Anda di halaman 1dari 8

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan informasi mengenai laporan keuangan suatu perusahaaan

semakin lama semakin meningkat. Informasi laporan keuangan antara satu

perusahaan dengan perusahaan lainnya tentu saja berbeda, hal ini dikarenakan

informasi tersebut nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada stakeholders.

Selain itu penyajian laporan keuangan adalah salah satu bentuk pelaksanaan

akuntabilitas pengelolaan keuangan suatu perusahaan. Dalam suatu perusahaan

tanggung jawab suatu laporan keuangan dipegang oleh manajemen, sementara

yang terkait dengan kewajaran suatu laporan keuangan dipegang oleh seorang

auditor. Tugas dan tanggung jawab auditor hanya sebatas memberikan opini atas

jasa audit yang dilakukannya. Nantinya opini yang dikeluarkan oleh auditor ini

digunakan dalam berbagai pengambilan keputusan oleh stakeholders baik itu

masyarakat luas maupun investor. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada

perusahaan atau lembaga keuangan konvensional saja namun juga berlaku pada

lembaga keuangan islam seperti perbankan syariah.

Audit syariah sendiri mulai berkembang di Indonesia sejak maraknya

perbankan konvensional yang melakukan office channeling dengan membuka

Unit Usaha Syariah. Audit syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit

Sharia Compliance yang bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas

Syariah (DPS) dalam memberikan pengawasan atas praktik-praktik yang terjadi

sehingga penyimpangan dari konsep perbankan syariah dapat dicegah. Tugas

1
 
 

tersebut juga bertujuan agar standar yang diterapkan oleh perbankan syariah

sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh AAOIFI (Auditing and

Accounting Organization for Islamic Financial Institutions).

Kegiatan audit syariah tentu saja berbeda dengan kegiatan audit

konvensional. Menurut Pricewaterhouse Coopers (2011), kegiatan audit syariah

yang dilakukan oleh auditor internal harus dilakukan oleh seseorang yang

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi terkait dengan fungsi

audit syariah. Tujuannya untuk memastikan sistem pengendalian internal yang

efektif sesuai dengan prinsip syariah. Perbankan syariah juga dapat merekrut

pihak eksternal untuk melakukan audit syariah pada kegiatan operasional

perbankan mereka. Dalam standar audit yang dikeluarkan oleh AAOIFI (2010)

disebutkan bahwa auditor eksternal bertugas untuk mendapatkan bukti yang

cukup dan tepat yang mendukung pendapat auditor eksternal dalam memberikan

keyakinan yang memadai. Pendapat tersebut berisi bahwa sebuah lembaga

keuangan telah memenuhi semua prinsip-prinsip syariah termasuk fatwa, aturan

dan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Pengawas Syariah. Dengan adanya

salah satu standar tersebut menunjukkan bahwa peran audit syariah juga sama

besarnya dengan audit konvensional dalam pengawasan lembaga keuangan.

Industri perbankan syariah terus mengalami peningkatan jumlah BUS

(Bank Umum Syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah) secara signifikan.

Meningkatnya perbankan syariah dipengaruhi oleh permintaan pembiayaan dan

investasi yang dilakukan oleh masyarakat. Tercatat berdasarkan Outlook

perbankan syariah tahun 2013 (dalam www.bi.go.id), “angka pertumbuhan

2
 
 

perbankan sy
yariah mencaapai kurang
g lebih sebessar 37%”. A
Angka tersebbut dirasa

su
udah cukup
p menggemb
birakan mengingat perrsaingan yaang dihadappi dengan

perbankan ko
onvensional.

Grafik 1..1

Sumber:: Bank Indonnesia (2013))

Besarrnya angk
ka pertumb
buhan perrbankan ssyariah tenntu saja

mengakibatka
m an hubungaan positif teerhadap perrmintaan suumber daya manusia

prrofesional dalam
d bidang
g syariah. Namun
N indusstri perbankaan syariah jjuga tidak

bisa luput daari masalah. Masalah yang


y menimppa salah sattu perbankaan syariah

milik
m swastaa pernah teerjadi pada tahun 20112 lalu meengenai gaddai emas.

Permasalahan
n tersebut diikarenakan pihak
p bank syariah yanng bersangkuutan tidak

membayar
m ujjrah (biaya sewa) yangg tidak sesuaai dengan kkesepakatan sehingga

menuntut
m kep
pada nasabaah untuk men
njual emas yang digadaai tersebut. P
Penjualan

em
mas tersebutt berada disaat harga em
mas mengalaami penurunnan sehinggaa menjadi

3
 
 

permasalahan yang dialami oleh bank tersebut. Pihak bank syariah yang

bersangkutan mengaku telah melakukan mekanisme dengan benar dan tidak

mengambil keuntungan dari selisih harga emas yang berlaku pada waktu itu

sementara nasabah meminta perpanjangan jatuh tempo agar tidak mengalami

kerugian. Permasalahan tersebut mungkin ditimbulkan akibat kurang patuhnya

perbankan syariah terhadap regulasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

fatwa yang berlaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih lemahnya

pengawasan yang dilakukan oleh auditor. Lemahnya pengawasan tersebut

mungkin diakibatkan oleh terbatasnya tenaga profesional auditor yang memiliki

pengetahuan mengenai prinsip dan pedoman mengenai akuntansi syariah. Masih

terbatasnya sumber daya manusia yang profesional dan mengerti mengenai teknis

serta konsep khususnya dibidang audit syariah menjadi faktor yang paling

berpengaruh dalam pengawasan tersebut.

Terbukti selama terjadi kasus tersebut minat masyarakat terhadap bank

syariah mengalami penurunan yang signifikan. Terkait masalah tersebut Bank

Indonesia sampai turun tangan dengan mencabut ijin mengenai gadai emas yang

dilakukan oleh perbankan syariah untuk sementara waktu. Kasus yang semacam

ini membuat lembaga-lembaga penyusun standar akuntansi harus berhati-hati

untuk menyusun peraturan-peraturan yang memuat tugas dan tanggung jawab

seorang auditor syariah. Ketidakmampuan auditor di dalam mengungkapkan dan

menginformasikan kekeliruan dan ketidakberesan dari masalah syariah tersebut

langsung mempengaruhi penilaian publik dan stakeholder terhadap kinerja auditor

dalam melaksanakan tanggung jawabnya.

4
 
 

Berkembangnya industri perbankan syariah dipengaruhi oleh para

stakeholder. Stakeholder memiliki peranan terpenting terhadap penilaian suatu

organisasi. Stakeholder dari perbankan syariah yaitu Bank Indonesia sebagai

pengatur dan pengawas bank, Dewan Syariah Nasional (DSN), Dewan Pengawas

Syariah (DPS), Perguruan Tinggi atau lembaga akademis yang berkaitan dengan

pendidikan ekonomi dan keuangan syariah dan Masyarakat pada umumnya. Dari

beberapa stakeholder, masyarakat merupakan pengguna langsung jasa perbankan

syariah sehingga memiliki penilaian yang signifikan terhadap operasi yang

dilakukan oleh perbankan syariah. Apabila suatu masalah terjadi dalam suatu

bank syariah, masyarakat langsung memiliki anggapan bahwa auditor tidak

mampu melaksanakan tugasnya dan tidak dapat diharapkan untuk membantu

publik. Kondisi tersebut menimbulkan adanya fenomena expectation gap.

Expectation gap terjadi ketika ada kesenjangan harapan antara publik dan

auditor terhadap peran dan tanggung jawab auditor (Humprey, 1993). Terkadang

ekpektasi pengguna laporan keuangan melebihi apa yang menjadi tanggung jawab

auditor. Besarnya tuntutan yang berasal dari masyarakat terhadap profesionalisme

auditor menunjukkan besarnya expectation gap (Yeni, 2000). Pada penelitian di

sektor lainya telah banyak dilakukan penelitian mengenai expectation gap.

Namun, penelitian di sektor syariah kurang mendapat perhatian baik dari

kalangan akademisi maupun dari kalangan profesional. Hal ini dikarenakan

selama ini sektor syariah hanya dijadikan alternatif saja dalam perekonomian dan

masih berada dalam perkembangan. Munculnya expectation gap ini dipengaruhi

oleh pemahaman auditor mengenai pemahaman konsep audit syariah.

5
 
 

Independensi dan kualifikasi seorang auditor syariah juga berpengaruh terhadap

munculnya expectation gap pada lembaga keungan syariah. Selain itu, framework

dan scope yang menjadi dasar kegiatan audit juga dapat menimbulkan expectation

gap. Komunikasi hasil audit ditengarai juga dapat menimbulkan expectation gap

apabila kurang diperhatikan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian

ini mencoba untuk meneliti persepsi stakeholder mengenai audit expectation gap

pada perbankan. Penelitian ini dilakukan dikarenakan masih sedikitnya penelitian

mengenai audit expectation gap di sektor syariah. Tujuan dari penelitian ini

adalah menguji persepsi stakeholder apakah benar terjadi audit expectation gap

pada lembaga keuangan syariah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, fokus yang

menjadi rumusan masalah:

1. Apakah terjadi expectation gap antara auditor dengan stakeholder terkait

pemahaman dan pengertian tentang konsep audit syariah?

2. Apakah terjadi expectation gap antara auditor dengan stakeholder pada

perbankan syariah dilihat dari sisi independensi auditor?

3. Apakah terjadi expectation gap antara auditor dengan stakeholder pada

perbankan syariah dilihat kualifikasi auditor?

4. Apakah terjadi expectation gap antara auditor dengan stakeholder pada

perbankan syariah dilihat dari sisi ruang lingkup atau scope audit?

5. Apakah terjadi expectation gap antara auditor dengan stakeholder pada

perbankan syariah dilihat dari sisi framework audit?


6
 
 

6. Bagaimana persepsi stakeholder yang kaitannya dengan audit expectation

gap dalam isu komunikasi hasil audit syariah?

C. Batasan Masalah

Oleh karena adanya keterbatasan peneliti, maka peneliti memberi batasan

pada: Objek penelitian adalah Persepsi Nasabah, Karyawan, Auditor (Internal

atau Eksternal) dan Mahasiswa di Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat perbedaan

persepsi stakeholders (Nasabah, Karyawan, Auditor, dan Mahasiswa) terkait audit

syariah pada lembaga keuangan syariah di Yogyakarta

E. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Memberikan informasi mengenai audit syariah serta variabel-variabel

yang dapat menimbulkan expectation gap pada lembaga keuangan syariah.

2 Manfaat Praktik

Memberikan informasi bagi para stakeholder mengenai variabel apa saja

yang perlu menjadi perhatian dan memungkinkan terjadinya expectation

gap pada lembaga keuangan syariah. Hasil dari penelitian ini dapat

digunakan untuk menghasilkan upaya-upaya untuk mengurangi

expectation gap.

7
 
 

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian.

Bab II : Landasan Teori

Menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari permasalahan yang akan diteliti.

Dalam hal ini berkaitan dengan persepsi stakeholders (Nasabah, Karyawan,

Auditor, dan Mahasiswa ) terkait audit syariah serta kaitannya terhadap audit

expectation gap.

Bab III : Metode Penelitian

Menjelaskan tentang identifikasi populasi dan sampel metode pengumpulan data,

teknik analisis data dan metode pengujian data yang digunakan.

Bab IV : Analisis Data

Membahas hasil analisis dari data yang diteliti yaitu dari alat analisis yang

digunakan dari sampel yang diteliti.

Bab V : Penutup

Menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran sebagai

bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

   

8
 

Anda mungkin juga menyukai