Anda di halaman 1dari 40

Standar Akuntansi Khusus

Akuntansi Syariah, Perbankan, dan Asuransi

1. AKUNTANSI SYARIAH
A. Pengertian Akuntansi Syariah
Pada dasarnya akuntansi sendiri memiliki banyak pengertian dan definisi. Adapun
pengertian dan definisi tersebut yang dipaparkan dalam bebagai buku adalah sebagai berikut;
1. Dalam Accounting Principle Board, akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya
adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai
suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Dalam American Institute of Certified Public Accounting, mendefinisikan akuntansi
sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan
dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang unmumnya bersifat
keuangan.
3. Dalam A Statement of Basic Accounting Theory, akuntansi adalah proses
mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan
informasi dalam pertimbangan pengambilan keputusan oleh pihak pemakai.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan kegiatan
pencatatan yang bersifat kuantitatif dari data-data historis yang diperoleh dengan tujuan
memberikan informasi keuangan yang digunakan oleh pemakai untuk pengambilan
keputusan. Adapun yang dimaksud dengan akuntansi syari’ah adalah kegiatan pencatatan
terhadap data-data historis yang bersifat moneter berdasarkan nilai-nilai Islam dan konsep-
konsep yang diterapkan dalam Al-Qur’an dan berguna untuk memberikan informasi
keuangan yang digunakan untuk pengambilan keputusan oleh para pemakai. Dari pengertian
akuntansi syari’ah yang telah dijelaskan secara teoritis tidak ada bedanya dengan akuntansi
konvensional atau akuntasi barat, hanya saja dalam akuntansi syari’ah ditekankan pada nilai-
nilai Islami yang diatur dalam bagian mu’amalah dan konsep-konsep yang telah diatur dalam
Al-Qur’an sebagai sumber utamanya. Sedangkan akuntansi konvensional sendiri berasaskan
nilai-nilai kapitalis dan sosialis yang diadopsi dari negara-negara barat.

Tujuan dari akuntansi syari’ah itu sendiri dalam lembaga keuangan syari’ah terdapat
dua alasan, yaitu:

1
1. Lembaga keuangan syari’ah dijalankan dengan kerangka syari’ah, sebagai
akibat dari hakekat transaksi yang berbeda dengan lembaga keuangan
konvensional.
2. Pengguna informasi akuntansi syari’ah pada lembaga keuangan syari’ah
adalah berbeda dengan pengguna informasi akuntansi dilembaga keuangan
konvensional.
Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan
humanis, emansipatoris, transendental, dan teologis. Dengan akuntansi syariah, realitas sosial
yang dibangun mengandung nilai tauhid dan ketundukan kepada ketentuan Allah swt.

B. Tujuan Akuntansi Keuangan Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah


Akuntansi dalam perspektif Islam berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, dan
pencatatan transaksi-transaksi dan penyajian mengenai kekayaan dan kewajiban. Selain itu
mengharuskan untuk berlaku adil dan mengatakan sesuatu dengan benar serta memenuhi hak
orang lain. Oleh karena itu, tujuan akuntansi keuangan syariah adalah:
1. Menentukan hak dan kewajiban semua pihak, termasuk hak dan kewajiban yang
dihasilkan dari proses transaksi yang tidak lengkap dan kejadian lain, disesuaikan
dengan prinsip syariah Islam dan konsepnya tentang kewajaran, kedermawanan,
dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islami.
2. Memberikan kontribusi untuk menjaga aset-aset perbankan syariah. Hak-haknya,
dan hak-hak pihak lain dengan cara yang wajar.
3. Memberikan kontribusi dan peningkatan kerja manajerial dan kemampuan
produktif perbankan syariah serta mendorong kepatuhan terhadap tujuan dan
kebijakanorganisasi yang telah ditetapkan, dan di atas semuanya adalah kepatuhan
terhadap ketentuan syariah Islam dalam semua transaksi dan kegiatannya.
4. Menyediakan, melalui laporan keuangan, informasi yang berguna bagi para
pengguna laporan keuangan, dan memungkinkan mereka untuk membuat
keputusan yang berdasar berkaitan dengan aktivitas yang berhubungan dengan
perbankan syariah.

Adapun Tujuan akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI
yaitu sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar
yang konsisten.

2
2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memililh berbagai
alternatif metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.
3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat pertimbangan
pada saat akan menyusun laporan keuanangan.
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan pengguna
serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehingga akhirnya akan
meningkatkan kepercayaan atas lembaga keuangan syariah.
5. Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar akuntansi yang konsisten. Ini
seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan.
Akuntansi syariah memberiakan penekanan kepada dua hal, yaitu akuntabilitas dan
pelaporan. Akuntabilitas tercermin melalui tauhid bahwa segala sesuatu didalam
dunia ini harus berjalan sesuai dengan aturan Allah SWT, dan melalui manusia
sebagai khalifah Allah di bumi. Pada saat yang sama, akuntansi merupakan bentuk
pertanggungjawan manusia kepada Allah dimana seluruh aturan dalam melakukan
kegiatan bisnis dan personal harus sesuai dengan aturan Allah SWT ( Napier, 2007

C. Nilai dan Prinsip Akuntansi Syariah


Konsep adanya sistem syariah dapat dijadikan sebagai nilai dasar dalam
pembangunan kerangka konseptual sistem akuntansi syariah, rancanagnnya yaitu sebagai
berikut :
1. Menunjukan perlunya sistem akuntansi alternatif bagi orang islam dengan menguji
secara kritis sistem akuntansi konvensioanal yang dikembangan berdasarkan pada
nilai barat.
2. Memberiakan suatu pemahaman konsep dasar akuntansi syariah yang didasarkan
pada syariat islam
3. Mengusulkan kerangka konseptual akuntansi syariah dan implikasinya terhadap
akuntan muslim.

Prinsip-prinsip umum akuntansi syariah


1. Prinsip pertanggungjawaban.
Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Karena bagi kaum
muslimin, persoalan amanah adalah hasil transaksi manusia dangan samg kholiq
mulai dari alm kandunganhingga ia kembali kepada-Nya. Implikasi dalam bisnis adan
akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu

3
melakukan pertanggungjawaban atas apa yang telah diamanahkan yang diperbuat oleh
pihak-pihak yang terkait pada dirinya, wujudnya dapat berupa laporan akuntansi.
2. Prinsip Keadilan
Keadialan dalam konteks aplikasi dalam akuntansi mengandung dua pengertian yaitu
pertama berkaitan dengan praktek moral, yaitu kejujuran, yang meruapakan faktor
yang sangat dominan.
3. Prinsip kebenaran
keadilan dalam akuntansi ini jika dilakukan dengan baik maka akan dapat
menciptakan keadilan dalam mengakuai, mengukur dan melaporkan transaksi-
transaksi ekonomi.

D. Penyajian Laporan Keuangan Syariah ( PSAK 101)


Laporan Keuangan Syariah adalah suatu laporan keuangan yang dibuat oleh entitas
syariah untuk digunakan sebagai pembanding baik dengan laporan keuangan sebelumnya
atau laporan keuangan lainnya. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari :
a. Neraca
b. Laporan Laba Rugi
c. Lapaoran Arus Kas
d. Laporan Perubahan Equitas
e.Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Prinsip universalisme dalam PSAK 101 terdapat pada ruang lingkupnya dimana
laporan keuangan dapat digunakan untuk kebutuhan bersama bagi semua pihak yang
berkepentingan yang melakukan transaksi syariah. Hal ini sesuai dengan PSAK 101 Prgf.4 :
Laporan keuangan bagi tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditunjukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan bagi
tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan
dalam dokumen publiklainnya seperti laporan tahunan/prospektus.Pernyataan ini berlaku pula
untuk laporan keuangan konsolidasian.
Prinsip universalisme juga terlihat pada Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana
Zakat. PSAK 101 Prgf. 71 menyatakan bahwa Zakat adalah sebagian harta yang wajib
dikeluarkan oleh wajib zakat dan diserahkan kepada penerima zakat . Pembayaran zakat
dilakukan apabila nisab dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat.

4
Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Kebajikan seperti pada PSAK 101 Prgf.75 juga
menyatakan bahwa adanya penerimaan dari infaq, sedekah, denda yang diperoleh dari
nasabah untuk diberikan kepada penerima dana kebajikan. Hal ini menjelaskan bahwa
dengan adanya zakat, infaq, denda, sedekah prinsip universalisme dapat terlihat dimana
semua orang muslim yang mempunyai harta berlebih wajib mengeluarkan zakat tanpa
terkecuali sebagaimana juga dijelaskan dalam Al-Qur’an. Begitupun dengan nasabah yang
melakukan kesalahan/ kelalaian usaha tanpa terkecuali wajib membayar denda dan
diserahkan kepada yang wajib menerimanya. Transaksi perbankan syariah juga dapat
dilakukan dengan mata uang asing/ orang berkebangsaan asing tanpa terkecuali. Hal ini
menunjukan adanya prinsip universalisme dalam transaksi perbankan syariah. Seperti pada
PSAK 101 Prgf. 87 yang menyatakan bahwa Untuk setiap jenis instrumen pendanaan dalam
mata uang asing, entitas syarah harus mengungkapkan informasi berikut ini :
a. karakteristik umum dari setiap instrumen pendanan termasuk informasi mengenai
nisbah bagi hasil/ margin/ ujroh dan nama pemodal.
b. nilai Prgfminal dalam mata uang asing, jangka waktu, tanggal jatuh tempo, jadwal
angsuran dan pembayaran.
c. dasar konversi menjadi efek lain jika instrumen pendanaan dapat dikonversi.
d. nilai kurs yang digunakan pada tanggal neraca
e. jaminan
f. hal penting lainnya.

E. Akuntansi Murabahah (PSAK 102)


Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan
barang tersebut kepada pembeli (PSAK 102 Prgf 5). Murabahah dapat dilakukan berdasarkan
pesanan/ tanpa pesanan.
Murabahah dilakukan oleh pihak-pihak yang berkaitan seperti adanya pihak penjual
dan pihak pembeli yang melakuakan transaksi syariah yang juga diatur dalam PSAK 102
secara keseluruhan. Hal ini terdapat dalam PSAK 102 Prgf2 : Pernyataan ini diterapkan
untuk: (a) lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi
murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli; dan
(b) pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan lembaga keuangan syariah atau
koperasi syariah.

5
Penjualpun memiliki kewajiban dalam transaksi murabahah seperti yang tercantum dalam
PSAK 102 Prgf 21 : Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian
akan tereliminasi pada saat:
(a) dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah dikurangi dengan
biaya pengembalian; atau
(b) dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh
penjual.
Hal ini menyatakan bahwa semua penjual tanpa terkecuali memiliki kewajiban- kewajiban
yang harus dilakukan sesuai dengan PSAK tersebut.
Pembeli dalam murabahah tanpa terkecuali jika melakukan kesalahan/ kelalaian akan
dikenakan denda sesuai dengan akad. PSAK 102 Prgf.35 : Denda yang dikenakan akibat
kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian.
Semua transaksi murabahah, dimana penjual memberikan potongan uang muka kepada
pembeli namun di akhir perjanjian akad tersebut batal maka potongan uang muka tersebut
diakui sebagai kerugian. Hal ini dijelaskan dalam PSAK 102 Prgf 36 : Potongan uang muka
akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.

F. Akuntansi Salam (PSAK 103)


PSAK 103 Prgf. 1 : Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan transaksi salam. PSAK 103 Prgf.2 : Pernyataan ini diterapkan
untuk entitas yangmelakukan transaksi salam, baik sebagai penjual ataupembeli. PSAK 103
Prgf. 4 : Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembelipada
saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarattertentu. Hal ini menjelaskan bahwa semua
pihak yang berkepentingan tanpa terkecuali dapat melakukan akad salam sesuai dengan
PSAK 103.
PSAK 103 Prgf. 14 : Denda yang diterima oleh pembeli di akui sebagai bagian dana
kebajikan. Hal ini menunjukan bahwa denda tersebut ditujukan untuk pihak penerima dana
kebajikan secara menyeluruh. Dana denda juga berasal dari pihak yang lalai dalam
melakukan kewajibannya, hal ini ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam
transaksi salam.
Bagi penjual apabila pembeli telah memberikan modal usahanya maka diakui sebagai
kewajiban salam dimana besarnya sesuai dengan modal yang diterima. Hal ini terdapat dalam

6
PSAK 103 Prgf. 17 : Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha
salam sebesar modal usaha salam yang diterima.

G. Akuntansi Istishna (PSAK 104)


PSAK 104 Prgf. 5 : Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan dan penjual. Hal ini menunjukan bahwa istishna dapat dilakukan oleh dan untuk
semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan apapun.
PSAK 104 Prgf 6 : Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk
menyediakan barang pesanan (mashnu’) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan
kepada pembeli, dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh. Semua penjual dalam
transaksi istishna diharuskan untuk menyediakan barang sesuai dengan karakteristik pesanan
pembeli jika pembeli tersebut telah membayar uang muka atau uang tangguh.
Akad istishna akan selesai apabila proses pembuatan barangnya telah selesai dan telah
diserahkan kepada pembeli seperti yang terdapat dalam PSAK 104 Prgf. 17 : ……… Akad
selesai adalah jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.

H. Akuntansi Mudharabah (PSAK 105)


PSAK 105 Prgf. 4 : Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama/ pemilik dana menyediakan seluruh dana sedangkan pihak kedua/
pengelola dana bertindak sebagai pengelola dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Hal ini
menunjukan bahwa semua pihak yang berkepentingan dapat berperan sebagai pihak pemilik
dana dan pengelola dana dalam akad mudharabah.
Jika pengelola dana melakukan kelalaian dalam transaksi mudharabah diakui sebagai
kerugian dan diakui sebagai beban pengelola dana. Terdapat dalam PSAK 105 Prgf 30 :
Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana.
Semua pemilik dana juga wajib membuat penyajian laporan keuangan seperi pada PSAK 105
Prgf 36 : Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar
nilai tercatat.
Semua pengelola dana dalam transaksi mudaharabah wajib menyajikan transaksi mudharabah
dalam laporan keuangannya seperti yang tercantum dalam PSAK 105 Prgf 37 : Pengelola
dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan :

7
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk
setiap jenis mudharabah ;
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan di
kewajiban.

I. Akuntansi Musyarakah (PSAK 106)


PSAK 106 Prgf. 4 : Musyarakah adalah akad kerjasama antara 2 pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset Prgfn kas yang
diperkenankan oleh syariah. Hal ini menunjukan bahwa semua pihak yang berkepentingan
dapat melakukan akad musyarakah.
Dalam transaksi musyarakah, semua pihak baik bank maupun pengelola wajib mengeluarkan
dana modal untuk melakukan usaha musyarakah. Oleh karena itu jika terjadi kerugian
ditanggung oleh kedua pihak tersebut sesuai dengan porsi dana masing-masing. Sesuai
dengan PSAK 106 Prgf 24 : Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana
masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
Akan tetapi jika kerugian terjadi akibat kelalaian pengelola usaha maka kerugian tersebut
hanya ditanggung oleh pengelola usaha tersebut. Tercantuh dalam PSAK 106 Prgf 25 : Jika
kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah.
Semua mitra aktif juga wajib melakukan pelaporan keuangan seperti pada PSAK 106 Prgf 35
: Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra pasif
disajikan sebagai investasi musyarakah;
(b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer untuk;
(c) Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur ekuitas. Semua
mitra pasif juga wajib menyajikan laporan keuangan tanpa terkecuali seperti pada PSAK
106 Prgf 36 : Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan:

8
(d) Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah;
(e) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian asset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.

J. Akuntansi Ijarah (PSAK 107)


PSAK 107 Prgf.4 : Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/ manfaat atas suatu
assets dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset itu sendiri. Sewa yang dimaksud adalah sewa operasi/ operating lease.
PSAK 107 Prgf. 5 : Ijarah merupakan sewa menyewa obyek ijarah tanpa pemindahan resiko
dan manfaat yang terkait dengan pemindahan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk
memindahkan kepemilikan dari pemilik kepada penyewa pada saat tertentu. Hal ini
menunjukan bahwa akad ijarah dapat dilakukan oleh semua pihak(pemilik aset dan penyewa)
yang berkepentingan tanpa terkecuali.
Semua keuntungan dan kerugian tidak diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah
seperti pada PSAK 107 Prgf 27 : Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual
dan ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.

K. Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah (PSAK 108)


PSAK 108 Prgf. 7 : Asuransi syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya
mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim
atas resiko tertentu akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami peserta yang
berhak. Donasi tersebut merupakan donasi dengan syarat tertentu dan merupakan milik
peserta secara kolektif bukan merupakan pendapatan entitas pengelola. Hal ini menunjukan
bahwa semua pihak yang berkepentingan tanpa terkecuali dapat menjadi peserta asuransi
syariah.
Dalam asuransi syariah memiliki prinsip dasar sebagaimana dalam PSAK 108 Prgf 8 : Prinsip
dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong menolong (ta’awuni) dan saling
menanggung (takafuli) antara sesama peserta asuransi.
PSAK 108 Prgf 13 : Dana peserta adalah semua dana baik berupa dana tabarru’ maupun dana
investasi (Dana peserta tersebut mencakup semua dana peserta asuransi syariah tanpa
terkecuali).

9
2. PERBANKAN
A. Akuntansi Perbankan
Akuntansi diartikan sebagai seni pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran
dengan cara yang sepatutnya dan dalam satuan uang atas transaksi dan kejadian yang setidak-
tidaknya sebagian mempunyai sifat keuangan serta penginterpretasian hasil dari pencatatan
tersebut.

B. Tujuan Laporan Keuangan Bank


Tujuan adanya laporan Keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat :
1. dipercaya mengenai posisi keuangan perusahaan
2. dipercaya mengenai hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
3. membantu pihak yang berkepentingan untuk menilai atau meng-interpretasikan
kondisi dan potensi perusahan disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan keuangan yang bersangkutan.
Bentuk laporan yang dihasilkan dalam perusahaan termasuk bank terdiri :
1. Laporan Neraca
2. Laporan perhitungan laba rugi
3. perubahan posisi keuangan

Bagi bank ada laporan tambahan untuk menyimpan data yang belum mempengaruhi
Neraca, namun sudah harus di perhitungkan oleh pihak Bank, yaitu:

C. Laporan Rekening Administrasi.


Aktiva/Aset yaitu alokasi atau penggunaan dana (use of Fund)

a. Monetary Assets, yaitu uang tunai, surat berharga, tagihan-tagihan


b. Non Monetary Asset yaitu gedung (fixed Asset), inventaris kantor

Pasiva yaitu Sumber dana


a. Volatile liability, yaitu sewaktu-waktu di tagih seperti Giro, Tabungan, Deposito
Jatuh tempo
b. Non Volatile liability, yaitu Deposito belum Jatuh tempo, Modal Akuntansi
Perbankan

Prinsip Penjurnalan Laporan Laba Rugi Pendapatan

10
( + ) Kredit
( – ) Debet
Biaya
( – ) Debet
( + ) Kredit
Persamaan Akuntansi Perbankan :
AKTIVA = PASIVA
HARTA = KEWAJIBAN + MODAL

D. Pengakuan Dan Pengukuran Pengkreditan Dalam Akuntansi Perbankan


Pengkreditan:
o Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka
pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank
yang bersangkutan
o Kredit yang diberikan dengan perjanjian sindikasi ataupun penerusan kredit diakui
sebesar porsi kredit yang resikonya ditanggung bank
o Penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesarr estimasi kerugian kredit yang tidak
dapat ditagih sesuai dengan mata uang denominasi yang diberikan
o Pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari kredit dan
aktiva produkstif lain yang nonperforming. Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva
produktif lain yang non performing diakui pada saat pendapatan tersebut diterima
o Pada saat kredit diklasifikasikan sebagai non performing, bunga yang telah diakui
tetapi belum ditagih harus dibatalkan
o Beban bunga diakui secara akrual
o Seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit diragukan dan macet diakui
terlebih dahulu sebagai pengurangan pokok kredit. Kelebihan penerimaan dari
pokok kredit diakui sebagai pendapatan bunga
o Pendapatan selain bunga yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka
waktu tersebut
o Apabila kredit atau komitmen kredit diselesaikan sebelum jangka waktunya maka
sisa pendapatan dan beban diakui pada saat penyelesaian kredit atau komitmen
tersebut

11
o Pengakuan pendapatan atas tagihan bunga yang dijadikan pokok kredit dalam
reangka restrukturisasi dialkukan sesuai dengan PSAK 54: Restrukturisasi Utang
Piutang Bermasalah
o Pengalihan kredit menjadi penyertaan diakui sebesar nilai wajar dari saham yang
diterima
o Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi kredit merupakan penyertaan sementara
sehingga ndinilai dengan metode biaya tanpa memeprhatikan besarnya kepemilikan.
Bila terdapat penurunan permanen tersbut. Penyertaan ini disajikan terpisah dari
penyertaan lain dan tidak perlu dilakukan konsolidais laporan keuangan karena sifat
penyertaannya sementara

E. Pengakuan Dan Pengkuran Rekstrusuri Kredit Dalam Akuntansi Perbankan


o Agunan kredit yang diambil alih diakui sebesar nilai bersih yang dapat direliasasikan.
o Selisih antara nilai agunan yang diambil alih dan hasil jual diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penjualan agunan
o Penerimaan kredit yang telah dihapusbukukan diakui sebagai penyesuaian terhadap
penyyisihan kerugian kredit sebesar bnilai pokok. Jika penerimaan tersbut melebihi
nilai pokoknya maka kelebihan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga

F. Pengakuan Dan Pengukuran Transaksi Efek Dalam Akuntansi Perbankan


o Bank mengklasifikasikan efek pada saat perolehan dalam:
 Dimiliki hingga jatuh tempo
 Diperdagangkan
 Tersedia untuk dijual
o Efek yang dibeli dengan jnaji dijual kembali merupkana jaminan transaksi kredit dan
diakui sebagai tagihan repo sebesar harga jual kembali efek yang bersangkutan
dikurangi pendapatan bunga yang belum dihasilkan. Selisih antara harga beli dan
harga jual diperlakukan sebagai pendapatan bunga yang belum dihasilkan dan diakui
sebagai pendapatan sesuai dengan jangka waktu sejak efek dibeli hingg dijual
kembali
o Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali diakui sebagai kewajiban sebesar harga
pembelian yang disepakati oleh bank dan nasabah dikurangi beban bunga yang
belumdireliasisasikan. Selisih antara harga jual dan harga beli diperlakukan sebagai

12
beban dibayar dimuka dan diakui sebagai bebandibayar dimuka dan diakui sebagai
beban bunga sesuai dengan jangka waktu sejak efek dijual hingga dibeli kembali
o Instrumen derivatif diakui dalam neraca sebagai aktiva dan kewajibanberdasarkan
hak/kewajiban menurut perjanjian. Seluruh instrumen derivatif harus disajikan
dengan nilai wajar
o Nilai wajar diestimasi berdasarkan harga pasar, model penentuan harga atau harga
pasar instrumen lain yang memiliki karakteristik serupa
o Laba atau rugi transaksi valuta asingyang disebabkan oleh perubahan harga pasar
derivatif diakui sebagai pendapatan atau beban pada periode terjadinya

G. Pengakuan Dan Pengukuran Pembiayaan L/C Ekspor Akuntansi Perbankan


o Pada saat menerima L/c dari bank penerbit, bank mengadministrasikan L/C yang
diterima dan transaksi tersbut belum merupakan komitmen dan kontijensi
o Pada saat L/C dibayar oleh bank pembayar kepada penerima sebesar nilai L/C atau
nilai reliasasinay, bank pembayar mengakui sebagai tagihan kepada bank penerbit
sebesar nilai yang sama

H. Transaksi Perhimpunan Dana Masyarakat


Produk disimpan sebagai berikut:
o Giro dinilai sebesar kewajiban bank kepada pemegang biro
o Tabungan dinilai sebesar jumlah kewajiban bank kepada pemilik tabungan
o Deposito dinilai sebesar jumlah pokok deposito yang tercantum dalam perjanjian
antar pemilik bank dan pemegang deposito berjangka
o Sertifikat deposito dinilai sebesar nilai nominal dikurangi saldo bunga dibayar
dimuka dan diamortisasi selama jangka waktu sertifikat deposito. Cukup sekian
penjelasan-nya Terima kasih.

3. AKUNTANSI ASURANSI (PSAK 28, PSAK 36)


• Akuntansi Asuransi (PSAK 28)
Asuransi kerugian pada hakekatnya adalah suatu sistem proteksi menghadapi risiko
kerugian finansial, dengan cara pengalihan (transfer) risiko kepada pihak lain, baik secara
perorangan maupun secara kelompok dalam masyarakat. Digolongkan ke dalam asuransi
kerugian antara lain Asuransi Kebakaran, Asuransi Pengangkutan, Asuransi Kendaraan

13
Bermotor, Asuransi Rangka Kapal Laut, Asuransi Rangka Kapal Udara, Asuransi Rekayasa
(Engineering) dan Asuransi Aneka seperti asuransi kecelakaan diri, asuransi pengiriman dan
penyimpanan surat berharga, dan lain-lain Usaha asuransi kerugian mempunyai sifat dan
karakteristik yang berbeda dengan jenis usaha di bidang jasa pada umumnya Karena usaha
asuransi mengambil alih berbagai risiko dari pihak lain sehingga perusahaan asuransi menjadi
padat risiko apabila tidak dikelola dengan baik. Di samping itu perusahaan asuransi juga
padat informasi dengan berbagai informasi yang harus diolah untuk pengambilan keputusan
underwriting, keuangan dan lain-lain. Dasar usaha asuransi adalah kepercayaan masyarakat,
terutama dalam hal kemampuan keuangan (bonafiditas) perusahaan untuk memenuhi
kewajiban klaim dan kewajiban lain-lain tepat pada waktunya. Untuk itu usaha asuransi harus
dikelola secara profesional, baik dalam pengelolaan risiko maupun dalam pengelolaan
keuangan.

A. Karakteristik Usaha Asuransi Kerugian


Beberapa karakteristik usaha asuransi kerugian antara lain :
1. Usaha asuransi kerugian merupakan suatu sistem proteksi menghadapi risiko
kerugian keuangan dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan dana masyarakat .
2. Pertanggungjawaban keuangan kepada para tertanggung mempengaruhi penyajian
laporan keuangan.
3. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah
premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), estimasi jumlah
klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not
reported claims). Dalam menghitung tingkat premi, usaha asuransi kerugian
menggunakan asumsi tingkat risiko dan beban.
4. Pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih dulu kepada
perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang
diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan (revenue)
bagi perusahaan asuransi.
5. Jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim, termasuk
jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diestimasi dengan menggunakan
metode tertentu.
6. Peraturan perundangan di bidang perasuransian mewajibkan perusahaan asuransi
kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan misalnya tingkat solvabilitas.

14
B. Ruang Lingkup dan Penerapannya
1. Kontrak jangka pendek > kontrak yang memberikan proteksi untuk suatu periode
yang pasti dan memungkinkan asuradur untuk membatalkan kontrak atau
menyesuaikan persyaratan kontrak pada akhir setiap periode kontrak, seperti
penyesuaian jumlah premi atau penutupan (coverage) yang diberikan.
2. Premi bruto > premi yang diperoleh dari penutupan langsung (direct premium written)
dan penutupan tidak langsung (indirect premium written). Premi penutupan langsung
termasuk premi yang diperoleh dari penutupan polis bersama.
3. Polis bersama > penutupan terhadap 1 (satu) objek asuransi yang dilakukan secara
bersama oleh beberapa perusahaan asuransi dan dinyatakan dalam 1(satu) polis.
4. Premi yang belum merupakan pendapatan > bagian dari premi yang belum diakui
sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada akhir periode
akuntansi.
5. Premi reasuransi > bagian premi bruto yang menjadi hak reasuradur berdasarkan
perjanjian reasuransi.
6. Reasuransi prospektif > ketentuan dalam kontrak reasuransi yang mewajibkan
reasuradur untuk membayar kepada asuradur sejumlah kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari peristiwa masa depan yang dipertanggungkan.
7. Reasuransi retroaktif > ketentuan dalam kontrak reasuransi yang mewajibkan
reasuradur untuk membayar kepada asuradur sejumlah kerugian yang sudah terjadi
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yang dipertanggungkan.
8. Klaim bruto > klaim yang jumlahnya telah disepakati, termasuk biaya penyelesaian
klaim.
9. Klaim reasuransi > bagian dari klaim bruto yang menjadi tanggungan reasuradur.
10. Estimasi klaim retensi sendiri > taksiran jumlah kewajiban yang menjadi tanggungan
sendiri sehubungan dengan klaim yang masih dalam proses penyelesaian, termasuk
klaim yang terjadi namun belum dilaporkan.
11. Piutang reasuransi > tagihan kepada reasuradur yang timbul dari transaksi reasuransi.
12. Utang reasuransi > kewajiban kepada reasuradur yang timbul dari transaksi reasuransi

C. Laporan Keuangan.
Neraca
Dalam penyajian neraca, aset dan kewajiban tidak dikelompokkan menurut lancar dan tidak
lancar (unclassified), tetapi mendahulukan kelompok akun investasi dan kelompok akun

15
kewajiban kepada tertanggung. Dengan demikian laporan keuangan menggambarkan
kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada tertanggung. Aset disajikan
dengan menempatkan akun investasi pada urutan pertama diikuti akun-akun aset yang lain.
Akun-akun aset yang lain disajikan berdasarkan urutan likuiditasKomponen-komponen
neraca dikelompokkan menjadi dua bagian yakni: kelompok aktiva serta kelompok kewajiban
dan ekuitas. Kelompok aktiva digolongkan menjadi:
- Investasi
- Kas dan Bank
- Piutang Premi
- Piutang Reasuransi
- Piutang Lainnya
- Tanah/Hak atas Tanah, Bangunan dan lain-lain
- Aktiva Lain-lain
Kelompok kewajiban dan ekuitas digolongkan menjadi:
Kewajiban:
- Hutang Klaim
- Hutang Reasuransi
- Hutang Komisi
- Hutang Pajak
- Hutang lain-lain
- Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo
Premi Belum Merupakan Pendapatan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri Hutang Jangka
Panjang
Ekuitas:
- Modal Disetor
- Saldo Laba
Dalam penyajian akun-akun neraca dipergunakan pendekatan unclassified balance sheet
(tidak dirinci atas kelompok lancar dan tidak lancar). Cara penyajian ini merupakan
kelaziman dalam bidang usaha asuransi kerugian.

Laporan Laba Rugi


Komponen-komponen pada laporan laba rugi perusahaan asuransi kerugian diperinci
sebagai berikut:
a. Pendapatan underwriting; komponen perhitungannya terdiri dari:

16
1 Premi Bruto - Dikurangi: Premi Reasuransi - Dikurangi/Ditambah:
Kenaikan/Penurunan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan
b. Beban Underwriting terdiri dari:
2 Komisi Tanggungan Sendiri - Klaim Tanggungan Sendiri - Kenaikan/Penurunan
Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri - Beban Underwriting Rupa- rupa
c. Pendapatan Investasi
d. Pendapatan dan Beban Non Underwriting
Cara penyajian laporan laba rugi adalah sebagai berikut:
a. Harus memuat secara terperinci unsur-unsur pendapatan/beban underwriting,
pendapatan/beban non underwriting.
b. Harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha asuransi, hasil investasi dan
hasil-hasil lain.
Laporan laba rugi disusun dalam bentuk urutan ke bawah dengan susunan sebagai
berikut:
a. Pendapatan Underwriting
b. Beban Underwriting
c. Pendapatan Investasi
d. Pendapatan/Beban Non Underwriting

D. Pengungkapan
Kebijakan akuntansi yang penting (yang dianut perusahaan), harus disajikan tersendiri
sebelum catatan atas laporan keuangan atau sebagai bagian dari catatan atas laporan
keuangan. Laporan tersebut memuat penjelasan mengenai kebijakankebijakan akuntansi yang
mempengaruhi posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan asuransi. Hal-hal khusus
mengenai asuransi kerugian yang perlu diungkapkan dinyatakan di bawah ini.

Pengungkapan Akun-akun Neraca


Pengungkapan mengenai Investasi:
3 Deskripsi mengenai jenis-jenis investasi, persentase pemilikan, dan penjelasan
penting lainnya
4 Metode penilaian atas setiap jenis investasi yang ada
Pengungkapan Piutang:
5 Deskripsi mengenai piutang langsung dan tidak langsung
6 Deskripsi mengenai umur piutang, sehubungan dengan ketentuan atas aktiva yang
17
diperkenankan dan tidak diperkenankan
Pengungkapan Aktiva yang Tidak Diperkenankan
1 Deskripsi mengenai aktiva yang tidak diperkenankan untuk perhitungan batas
tingkat solvabilitas (solvency margin), sesuai peraturan dan perundangan yang
berlaku.
Pengungkapan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan dan Estimasi Klaim
Tanggungan Sendiri antara lain:
2 Dasar penetapannya
3 Komponen perhitungan estimasi klaim tanggungan sendiri, seperti: incurredbut-
not-reported (IBNR) claim, estimasi atas klaim yang telah dilaporkan, cadangan
bencana (catastrophe reserve).

Pengungkapan Laporan Laba Rugi


Pengungkapan pada Laporan Laba Rugi antara lain meliputi:
1 Perhitungan pendapatan underwriting secara terperinci sesuai dengan penggolongan
yang lazim.
2 Pendapatan yang diperoleh dari pertanggungan yang jumlahnya substansial Jenis
pendapatan investasi

E. PENDAPATAN DAN BEBAN


1. Pendapatan
Pendapatan Underwriting
Pendapatan underwriting adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas pokok
perusahaan asuransi. Komponen-komponen pendapatan underwriting (premi tanggungan
sendiri) terdiri dari: Premi Bruto, dikurangi: Premi Reasuransi dan dikurangi/ditambah:
kenaikan/penurunan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan.

Premi Bruto
Premi bruto adalah premi yang diperoleh dari tertanggung, agen, broker maupun dari
perusahaan asuransi lain dan perusahaan reasuransi. Premi bruto yang berasal pertanggungan
langsung (direct business) dinamakan premi langsung. Sedangkan premi yang berasal dari
pertanggungan tidak langsung (indirect business), yaitu yang diterima dari perusahaan
asuransi lain atau perusahaan reasuransi dinamakan premi tidak langsung. Premi yang
diperoleh diakui sebagai pendapatan berdasarkan accrual basis yang dialokasikan secara
18
merata selama masa pertanggungan. Pendapatan koasuransi diakui sebesar pangsa (share)
premi yang akan diterima oleh perusahaan.

Premi Reasuransi
Premi reasuransi adalah bagian dari premi bruto yang dikeluarkan atau merupakan
kewajiban kepada pihak reasuradur berdasarkan treaty maupun non treaty. Premi reasuransi
diakui dan dicatat pada periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan premi yang
bersangkutan. Premi reasuransi dalam laporan laba rugi dikurangkan langsung dari premi
bruto.

Kenaikan/Penurunan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan (Unearned


Premium)
Premi yang belum merupakan pendapatan diakui pada tanggal neraca.
Kenaikan/penurunan premi yang belum merupakan pendapatan adalah selisih dari premi yang
belum merupakan pendapatan periode berjalan dan periode lalu. Perhitungan dari premi yang
belum merupakan pendapatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Dihitung secara agregatif tanpa memperhatikan tanggal penutupannya. Besarnya
dihitung berdasarkan persentase (%) tertentu dari jumlah premi tanggungan sendiri,
tiap jenis pertanggungan/asuransi.
b. Dihitung secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum
merupakan pendapatan ditetapkan secara prorata untuk tiap tahun yang bersangkutan .

2. Beban
Beban Underwriting
Beban underwriting adalah beban yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi untuk
mendapatkan, memelihara dan menyelesaikan kerugian suatu pertanggungan. Komponen-
komponen beban underwriting terdiri dari:
a. Komisi tanggungan sendiri
b. Klaim tanggungan sendiri
c. Kenaikan/penurunan estimasi klaim tanggungan sendiri
d. Beban underwriting rupa-rupa

19
Komisi
Komisi adalah bagian dari premi bruto yang menjadi hak agen/broker atau perusahaan
asuransi lain sehubungan dengan jasa yang diberikannya dalam penutupan pertanggungan,
baik langsung maupun tidak langsung. Komisi tanggungan sendiri adalah selisih komisi yang
dikeluarkan dalam rangka mendapatkan penutupan pertanggungan dengan komisi yang
diterima dari reasuradur. Discount yang diberikan kepada tertanggung sehubungan dengan
pertanggungan langsung diperlakukan sama dengan komisi. Komisi/discount diakui dan
dicatat sekaligus pada saat timbulnya kewajiban/beban tersebut, tanpa memperhatikan jangka
waktu pertanggungan.

Klaim
Klaim adalah ganti rugi yang dibayarkan atau yang menjadi kewajiban kepada
tertanggung atau perusahaan asuransi (ceding company) sehubungan dengan telah terjadinya
kerugian. Bagian klaim yang diterima dari reasuradur merupakan salah satu bentuk
"pemulihan klaim" (claim recovery). Beban klaim diakui dan dicatat bersamaan dengan
timbulnya kewajiban kepada tertanggung/perusahaan asuransi (ceding company) yaitu pada
periode tercapainya persetujuan ganti rugi kepada tertanggung.
Beban klaim lainnya (survei klaim dan lain-lain) diakui dan dicatat pada saat
dikeluarkannya beban tersebut dan diperlakukan sebagai bagian dari beban klaim. Dalam hal
ganti rugi belum dapat ditentukan secara definitif, maka pengakuan beban klaim adalah
sebesar kewajiban yang diperkirakan (estimasi) dan dibukukan sebagai estimasi klaim
tanggungan sendiri. Beban survei klaim dan lain-lain serta penggantian klaim dari hak
subrogasi diakui dan dilaporkan sebagai penambah atau pengurang klaim. Klaim tanggungan
sendiri adalah selisih antara klaim yang dibayarkan dengan klaim yang diterima perusahaan
asuransi dari reasuradur.

Pemulihan (Recovery) Klaim


Pemulihan (recovery) klaim setelah dikurangi beban pemulihan dan bagian
reasuradur/retrosesioner diakui dan dicatat sebagai pengurang beban klaim pada saat
realisasi. Barang-barang eks klaim (scraps) diakui dan dibukukan pada saat realisasi
penjualannya.

Kenaikan/Penurunan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri


Estimasi klaim tanggungan sendiri diakui dan dicatat sekaligus pada akhir tahun

20
sebesar jumlah taksiran ganti rugi yang belum diselesaikan. Dalam pengertian ganti rugi yang
belum diselesaikan termasuk klaim-klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (Incurred-
But-Not Reported/lBNR). Saat membukukan estimasi klaim tanggungan sendiri yang baru,
bersamaan dengan pencairan kembali estimasi klaim tanggungan sendiri yang lalu. Antara
jumlah estimasi klaim tanggungan sendiri yang dibentuk baru dan yang dicairkan terdapat
selisih yang disebut kenaikan/ penurunan estimasi klaim tanggungan sendiri. Jumlah
kenaikan kewajiban teknis tersebut merupakan beban laba/rugi tahun berjalan.

Beban Underwriting Rupa-rupa


Beban underwriting rupa-rupa diakui langsung pada saat timbulnya beban-beban yang
bersangkutan setelah dikurangi dengan hasil yang diperoleh sehubungan dengan beban
tersebut, yang diakui pada saat diperolehnya hasil tersebut.

Penentuan Beban Dihubungkan Dengan Pendapatan Premi


Istilah beban dapat dinyatakan sebagai pengeluaran yang secara langsung atau tidak
langsung di dalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode, atau yang sudah
tidak memberikan manfaat keekonomian untuk masa berikutnya. Yang dimaksud dengan
beban adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa.
Untuk penetapan laba periodik yang wajar, seyogyanya dilakukan pisah batas yang layak atas
beban pada awal dan akhir periode yang bersangkutan. Secara umum beban dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Beban underwriting
Beban yang dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan usaha asuransi. Beban
yang termasuk dalam kelompok ini harus dilaporkan dalam periode diakuinya
pendapatan, yaitu: komisi, klaim, kenaikan/penurunan estimasi klaim tanggungan
sendiri dan beban underwriting rupa-rupa.
b. Beban Non Underwriting
Beban non underwriting yakni beban yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan pendapatan usaha asuransi. Pengakuan beban non underwriting adalah pada
periode terjadinya mengingat beban tersebut memberikan manfaat pada periode
berjalan atau karena beban tersebut sudah tidak memberikan manfaat untuk masa-
masa mendatang. Termasuk dalam kelompok ini adalah beban yang timbul dari alo
kasi beban secara sistematis sepanjang periode yang memperoleh manfaat, seperti
beban penyusutan hak atas tanah, bangunan dan peralatan, amortisasi aktiva tak
21
berwujud, dan sebagainya, kecuali terhadap aktiva yang dipergunakan secara
langsung dalam operasi.

F. Aktiva
Perlakuan akun-akun aktiva pada perusahaan asuransi kerugian mengacu pada standar
akuntansi keuangan yang berlaku.
1. Investasi
Lazimnya dalam bidang usaha asuransi kerugian, investasi (penyertaan) merupakan salah
satu kegiatan pengelolaan keuangan yang utama di luar usaha asuransi. Dengan demikian,
akun ini disajikan pada urutan pertama pada aktiva, namun demikian bukanlah merupakan
suatu keharusan. Investasi ditujukan antara lain untuk:
1 memperoleh keuntungan
2 menjamin solvabilitas perusahaan
3 menunjang kegiatan operasional asuransi Investasi dapat merupakan investasi jangka
pendek maupun jangka panjang
2. Piutang
Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang
underwriting dan piutang non underwriting (piutang lain-lain). Piutang underwriting terdiri
dari piutang premi dan piutang reasuransi.
Piutang Underwriting
a. Piutang Premi
Piutang premi meliputi, tagihan premi kepada tertanggung/agen/ broker, dan
perusahaan asuransi (ceding company) sebagai akibat adanya transaksi asuransi.
Piutang dicatat sebesar jumlah nominalnya dikurangi dengan taksiran jumlah yang
tidak dapat diterima (piutang ragu-ragu). Dalam hal perusahaan memberikan discount
premi kepada tertanggung, maka discount tersebut langsung dikurangkan dari piutang
preminya.
b. Piutang Reasuransi
Piutang reasuransi timbul dari kompensasi hutang-piutang kepada reasuradur
sehubungan dengan kewajiban membayar premi reasuransi setelah dikurangi komisi
dan klaim reasuransi. Dalam hal terdapat uang muka pembayaran klaim dari/ke pihak
reasuradur (cash loss), maka jumlah tersebut langsung dikurangkan /ditambahkan
pada piutang reasuransi. Saldo kredit piutang reasuransi harus disajikan dalam
kelompok hutang sebagai hutang reasuransi.
22
Piutang Non Underwriting
Piutang non underwriting (piutang lain-lain) adalah piutang yang timbul di luar
transaksi operasi asuransi seperti piutang pegawai, piutang bunga dan lainnya.

G. KEWAJIBAN
Perlakuan akun-akun kewajiban pada perusahaan asuransi kerugian mengacu pada
standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Hutang Klaim
Hutang klaim adalah hutang yang timbul sehubungan dengan adanya persetujuan
atas klaim yang diajukan oleh tertanggung/perusahaan asuransi (ceding company) yang
belum dibayar oleh perusahaan. Hutang klaim diakui dan dicatat pada saat klaim disetujui
untuk dibayar (claim settled). Dalam hal perusahaan membayar uang muka klaim langsung
dikompensasikan dengan hutang klaim yang bersangkutan.
Hutang Reasuransi
Hutang reasuransi adalah hutang kepada reasuradur yang timbul sehubungan dengan
kewajiban membayar premi reasuransi setelah dikurangi dengan komisi reasuransi dan klaim
reasuransi. Saldo debet hutang reasuransi harus disajikan pada kelompok aktiva sebagai
piutang reasuransi.
Hutang Komisi
Hutang komisi adalah hutang yang timbul sehubungan dengan terjadinya penutupan
asuransi. Hutang komisi yang disajikan dalam neraca adalah hutang komisi yang merupakan
kewajiban kepada agen dan broker.

Premi yang Belum Merupakan Pendapatan (Unearned premium)


Premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), diakui dan dicatat
pada tanggal neraca yang besarnya ditetapkan berdasarkan estimasi sesuai dengan metode
yang digunakan.

Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri


Estimasi klaim tanggungan sendiri diakui dan dicatat pada tanggal neraca yang
besarnya berdasarkan estimasi jumlah kerugian yang menjadi kewajiban perusahaan.

H. Analisa Keuangan
Beberapa Contoh Analisa Keuangan untuk Perusahaan Asuransi Kerugian.
23
1. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh fungsi akuntansi dimaksudkan untu
memberikan gambaran mengenai hasil usaha, posisi keuangan, dan perubahan posisi
keuangan perusahaan. Untuk dapat memberikan arti yang lebih jelas bagi pembacanya,
laporan keuangan tersebut perlu dianalisa dengan menggunakan peralatan analisa
tertentu. Analisa seperti ini sangat penting artinya bagi pimpinan perusahaan maupun
bagi pihak lainnya yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.
2. Analisa atas laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian memerlukan indikator-
indikator yang khusus berlaku bagi perusahaan asuransi kerugian, di samping indikator-
indikator lainnya yang berlaku umum. Salah satu cara pengukuran indikator ini adalah
dengan menggunakan rasio (perbandingan) tertentu atas akun akun dalam laporan
keuangan.
3. Beberapa rasio yang penting untuk menilai keadaan keuangan perusahaan asuransi dapat
diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:
Solvency and Profitability Ratio.
1 Solvency Ratio = Dana Pemegang Saham
Premi Neto
Dana pemegang saham terdiri dari modal setor dan cadangan yang bebas.
Premi Neto = Premi Bruto - Premi Reasuransi
Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan
perusahaan dalam menanggung risiko yang ditutup. Hasil rasio ini dapat menunjukkan
seberapa besar kemampuan keuangan perusahaan untuk mendukung risiko yang mungkin
timbul dari asuransi yang ditutupinya. Rendahnya batas tingkat solvabilitas berarti
perusahaan menghadapi risiko yang tinggi sebagai akibat tingginya premi. Diperlukan
analisa yang lebih jauh dalam menentukan kepelikan dari kelebihan penutupan yang tidak
sebanding dengan kemampuan keuangan perusahaan. Hal-hal yang harus dianalisa;
kestabilan keuntungan underwriting perusahaan, distribusi premi, tingkat kecukupan
proteksi reasuransi, distribusi dan variasi nilai investasi.
2 Underwriting Ratio (on eamed basis) = Hasil Underwriting
Pendapatan Premi
Rasio ini menunjukkan tingkat hasil underwriting yang diperoleh dan digunakan untuk
mengukur tingkat keuntungan dari usaha asuransi kerugian. Apabila hasil dari rasio ini
negatif berarti rate yang dikenakan terlalu tinggi.

24
3 Loss Ratio = Klaim yang terjadi
Pendapatan Premi
Rasio ini menunjukkan pengalaman klaim yang terjadi pada perusahaan dan mengukur
kualitas dari asuransi yang ditutup. Tingginya rasio kerugian memberikan informasi
terhadap miskinnya underwriting dan penutupan atas risiko yang buruk. Analisa terhadap
kerugian untuk setiap jenis asuransi yang diperlukan.
4 Commision Expense Ratio = K o m i s i
Pendapatan Premi
Rasio ini dapat dipakai untuk mengukur biaya akuisisi, dapat pula dipakai sebagai bahan
perbandingan besarnya % komisi perusahaan dengan perusahaan lain dan sebaliknya.
Tinggi rasio berarti biaya akuisisi juga tinggi.
5 Investment Yield Ratio = Pendapatan Bersih lnvestasi
Rata Rata lnvestasi
Rasio hasil investasi memberikan indikasi, secara umum mengenai kualitas setiap jenis
investasi dan mengukur hasil yang dicapai dari investasi yang dilakukan. Rendahnya rasio
dapat memberikan informasi bahwa investasi yang dilakukan kurang tepat, sehingga
penempatan investasi perlu dikaji kembali.

Liquidity Ratio.
6 Liability to liquid Assets Ratio (Rasio Likuiditas) = Kewajiban
Aktiva Yang Diperkenankan = Total Aktiva - Aktiva Yang Tidak Diperkenankan
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yaitu secara
kasar memberikan gamb aran kondisi keuangan perusahaan. Tingginya rasio memberikan
indikasi adanya masalah likuiditas dan besar kemungkinan perusahaan dalam kondisi
tidal solvent. Apabila keadaannya memang demikian, harus dilakukan analisa terhadap
tingkat kewajiban teknis, distribusi asets, penilaian kestabilan dan likuiditas dari
kekayaan yang diperkenankan.

7 Premium Receivable to Surplus Ratio = Piutang Premi


Surplus
Rasio ini menunjukkan sampai seberapa jauh tagihan premi dapat diandalkan dalam
menyangga surplus. Rasio ini penting karena tagihan premi dari premi individu biasanya
sulit diharapkan untuk dapat ditarik manakala terjadi kesulitan keuangan. Jika rasio telah
dihitung, lebih lanjut harus diketahui pula aging schedule dari piutang premi.
25
8 Investment to Technical Reserve Ratio = Investasi
Kewajiban Teknis
Yang dimaksud dengan Technical Reserve atau kewajiban teknis disini adalah: Premi
yang belum merupakan pendapatan ditambah (+/+) estimasi klaim tanggungan sendiri.
Rasio ini menunjukkan sampai seberapa jauh kewajiban teknis yang dibentuk oleh
perusahaan asuransi tercermin pada investasi. Rendahnya rasio menunjukkan
kecenderungan bahwa estimasi klaim tanggungan sendiri kurang didukung dengan dana
yang memadai, lebih lanjut premi yang belum merupakan pendapatan kura ng tercermin
pada investasi tersebut.

Premium Stability Ratio.


9 Net Premium Growth = Kenaikan/Penurunan Premi Neto
Premi Neto tahun lalu
Kenaikan/penurunan yang tajam pada volume premi neto memberikan indikasi kurangnya
tingkat kestabilan operasi perusahaan. Dapat ditambahkan, kenaikkan yang tinggi pada
premi neto berarti perusahaan berorientasi pada cash flow underwriting. Hasil rasio ini
sebaiknya diinterpretasikan bersama sama dengan sejarah dan operasi perusahaan.
Tingginya kenaikan pada premi berarti perusahaan perlu memberikan perhatian terhadap
kewajiban teknis preminya.
10 Own Retention Ratio = Premi Neto
Premi Bruto
Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat retensi perusahaan yang nantinya dapat dipakai
sebagai dasar untuk membandingkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya dengan
dana yang tersedia. Sehingga akhirnya akan didapat kapasitas retensi yang memadai.
Sebaiknya rasio ini digunakan secara bersama sama dengan batas tingkat solvabilitas
(solvency margin), sehingga analisanya akan menggambarkan keadaan yang lebih akurat.
Apabila rasio retensi dan solvency margin tinggi berarti perusahaan beroperasi seperti
layaknya broker/agen yang hanya mementingkan komisi reasuransi.

Technical Ratio.
11 Technical Reserve Ratio = Kewajiban Tehnis
Premi Neto
Kewajiban teknis terdiri dari premi yang belum merupakan pendapatan dan estimasi
klaim tanggungan sendiri. Rasio ini secara kasar dapat mengukur tingkat kecukupan
26
besarnya kewajiban teknis yang diperlukan. Cukupnya dana kewajiban teknis membuat
kondisi keuangan menjadi solvent. Rendahnya rasio berarti perusahaan menetapkan
kewajiban teknis terlalu rendah dan apabila perusahaan dalam kondisi tidak solvent maka
perusahaan perlu membuat penyesuaian pada solvency margin. Sebaliknya rasio yang
tinggi menunjukan bahwa portofolio usaha tidak membawa keuntungan. Trend dari rasio
ini perlu dipelajari, demikian pula dengan trend dari klaim.

• Akuntansi Asuransi Jiwa (PSAK 36)


A. Konsep Dasar Asuransi Jiwa
Di dalam kehidupan sehari – hari kita, ada beberapa resiko yang sulit untuk dihindari
dan bisa terjadi kapan saja, antara lain: meninggal dunia terlalu dini, sakit parah dan cacat
setelah menderita sakit tertentu misalnya penyakit stoke yang menyebabkan kelumpuhan.
Walaupun kita berusaha untuk menjaga diri kita sebaik – baiknya, namun tetap saja kita tidak
akan pernah dapat menduga kapan kita akan memerlukan asuransi karena kita juga tidak bisa
menduga kapan kita akan mengalami musibah dan resiko yang tidak terduga tersebut. Di
sinilah peranan penting dari asuransi yaitu untuk meminimalisir resiko yang kita tanggung
bila sewaktu – waktu kita mengalam hal yang tidak kita inginkan.
Di dalam dunia asuransi, ada dua kategori asuransi yang kita kenal yaitu asuransi jiwa
dan asuransi umum. Dalam modul ini, kita akan membahas lebih spesifik pada konsep dasar
dari asuransi jiwa dan berbagai istilah yang harus kita pahami sebelum mengajukan aplikasi
asuransi jiwa. Sebenarnya apakah asuransi jiwa itu? Asuransi jiwa dapat didefinisikan
sebagai suatu pelimpahan resiko atas kerugian financial oleh pihak tertanggung pada pihak
penanggung.
Sebelum membahas lebih lanjut ke dalam topik asuransi jiwa, kita akan terlebih
dahulu membahas mengenai beberapa istilah umum yang digunakan dalam asuransi jiwa
antara lain:
1. Polis yaitu istilah yang digunakan untuk menjelaskan fisik perjanjian pertanggungan
jiwa yang dibuat antara pihak penanggung dan pihak pemegang polis.
2. Premi adalah istilah yang menjelaskan sejumlah uang yang dibayar oleh pihak
pemegang polis pada pihak penanggung untuk mendapatkan suatu nilai perlindungan
atas kejadian yang tidak diinginkan.
3. Uang Pertanggungan yaitu adalah sejumlah dana yang akan diberikan pada ahli waris
atau pihak pemegang polis itu apabila polis tersebut sudah jatuh tempo atau pihak yang
tertanggung meninggal dunia. Selain istilah umum yang telah disebutkan di atas, juga
27
masih ada beberapa istilah yang berkaitan dengan pihak – pihak yang terlibat dalam
suatu perjanjian asuransi antara lain:
4. Pihak Penanggung yaitu pihak perusahaan asuransi jiwa yang ditunjuk untuk
menanggung resiko yang akan terjadi pada pihak tertanggung.
5. Pihak Pemegang Polis yaitu pihak yang memutuskan untuk mengadakan pertanggungan
6. jiwa pada pihak penanggung dan juga dapat sebagai pembayar premi asuransi.
7. Pihak Tertanggung yaitu pihak yang jiwanya dipertanggungkan pada pihak
penanggung.
8. Pihak yang Ditunjuk yaitu pihak yang ditunjuk oleh pihak tertanggung untuk menerima
uang pertanggungan dari pihak penanggung jika pihak yang tertanggung meninggal
dunia.

Memiliki asuransi jiwa berarti kita meminimalisir resiko yang akan ditanggung diri kita
dan keluarga kita apabila terjadi hal yang tidak diinginkan suatu saat nanti. Jadi
pertimbangkanlah pengajuan asuransi jiwa untuk anda dan keluarga anda.

B.Manfaat Asuransi Jiwa


Kita tidak pernah berharap sesuatu yang buruk akan terjadi dalam kehidupan kita
ataupun pada keluarga kita namun walaupun kita sudah berusaha untuk menjaga diri kita dan
keluarga kita sebaik – baiknya tentunya resiko untuk mengalami hal – hal yang tidak
diinginkan seperti penyakit, kecelakaan atau bahkan kematian tidak dapat dihindari.di sinilah
asuransi jiwa memainkan peranannya dalam kehidupan kita.
Dengan memiliki asuransi jiwa untuk diri kita sendiri dan keluarga kita, berarti kita
me-manage resiko yang akan kita hadapi dengan mempersiapkan sejumlah dana yang
nantinya akan bermanfaat bagi keluarga kita apabila terjadi sesuatu yang tidak terduga pada
kita. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai keuntungan yang bisa kita dapatkan dari
asuransi jiwa marilah kita melihat ke beberapa contoh kasus yang ada di bawah ini
Contoh kasus pertama, kecelakaan yang mengakibatkan terjadinya cacat seumur
hidup untuk korban. Misalnya saja tanpa diduga seseorang mengalami kecelakaan dan
mengalami cacat tubuh sehingga tidak memungkinkan baginya untuk dapat bekerja lagi. Bila
orang tersebut memiliki asuransi jiwa, orang tersebut tidak perlu khawatir mengenai
bagaimana keluarganya akan mendapatkan biaya hidupnya karena orang tersebut akan
menerima uang pertanggungan sebagai bekal hidup di masa yang akan datang dari pihak
penanggung yang dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.

28
C. Karakteristik Usaha Asuransi Jiwa
Beberapa karakteristik usaha asuransi jiwa antara lain :
1. Usaha asuransi jiwa merupakan suatu system proteksi menghadapi risiko keuangan atas
hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan
dana masyarakat.
2. Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi, disamping hasil investasi yang
menjadi kegiatan tidak terpisahkan dari usaha asuransi jiwa.
3. Investasi berfungsi utama untuk memenuhi seluruh kewajiban manfaat yang akan
diberikan kepada tertanggung.
4. Kewajiban keuangan bagi usaha asuransi jiwa terkait dengan ketidakpastian terjadinga
suatu peristiwa, hal ini memengaruhi penyajian laporan keuangan.
5. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsure estimasi, misalnya estimasi jumlah
kewajiban manfaat polis masa depan (liability for future policy benefits) yang dihitung
berdasar perhitungan aktuaria, estimasi jumlah kewajiban klaim, serta estimasi jumlah
klaim terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported claims).
6. Pihak tetanggung (pembeli kontrak asuransi) membayar terlebih dahulu premi asuransi
atau titipan premi kepada perusahaan asuransi sebelum sesuatu atau peristiwa yang
diasuransikan terjadi. Pembayaran ini merupakan pendapatan (revenue) bagi
perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan asuransi biasanya
belum mengetahui apakah ia akan membayar manfaat asuransi,berapa besar
pembayaran itu, dan kalau terjadi , kapan terjadinya. Hal ini akan berpengaruh pada
masalah pengakuan pendapatan dan pengukuran beban.
7. Perusahaan asuransi jiwa harus memenuhi kesehatan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian, misalnya batas tingkat
solvabilitas (solvency margin).

D. Ruang Lingkup Dan Penerapan


Usaha asuransi jiwa dilakukan dalam salah satu bentuk badan hukum perusahaan
perseroan, koperasi, perseroan terbatas, atau usaha bersama.
Pernyataan ini dimaksudkan untuk digunakan dalam penyajian laporan keuangan
usaha asuransi jiwa. Hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam pernyataan ini wajib
mengacu kepada prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam hal transaksi utama
perusahaan berhubungan dengan transaksi asuransi jiwa, maka wajib mengacu pada
pernyataan ini.

29
Usaha asuransi jiwa banyak diperngaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dapat berbeda dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan
keuangan yang disajikan berdasarkan pernyataan ini tidak dimaksudkan untuk memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut.
Kontrak asuransi jiwa diklasifikasi sebagai kontrak jangka pendek atau kontrak
jangka panjang bergantung pada apakah kontrak tersebut tetap berlaku untuk suatu jangka
waktu. Factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah suatu kontrak
diharapkan tetap berlaku untuk suatu jangka waktu tertentu adalah :
a. kontrak jangka pendek. Dalam kontrak ini jumlah premi yang dibebankan, jumlah
pertanggungan yang diberikan atau syarat polis lain dapat disesuaikan oleh
perusahaan asuransi pada saat ulang tahun polis.
b. Kontrak jangka panjang. Kontrak biasanya tidak dapat dibatalkan, dijamin dapat
diperbaharui, dan persyaratan lain tidak dapat diubah sepihak syarat-syaratnya.
Kontrak jangka panjang meliputi juga pelayanan dan fungsi lain oleh perusahaan
asuransi.

Definisi
Utang subordinasi adalah pinjaman dari pemegang saham atau pihak lain, yang bila terjadi
likuidasi, pelunasannya dilakukan setelah pelunasan kewajiban lain. Utang tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki batas tingkat solvabilitas.
Batas tingkat solvabilitas adalah ukuran yang digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajibannya kepada pemegang polis/tertanggung,
yang dicerminkan dengan suatu perbandingan antara nilai kekayaan yang diperkenankan
dengan kewajiban perusahaan yang bersangkutan.
Masa keleluasaan (grace period) adalah suatu periode dimana pemegang polis belum
membayar premi pada saat jatuh tempo, namun polis tetap berlaku
Premi bruto adalah premi yang diperoleh dari pemegang polis.
Piutang premi adalah tagihan premi kepada pemegang polis yang telah jatuh tempo dan
masih dalam masa keleluasaan.
Premi yang belum merupakan pendapatan adalah bagian dari premi yang belum diakui
sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada akhir periode.
Premi reasuransi adalah bagian premi bruto yang menjadi hak reasuradur berdasarkan
perjanjian reasuransi.

30
Piutang reasuransi adalah tagihan kepada reasuradur yang timbul dari transaksi reasuransi,
sehubungan dengan penerimaan premi reasuransi, komisi reasuransi, komisi keuntungan, dan
klaim reasuransi.
Utang reasuransi adalah kewajiban yang timbul dari transaksi reasuransi, sehubungan
dengan pembebanan premi reasuransi,komisi reasuransi, komisi keuntungan, dan klaim
reasuransi.
Klaim dan manfaat asuransi adalah beban yang terdiri atas : klaim dan manfaat asuransi
yang pembayarannya didasarkan pada terjadinya peristiwa yang diasuransikan, yaitu klaim
kematian, klaim cacat, dan klaim jaminan kesehatan; klaim dan manfaat karena jatuh tempo;
serta klaim dan manfaat karena pembatalan (surrender)
Klaim reasuransi adalah bagian klaim yang menjadi kewajiban reasuradur sehubungan
dengan perjanjian reasuransi.
Kewajiban manfaat polis masa depan dalam istilah teknis asuransi disebut cadangan
premi, adalah kewajiban kepada pemegang polis atas premi-premi yang telah jatuh tempo
termasuk premi dalam masa keleluasaaan.
Estimasi kewajiban klaim adalah klaim yang belum diputuskan baik jumlahnya dan atau
haknya, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan.
Biaya akuisisi adalah biaya yang terkait dengan kontrak asuransi baru atau pembaruannya,
meliputi komisi dan biaya lainnya (misalnya gaji karyawan underwriting).

E. Penyajian Laporan Keuangan

Neraca
Dalam penyajian neraca, asset dan kewajiban tidak dikelompokkan menurut lancar
dan tidak lancar (unclassified), tetapi mendahulukan kelompok akun investasi dan kelompok
akun kewajiban kepada pemegang polis. Dengan demikian laporan keuangan
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada pemegang
polis. Asset disajikan dengan menempatkan akun investasi pada urutan pertama diikuti akun-
akun asset yang lain. Akun-akun yang lain disajikan berdasarkan urutan likuiditas.
Kewajiban disajikan dengan menempatkan akun kewajiban kepada pemegang polis
pada urutan pertama dan diikuti oleh akun-akun kewajiban yang lain. Akun-akun kewajiban
yang lain disajikan berdasarkan urutan jatuh tempo. Utang subordinasi jika ada, disajikan
setelah kewajiban lain sebelum ekuitas. Ekuitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.

31
Laporan Rugi Laba
Laporan laba rugi disusun dalam bentuk single step.
Pendapatan premi disajikan sedemikian rupa sehingga menunjukkan jumlah premi bruto,
premi reasuransi, dan kenaikkan(penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan.
Premi reasuransi disajikan sebagai pengurang premi bruto.
Hasil investasi disajikan setelah pendapatan investasi dikurangi dengan beban investasi
terkait langsung. Keuntungan (kerugian) penjualan investasi dan selisih kurs valuta asing
yang berkaitan dengan investasi disajikan sebagai bagian dari hasil investasi.

F. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan meliputi pengungkapan seperti ditentukan oleh prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

G. Pendapatan
Premi kontrak jangka pendek
Premi kontrak jangka pendek (beberapa term life insurance, seperti credit life insurance)
diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak sesuai dengan proporsi jumlah proteksi
asuransi yang diberikan. Jika periode risiko berbeda secara signifikan dengan periode
kontrak, premi diakui sebagai pendapatan selama periode risiko sesuai dengan proporsi
jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Hal ini menyebabkan premi diakui sebagai
pendapatan secara merata sepanjang periode kontrak (atau periode risiko, jika berbeda),
kecuali jika proteksi asuransi menurun sesuai dengan skedul yang telah ditentukan
sebelumnya.
Premi kontrak jangka panjang
Premi kontrak jangka panjang (whole life contracts dan guarranted renewable term life
contract) diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.
Kewajiban untuk biaya yang diharapkan timbul sehubungan dengan kontrak tersebut
diakui selama periode sekarang dan periode diperbaharuinya kontrak. Nilai sekarang
estimasi manfaat polis masa depan yang dibayar kepada pemegang polis atau wakilnya
dikurangi dengan nilai sekarang estimasi premi masa depan yang akan diterima dari
pemegang polis (kewajiban manfaat polis masa depan) diakui pada saat pendapatan premi
diakui. Estimasi tersebut didasarkan pada asumsi, seperti hasil investasi yang diharapkan,

32
mortalitas, morbiditas, terminasi, dan beban-beban, yang ditetapkan pada saat kontrak
asuransi dibuat.
Pendapatan lain
Komisi reasuransi dan komisi keuntungan reasuransi diakui sebagai pendapatan lain.

H. Beban

Beban klaim
Klaim meliputi klaim yang telah disetujui (settled claims), klaim dalam proses penyelesaian
(outstanding claims), dan klaim yang terjadi namun belum dilaporkan. Jumlah klaim dalam
proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, ditentukan
berdasarkan estimasi kewajiban klaim tersebut. Perubahan dalam jumlah estimasi kewajiban
klaim, sebagai akibat proses penelaahan lebih lanjut dan perbedaan antara jumlah estimasi
klaim dengan klaim yang dibayarkan, diakui sebagai penambah atau pengurang beban dalam
laporan laba rugi pada periode terjadinya perubahan.

Klaim reasuransi diakui sebagai pengurang beban klaim pada periode yang sama dengan
pengakuan beban klaim.

Beban akuisisi
Biaya akuisisi dialokasikan berdasar perhitungan aktuaria karena kewajiban manfaat polis
masa depan menggunakan metode tingkat premi murni (Net Level Premium Method).

I. Aset
Perlakuan akun-akun asset mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum kecuali
dinyatakan secara khusus dalam pernyataan ini. Perlakuan akuntansi untuk investasi mengacu
pada PSAK No.13 (1994) tentang akuntansi untuk investasi dan PSAK No.15 tentang
akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi, kecuali untuk surat berharga
(marketable securities) yang perlakuan akuntansinya adalah sebagai berikut :
a. Sekuritas utang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo (held to
maturities) dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi dengan amortisasi
premi atau diskonto. Dalam menentukan maksud tersebut perusahaan harus
mempertimbangkan pengalaman yang mereka miliki dalam hal penjualan dan transfer
efek. Perusahaan tidak boleh mengklasifikasikan suatu efek utang dalam kategori ini jika
perusahaan mempunyai maksud untuk memiliki efek hanya untuk periode yang tidak
33
ditentukan. Oleh karena itu, efek utang tidak boleh dimasukkan dalam klasifikasi ini
kalau perusahaan mempunyai tujuan untuk menjual efek tersebut, misalnya untuk
menghadapi :
1. Perubahan tingkat bunga pasar dan perubahan yang berhubunngan dengan risiko
sejenis.
2. Kebutuhan likuiditas
3. Perubahan dalam ketersediaan dan hasil investasi alternative.
4. Perubahan dalam risiko mata uang asing.

b. Sekuritas utang dan ekuitas yang dimaksudkan untuk segera diperdagangkan (trading
securities) dinyatakan berdasarkan harga pasar. Perdagangan dalam hal ini
mencerminkan pembelian dan penjualan yang aktif dan sering dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan atas perbedaan harga jangka pendek. Efek ekuitas yang
diklasifikasi dalam kategori ini adalah sekuritas yang bisa ditentukan nilai wajarnya
yaitu jika harga jual atau kuotasi harga beli dan jual tersedia di bursa efek yang
terdaftar di Bapepam. Untuk efek utang yang tidak tersedia harga pasarnya, estimasi
nilai wajar bisa dibuat dengan menggunakan berbagai teknik penentuan harga
misalnya dengan analisis arus kas didiskontokan (discounted cash flow analysis),
penentuan harga matriks, dan analisis fundamental. Keuntungan (kerugian) yang
belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga pasar (unrealized gains and
losses) dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan.
c. Sekuritas utang dan ekuitas yang tidak termasuk dalam kedua kategori diatas
diklasifikasikan sebagai “efek yang tersedia untuk dijual” (available for sale
securities) dan dinyatakan berdasarkan harga pasar. Sekuritas utang yang masuk
dalam kategori ini adalah yang dimiliki untuk waktu yang tidak ditentukan karena
misalnya, dimaksudkan untuk suatu saat dijual guna memenuhi kebutuhan likuiditas
atau sebagai bagian dari program manajemen risiko perusahaan. Keuntungan
(kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga tidak diakui
dalam laporan laba rugi, melainkan disajikan secara terpisah sebagai komponen
ekuitas.

Piutang reasuransi
Piutang reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan utang reasuransi , kecuali apabila
kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut

34
timbul saldo kredit, maka saldo tersebut harus disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
utang reasuransi.

J. Kewajiban
Perlakuan akun-akun kewajiban mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali
dinyatakan secara khusus dalam pernyataan ini.
Kewajiban manfaat polis masa depan
Kewajiban manfaat polis masa depan dinyatakan pada neraca berdasarkan perhitungan
aktuaria.
Estimasi kewajiban klaim
Estimasi kewajiban klaim atas kontrak jangka pendek khusus asuransi kesehatan dan
kecelakaan dinyatakan sebesar jumlah taksiran berdasarkan perhitungan teknis asuransi.
Premi yang belum merupakan pendapatan
Premi yang belum merupakan pendapatan atas kontrak jangka pendek untuk asuransi
kesehatan dan kecelakaan ditentukan dengan cara sebagai berikut :
1. agregat tanpa memperhatikan tanggal penutupannya dan besarnya dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari jumlah premi retensi sendiri untuk tiap jenis
pertanggungan/asuransi.
2. Secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan
pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan,
selama periode pertanggungan atau periode risiko, konsisten dengan pengakuan
pendapatan premi.

Utang reasuransi
Utang reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan piutang reasuransi, kecuali apabila
kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut
timbul saldo debit, maka saldo tersebut harus disajikan pada kelompok asset sebagai piutang
reasuransi.

K. Pengungkapan

a) Kebijakan akuntansi mengenai.


1. Pengakuan pendapatan premi dan penentuan kewajiban manfaat polis masa depan
serta premi yang belum merupakan pendapatan.

35
2. Transaksi reasuransi termasuk sifat,tujuan, dan efek transaksi reasuransi tersebut
terhadap operasi perusahaan.
3. Pengakuan beban klaim dan penentuan estimasi klaim tanggungan sendiri.
4. Kebijakan akuntansi lain yang penting sebagaimana ditentukan dalam PSAK yang
berlaku.

b) Biaya akuisisi ditangguhkan. Pengungkapan mengenai sifat,jumlah,jenis, dan metode


alokasi pembebanan biaya akuisisi ditangguhkan.
c) Kewajiban kepada pemegang polis. Perincian kewajiban kepada pemegang polis serta
penjelasan mengenai metode, asumsi, dan sitem perhitungan yang digunakan sebagai dasar
perhitungan kewajiban kepada pemegang polis tersebut.
d) Utang subordinasi. Penjelasan mengenai karakteristik perjanjian pinjaman subordinasi,
tingkat bunga, dan nilai sisa pinjaman.
e) Ekuitas asuransi jiwa bersama. Penjelasan mengenai sifat serta peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan ekuitas usaha bersama. Penjelasan mengenai metode serta
jumlah pembagian keuntungan kepada pemegang polis.
f) Pendapatan premi bruto. Pengungkapan pendapatan premi tahun pertama (first year
premium) dan premi lanjutan (renewal) secara terperinci berdasarkan kelompok perorangan
dan kumpulan serta jenis asuransi.
g) Klaim dan manfaat. Pengungkapan jenis, jumlah, dan sebab kenaikan klaim dan
manfaat yang signifikan.

36
APLIKASI AKUNTANSI SYARIAH
“ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA
PT BANK SYARIAH MANDIRI”

Sistem pembiayaan BSM menempatkan nasabah sebagai mitra BSM dalam


berwirausaha, sehingga posisi bank sebagai pemilik dana dan nasabah sebagai peminjam
adalah sejajar. BSM menetapkan sektor-sektor ekonomi yang dapat dibiayai dengan
penyaluran pembiayaan. Sektor-sektor tersebut harus merupakan sektor perekonomian yang
halal dan tidak melanggar Syariat Islam. BSM menyediakan beberapa jenis pembiayaan salah
satunya adalah PKPA (Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya),
yaitu fasilitas penyaluran pembiayaan kepada anggota koperasi karyawan. PKPA merupakan
transaksi mudharabah wal murabahah, yaitu pemberian pembiayaan secara penuh (100%)
oleh BSM (sebagai shahibul maal) kepada Koperasi Karyawan (sebagai mudharib) yang
disalurkan ke anggota-anggota koperasi dalam bentuk jual-beli (murabahah). PKPA
menggunakan sistem anuitas, yaitu sejumlah pembayaran yang sama besarnya, yang
dibayarkan secara angsuran setiap bulan pada tanggal yang telah ditetapkan dalam akad yang
terdiri atas bagian margin dan pokok.
Dalam PKPA, BSM hanya menggunakan sistem anuitas, bukan sistem proporsional.
Anuitas adalah sejumlah pembayaran yang sama besarnya, yang dibayarkan setiap bulan pada
tanggal yang telah ditetapkan dalam akad, dan terdiri atas bagian margin, pokok, dan total
angsuran (margin dan pokok). BSM menggunakan sistem anuitas agar memberikan keadilan
kepada deposan BSM dengan pembagian hasil yang lebih besar di awal periode (bulan) dan
menurun pada periode-periode berikutnya. Ekspektasi keuntungan pembiayaan mudharabah
dalam sistem anuitas sebesar 12% (lebih besar 1,7-2 kali dari sistem proporsional). Adapun
rumus untuk menghitung angsuran pokok pembiayaan dengan sistem anuitas adalah sebagai
berikut.
Anuitas = -P x I/12 x 1/{1-(1+(I/12)^m)}
Ket:
P = Pokok Pembiayaan
I = Ekspektasi Keuntungan Bank
^m = Jumlah Periode Bayaran (bulan)
Untuk memperjelas penghitungan dengan rumus tersebut, di bawah ini akan diberikan
ilustrasi yang serupa dengan ilustrasi dengan sistem proporsional di atas, sehingga diharapkan
dapat menambah pemahaman.

37
Ilustrasi (Sistem Anuitas)
Koperasi Karyawan ABC dari BUMN XYZ mengajukan permohonan pembiayaan
mudharabah kepada PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Makassar. Dia membutuhkan
modal dana sebesar Rp 200 juta yang akan disalurkan kepada anggota koperasi sebanyak
sepuluh (10) orang, masing-masing Rp 20 juta, untuk pembelian motor dengan akad
murabahah (jual-beli) dan margin 14%. Semua anggota koperasi tersebut memiliki gaji yang
sama. Masingmasing memiliki gaji Rp 3 juta. Ekspektasi keuntungan bank sebesar 12% p.a
dengan sistem proporsional. Jangka waktu pembiayaan selama 36 bulan. Berdasarkan akad
antara BSM dan Koperasi yang dilaksanakan pada 03 Januari 2007, pembayaran bagi hasil
beserta angsuran pokok dilakukan tanggal 10 tiap bulannya. Akhir kontrak pembiayaan
mudharabah jatuh pada tanggal 10 Januari 2010.
Diketahui:
P = Rp 200.000.000,-
I = 12% p.a.
^m = 36 bulan
Maka:
Anuitas = -P x I/12 x 1/{1-(1+(I/12)^m)}
= - Rp 200.000.000,- x 12%/12 x 1/{1-(1+(12%/12)36)}
= Rp 4.642.861,96
Margin untuk BSM = Rp 200.000.000,- x 12%/12
= Rp 2.000.000,- pada bulan Februari 2007

Berikut ini akan diuraikan tentang pengakuan dan pengukuran pembiayaan mudharabah
1. Pada saat dimulainya akad pembiayaan mudharabah.
BSM mengakui pembiayaan mudharabah pada saat bank menandatangani dan mencairkan
dana sebesar pokok (plafon) pembiayaan mudharabah sesuai dengan akad yang telah
disepakati antara mudharib dan shahibul maal. Pembiayaan mudharabah diukur sebesar
jumlah uang yang telah diberikan pada saat pembayaran tersebut. Hal ini dilakukan karena
bank syariah menggunakan dasar kas (cash basis) dalam melakukan pencatatan akuntansi.
Sesuai dengan contoh kasus Koperasi Karyawan ABC dengan sistem anuitas, BSM akan
mengakui dan mengukur pembiayaan mudharabah sebagai berikut.
03 Jan 2007 Pembiayaan Mudharabah Rp 200.000.000,-
Rekening Koperasi Karyawan ABC Rp 200.000.000,-

38
(Pencairan dana pembiayaan mudharabah untuk Koperasi Karyawan ABC)
2. Pada saat penerimaan pendapatan
Pendapatan bagi hasil diakui BSM saat mudharib menyerahkan/membayar bagian bagi hasil
untuk BSM berdasarkan dasar kas (cash basis). Berdasarkan perhitungan pada ilustrasi sistem
anuitas, BSM akan mencatat penerimaan bagi hasil sebagai berikut.
10 Feb 2007 Rekening Koperasi Karyawan ABC Rp 2.000.000,-
Pendapatan bagi hasil mudharabah Rp 2.000.000,-

3. Pada saat penerimaan angsuran pinjaman


Pada saat penerimaan angsuran pokok pembiayaan mudharabah Setiap pembayaran angsuran
atas pembiayaan mudharabah oleh pengelola dana, diperlakukan sebagai pengurang
pembiayaan mudharabah dan akan diakui saat diterima dari mudharib sebesar jumlah yang
telah ditetapkan saat akad.
10 Feb 2007 Rekening Koperasi Karyawan ABC Rp 4.642.861,96
Pembiayaan mudharabah Rp 4.642.861,96
(Pembayaran angsuran pokok pembiayaan mudharabah oleh Kopkar ABC)

4. Pada saat penerimaan pelunasan dan berakhirnya kontrak


Pada saat penerimaan pelunasan dan berakhirnya kontrak Berakhirnya kontrak pembiayaan
mudharabah dapat terjadi pada dua kondisi, yaitu
1. Kontrak berakhir pada saat jatuh tempo (normal)
2. Kontrak berakhir sebelum jatuh tempo yang disebabkan Mudharib mampu melunasi
pokok pembiayaan mudharabah sebelum jatuh tempo. Jika hal tersebut terjadi, BSM
dapat memberikan kebijakan untuk menghapus margin atau keuntungan mulai dari
satu bulan setelah pelunasan sampai akhir kontrak, sehingga mudharib cukup
melunasi pembiayaan pokok yang tersisa;

Pengakuan Pendapatan dan Beban Pembiayaan Mudharabah


Berikut ini akan diuraikan hasil analisis mengenai pengakuan pendapatan dan beban
pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
1. Pendapatan
Pada bank syariah, pendapatan di sini dapat berupa pendapatan bagi hasil (mudharabah dan
musyarakah), pendapatan margin (murabahah), pendapatan hasil sewa atas kontrak ijarah
(ijarah wa iqtina/ijarah muntahiyyah bit tamlik), dan fee serta biaya administrasi atas jasa-

39
jasa lainnya. Dalam pembiayaan mudharabah, BSM sebagai bank yang menganut prinsip
syariah menggunakan sistem bagi hasil yang jumlahnya tergantung dari pendapatan
mudharib dengan penentuan nisbah bagi hasil di awal akad pembiayaan mudharabah. Sistem
bagi hasil pembiayaan mudharabah didasarkan pada total penjualan mudharib (sharing
revenue) dan pembayaran angsurannya (pokok dan margin) menggunakan sistem anuitas.
BSM mengakui pendapatan bagi hasil pada saat pendapatan tersebut diterima. Dasar
pengakuan pendapatan adalah dasar kas (cash basis). Dalam pembiayaan mudharabah, BSM
hanya mengakui pendapatan bagi hasil dari pembiayaan mudharabah.

2. Beban
Dalam transaksi pembiayaan mudharabah, terdapat biaya administrasi (akad) dan biaya
asuransi. Biaya-biaya ini ditanggung sepenuhnya oleh mudharib dan tidak dimasukkan dalam
penghitungan pembiayaan mudharabah. Adapun pokok pembiayaan mudharabah (plafon)
diakui sebesar pokok pembiayaan mudharabah tidak termasuk bagi hasil.

Penyajian dan Pengungkapan


Dalam menyajikan laporan keuangan, BSM menyusun dan menyajikan sesuai dengan PSAK
No. 31 dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) yang menyatakan
bahwa laporan keuangan bank terdiri dari a) neraca, b) laoran laba rugi, c) laporan arus kas,
d) laporan perubahan ekuitas, dan e) catatan atas laporan keuangan (PSAK No. 31 par. 80).
Dalam pelaporan tersebut, BSM juga mengikuti ketentuan yang disyariatkan pada PSAK No.
tentang Penyajian Laporan Keuangan. Berdasarkan pedoman tersebut, bank syariah harus
menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari:
a. Neraca;
b. Laporan Laba Rugi;
c. Laporan Arus Kas;
d. Laporan Perubahan Ekuitas;
e. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat;
f. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil;
g. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;
h. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan; dan
i. Catatan atas Laporan Keuangan.

40

Anda mungkin juga menyukai