Anda di halaman 1dari 7

B.

Pengelolaan Ziswaf di Malaysia

Malaysia memiliki pengelolaan zakat yang terpisah antara pemungutan


dengan penyaluran zakat. Untuk pengumpulan zakat, Malaysia melalui MAIN
(Majelis Agama Islam Negeri) masing-masing negeri untuk membentuk
lembaga pengumpul zakat dan lembaga penyalur zakat yang disebut dengan
Baitulmal.

Malaysia memiliki sistem pengelolaan zakat di mana otoritas


pengumpulan dan pendistribusian zakat berada pada setiap negeri.1 Menurut
konstitusi wilayah, semua permasalahan agama termasuk pengelolaan zakat
diserahkan kepada yurisdiksi masing-masing dari 14 negeri yang di kelola oleh
Majelis Agama Islam Negeri (MAIN). Dengan demikian, setiap negeri
memiliki Undang-Undang pengelolaan zakat yang berbeda dari wilayah lain.
Hal ini menimbulkan beberapa permasalahan koordinasi antar wilayah dimana
terdapat perbedaan penentuan nishab, harta wajib zakat, dan bahkan definisi
dari delapan ashnaf yang berhak menerima zakat. Secara umum, Undang-
undang mengenakan penalti sebesar 1.000 ringgit dan/atau penjara selama
enam bulan jika terbukti adanya penyelewengan pembayaran zakat.

Di Malaysia, penghimpunan zakat dilakukan murni oleh swasta sangat


didukung oleh pemerintah setempat. Pemerintah hanya bertindak sebagai
fasilitator dan penanggungjawab. Dalam wilayah penyelenggaraan,
pengelolaan zakat di negara ini ditempatkan dalam Majelis Agama Islam
(MAI). Pemerintah Malaysia melalui Majelis Agama Islam Wilayah
Persekutuan (MAIWP) mendirikan Pusat Pungutan Zakat (PPZ) yang resmi
beroperasi mulai 1 Januari 1991 di Kuala Lumpur dalam rangka menciptakan
pengelolaan zakat yang profesional dengan menerapkan system corporate.
Diawali dengan terbentuknya Pusat Pungutan Zakat (PPZ) di Wilayah
Persekutuan pada tahun 1991, dan seterusnya diikuti oleh 13 negeri lainnya. 13
negeri tersebut adalah Johor, Kedah, Kelantan, Melaka, Negeri Sembilan,

1
Husna Hidayatie, Skripsi: Analisis Pengelolaan Zakat di Indonesia dan Malaysia, (Banjarmasin:
Politeknik, 2018). Hlm. 34.
Pahang, Pulau Pinang, Perak, Perlis, Selangor, Terengganu, Sabah, dan
Sarawak. Zakat dikelola oleh masing-masing Negeri mengikuti struktur politik
yang ada di Malaysia. Pemerintah melalui perwakilan kerajaan Negeri berperan
sebagai pengelola, penanggung jawab pengelolaan, dan pelaksanaan zakat,
serta beperan dalam membuat regulasi dalam bentuk undang-undang zakat.
Undang-undang tentang zakat dibuat oleh Majelis Perundang-undangan Negeri.
Setiap Negeri bebas untuk membuat perundang-undangan zakat namun harus
tetap berada dalam wilayah undang-undang syariat Islam Negeri. Kebebasan
pada kompetensi pembuatan Undang-undang zakat ini, berakibat pada
beragamnya beberapa aspek pengelolaan zakat dan cara penegakan hukumnya.
Selangor dan Wilayah Persekutuan telah menetapkan hukuman bagi kesalahan
tidak membayar zakat dalam Akta atau Undang-undang kesalahan Pidana
Syariah.

Yang di pertuan
Agong

Perdana Menteri

Majelis Agama
Islam Negeri

Pusat pungutan
Baitul Maal
zakat

Pengurusan zakat di Malaysia dikelola secara federal (non nasional).


Berdasarkan struktur kelembagaan di atas pengurusan zakat yang ada di bawah
bidang kuasa dan tanggung jawab tiap negeri-negeri. Setiap negeri mempunyai
Majelis Agama Islam Negeri (MAIN). Pelaksanaan pengurusan dan tata cara
kerja MAIN di setiap negeri dilaksanakan berdasarkan peraturan dari Majelis
Agama Islam masing-masing negeri. Regulasi yang berlaku di Malaysia
menetapkan bahwa zakat dapat mengurangi kewajiban pajak. Hal itu berlaku
jika Muzaki membayarkan zakatnya ke lembaga zakat yang diakui oleh
kerajaan seperti Pusat Pungutan Zakat (PPZ) di Wilayah Persekutuan dan
Selangor dan yang lain. Jadi, jika seorang Muzaki membayar zakat ke PPZ,
maka zakat yang telah dibayarkan bisa mengurangi beban pajak yang
ditanggung (zakat sebagai kredit pajak).

Islam sudah ada di Malaysia pada sekitar abad 13 M, namun hingga akhir
tahun 1800-an tradisi wakaf belum dijalankan dengan baik. Ketika negeri ini
dikuasai oleh Portugis tahun 1511 M yang untuk pertama kalinya singgah di
daerah Malaka, kebanyakan rakyat negeri ini pergi mengungsi, meninggalkan
hartanya begitu saja untuk mengikuti sultan Johor. Dengan sendirinya harta
benda itu menjadi rampasan, tak terkecuali mungkin juga harta wakaf. Hal
ihwal wakaf baru secara pasti dapat terdeteksi pelaksanaannya ketika para
pedagang Islam dari India yang banyak tinggal di negeri Pinang
mempraktekkannya.

Fenomena sejarah ini memaklumatkan kenyataan bahwa undang-undang


tentang wakaf relatif lebih akhir kemunculannya dibandingkan dengan yang
lain. Enakmen tentang ini telah berusaha mengatur dan mengarahkan
manajerial harta yang diwakafkan, dengan satu sistem pengelolaan yang tidak
membedakan jenis-jenis wakaf am, wakaf khas dan nazar am. Wewenang
untuk mengaturnya berada ditangan Mahkamah Syari’ah, walau boleh juga
diserahkan kepada Mahkamah Negeri (Sekuler). Parameter harta wakaf
dianggap benar dan absah apabila sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
Undang Islam.

Dari uraian terakhir ini dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa di dalam
berbagai kasus tentang wakaf di Malaysia terdapat disparitas pendapat dan
tafsir diantara badan hukum yang mempunyai kompetensi atau otoritas
membuat serta menginterpretasikan peraturan dan manajerial wakaf. Satu tafsir
yang telah diputuskan oleh Badan Perundangan Negeri dengan sendirinya
menjadi mentah ketika Dewan Persekutuan (Parlemen) yang derajat
wewenangnya lebih tinggi, memutuskan lain. Merespons hal ini Hokker
menilai bahwa idealnya Mahkamah Persekutuan tidak terlalu jauh mencampuri
urusan yang menjadi wewenang Mahkamah Rendah, sebab akan mengesankan
adanya sistem diktator di dalam pengaturan wakaf. Lebih lanjut dan tegas ia
memberi catatan bahwa dalam bidang ini perubahan atau setidaknya peraturan
tambahan sangat perlu ditambahkan di Malaysia.

Yang mempunyai otoritas penuh untuk mengelola harta wakaf


sebagaimana disinggung di atas adalah Majlis Agama Islam yang terdapat di
masing-masing Negeri.2 Segala urusan mulai pengaturan struktur, tertib
administrasi, dan lainnya menjadi tanggung jawab Majlis ini. Dengan demikian
berhasil (maksimal) dan tidaknya harta wakaf diperdayakan dan dimanfaatkan
tergantung kepada policy Majlis ini. Walaupun ia memiliki wewenang penuh,
namun kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari garis demarkasi Syariah.
Dengan parameter syariah ini, masyarakat bisa mengontrol peran kerja Majlis.
Tingkat keberhasilan harta wakaf diberdayakan tergantung pada
pengorganisasian dan manajerialnya. Karena hal ini, setiap Majlis Negeri akan
mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu. Seperti terjadi di Wilayah-
wilayah Persekutuan misalnya, segala urusan wakaf berada di bawah ampuan
Unit Sumber Am salah satu divisi di Bagian Baitulmal. Baitulmal ini memiliki
dua bagian lagi yaitu Unit Latihan dan Unit Agihan.

Prosedur dan langkah-langkah mewakafkan harta benda selama ini


berjalan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (i) Peristirahan Niyat yaitu
pemberitahuan tertulis dari pihak wakif kepada Majlis. Di dalamnya harus
ditulis dengan jelas maksud dan tujuan wakaf; dan juga lampiran berupa
(semacam akte tanah) yang menjustifikasi bahwa tanah atau harta dimaksud
milik wakif; (ii) Pemeriksaan Harta yaitu pemeriksaan harta benda yang
dimaksud oleh wakif sebagai wakaf yang dilakukan oleh Majlis dengan tujuan
2
Sri Rahmany, Wakaf Produktif di Malaysia, Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, Vol. 8 No.1, 2019, hlm.
48.
agar ia dapat dipastikan keberadaannya, sehingga pengesahan yang dibuat
dapat dipastikan keadaannya; (iii) Majlis Penyerahan Harta yaitu pengesahan
yang dilakukan oleh wakif di depan Majlis dengan disaksikan dua saksi di atas
kertas ‚Borang Lafadz Wakaf yang secara detail di dalamnya terpaparkan jenis
harta, tujuan, dan tempat tanda tangan bagi pihak-pihak terlibat pengesahan;
(iv) Proses Tukar Hakmilik Harta yaitu menulis ulang dan melengkapi surat-
surat administrasi yang dilakukan oleh Baitulmal setelah Majlis menyerahkan
kepadanya. Baitulmal akan mengajukan secara resmi kepada Pejabat tanah
(semacam Badan Agraria) untuk mengurus akte hak milik tanah; (v) Proses
Pembangunan Harta Wakaf yaitu pelaksanaan pembangunan harta wakaf sesuai
dengan rencana Baitulmal dengan mengikuti tujuan yang telah ditetapkan.

C. Pendayagunaan Ziswaf di Malaysia

Dari awal sejarah pelaksanaan zakat di Malaysia, pengelolaan zakat


belum dikelola secara profesional, maka potensi zakat di Malaysia belum
terjaring secara signifikan. Dengan kemajuan ekonomi di Malaysia, ekonomi
orang Melayu pun mulai mengalami kemajuan. Potensi zakat yang cukup baik
untuk mengembangkan kemajuan ekonomi, dapat dijadikan pemerintah untuk
memperbaiki sistem pengelolaan zakat. Zakat dikelola secara profesional
dengan memakai pola corporate governance. Konsep corporate governance
menekankan kepada pentingnya peranan dan tanggung jawab pengurus dalam
mengelola zakat dan juga untuk menumbuhkan integritas dan keyakinan
masyarakat. Peran dan tanggung jawab pengurus adalah melaksana
pengelolaan zakat secara ikhlas, bertanggung jawab, amanah, dan profesional
supaya tujuan organisasi dapat tercapai dan kepentingan masyarakat terhadap
zakat dapat terpenuhi.
Pemanfaatan dan penyaluran dana zakat di Malaysia, bukan menjadi
tanggung jawab lembaga PPZ. Penyaluran dana zakat di Malaysia sepenuhnya
menjadi tugas Baitul maal yang juga berada di bawah kendali MAIWP. Strategi
Malaysia dengan kebijakan-kebijakan ekonominya telah mampu mendongkrak
kesejahteraan. Kuantitas dan kualitas kemiskinan di Malaysia amat
mencengangkan. Tahun 1998 saja, definisi orang miskin Malaysia adalah
mereka yang berpenghasilan di bawah RM 700 per bulan. Di tahun 2004, yang
disebut miskin adalah mereka yang berpenghasilan kurang dari 1.200 per
bulan.
Dengan penghasilan itu, maka yang mendapat bantuan Baitul Maal
adalah mereka yang memiliki rumah sederhana. Jika tak punya rumah, Baitul
Maal menyewakannya. Pendidikan dan kesehatan bagi seluruh keluarga, gratis
ditanggung Baitul Maal. Untuk pendidikan, selain SPP yang juga gratis, anak-
anak mereka mendapat peralatan sekolah seperti buku, tas, dan seperangkat alat
tulis serta seragam sekolah. Jika keluarga miskin terkena bencana atau
kebakaran, Baitul Maal mengganti total kerugiannya.
Bantuan modal usaha, juga diluncurkan Baitul Maal. Untuk penanganan
permodalan, sebagian besar disalurkan melalui Amanah Ihtiar Malaysia. Dalam
program jangka panjang, BM membangun Institut Kemahiran BM. Di Institut
ini disediakan berbagai kursus, seperti menjahit, catering, dan perbengkelan.
BM juga mendirikan Institut Profesional BM, yang mengajarkan tentang
kesekretariatan dan bisnis administratif. Yang memiliki otak cemerlang,
diarahkan masuk universitas seperti ke Institusi Pengajian Tinggi Awam
(IPTA) yang juga dibangun oleh BM. Mengingat dana di BM berlebih, dana
pun diinvestasikan ke berbagai bisnis seperti trading dan real estate. Di tahun
2003, BM bekerja sama dengan Tabungan Haji membangun sebuah rumah
sakit umum Hospital PUSRAWI (HP). HP yang dibangun dengan RM 100 juta
memiliki 250 tempat tidur pasien dengan fasilitas pengobatan terkini. Sedang
blok hotel, menampung 103 baliki (kamar). HP mulai beroperasi mulai tahun
2004, dilengkapi kafetaria, lounge, ruang lobby, ruang seminar, dan 281 tempat
parker. Semua ini dilakukan guna meningkatkan dan mengembangkan jumlah
dana ZISWAF yang terkumpul.
Malaysia harta wakaf investasi telah dilakukan melalui instrumen sukuk
dan pasar modal yang diterbitkan oleh Suruhanjaya Sekuriti sejak Februari
2001. Mereka membentuk Pelan Takaful Wakaf oleh Syarikat Takaful
Malaysia Berhad sejak tahun 2007. Untuk menjamin pengelolaan wakaf uang
di negara ini, dibentuk Pelan Takaful Wakaf oleh Syarikat Takaful Malaysia
Berhad yang berdiri sejak tahun 1997. Syarikat Takaful ini dioperasikan
berdasarkan prinsip mudharabah. Keuntungan dari investasi pada portofolio
keuangan syari’ah merupakan jumlah dari empat portofolio yaitu deposito
perbankan syari’ah, obligasi syari’ah dan pasar modal syari’ah. Keuntungan
akan digabung dengan keuntungan portofolio lainnya kemudian didistribusikan
untuk rakyat miskin.
Malaysia Memfasilitasi manajemen perusahaan wakaf di Malaysia
merupakan inisiatif pemerintah untuk meningkatkan bisnis keuangan Islam di
negara itu yang diumumkan pada bulan September tahun lalu. Pemerintah
Malaysia sedang melakukan kajian terhadap wakaf dan mencari cara agar
wakaf bisa dijalankan oleh perusahaan swasta, bukan lembaga agama. Wakaf
mengoperasikan proyek-proyek sosial seperti rumah sakit, masjid, dan sekolah
dengan sumbangan yang diterima dari umat Islam dalam bentuk tanah, uang
tunai, atau lainnya. Wakaf Malaysia memegang 11.091 hektar lahan senilai
RM1.2 miliar, menurut Departemen Wakaf, Zakat dan Haji. Pemerintah ingin
memperkenalkan manajemen perusahaan untuk meningkatkan tingkat
pengembalian wakaf dan efisiensi ekonomi mereka.

Anda mungkin juga menyukai