393.750 2.625 75
Biaya variabel
Rp 131.250 Rp 875 25
75.000
Margin kontribusi
Rp 56.250
Biaya tetap
Laba usaha
B. Asumsi
Dalam melakukan analsis BVL didasarkan pada suatu asumsi bahwa:
1. Semua biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
2. Jumlah biaya tetap tidak berubah dalam kisaran tertentu dari data yang dianalisis.
3. Biaya variabel berubah seiring dengan perubahan dalam volume produk atau
kegiatan dalam kisaran tertentu dari volume yang dianalisis.
Yakni merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghitung
dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk
membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
Dengan Analisis Biaya-Volume Laba perusahaan dapat mengambil kebijakan
atau langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka untuk mencapai perolehan laba
yang diharapkan.
Ada 3 (tiga) faktor yang memengaruhi laba :
1. Volume produk yang dijual, berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa
tersebut.
2. Harga jual produk, atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk
atau jasa yang bersangkutan.
3. Biaya produksi, adalah biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan
suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
Penggunaan analisis biaya, volume, dan laba dalam sebuah organisasi bisnis didasarkan
pada asumsi-asumsi bahwa:
1. Harga jual konstan sepanjang kisaran relevan tertentu. Maksudnya, suatu hasil
perhitungan dengan menggunakan model hubungan biaya volume dan laba hanya
akan valid pada satu tingkat harga tertentu.
2. Biaya bersifat linier dalam setiap kisaran relevan dan dapat dibagi secara akurat ke
dalam elemen-elemen biaya variabel dan biaya tetap. Metode pembagian ini untuk
biaya semivariabel sebelumnya sudah dibahas dalam bab perilaku biaya dengan
menggunakan pendekatan analisis regresi kuadrat terkecil, titik tertinggi terendah,
dan metode diagram pencar.
3. Dalam perusahaan yang menghasilkan dan menjual banyak produk, bauran
penjualannya konstan. Misalkan pada suatu saat tertentu sebuah perusahaan menjual
dua jenis produk dengan komposisi 10 unit produk A dan 15 unit produk B pada saat
yang bersamaan.
4. Dalam perusahaan pabrikan tingkat persediaan tidak berubah dalam pengertian
bahwa selisih tingkat persediaan awal dan persediaan akhir periode tidak signifikan.
Salah satu bentuk analisis BVL yang populer adalah perhitungan titik impas
perusahaan. Titik impas (Break Even Point /BEP) adalah suatu titik yang menunjukkan
volume pendapatan yang tidak menimbulkan laba atau rugi. Pada saat BEP, pendapatan
total sama dengan biaya total sehingga besarnya laba sama dengan nol. Analisis impas
membuat perusahaan menelaah pola perilaku biaya tetap dan biaya variabel.
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam perhitungan
impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume
penjualan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika
dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau
dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya,
volume dan laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai
dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume
laba.
Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan break even apabila dalam usahanya
pada suatu periode antara jumlah biaya dengan jumlah hasil penjualan adalah sama.
Pada keadaan ini berarti bahwa perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
mengalami kerugian. Jadi break event itu dapat diartikan suatu keadaan dimana jumlah
biaya dan jumlah penghasilan dari penjualan adalah sama, sehingga perusahaan tidak
mengalami kerugian dan tidak memperoleh keuntungan.
Untuk bisa menentukan jumlah produk yang harus dijual untuk mencapai titik
impas, maka kita bisa berfokus pada laba operasi, yaitu laba yang berasal dari
operasi normal perusahaan. Yang harus kita lakukan adalah: (1) menentukan
pengertian unit dan (2) memisahkan biaya antara komponen biaya tetap dan biaya
variabelnya.
Laba operasional = (harga x unit terjual) - (biaya variabel x unit terjual) -biaya tetap
total
Contoh:
Analisis BVL juga dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak unit
yang harus dijual untuk memperoleh target laba tertentu. Target laba dapat
ditentukan dalam nominal tertentu atau sebagai persentase dari penjualan.
Pendekatan laba maupun pendekatan margin kontribusi bisa digunakan untuk
menghitung target laba tersebut. Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah,
dampak perubahan jumlah unit terjual terhadap laba dapat dihitung dengan
mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan jumlah unit terjual.
Jika semisal target laba yang ditentukan Rp750.000, maka dengan
menggunakan persamaan dasar titik impas kita hanya perlu menambahkan target
laba sebesar Rp750.000 pada biaya tetap sehingga didapatkan: