Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI KEUANGAN

SYARIAH
Kerangka Dasar Penyusunan
&
KELOMPOK 5 Laporan Keuangan Syariah
Penyajian 1. AHMAD NURHIDAYAT
2. ASMARA
3. LAILA NURHALIMAH
4. NURHAYATI
5. SEKTI KURNIAWAN
6. VERA ANGGRAINI
7. VAHMI BASUKI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU


Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syariah Ikatan Akuntan Indonesia

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik antara
bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya
disempurnakan pada tahun 2007 menjadi Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap KDPPLKBS
dilakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi syariah
pada bank syariah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik yang berupa entitas
syariah maupun entitas konvensional yang bertransaksi dengan skema syariah.
Tujuan Dan Peranan Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian
Laporan Keuangan Syariah

Tujuan dan peranan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah ini adalah
untuk digunakan sebagai acuan bagi :
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya membuat standar.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum.
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.
Aspek yang Terkait dengan Transaksi Syariah dan Pemakai
Laporan Keuangan Syariah

 Paradigma Transaksi Syariah


Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan
sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material maupun spiritual.
 Asas Transaksi Syariah
Transaksi syariah berasaskan pada prinsip : Persaudaraan (ukhuwah), Keadilan (‘adalah),
Kemaslahatan (maslahah), Keseimbangan (tawazun), Universalisme (syumuliyah),
Aspek yang Terkait dengan Transaksi Syariah dan Pemakai
Laporan Keuangan Syariah

• Karakteristik transaksi syariah


Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus memenuhi
karakteristik dan persyaratan antara lain: Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling
paham dan saling ridha, Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik,
Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas,
Tidak mengandung unsur MAGHRIB, Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value
of money), Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain ,Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa
permintaan, dan Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap.
• Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pemakai laporan keuangan meliputi : Investor sekarang dan investor potensial, Pemilik dana
qardh, Pemilik dana syirkah temporer, Pemilik dana titipan,Pembayar dan penerima zakat infak
sedekah dan wakaf, Pengawas syariah, Karyawan, Pemasok dan mitra usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah dan masyarakat.
Tujuan Laporan Keuangan

Berdasarkan paragraf 30 KDPPLKS, dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan menurut


KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Asumsi Dasar

.a.  Dasar akrual

Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh


transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
b.   Kelangsungan usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
entitas syariah yang akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, entitas
syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuiditasi atau mengurangi
secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan
keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan
harus diungkapkan.
Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan Syariah:

.Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :

1.      Dapat dipahami

2.      Relevan

3.      Keandalan

4.      Dapat dibandingkan


Unsur – unsur Laporan Keuangan

1. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan


komersial:
2. laporan posisi keuangan;
3. laporan laba rugi;
4. laporan arus kas; dan
5. laporan perubahan ekuitas.
6. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan
sosial:
7. laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan
8. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
9. komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut.
 
Pengakuan dan pengukuran unsur – unsur laporan keuangan.

1. Pengakuan aset
2. Pengakuan kewajiban
3. Pengakuan dana syirkah temporer
4. Pengakuan pengahasilan
5. Pengakuan beban
B. pengukuran laporan keuangan

Pengukuran adalah proes penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini
menyangkut pemilihan daar pengukuran tertentu dari tiga alternatif yaitu :
1.Biaya hitoris
2.Biaya kini
3.Biaya realisai
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah dalam penyusunan
laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar
pengukuran yang lain.
Catatatan laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah harus mengungkapkan hal – hal
berikut :
1.Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akutansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
2.Informasi yang diwajibkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan dan penggunaan dana
zakat, dan laporan penggunaan dana kebajikan.
3.Informasi tambahan yang tidak disajiakan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.
Lanjutan

Catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dalam urutan sebagai berikut :

1.Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang


diterapakan.
2.Informasi pendukung pos – pos laporan keuangan sesuai urutan sebagai mana pos –
pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan
keuangan.
3.Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen, dan pengungkapan keuangan
lainnya serta pengungkapan yang bersifat non keuangan.

.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai