MANAJEMEN STRATEJIK
Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
1. Meringkas bab 5 ‘tujuan jangka panjang (long-term objectives)’ buku “Strategic Management”
Edisi 12 oleh Fred R. David (2009)? Jadi Edisi 12 dan bukan bukan Edisi 16 (Sixteenth Edition).
Jawab:
ditetapkan dari pelaksanaan strategi tertentu. Strategi merepresentasikan berbagai tindakan yang
perlu diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Kerangka waktu bagi tujuan dan strategi
hierarkis, mungkin untuk dicapai dan kongruen antarunit organisasional. Tiap-tiap tujuan
harus berkaitan dengan garis waktu. Tujuan pada umumnya dinyatakan dalam
pangsa pasar, tingkat dan hakikat diversifikasi, tingkat dan hakikat integrasi vertikal, laba
per saham, dan tanggung jawab sosial. Tujuan ditetapkan secara jelas menawarkan
konflik, merangsang kerja, dan membantu baik dalam alokasi sumber daya maupun
rancangan pekerjaan.
fungsional dari suatu organisasi. Tujuan semacam ini adalah ukuran kinerja manajerial
yang penting. Tujuan yang dinyatakan secara jelas dan dikomunikasikan dengan baik
B. BALANCED SCORECARD
Dikembangkan pada 1993 oleh dia profesor Harvard Business School, Robert Kaplan dan
David Norton, dan terus menerus disempurnakan sampai saat ini, Balanced Scorecard merupakan
sebuah teknik evaluasi dan pengendalian strategi. Dinamakan Balanced Scorecard karena
keyakinan mengenai kebutuhan perusahaan untuk “menyeimbangkan” ukuran-ukuran finansial
yang sering kali secara eksklusif digunakan dalam evaluasi dan pengendalian strategi dengan
berbagai ukuran nonfinansial seperti kualitas produk dan layanan konsumen. Sebuah Balanced
Scorecard yang efektif mencakup gabungan antara tujuan strategis dan tujuan keuanan yang dipilih
secara cermat dan disesuaikan dengan bisnis yang dijalankan perusahaan.
D. STRATEGI-STRATEGI INTEGRASI
Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal secara kolektif
kadang disebut sebagai strategi-strategi integrasi vertikal (vertical integration). Strategi-strategi
integrasi vertikal memungkinkan sebuah perusahaan memperoleh kendali atas distributor,
pemasok, dan/atau pesaing.
1. Integrasi ke Depan
Integrasi ke depan (forward integration) berkaitan dengan usaha untuk
memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel.
Semakin banyak produsen (pemasok) dewasa ini yang menjalankan strategi integrasi ke
depan dengan cara membangun situs WEB untuk secara langsung menjual produk
mereka kepada konsumen.
Satu cara yang efektif untuk menerapkan integrasi ke depan adalah pewaralaba
(frinchising). Bisnis memanfaatkan pewaralabaan untuk mendistribusikan produk dan
jasa mereka. Bisnis dapat melakukan ekspansi secara tepat melalui pewaralabaan karena
biaya dan peluang yang muncul disebar di kalangan banyak individu.
Enam pedoman tentang kapan integrasi ke depan dapat menjadi sebuah strategi
yang sangat efektif:
• Ketika distributor organisasi saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak dapat diandalkan,
atau tidak mampu memenuhi kebutuhan distribusi perusahaan.
• Ketika ketersediaan distributor yang berkualitas begitu teratas untuk menawarkan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan – perusahaan yang melakukan integrasi ke depan.
• Ketika sebuah organisasi berkompetisi di industri yang tengah tumbuh dan diharapkan
akan terus berkembang pesat; ini menjadi sebuah faktor karena integrasi ke depan
mengurangi kemampuan organisasi untuk mendiversifikasi industri dasarnya.
• Ketika sebuah organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia yang
dibutuhkan untuk mengelola bisnis baru pendistribusian produk-produk sendiri.
• Ketika keuntungan dari produksi yang stabil sangat tinggi; ini menjadi pertimbangan
karena organisasi dapat meningkatkan kemampuan memprediksi permintaan untuk
outputnya melalui integrasi ke depan.
• Ketika distributor atau peritel yang ada saat ini memiliki margin laba yang tinggi; situasi
ini menyiratkan bahwa sebuah perusahaan dapat mendistribusikan produknya sendiri
secara menguntungkan dan menetapkan harganya secara kompetitif melalui integrasi ke
depan.
2. Integrasi ke Belakang
Integrasi ke belakang (backward integration) adalah sebuah strategi yang
mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasik perusahaan.
Strategi tersebut sangat tepat ketika pemasok perusahaan yang ada saat ini tidak bisa
diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
Tujuh pedoman tentang kapan integrasi ke belakang dapat menjadi sebuah strategi
yang sangat efektif:
• Ketika pemasok organisasi saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak dapat diandalkan,
atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
• Ketika jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak.
• Ketika industri bersaing di sebuah industri yang berkembang pesat; ini merupakan faktor
karena strategi jenis integratif (ke depan, ke belakang, dan horizontal) mengurangi
kemampuan organisasi untuk melakukan diversifikasi di industri yang tengah mengalami
kemerosotan.
• Ketika organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia untuk mengelola
bisnis pemasokan bahan mentahnya sendiri yang baru.
• Ketika keuntungan dari harga yang stabil sangat penting; ini menjadi faktor karena
organisasi dapat menstabilkan biaya bahan mentahnya dan biaya-biaya lain yang terkait
dengan produknya melalui integrasi ke belakang.
• Ketika pemasok saat ini memiliki margin laba yang tinggi, yang menunjukkan bahwa
bisnis pemasokan atau jasa di suatu industri untuk dikembangkan.
• Ketika organisasi perlu mengakuisisi atau memperoleh sumber daya yang dibutuhkannya
secara tepat.
3. Integrasi Horizontal
Integrasi horizontal (horizontal integration) mengacu pada strategi yang
mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing perusahaan. Salah
satu tren paling signifikan dalam manajemen strategis dewasa ini adalah meningkatnya
pemakaian integrasi horizontal sebagai strategi pertumbuhan. Marger, akuisisi, dan
pengambilalihan (takeover) di antara para pesaing memungkinkan peningkatan skala
ekonomi serta mendorong transfer sumber daya dan kompetisi.
Lima pedoman tentang kapan integrasi horizontal dapat menjadi sebuah strategi
yang sangat efektif :
• Ketika perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari karekteristik monopolistik dalam
area tertentu tanpa disaingi oleh pemerintah.
• Ketika perusahaan pesaing dalam sebuah industri yang berkembang.
• Ketika peningkatan skala ekonomi memberikan keuantungan bagi pesaing.
• Ketika perusahaan mempunyai modal dan bakat yang dibutuhkan untuk mengelola
dengan sukses perluasan organisasi.
• Ketika pesaing sedang terguncang karena kekurangan keahlian manajerial atau sumber
daya tertentu yang dibutuhkan oleh organisasi.
E. STRATEGI – STRATEGI INTENSIF
Penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk kadang disebut
sebagai strategi – strategi intensif (intensive strategies) sebab hal – hal tersebut mengharuskan
adanya upaya – upaya intensif jika posisi kompetitif sebuah perusahaan dengan produk yang ada
saat ini ingin membaik.
1. Penetrasi Pasar
Penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi yang mengusahakan
peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui
upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini secara luas digunakan dalam
bentuk murni maupun dalam bentuk kombinasi (gabungan) dengan strategi – strategi
lainnya. Penetrasi pasar meliputi penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkataan
pengeluaran untuk iklan, penawaran produk – produk promosi penjualan secara ekstensif,
atau pelipatgandaan upaya – upaya pemasaran.
Lima pedoman tentang kapan penetrasi pasar dapat menjadi sebuah strategi yang
sangat efektif:
• Ketika pasar saat ini belum jenuh dengan produk atau jasa tertentu.
• Ketika tingkat pemakaian konsumen saat ini dapat dinaikkan secara signifikan.
• Ketika pangsa pasar pesaing utama menurun sementara total penjualan industri
meningkat.
• Ketika korelasi antara pengeluaran penjualan dollar dan pemasaran dollar secara historis
tinggi.
• Ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif yang besar.
2. Pengembangan Pasar
Pengembagan pasar (market development) meliputi pengenalan produk atau jasa
yang ada saat ini ke wilayah – wilayah geografis yang baru. Enam pedoman tentang
kapan pengembagan pasar dapat menjadi sebuah strategi yang sangat efektif.
• Ketika saluran – saluran distribusi baru yang tersedia dapat diandalkan, tidak mahal, dan
berkualitas baik.
• Ketika organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannya.
• Ketika organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
mengelola perluasan operasi.
• Ketika industri dasar organisasi dengan cepat berkembang menjadi global dalam
cakupannya.
3. Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) adalah sebuah strategi yang
mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi
produk atau jasa yang ada saat ini. Pengembangan produk biasanya membutuhkan
pengeluaran yang besar untuk penelitian dan pengembangan.
Lima pedoman tentang kapan pengembangan produk dapat menjadi sebuah
strategi yang sangat efektif:
• Ketika organisasi memiliki produk – produk berhasil yang berada di tahap kematangan
dari siklus hidup produk.
• Ketika organisasi berkompetisi di industri yang ditandai oleh perkembagan teknologi
yang cepat.
• Ketika pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik dengan harga “bagus”.
• Ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuhan tinggi.
• Ketika organisasi memiliki kapabilitas penelitian dan pengembangan yang sangat kuat.
F. STRATEGI DIVERSIFIKASI
Terdapat dua jenis umum strategi – strategi diversifikasi (diversification
strategies):terkait dan tak terkait. Bisnis dikatan terkait ketika rantai nilai bisnis memiliki
kesesuaian strategis lintas bisni yang bernilai secara kompetitif. Bisnis dikatakan tidak terkait
ketika rantai nilai bisnis sangat tidak mirip sehingga tidak ada hubungan lintas bisnis yang bernilai
secara kompetitif.
Alasan – alasan yang berkaitan dengan strategi – strategi diversifikasi berkaitan dan tidak
berkaitan, insentif dan motif – motif manajerial untuk melakukan diversifikasinya. Banyak
perusahaan menerapkan strategi divesifikasi untuk meningkatkan daya saing strategis dari seluruh
perusahaan.
Alasan lain untuk menerapkan strategis diversifikasi mungkin tidak meningkatkan daya
saing strategis ; pada kenyataannya, diversifikasi dapat berdampak netral atau pada
kenyataannya meningkatkan biaya atau mengurangi pendapatan perusahaan. Termasuk dalam
alasan – alasan ini adalah:
1. Diversifikasi Berkaitan
Diversifikasi berkaitan adalah strategi yang melaluinya perusahaan bertujuan
untuk membangun atau memperluas sumber daya, kapabilitas dan kompetisi ini yang ada
dalam usahanya mencapai daya saing strategis. Oleh karena itu, perusahaan memiliki
diversifikasi berkaitan terpilih sebagai strategis tingkat perusahaan mereka berusaha
untuk menggali jangkauan ekonomis diantara unit – unit bisnisnya. Jangkauan ekonomis
adalah penghematan biaya yang berkaitan dengan pentransferan kepabilitas dan
kompetisi yang dikembangkan dalam suatu bisnis kesebuah bisnis yang baru.
➢ Keterkaitan Operasional : berbagai aktivitas
Berbagai aktivitas biasa dilakukan, terutama diantara perusahaan – perusahaan
yang berkaitan terbatas. Perusahaan – perusahaan berharap bahwa berbagai aktifitas antar
unit akan meningkatkan daya saing strategis dan menambah laba. Walaupun ada berbagai
aktivitas juga berisiko, penelitian menunjukkan bahwa berbagai aktivitas dan sumber
daya lintas unit – unit bisnis dapat meningkatkan nilai perusahaan.
➢ Kekuatan Pasar
Kekuatan pasar ada ketika sebuah perusahaan mampu menjual produk –
produknya di atas tingkat persaingan yang ada atau mengurangi biaya aktivitas primer
dan pendukungnya di bawah tingkat kompetitif atau keduanya. Salah satu pendekatan
untuk mendapatkan kekuatan pasar melalui diversifikasi adalah persaingan multipoint.
Persaingan multipoint terjadi ketika dua atau lebih perusahaan diversifikasi bersaing
dalam produk atau wilayah grografis yang sama.
Jadi, modal dapat dialokasikan menurut kriteria spesipik daripada dimungkinkan dengan
alokasi pasar eksternal. Pasar modal eksternal dapat gagal melakosikan sumber daya dengan
cukup ke investasi – investasi oleh induk perusahaan, karena memiliki informasi yang akurat.
G. STRATEGI DIFENSIF
1. Penciutan
Penciutan (retrenchment) terjadi manakala sebuah organisasi melakukan
pengelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan aset untuk membalik penjualan
dan laba yang menurun. Kadang kala disebut pembalikan atau strategi reorganisasional,
penciutan dirancang untuk memperkuat kompetensi khusus dasar suatu organisasi.
Selama penciutan, para penyusun strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan
menghadapi tekanan dari pemegang saham, karyawan, dan media. Penciutan melibatkan
penjualan lahan dan bangunan untuk mendapatkan kas yang dibutuhkan, memangkas lini
produk, menutup bisnis yang tidak menguntungkan, menutup pabrik yang usang,
mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan membangun sistem
pengendalian beban.
Lima pedoman tentang kapan penciutan dapat menjadi sebuah strategi yang
sangat efektif:
• Ketika sebuah organisasi memiliki kompetensi khusus yang jelas namun gagal
untuk secara konsisten memenuhi maksud dan tujuannya dari waktu ke waktu.
• Ketika organisasi merupakan salah satu pesaing terlemah di suatu industri
tertentu.
• Ketika organisasi ditandai oleh ketidakefisiensian, profitabilitas yang rendah,
semangat kerja keryawan yang buruk, dan tekanan dari pemegang saham untuk
memperbaiki kinerja organisasi.
• Ketika organisasi gagal untuk memanfaatkan peluang eksternal, meminimalkan
ancaman eksternal, mengambil keuntungan dari kekuatan internal, dan mengatasi
kelemahan internal dari waktu ke waktu.
• Ketika organisasi tumbuh membesar terlampau cepat sehingga reorganisasi
internal besar – besaran dibutuhkan.
2. Divestasi
Menjual suatu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut dengan divestasi
(divestiture). Divestasi sering dipakai untuk mendapatkan modal guna akuisis atau
invesatasi strategis lebih jauh. Divestasi dapat menjadi bagaian dari keseluruhan strategi
penciutan untuk membebaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang
membutuhkan terlalu banyak modal, atau yang tidak begitu sesuai dengan aktivitas –
aktivitas perusahaan yang lain. Divestasi juga telah menjadi strategi yang populer bagi
perusahaan untuk berfokus pada bisnis inti mereka dan tidak terlalu terdiversifikasi.
Enam pedoman tentang kapan divestasi dapat menjadi sebuah strategi yang sangat
efektif:
• Ketika sebuah organisasi menjalankan strategi penciutan dan gagal untuk mencapai
perbaikan yang diperlukan.
• Ketika suatu divisi membutuhkan lebih banyak sumber daya agar lebih kompetitif dari
yang dapat disediakan oleh perusahaan.
• Ketika suatu divisi bertanggung jawab terhadap kinerja keseluruhan organisasi yang
buruk.
• Ketika suatu divisi tidak mampu menyesuaikan diri dengan bagian organisasi yang lain.
• Ketika sejumlah besar dana dibutuhkan dalam waktu dekat dan tidak dapat diperoleh
dengan cara lain.
• Ketika tindakan antitrust pemerintah mengancam sebuah organisasi.
3. Likuidasi
Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah – pisah, untuk kekayaan
berwujudnya disebut likuidasi (liquidation). Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan
dan konsekuensinya bisa menjadi sebuah strategi yang sulit secara emosional. Namun
demikian, lebih baik menghentikan operasi daripada terus menderita kerugian uang
dalam jumlah yang besar.
Tiga pedoman tentang kapan likuidasi dapat menjadi sebuah strategi yang sangat
efektif:
• Ketika sebuah organisasi sudah menjalankan strategi penciutan dan divestasi, namun tak
satupun berhasil.
• Ketika satu – satunya alternatif suatu organisasi menyatakan diri bangkrut.
• Ketika pemegang saham perusahaan dapat meminimalkan kerugian mereka dengan
menjual aset organisasi.
Strategi kepemimpinan biaya akan sangat efektif dalam kondisi – kondisi berikut:
4. Strategi Untuk Bersaing Di Pasar Yang Bergolak Dan Memiliki Laju Cepat
Dunia berubah semakin cepat, sedangkan konsekuensinya industri dan perusahaan
pun dituntut untuk bergerak lebih cepat dibandingkan yang sudah – sudah. Beberapa
industri berubah begitu cepat sehingga para peniliti menyebutnya pasar yang bergolak
dan memiliki laju cepat (turbulent, high velocity markets), seperti telekomunikasi, media,
bioteknologi, farmasi, peranti keras (hardware) komputer, peranti lunak (software), dan
hampir seluruh industri berbasis internet. Figur dibawah menghadapi tantangan
perubahan yang sangat cepat tersebut memberikan perusahaan pilihan untuk bereaksi,
mengantisipasi, atau memimpin pasar dengan menggunakan strateginya sendiri.
I. SARANA – SARANA UNTUK MENCAPAI STRATEGI
1. Usaha patungan/kemitraan
Usaha patungan (joint venture) adalah strategi populer yang dijalankan manakala
dua atau lebih perusahaan membentuk sebuah persekutuan atau perkongsian sementara
untuk menindaklanjuti peluang tertentu. Jenis hubungan kerja sama (cooperative
arrangements) yang lain meliputi kemitraan, penelitian dan pengembangan, kesepakatan
lintas distribusi, kesepakatan lintas lisensi, kesepakatan lintas manufaktur, dan
konsorsium penawaran bersama.
Dalam pasar global yang terhubung satu sama lain berkat internet, usaha patungan
dan persekutuan, aliasi terbukti sebagai cara yang lebih efektif untuk mendorong
pertumbuhan perusahaan daripada merger dan akuisisi. Kemitraan strategis bisa memiliki
banyak bentuk, termasuk outsourcing, penyebaran informasi, pemasaran bersama, serta
penelitian dan pengembangan bersama. Alasan utama mengapa perusahaan – perusahaan
menggunakan kemitraan sebagai sarana untuk mencapai strategi adalah globalisasi.
Usaha patungan dan kemitraan lebih disukai daripada merger sebagai sarana
untuk mencapai strategi, tentu saja ada beberapa persoalan yang menyebabkan usaha
patungan juga bisa mengalami kegagalan yaitu seperti:
a) Para manajer yang seharusnya bekerja sama setiap hari dalam menjalankan usaha
tidak dilibatkan dalam penciptaan atau pembentukan usaha tersebut.
b) Usaha tersebut mungkin menguntungkan perusahaan – perusahaan yang bermitra
tetapi tidak buat konsumen, yang kemudian mengeluhkan soal layanan yang
memburuk atau mengkritik perusahaan dengan satu atau lain cara.
c) Usaha itu mungkin tidak mendapat dukungan yang sama besarnya dari kedua mitra.
Jika demikian, persoalan dipastikan akan muncul.
d) Usaha tersebut mulai bersaing lebih dengan salah satu mitra daripada mitra yang lain.
Enam pedoman tentang kapan usaha patungan dapat menjadi sebuah strategi yang sangat
efektif:
• Ketika sebuah organisasi milik swasta membentuk suatu usaha patungan dengan
organisasi milik pemerintah
• Ketika sebuah organisasi domestik membentuk suatu usaha patungan dengan organisasi
asing
• Ketika kompetensi khusus dari dua atau lebih perusahaan saling melengkapi dengan
baik
• Ketiaka proyek tertentu berpotensi menghasilkan laba yang sangat besar tetapi
membutuhkan sumber daya dan mengandung risiko yang sangat luar biasa
• Ketika dua atau lebih perusahaan kecil kesulitan bersaing dengan perusahaan besar
• Ketika ada kebutuhan untuk memperkenalkan teknologi baru dengan cepat
2. Merger/Akuisisi
Merger terjadi ketika dua organisasi yang berukuran lebi sama satu untuk
membangun satu unit usaha. Akuisisi (acquisition) terjadi ketika sebuah organisasi yang
besar membeli (mengakuisisi) suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya. Ketika
merger atau akuisisi tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, maka dapat disebut
pengambilalihan (takeover) atau pengambilalihan secara paksa/sepihak (hostile takeover).
Sebaliknya, jika diinginkan oleh kedua pihak, akuisisi diistilahkan sebagai merger yang
bersahabat (friendly merger).
Berikut beberapa alasan utama mengapa banyak merger dan akuisisi gagal yaitu:
• Kesulitan – kesulitan integrasi
• Evaluasi target yang kurang memadai
• Utang yang besar atau luar biasa
• Ketidakmampuan untuk mencapai strategi
• Terlalu banyak divestasi
• Para manajer terlampau berfokus pada akuisisi
• Akuisisi yang terlalu besar
• Kesulitan dalam menyatukan budaya organisasi yang beragam
• Turunnya semangat kerja karyawan karena pemecatan dan relokasi
4. Pengalihkontrakan
Alih kontrak proses bisnis (business process outsorucing – BPO) adalah bisnis baru yang
berkembang dengan pesat yang melibatkan tindakan suatu perusahaan untuk mengambil alih
operasi – operasi fungsional, seperti sumber daya manusia, sistem informasi, penggajian,
akuntansi, layanan konsumen, dan bahkan pemasaran dari perusahaan lain. Banyak
perusahaan memilih untuk mengalihkontrakan berbagai operasi fungsional mereka karena
beberapa alasan:
a) Lebih murah
b) Memungkinkan perusahaan untuk berfokus pada bisnis intinya
c) Memampukan perusahaan untuk menyediakan layanan yang lebih baik
6. Jelaskan dua pendapat tentang jenis tujuan jangka panjang (long-term objectives)?
Jawab:
Ada dua pendapat tentang jenis tujuan jangka panjang (long-term objectives), yaitu:
• Pendapat Fred R. David (2001)
Fred R. David (2001) mengatakan bahwa ada delapan jenis tujuan jangka panjang (types of
long-term objectives) yaitu:
a) Growth in assets e) Diversification
b) Growth in sales f) Integration
c) Profitability g) Earning per share (EPS)
d) Market share h) Social responsibility
• Pendapat Pearce dan Robinson (2000)
Pearce dan Robinson (2000) mengatakan bahwa ada tujuh jenis tujuan jangka panjang (types
of long-term objectives) yaitu:
a) Profitability e) Employee Relations
b) Productivity f) Technological Leadership
c) Competitive Position g) Public Responsibility
d) Employee Development
7. Berikan contoh dalam bentuk angka tentang tujuan jangka pendek (short-term objectives) dan
tujuan jangka panjang (long-term objectives) mulai tahun 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, dan
2025?
Jawab:
Tujuan jangka pendek
a. 2020 = pergi sekalian liburan ke rumah kakak
b. 2021 = bisa membeli sepatu yang diinginkan
c. 2022 = ingin magang di salah satu perusahaan bersertifikat
d. 2023 = mendapatkan surprise dari orang terdekat atau disayang
e. 2024 = memiliki usaha sampingan
f. 2025 = mempunyai tabungan atau aset
8. Jelaskan dua pendapat tentang kriteria tujuan jangka panjang yang berkualitas (qualities of
long-term objectives)?
Jawab:
Ada dua pendapat tentang kriteria tujuan jangka panjang yang berkualitas (qualities of long-term objectives),
yaitu:
• Pendapat Fred R. David dan Forest R. David (2017)
Fred R. David dan Forest R. David (2017:121) mengatakan bahwa ada tujuh kriteria tujuan
jangka panjang yang berkualitas (qualities of long-term objectives) yaitu:
a) Quantitative e) Challenging
b) Measurable f) Hierarchical
c) Realistic g) Obtainable
d) Understandable h) Congruent across departments
• Pendapat Pearce dan Robinson (2000)
Pearce dan Robinson (2000) mengatakan bahwa ada tujuh kriteria tujuan jangka panjang yang
berkualitas (qualities of long-term objectives) yaitu:
a) Dapat Diterima (Acceptable) d) Memotivasi (Motivating)
b) Lentur / Mudah Disesuaikan e) Pantas / Cocok / Sesuai (Suitable)
(Flexible) f) Dapat Dimengerti (Understandable)
c) Dapat Diukur (Measurable) g) Dapat Dicapai (Achievable)