Anda di halaman 1dari 11

“Sistem Penentuan Harga Pokok Variabel”

Dosen:
Dr. A.A Dwi Widyani, SE., MM
Disusun Oleh:
Kelompok 3

Putu Andryana Widana Putra (28)

I Dewa Made Angga Priana (29)

I Dewa Gede Merta Kusama (30)

Ni Putu Arika Tanggelina Sari (27)

Ida Ayu Windana Oktaviana (05)

KELAS A
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 11 Oktober 2018

Penyusun
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii

Pengertian Harga Pokok Variabel .................................................................................................. I

Perbedaan Antara metode Absorption Costing Dengan Metode Variabel Costing ....................... II

Kelebihan dan Kekurangan Variabel Costing dan Absorption Costing ...................................... III

Kesimpulan ................................................................................................................................... IV
BAB I
PENDAHULUAN

I. Pengertian Harga Pokok Variabel


Penentuan harga pokok variabel (Variabel Costing) merupakan
metode penentuan harga pokok produk yang membebankan unsur biaya
produksi yang berifat variabel saja. Unsur biaya produksi bersifat tetap
diperlakukan bukan sebagai harga pokok produk melainkan sebagai unsur
biaya periodik. Biaya periodik merupakan biaya yang lebih erat
hubungannya dengan periode akuntansi dari pada dengan produk
yang dihasilkan dan umumnya biaya periodik bersifat tetap.

II. Perbedaan antara metode Absorption Costing dengan metode Variabel


Costing

1. Absorption Costing
Harga Pokok Produksi :
Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variable Rp. xxx.xxx
Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan metode Absorption Costing,

a) Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun


tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar
biaya overhead yang sesungguhnya.
b) Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan
berbeda dengan BOP yang sesungguhnya terjadi.
Catatan :
- Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead),
terjadi jika jumlah BOP yang dibebankan lebih besar dari
BOP yang sesungguhnya terjadi.

- Pembebanan BOP kurang (underapplied factory


overhead), terjadi jika jumlah BOP yang
dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya
terjadi.

c) Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum


laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih
atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau
menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik
produk dalam proses maupun produk jadi)
d) Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead
pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang
bersangkutan dijual.

2. Variable Costing :

Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang


hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja. Dikenal juga
dengan istilah direct costing

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx


Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variable Rp. xxx.xxx
Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Variable Costing,

a) Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period


costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga
biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam
periode terjadinya.
b) Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual,
BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi
langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
c) Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika
dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari
terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.

Penyajian Laporan Laba Rugi

a) Laporan Laba-Rugi ( Absorption Costing )

Hasil penjualan Rp. 500.000


Harga pokok penjualan Rp. 250.000 –
Laba Bruto Rp. 250.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000 –
Biaya pemasaran Rp. 75.000 –
Laba Bersih Usaha Rp . 125.000

Keterangan :
Laporan Laba-rugi tersebut menyajikan biaya-biaya menurut
hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur,
yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum.

b) Laporan Laba-Rugi ( Metode Variable Costing )

Hasil penjualan Rp. 500.000

Dikurangi Biaya-biaya Variabel :

Biaya produksi variable Rp. 150.000

Biaya pemasaran variable Rp. 50.000

Biaya adm. & umum variable Rp. 30.000

Rp. 230.000

Laba kontribusi Rp. 270.000

Dikurangi Biaya Tetap

Biaya produksi tetap Rp. 100.000

Biaya pemasaran tetap Rp. 25.000

Biaya Adm & umum tetap Rp. 20.000

Rp. 145.000
Laba Bersih Usaha Rp. 125.000

1. Perhitungan harga pokok produk tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa


perbedaan antara kedua metode tersebut terletak pada perlakukan
terhadap biaya overhead pabrik yang bersifat tetap. Menurut metode full
costing biayaoverhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan
berdasarkan metode variabel costing, biaya tersebut diperlakukan sebagai
biaya periodik. Oleh karena itu menurut metode full costing, biaya overhead
pabrik tetap belum diakui sebagai biaya sampai saat produk atau jasa yang
bersangkutan terjual, karena biaya overhead pabrik tetap masih melekat pada
persediaan produk atau jasa yang belum terjual. Hal ini berbeda dengan
metode variable costing yang memperlakukan biaya overhed pabrik tetap
sebagai biaya produksi sehingga langsung di akui sebagaibiaya pada saat
terjadinya. Dengan kata lain pengertian biaya periodik berbeda menurut
masing-masing metode tersebut. Menurut metode Full Costing, biaya periodik
diartikan sebagai semua biaya yang tidak berkaitan dengan kegiatan produksi
(biaya pemasaran dan biaya administrasi umum). Biaya-biaya tersebut dikenal
dengan nama biaya usaha. Sedangkan pengertian biaya periodik
menurut metode Variabel Costing adalah biaya yang bersifat tetap,biaya
pemasaran tetap dan administrasi umum tetap.

2. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan
tarif yang di tentukan di muka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead
pabrik sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead
pabrik berlebihan (overhead Factory overhead) atau pembebanan overhead
pabrik kurang (underapplied factory overhead). Menurut metode Full Costing,
selisih tersebut dapat di perlukan sebagai penambah atau pengurang harga
pokok produk yangbelum laku di jual ( harga pokok persediaan).

3. Di samping itu, perbedaan antara kedua metode tersebut di atas adalah


dalam penyajian laporan laba rugi, terutama dasar yang digunakan dalam
klasifikasi biaya. Pada laporan rugi-laba metode Full costing biaya
dikelompokkan berdasarkan fungsi pokok yang ada dalam perusahaan, yaitu
fungsi produksi, fungsi pemasaran,fungsi administrasi dan umum. Sedangkan
pada laporan rugi-laba menurut metode Variabel Costing, biaya digolongkan
berdasarkan perilakunya terhadap perubahanVolume kegiatan perusahaan.

4. Pada perhitungan rugi-laba metode Full Costing digunakan istilah laba kotor
(GroosProfit) yaitu kelebihan hasil penjualan dari harga pokok penjualan.
Pada perhitungan rugi laba metode Variabel costing dipergunakan istilah
Margin Kontribusi, yaitu kelebihan hasil penjualan dari biaya-biaya variable.

III. Kelebihan dan Kekurangan Variabel Costing dan Absorption Costing

A. Kelebihan dari variable costing adalah sebagai berikut:


1) Costing Variable mudah dimengerti dan digunakan. Hal ini
berlaku untuk penetapan Biaya standar dan kontrol anggaran.
2) Perhitungan penutupan saham atas dasar variabilitas biaya tidak
akan memfasilitasi transfer bagian dari biaya tetap untuk periode
berikutnya.
3) Tidak perlu perhitungan unit biaya tetap, atas dan di bawah
penyerapan overhead tetap karena kontribusi margin atas dan di
atas biaya tetap adalah margin keuntungan.
4) variabel sistem biaya, laba dihitung berdasarkan volume
penjualan daripada unit produksi.
5) Variabel sistem biaya membantu manajemen untuk mengambil
keputusan rasional menganalisis efek dari penjualan dan
kebijakan produksi.
6) Sistem biaya variabel berkonsentrasi manajemen pada
pengendalian biaya terkendali yaitu biaya langsung dan
menghindari ketegangan mengalokasikan biaya tetap tanpa
mengambil dasar apapun.
7) Costing variable membantu manajemen untuk mengambil
keputusan rasional tentang perencanaan laba dan pengendalian
biaya.

B. Kelemahan dari variabel costing adalah sebagai berikut:


1) Kesulitan dalam memisahkan biaya overhead ke dalam biaya
tetap dan variabel.
2) Hal ini tidak dibenarkan untuk mengecualikan biaya overhead
pabrik tetap dari persediaan.
3) Melebarkan fluktuasi keuntungan karena permintaan musiman.
4) Costing variabel tidak berguna untuk perencanaan jangka
panjang dan pengambilan keputusan.
5) Costing variabel tidak dapat diterima untuk tujuan pelaporan
eksternal.

C. Kelebihan dari absorption costing


1) Mengidentifikasi pentingnya biaya tetap yang terlibat dalam
produksi.
2) Metode penyerapan biaya diterima oleh kantor pajak sebagai
persediaan yang tidak undervalued.
3) Metode penyerapan biaya selalu digunakan dalam mempersiapkan
akun keuangan.
4) Metode penyerapan tidak menunjukan fluktuasi laba bersih dalam
kasus produksi konstan tetapi berfluktuasi dalam penjualan.
5) Contras dengan costing marginal yang melibat kan biaya tetap
yang berubah menjadi biaya variable, hal ini biaya dalam nilai
persediaan sehingga mendistorsi valuasi persediaan.

D. Kelemahan absorption costing meliputi:


1) Karena biaya penyerapan menekankan pada biaya total dimana
biaya variable menjadi tetap, menyebabkan ia tidak berguna bagi
manajemen untuk membuat keputusan, control, dan perencanaan.
2) Selain itu, karena manajer menekankan pada biaya total, maka
hubungan biaya, volume dan profit diabaikan. Manajer, oleh
karena itu perlu menggunakan intuisi untuk pengambilan
keputusan.

BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Penentuan harga pokok variabel (Variabel Costing) merupakan


metode penentuan harga pokok produk yang membebankan unsur biaya produksi
yang berifat variabel saja. Dengan menggunakan metode Absorption
Costing,Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan
kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal
atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya. Selisih BOP akan timbul
apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguhnya terjadi.
Dengan menggunakan Metode Variable Costing, Biaya Overhead pabrik tetap
diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk,
sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya.Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap
tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya
dalam periode terjadinya.

Anda mungkin juga menyukai