menghasilkan dan menjual banyak produk, bauran
penjualannya konstan. Misalkan pada suatu saat tertentu sebuah perusahaan menjual
dua jenis produk dengan komposisi 10 unit produk A dan 15 unit produk B pada saat
yang bersamaan.
4. Dalam perusahaan pabrikan tingkat persediaan tidak berubah dalam pengertian
bahwa selisih tingkat persediaan awal dan persediaan akhir periode tidak signifikan.

D. Titik Impas (BEP) dalam Unit

Salah satu bentuk analisis BVL yang populer adalah perhitungan titik impas
perusahaan. Titik impas (Break Even Point /BEP) adalah suatu titik yang menunjukkan
volume pendapatan yang tidak menimbulkan laba atau rugi. Pada saat BEP, pendapatan
total sama dengan biaya total sehingga besarnya laba sama dengan nol. Analisis impas
membuat perusahaan menelaah pola perilaku biaya tetap dan biaya variabel.

Anggapan yang mendasari analisis titik impas:

1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam perhitungan
impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume
penjualan.

2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika
dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau
dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya,
volume dan laba.

3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas


produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume- laba.

4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai
dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume
laba.

5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.


6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.

7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.

Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan break even apabila dalam usahanya
pada suatu periode antara jumlah biaya dengan jumlah hasil penjualan adalah sama.
Pada keadaan ini berarti bahwa perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
mengalami kerugian. Jadi break event itu dapat diartikan suatu keadaan dimana jumlah
biaya dan jumlah penghasilan dari penjualan adalah sama, sehingga perusahaan tidak
mengalami kerugian dan tidak memperoleh keuntungan.

1. Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis Biaya-Volume-Laba

Untuk bisa menentukan jumlah produk yang harus dijual untuk mencapai titik
impas, maka kita bisa berfokus pada laba operasi, yaitu laba yang berasal dari
operasi normal perusahaan. Yang harus kita lakukan adalah: (1) menentukan
pengertian unit dan (2) memisahkan biaya antara komponen biaya tetap dan biaya
variabelnya.

Laba operasional = pendapatan penjualan - biaya variabel - biaya tetap

Laba operasional = (harga x unit terjual) - (biaya variabel x unit terjual) -biaya tetap
total

Dengan menetapkan nilai nol pada laba operasional, memasukkan biaya


variabel dan biaya total tetap, serta menyelesaikan persamaan di atas, maka kita
akan dapat menemukan jumlah unit yang harus terjual pada BEP.

Contoh:

Penjualan (1.000 x Rp 3.000)              Rp3.000.000

Biaya variabel (1.000 x Rp1800)           (1.800.000)

Margin kontribusi                                   1.200.000

Biaya tetap                                               720.000

Laba operasi                              Rp480.000


Jika X adalah unit yang dijual pada titik impas, maka persamaan laba operasinya
adalah:
0 = 3.000X - 1.800 X - 660.000
1.200X = 720.000
X = 600
Jadi titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 600 unit produk. Hal ini juga
dapat dibuktikan dari perhitungan berikut ini:
Penjualan (600 x Rp 3.000)                 Rp1.800.000
Biaya variabel (600 x Rp1.800)            (1.080.000)
Margin kontribusi                                     720.000
Biaya tetap                                              720.000
Laba operasi                                    Rp 0

2. Cara Pintas Menghitung BEP


Mengingat bahwa persamaan BVL diturunkan dari laporan rugi laba berbasis
variabel costing, maka kita dapat menghitung jumlah unit dalam BEP secara lebih
cepat dengan berfokus pada margin kontribusi (contribution margin). Margin
kontribusi diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel total.
Margin kontribusi merupakan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya
tetap dan menghasilkan laba, yang dapat dinyatakan dalam total, dalam jumlah per
unit, atau sebagai persentase. Pada kondisi BEP, margin kontribusi sama dengan
biaya tetap.

Jumlah unit (BEP) = biaya tetap/margin kontribusi per unit


Dengan menggunakan contoh diatas, maka;

Jumlah unit pada titik impas = Rp720.000/(Rp3.000 - Rp1.800) = 600

3. Penjualan Dalam Unit Untuk Mencapai Target Laba

Analisis BVL juga dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak unit
yang harus dijual untuk memperoleh target laba tertentu. Target laba dapat
ditentukan dalam nominal tertentu atau sebagai persentase dari penjualan.
Pendekatan laba maupun pendekatan margin kontribusi bisa digunakan untuk
menghitung target laba tersebut. Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah,
dampak perubahan jumlah unit terjual terhadap laba dapat dihitung dengan
mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan jumlah unit terjual.
Jika semisal target laba yang ditentukan Rp750.000, maka dengan
menggunakan persamaan dasar titik impas kita hanya perlu menambahkan target
laba sebesar Rp750.000 pada biaya tetap sehingga didapatkan:

Jumlah unit = (Rp720.000 + Rp750.000)/Rp1.200 = 1.230 unit

E. Titik Impas (BEP) dalam Nominal Penjualan


Untuk menghitung BEP dalam nominal, biaya variabel dianggap sebagai
persentase penjualan. Namun, penjualan pada BEP juga dapat dihitung secara singkat
dengan rumus:
Penjualan pada BEP = biaya tetap x (harga/margin kontribusi)
Penjualan pada BEP = biaya tetap/rasio margin kontribusi
Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk menentukan dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba,
yaitu dengan mengalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan penjualan. Rasio
margin kontribusi merupakan bagian penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya
tetap dan menghasilkan bagian laba. Contoh di atas menunjukkan rasio margin
kontribusi 40%, artinya dalam setiap Rp1 penjualan tersedia Rp0,40 yang dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Titik impas akan dicapai
pada penjualan Rp1.800.000,00.
Titik impas = Rp720.000/0,40 = Rp1.800.000

Dalam menggambarkan pengaruh biaya tetap terhadap laba, ada tiga


kemungkinan yang muncul:
1. Biaya tetap = margin kontribusi, artinya laba nol (perusahaan pada titik
impas).
2. Biaya tetap > margin kontribusi, artinya perusahaan memperoleh laba.
3. Biaya tetap < margin kontribusi artinya perusahaan mengalami kerugian.

F. Penyajian Secara Grafis Hubungan BVL


Hubungan BVL dapat juga dianalisis dengan grafik dua sumbu. Sumbu
horizontal menunjukkan unit yang terjual dan sumbu vertikal menunjukkan pendapatan
penjualan. Garis total pendapatan dimulai pada titik nol dan meningkat dengan
kemiringan yang sama dengan harga jual per unit. Garis total biaya memotong sumbu
vertikal pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap dan meningkat dengan
kemiringan yang sama dengan biaya variabel per unit. Jika total pendapatan berada di
bawah garis total biaya, maka akan muncul daerah rugi. Sebaliknya, daerah laba akan
muncul jika garis total pendapatan berada di atas garis total biaya. Titik impas berada
titik perpotongan antara garis penjualan total dan garis biaya total. Titik impas pada
gambar di bawah ini terletak pada penjualan 600 unit produk dan tingkat pendapatan
penjualan Rp1.800.000.

Analisis BVL mudah digunakan dan murah biayanya, namun mengandung


kelemahan karena menggunakan beberapa asumsi berikut:
■ Analisis mengasumsikan bahwa fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk
linier.
■ Analisis mengasumsikan bahwa harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per
unit dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap kostan sepanjang
rentangyang relevan.
■ Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dapat dijual.
■ Untuk analisis multi produk, diasumsikan bahwa bauran penjualan diketahui.
■ Diasumsikan bahwa harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.

G. Analisis Multi Produk


Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran
penjualan (sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual
perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi
produk dapat diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis CVP
kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat
menyelesaikan masalah multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk
tunggal, yaitu menetapkan produk-produk tersebut sebagai suatu paket, misal suatu
paket terdiri dari 3 produk A dan 2 produk B.
SOAL

1. Apakah yang dimaksud dengan BVL?


2. Apakah yang dimaksud dengan variable costing?
3. Pada 1 Agustus 2018 PT BMN menjual 450 unit produk dengan harga
Rp10.500/unit. Biaya variabel per unit Rp7.875, biaya tiap bulan Rp225.000.
Hitunglah margin kontribusi & rasio margin kontribusi/unit!
4. Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi laba!
5. Apakah yang menjadi dasar analisis titik impas? Jelaskan!
6. Sales, BEP, Grafik dan manfaat yang terkait (produk tunggal)
Budget penjualan dari sebuah perusahaan pada tahun 2017 adalah sebesar 50.000
unit barang. Harga jual per unit sebesar Rp200.000. biaya variabel per unit
Rp100.000. Biaya tetap per unit Rp2.000.000.000. Biaya tetap terdiri dari yang
bersifat tunai Rp1.500.000.000 dan tidak tunai Rp500.000.000.
Diminta:
a. Susunlah laporan laba rugi metode variabel costing
b. Hitunglah sales BEP
c. Hitunglah sales MOS
7. Sales BEP total untuk multi produk, data-data biaya dari produk milik PT.Santika
yang menghasilkan tiga jenis produk yaitu X, Y, dan Z pada tahun 2017:

Keterangan Produk X Produk Y Produk Z


Unit produk yang dijual 6.000 unit 7.000 unit 8.000 unit
Harga jual per unit (Rp.) 500 200 1.000
Biaya variabel per unit 200 120 500
(Rp.) 1.000.000 260.000 2.000.000
Biaya tetap per tahun
Diminta:
a. Hitunglah sales BEP total produk (Rp. dan unit)
b. Hitunglah sales masing-masing produk (Rp. dan unit)

Anda mungkin juga menyukai