Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

1. PENDAHULUAN

Akuntansi dalam Islam dapat kita lihat dari berbagai bukti sejarah maupun dari
Al-Qur’an. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan
hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang
ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akal atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur……dan seterusnya.
Jadi dalam surat ini dibahas masalah muamalah. Termasuk di dalamnya kegiatan
jual-beli, utang-piutang dan sewa-menyewa. Dari situ dapat kita simpulkan bahwa dalam
Islam telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanan utamanya
adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan keadilan antara kedua pihak
yang memiliki hubungan muamalah. Yang dalam bahasa akuntansi lebih dikenal dengan
istilah accountability.

2. PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah


dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan
sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti
untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.
Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan ke
dalam bahasa indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi
digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan
sehingga disebut sebagai bahasa bisnis.
Akuntansi (accounting) sendiri dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-
muhasabah. Dalam konsep Islam, akuntansi termasuk dalam masalah muamalah, yang
berarti dalam masalah muamalah pegembangannya diserahkan kepada kemampuan akal
pikiran manusia.
Menurut Sofyan S. Harahap dalam ( Akuntansi Social ekonomi dan Akuntansi
Islam hal 56 ) mendefinisikan :” Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah pada
hakekatnya adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam.
 Akuntansi syariah ada dua versi.

1. Akuntansi syariah yang yang secara nyata telah diterapkan pada era dimana
masyarakat menggunakan sistem nilai Islami khususnya pada era Nabi SAW,
Khulaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya.
2. Akuntansi syariah yang saat ini muncul dalam era dimana kegiatan ekonomi dan
sosial dikuasai ( dihegemony) oleh sistem nilai kapitalis yang berbeda dari sistem
nilai Islam.

Kedua jenis akuntansi itu bisa berbeda dalam merespon situasi masyarakat yang ada pada
masanya. Tentu akuntansi adalah produk masanya yang harus mengikuti kebutuhan
masyarakat akan informasi yang disuplinya”

Dalam hal konsep akuntansi jika dilihat dalam perspektif Islam adalah
berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadist. Semua aturan dan pedoman hidup sudah di ada di
dalam Al-Quran dan di dukung oleh hadist-hadist yang telah ada.
Sofyan Syafri Harahap (1991) mengemukakan bahwa akuntansi Islam itu pasti
ada. Ia menggunakan metode perbandingan antara konsep syariat Islam yang relevan
dengan konsep dan prinsip akuntansi kontemporer itu sendiri. Ia menyimpulkan bahwa
nilai-nilai Islam ada dalam akuntansi dan akuntansi ada dalam struktur hukum dan
muamalat Islam.

Shaari Hamid, Russel Craig, dan Frank Clarke (1993) dalam artikel mereka yang
berjudul :”Religion : A Confounding Culture element in the International Harmonization
of Accounting “ mengemukakan dua hal yaitu :

1. Bahwa Islam sebagai agama yang memiliki aturan-aturan khusus dalam sistem
ekonomi keuangan pasti memerlukan teori akuntansi yang khusus pula yang
dapat mengakomodasikan ketentuan syariah itu.
2. Bahwa aspek budaya yang bersifat lokal sangat banyak mempengaruhi
perkembangan akuntansi, maka Islam sebagai agama yang melampaui batas
negara tidak boleh diabaikan. Islam dapat mendorong internasionalisasi dan
harmonisasi akuntansi.

Melalui keterangan tersebut diatas maka konsep dasar akuntansi islam itu memang
tampaknya hampir sama dengan konsep akuntansi kapitalis, namun terdapat perbedaan
besar pada landasan hukum yang digunakan dan hal-hal lain sebagai berikut :

1. Sumber hukumnya adalah Allah melalui instrument Al-Quran dan sunnah.


2. Penekanan pada accountability, kejujuran, kebenaran dan keadilan
3. permasalahan di luar itu diserahkan sepenuhnya kepada akal pikiran manusia
termasuk untuk kepentingan “decisison usefulness”
Menurut Muhammad Akram Khan (1992) merumuskan sifat akuntansi Islam sebagai
berikut:

 Penentuan laba rugi yang tepat


 Mempromosikan dan menilai efesiensi kepemimpinan
 Ketaatan kepada hukum syariah
 Keterikatan pada keadilan
 Melaporkan dengan baik
 Perubahan dalam praktek akuntansi

B.PERSPEKTIF MENURUT ISLAM

Prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam perspektif Islam menurut M. Syafii


Antonio, meliputi,

1. Prinsip pertama

Legitimasi Muamalat

Legitimasi muamalat disini harus dipandang secara luas, karena wajib bagi orang-orang
yang melakukan kegiatan akuntansi untuk menolak penyajian setiap informasi keuangan,
apabila diketahui atau timbul keraguan bahwa tujuan dari penggunaanya adalah untuk
menyempurnakan transaksi atau perdagangan yang tidak syah menurut syari’at. Apabila
sesorang yang bekerja dibidang akuntansi karena suatu sebab harus menyajikan analisa
atau informasi mengenai keuangan yang mengandung penyimpangan dari syari’at islam,
baik secara samar maupun terang-terangan, maka minimal dia harus memberikan isyarat
atau tanda pada uraian atau tafsirannya terhadap informasi tersebut.

Legitimasi muamalat itu tidaklah terbatas ruang lingkupnya sebagaimana diatas, bahkan
juga mnecakup pihak-pihak yang bermuamalah, disamping segi-segi kegiatan akuntansi.
Yang kami maksudkan dengan pihak-pihak bermuamalat itu adalah kedua belah pihak
yang bermuamalat. Pihak pertama yaitu yang membentuk perusahaan atau para pemegang
saham dan pihak kedua adalah orang-orang yang berkepentigan dengan mereka.

2. Prinsip kedua

a. Syakhshiyyah I’tibariyyah ( Entitas Spiritual )

Adalah adanya pemisahan kegiatan investasi dari pribadi yang melakukan pendanaan
terhadap kegiatan investasi tersebut. ada dua permasalahan yang mempengaruhi dan akan
terpengaruh dengan konsep syakhshiyyah i’tibariyyah ini. Pertama, berkaitan dengan
harta-harta yang di investasikan itu sendiri dan kaitannya dengan harta-harta pribadi
tersebut. Kedua, berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pemilik
kepemilikan yang bersifat lahiriah, sebagai akibat atau hasil dari kegiatan investasinya.
b. Syakhshiyyah Qanuniyyah ( Legal Entity )

Adalah suatu ungkapan mengenai entitas yang terpisah, yang memungkinkannya untuk
menuntut pihak lain secara langsung dalam sifatnya sebagai suatu pribadi, sebagaimana
dimungkinkan pula bagi pihak lain untuk menuntutnya secara langsung pula, dalam
sifatnya sebagai suatu pribadi.

c. Wahdah Muhasabiyyah ( Kesatuan Akuntansi )

Adalah kerangka dasar yang menentukan ruang lingkup kegiatan akuntansi ditinjau dari
sisi apa yang harus dimuat oleh buku-buku akuntansi dan apa yang harus diangkat oleh
laporan keuangan baik berbentuk data keuangan yang sudah dikenal ataupun yang lain.
Oleh karena itu, permasalahan yang harus dikaji untuk menentukan wahdah
muhasabiyyah itu adalah masalah kebutuhan terhadap informasi keuangan. Kebutuhan
informasi keuangan itulah yang akan terealisir pada akhirnya, yang diungkapkan dalam
laporan keuangan.

3. Prinsip ketiga

Istimrariyyah ( Kontinuitas )

Istimrariyyah adalah prinsip yang keberadaannya dapat memberi pandangan bahwa


perusahaan itu akan terus menjalankan kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui,
dan likuidasinya merupakan masalah pengecualian, kecuali jika terdapat indikasi
mengarah kepada kebalikannya. berdasarkan pendefinisian terhadap prinsip ini maka
dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:

 umur perusahaan tersebut tidak tergantung pada umur para pemiliknya


 prinsip ini merupakan bagian dari fitrah dari manusia yang Allah SWT ciptakan
manusia atas dasar fitrah tersebut
 prinsip ini dalam kaitannya dengan usaha investasi, merupakan suatu kaidah yang
umum
 sebagai akibat dari prinsip ini, maka seluruh transaksi-transaksi,dan tindakan-
tindakan manajemen, baik intern maupun ekstern, haruslah menjadikan prinsip
ini sebagai pelajaran, mulai dari penentuan asas pendanaan kegiatan investasi
sampai pengukuran hasil-hasil akhir dan pengilustrasian hasil-hasil kegiatan dan
neraca yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
 sesungguhnya penerapan prinsip ini haruslah memperhatikan faktor-faktor pasar,
baik segi penambahan, pengurangan, perluasan, dan penyempitan dari faktor-
faktor yang mempunyai hubungan secara langsung dengan kelangsungan
kegiatan

4. Prinsip keempat

Muqabalah ( Matching )
Muqabalah adalah suatu cermin yang memantulkan hubungan sebab akibat antara dua
sisi, dari satu segi, dan mencerminkan juga hasil atau dari hubungan tersebut dari segi
yang lainnya. Sebab, setiap sesuatu yang terjadi, pasti karena adanya suatu tindakan yang
mendahuluinya, yang didasari oleh tujuan tertentu. Dan untuk selanjutnya, kedua kejadian
tersebut harus saling dikaitkan guna mengetahui pengaruh-pengaruh yang di
akibatkannya.

v Adapun prinsip akuntansi syariah yang diperkenalkan oleh Islam secara garis besarnya
adalah sebagai berikut:

1. Transaksi yang menggunakan prinsip bagi hasil seperti mudharabah dan


musyarakah.
2. Transaksi yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam dan
istishna.
3. Transaksi yang menggunakan prinsip sewa, seperti ijarah.
4. Transaksi yang menggunakan prinsip titipan, seperti wadiah.
5. Transaksi yang menggunakan prinsip penjaminan, seperti rahn.

Sedangkan terdapat Tiga prinsip yang terdapat dalam surat Al-Baqarah: 282,Yaitu:

1. Prinsip Pertanggungjawaban

Prinsip pertanggungjawaban merupakan konsep yang tidak asing lagi di kalangan


masyarakat muslim. Pertanggungjawaban berkaitan langsung dengan konsep amanah.
Dimana implikasinya dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat
dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah
diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait. Pertanggungjawabannya
diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan.

2. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting dalam etika
kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren melekat
dalam fitrah manusia. Dalam konteks akuntansi keadilan mengandung pengertian yang
bersifat fundamental dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/syariah dan moral, secara
sederhana adil dalam akuntansi adalah pencatatan dengan benar setiap transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan.

3. Prinsip Kebenaran

Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan .
Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur, dan
melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.

Perbedaan prinsip Yang Melandasi Akuntansi syariah dan Konvensional


Akuntansi Konvensional Akuntansi Syari’ah
Postulat Entitas Pemisahan antara bisnis dan Entitas didasarkan pada bagi
pemilik hasil
Postulat going concern Kelangsungan hidup secara Kelangsungan usaha
terus menerus,yaitu bergantung pada persetujuan
didasarkan pada realisasi kontrak pada kelompok yang
keberadaan aset ter libat dalam aktivitas bagi
hasil
Postulat periode akuntansi Tidak dapat menunggu Setiap tahun dikenakan zakat
sampai akhhir kehidupan kecuali untuk produk
perusahaan dengan mengukur pertanian yang dihitung setiap
keberhasilan aktivvitas panen
perusahaan
Postulat unit pengukuran Nilai uang Kuantitas nilai pasar
digunakan untuk menentukan
zakat binatang ,hasil pertanian
dan emas
Prinsip penyingkapan penuh Bertujuan untuk mengambil Menunjukkan pemenuhan hak
keputusan dan kewajiban kepada Allah
,masyarakat, dan individu
Prinsip obyektifitas Reliabelitas pengukuran Berhubungan dengan konsep
digunakan dengan dasar bias ketakwaaan, yaitu
personal pengeluaran materi dan non
materi untuk memenuhi
kewajiban
Prinsip materi Dihubungkan dengan Berhubungan dengan
kepentnngan relatif mengenai pengukuran dan pemenuhan
informasi pembuatan tugas/ kewajiban kepada
keputusan Allah , masyarakat dan
individu
Prinsip konsistensi Dicatat dan dilaporkan Dicatat dan dilaporkansecara
menurut pola GAAP konsis tensesuai dengan
prinsip yang dijabarkan oleh
syari’ah
Prindip konservatisme Pemilihan tehnik akuntansi Pemilihan tehnik akuntansi
ysng sedikit pengaruhnya dengan memperhatikan
terhadap pemilik dampak baiknya terhadap
mayarakat

Pendekatan dalam Akuntansi Syariah

Pendekatan yang ada dalam akuntansi syari’ah ini ditinjau dari pendekatan tradisional
yang telah dapat diterima lebih tinggi disbanding pendekatan baru. Beberapa pendekatan
tradisional adalah :
1. Pendekatan Nonteoritis,praktis, atau pragmatis

2. Pendekatan teoritis

3. Deduktif

4. Induktif

5. Etis

6. Sosiologis

7. Ekonomis

Kaidah-kaidah akuntansi itu sendiri jika ditinjau dari segi Islam berdasarkan sumber buku
yang sama meliputi tujuh kaidah:

1) Kaidah Objektivitas , sikap objektivitas akuntan dalam mencerminkan data-data


akuntansi sesuai dengan kenyataan dan objektif.

2) Kaidah Accrual, suatu kaidah yang menangani tentang penjadwalan, erimbangan,


pemasukkan dan pengeluarannya baik yang diterima atau dibayarkan maupun yang belum
diterima atau dibayarkan.

3) Kaidah Pengukuran, suatu kaidah yang menjelaskan suatu karakter jumlah sesuatu
menurut dasar-dasar yang telah disepakati sebelumnya tanpa melihat pada karakter dari
sesuatu tersebut atau substansinya.

4) Kaidah Konsistensi, yaitu kaidah yang menuntut suatu komitmen untuk mengikuti
prosedurnya itu sendiri, dalam mengakui pengeluaran, pemasukan, hak-hak milik, serta
menuntut kontinuitas penggunaan prosedur, prinsip, kaidah-kaidah, dan standar-standar
itu sendiri dalam mencatat data akuntansi, mengikhtisarkan dan menyajikannya.

5) Kaidah Hauliyah, yaitu memberi kesempatan kepada kita untuk mengetahui realitas
perusahaan melalui penggambaran posisi keuangan perusahaan pada akhir periode
penghitungan, dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan serta posisi keuangan dan periode
ini dengan periode-periode sebelumnya, atau dengan target yang di tetapkan, atau dengan
keduanya, atau juga dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain, terutama para
pesaing.

6) Kaidah Pencatatan Sistematis, yaitu pencatatan dalam buku dengan angka atau
kalimat untuk transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang telah
berlangsung pada saat kejadiannya, secara sistematis dan sesuai dengan karakter
perusahaan serta kebutuhan manajemennya.
7) Kaidah Transparasi, yaitu penggambaran data-data akuntansi secara amanah tanpa
menyembunyikan satu bagian pun darinya serta tidak menampakannya dalam bentuk
yang tidak sesungguhanya, atau yang menimbulkan kesan yang melebihi makna data-data
akuntansi tersebut.

Persamaan Akuntansi Syari’ah dengan Akuntansi Konvensional

Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat pada hal-
hal sebagai berikut:

a. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;

b. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan
keuangan;

c. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;

d. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang;

e. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost


(biaya);

f. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;

g. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok


Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:

1. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau
harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang
dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep
Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan
tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang
akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas;
2. Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu
modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di
dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang
(cash) dan harta berupa barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang
milik dan barang dagang;
3. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama
kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai
perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber
harga atau nilai;
3. KESIMPULAN

Jadi dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi dalam


pandangan Islam adalah suatu kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam yaitu dasar-
dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber Syariah
Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik
dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi
pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa. Dengan demikian
pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus
diaktualisasikan dalam praktik akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

 http://antiq17.wordpress.com/2012/11/23/akuntansi-menurut-pandangan-islam/
 seminarakuntansisyariah-101220021253-phpapp01.doc
 http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/14/akuntansi-dalam-perspektif-islam/
 http://leliwinabudiati.blogspot.com/2012/04/konsep-dan-prinsip-akuntansi-
menurut.html
 http://retyanajengintanpermatasari.blogspot.com/2011/10/syariah-
accounting.html
 http://kurmakurma.wordpress.com/ekonomi/mengenal-akuntansi-syariah/
 http://aharlibrary.wordpress.com/2007/03/15/mengenal-prinsip-akuntansi-
syariah/

Anda mungkin juga menyukai