IAI (2007) menjelaskan bahwa Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar
ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
Pengertian transaksi syariah yang dimaksud dalam kerangka dasar tersebut adalah
transaksi yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Kerangka dasar ini bukan standar
akuntansi keuangan dan karenanya tidak mendefinisikan standar dan permasalahan
pengukuran atau pengungkapan tertentu. Mengingat kerangka dasar selalu menuju ke tingkat
kesempurnaan sebagai landasar penyusunan standar akuntansi, maka revisi kerangka dasar
ini akan dilakukan dari waktu ke waktu sesuai dengan pengalaman badan penyusun standar
akuntansi keuangan syariah dalam penggunaaan kerangka dasar tersebut.
2. Ruang Lingkup
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statements yang selajutnya hanya disebut ”laporan
keuangan”), termasuk laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan
disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar
pemakai. Beberapa di antara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh
informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian,
banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi
keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan
mempertimbangkan kebutuhan mereka.
b. Pemberi dana qardh. Pemberi dana qardh tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah dana qardh dapat dibayarkan pada
saat jatuh tempo.
c. Pemilik dana syirkah temporer. Pemilik dana syirkah dengan informasi keuangan
yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan investasu dengan tingkat
keuntungan yang bersaing dan aman.
d. Pemilik dana titipan. Pemilik dana titipan tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah dana titipan dapat diambil setiap
saat.
e. Pembayaran dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf. Pembayar dan penerima
zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta mereka yang berkepentingan akan informasi
mengenai sumber dan penyaluran dana tersebut.
f. Pengawas syariah. Pengawas syariah yang berkepentingan dengan informasi tentang
kepatuhan pengelola bank akan prinsip syariah.
g. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitan entitas syariah. Mereka juga tertarik
dengan informasi yang memungkikan mereka untuk menilai kemampuan entitas
syariah dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
h. Pemasok dan mitra usaha lainnya. Pemasok dan mitra usaha lainnya tertarik dengan
informasi yang memungkinkan merek untuk memutuskan apakah jumlah yang
terhutang akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.
i. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup entitas syariah, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan, atau tergantung pada, entitas syariah.
j. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan
aktivitas entitas syariah, dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian
nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada
penanam modal domestik.
k. Masyarakat. Entitas syariah mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai
cara, misalnya, entitas syariah dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan
kepada penanama modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat
PSAK 101 pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK ini menggantikan ketentuan terkait
penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang
dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013
maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan
kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 101 mengalami amandemen dan revisi sebagai
berikut :
a. 16 Desember 2011 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1: Penyajian Laporan
Keuangan
b. 15 Oktober 2014 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1 terkait penyajian laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain.
c. 25 Mei 2016 terkait penyajian laporan keuangan asuransi syariah pada Lampiran B.
Perubahan ini merupakan dampak dari revisi PSAK 108: Akuntansi Transaksi Asuransi
Syariah. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017.
1. Ikthisar Ringkas
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(selanjutnya disebut PSAK 101) menetapkan dasar penyajian laporan keuangan bertujuan
umum untuk entitas syariah. Pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian laporan
keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan keuangan atas
transaksi syariah.
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan
syariah, antara lain terkait :
Saling hapus
Frekuensi pelaporan
Informasi komparatif dan
Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah,
mencakup :
Laporan Posisi Keuangan
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Arus Kas
Catatan atas Laporan Keuangan