Dosen:
Dr. A.A Dwi Widyani, SE., MM
Disusun Oleh:
Kelompok 3
KELAS A
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Daftar Isi
Perbedaan Antara metode Absorption Costing Dengan Metode Variabel Costing ....................... II
Kelebihan dan Kekurangan Variabel Costing dan Absorption Costing ...................................... III
Kesimpulan ................................................................................................................................... IV
BAB I
PENDAHULUAN
1. Absorption Costing
Harga Pokok Produksi :
Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variable Rp. xxx.xxx
Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx
2. Variable Costing :
Keterangan :
Laporan Laba-rugi tersebut menyajikan biaya-biaya menurut
hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur,
yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum.
Rp. 230.000
Rp. 145.000
Laba Bersih Usaha Rp. 125.000
2. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan
tarif yang di tentukan di muka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead
pabrik sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead
pabrik berlebihan (overhead Factory overhead) atau pembebanan overhead
pabrik kurang (underapplied factory overhead). Menurut metode Full Costing,
selisih tersebut dapat di perlukan sebagai penambah atau pengurang harga
pokok produk yangbelum laku di jual ( harga pokok persediaan).
4. Pada perhitungan rugi-laba metode Full Costing digunakan istilah laba kotor
(GroosProfit) yaitu kelebihan hasil penjualan dari harga pokok penjualan.
Pada perhitungan rugi laba metode Variabel costing dipergunakan istilah
Margin Kontribusi, yaitu kelebihan hasil penjualan dari biaya-biaya variable.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan