Anda di halaman 1dari 5

1.

A
2. A
3. auditing memiliki pengertian sebagai proses mengumpulkan dan mengevaluasi data-data
mengenai laporan keuangan yang telah tercatat dalam data atau laporan akuntansi. Sedangkan,
akuntansi secara sederhana merupakan proses konstruktif yang berhubungan dengan
kegiatatan mencatat, mengelompokkan, menyesuaikan seluruh transaksi hingga menjadi sebuah
laporan keuangan.

Dari pengertian sederhana antara auditing dan akuntansi maka dapat disimpulkan bahwa
perbedaan auditing dan akuntansi yaitu terletak pada kegiatan yang dilakukannya pada objek
yang sama (laporan akuntansi suatu organisasi/ badan usaha/ perusahaan).
Siklus dalam proses auditing merupakan kebalikan dari siklus akuntansi, dalam auditing
siklusnya bermula dari laporan keuangan (financial statement), buku besar, dan transaksi
kebalikan dari siklus akuntasi yang bermula dari transaksi, jurnal, buku besar, dan laporan
keuangan (financial statement).
Dari kedua siklus tersebut dapat diketahui bahwa akuntasi merupakan proses yang lebih dahulu
terjadi karena merupakan proses konstruktif lalu auditing merupakan proses kemudian yang
dilakukan untuk memeriksa (menganalisis) hasil dari proses konstruktif tersebut. Hasil laporan
keuangan (financial statement) dalam akuntansi merupakan landasan dasar bagi tahapan dalam
proses auditing.
4. hubungan akuntansi dengan auditing selain keduanya memiliki perbedaan juga saling terkait
karena sama-sama mengenai laporan keuangan (financial statement). Jika akuntansi merupakan
kegiatan yang mencatat semua kegiatan yang terjadi dalam suatu organisasi/ badan usaha
(perusahaan) yang selanjutnya menghasilkan laporan keuangan yang berguna untuk
memberikan informasi mengenai kondisi suatu organisasi/ badan usaha (perusahaan) maka
sedikit berbeda dengan auditing yang berguna untuk menganalisis laporan keuangan (financial
statement) sehingga pada akhirnya memberikan opini (pendapat) mengenai kelayakan laporan
keuangan pada suatu organisasi/ badan usaha (perusahaan).
5. unsure dan elemen kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor syariah untuk dapat
menjalankan fungsi dan tugasnya dengan optimal dan efektif. Unsure dan elemen tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengetahuan(Knowladge)
Pengetahuan (knowledge) pada umumnya mengacu pada pemahaman dasar seseorang atas
sesuatu baik itu informasi atau proses tertentu. Dalam konteks auditor Syariah, pengetahuan
yang diperoleh oleh seseorang dapat bersumber dari pengetahuan yang bersifat umum dan
khusus. Seorang auditor syariah harus memiliki pengetahuan (pengetahuan audit dan
kesyariahan) sebagai modal yang mutlak dalam penjalankan tugas dan fungsinya secara optimal
dan lebih dari itu sebagai bukti akan pelaksanaan dan ketaatan terhadap printah Allah SWT
bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban semua manusia
Keterampilan(Skills)
Keterampilan (Skills)pada umumnya mengacu pada kemampuan individu untuk menerapkan
pengetahuan dan menerapkan seperti pengetahuan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam
pemecahan masalah. Keterampilan dalam bentuk kognitif yang pada dasarnya melibatkan
penggunaan pemikiran logis, intuitif dan kreatif. Keterampilan ini dianggap sangat penting untuk
mengaktualisasikan pengetahuan tentang audit. Audit pada dasarnya merupakan sebuah
keahlian (skills) layaknya advokat dalam hukum.
Adapun auditor syariah sebagai auditor internal dalam lembaga keuangan syariah, mampu
menerapkan pengetahuan syariah dalam bentuk pengetahuan tentang produk lembaga
keuangan syariah memungkinkan mereka untuk memahami aliran transaksi yang telah terjadi
dalam lembaga keuangan syariah, sehingga mampu mendeteksi setiap produk atau kegiatan
non-kepatuhan syariah (Non Syariah Compliance). Untuk melakukannya, pengetahuan auditor
syariah perlu melampaui pengetahuan auditor internal konvensional pada operasional
perbankan. Dalam hal ini, keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) kategori yaitu
keterampilan teknis dan perilaku.
Keterampilan teknis diidentifikasi dalam memahami bisnis, analisis risiko dan penilaian teknik
kontrol, mengidentifikasi jenis control, pemerintahan, risiko dan alat control, dan teknik selain
analisis proses bisnis. Di Sebaliknya, keterampilan perilaku diidentifikasi dalam bentuk
kerahasiaan, objektivitas, komunikasi, penghakiman selain pemerintahan dan etika (Ali, 2015).
Karakteristik(Other Characteristics)
Other Characteristics mengacu pada faktor perilaku seseorang yang bisa menjadi suatu sifat.
Tahap perekrutan untuk auditor syariah junior akan mampu melacak sifat-sifat tertentu dari
potensial kandidat melalui tes psikologi yang merupakan proses normal bagi banyak organisasi
yang menginginkan kandidat terbaik untuk mengisi kekosongan. Karakteristik tersebut dapat
dibangun melalui dua tahap yaitu pelatihan berkesinambungan (terus menerus) dan
interpersonal skill seperti identifikasi masalah dan pemecahan keterampilan, kemampuan
komunikasi verbal dan screening tertulis. Setelah ditunjuk lulus maka akan dilatih sebagai
auditor syariah junior selama beberapa tahun sebelum mereka dapat diangkat sebagai auditor
syariah (Ali, 2015).
Secara umum, integritas ketiga unsure tersebut dapat menghasilkan kompetensi auditor syariah
yang kompeten di bidangnya sehingga dapat memaksimalkan peran dan tugas auditor syariah
yang menjadi tanggung jawabnya yang nantinya akan berhimbas pada kridibilitas lembaga
keuangan syariah di masa depan.
6. Metodologi Audit Kepatuhan Syariah
Ada beberapa metode pendekatan audit kepatuhan syariah yang diperlukan untuk
mengobservasi penyediaan HAS untuk Lembaga Keuangan Syariah. Beberapa pendekatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Prinsip Halal and Haram
Salah satu dari metode audit kepatuhan syariah adalah mengobservasi secara ketat kehalalan
dan ketiadaan keharaman sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Dalam praktik kekinian,
prinsip-prinsip syariah merefleksikan bahwa aturan ketuhanan (ahkam shari') melarang keras
prinsip bunga (riba), ketidakpastian (gharar), judi (maisir) dan komoditas terlarang seperti
khamar dan babi. Metode ini menempatkan prinsip-prinsip syariah pada aturan legal yang
fundamental (ahkam) seputar transaksi bisnis dan keuangan yang dinilai pragmatis. Melalui cara
ini, pengguna akan dengan mudah membedakan antara perbankan syariah dan konvensional.
2. Pendekatan Akad
Unsur-unsur halal dan haram berhubungan pada instrumen keuangan yang ditentukan oleh
legalitas akad atau kontrak islami. Akad dapat didefiniskan sebagai penghubung permohonan
(ijab) dan penerimaan (qabul). Adapun kontrak yang terjadi tersebut berdasarkan pada
pemenuhan empat prinsip akad, yaitu: pembeli dan penjual, harga, objek akad dan ijab qabul.
3. Pendekatan Dokumentasi Legal
Tujuan dari dokumentasi legal ini adalah sebagai sarana memberikan rasa aman dalam
pelaksanaan transaksi, di mana hak-hak, kewajiban, dan tanggung jawab secara jelas
terpaparkan pada kontrak.
Untuk meyakinkan bahwa produk baru dan seluruh akad produk perbankan syariah sepenuhnya
patuh pada prinsip-prinsip syariah, badan kebijakan pemantauan syariah mengidentifikasi
elemen-elemen yang dilarang dalam kontrak, seperti:
a. Keterpaksaan ( ikrah)
b. Kekeliruan dan kesalahan (ghalat/khata’): untuk pihak-pihak yang terlibat dan objek akad
c. Ketidaksetaraan (ghubn): baik yang dampaknya serius maupun tidak
d. Muslihat (taghrir): yang bersifat verbal maupun non-verbal
e. Barang/asset yang ilegal
f. Tujuan/motivasi yang ilegal
4. Pendekatan Maqasid Shariah
Prinsip-prinsip syariah selalu memiliki tujuan dan arah hukum syariah atau dikenal dengan istilah
Maqasid Shariah. Salah satu tujuan dari Maqasid Shariah adalah penyediaan dan perlindungan
hal-hal mendasar (daruriyat) dari seseorang, yang jika tidak terpenuhi maka kelangsungan
hidupnya akan terancam. Kebutuhan mendasar dalam hukum Islam adalah agama (Din), jiwa
(Nafs), keluarga / keturunan (Nasl), akal ('Aql) dan harta (Mal).
5. Pendekatan Pelaporan Keuangan
Tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi tentang kondisi
keuangan, keadaan perusahaan dan perubahan-perubahan di dalam posisi keuangan
perusahaan. Hal tersebut tentu juga perlu untuk menghilangkan unsur ketidakpastian (gharar)
dalam kontrak keuangan melalui pelaporan yang faktual dari transaksi yang terjadi. Karena itu,
pelaporan keuangan harus bisa dipahami, relevan, andal, dan bisa dibandingkan (dengan
laporan tahun sebelumnya) seperti yang distandarkan oleh International Financial Reporting
Standard (IFRS). Standar ini secara spesifik mengatur landasan dan juga fungsi auditor eksternal
agar menjadi pendukung yang disediakan audit internal.
7. Secara yuridis bank syariah memiliki tanggung jawab kepada banyak pihak
(stakeholders), yaitu nasabah penabung, pemegang saham, investor obligasi, bank
koresponden, regulator, pegawai perseroan, pemasok serta masyarakat dan lingkungan
sehingga penerapan good corporate governance menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap bank
syariah. Penerapan good corporate governance merupakan wujud pertanggungjawaban bank
syariah kepada masyarakat bahwa bank syariah dikelola dengan baik, professional dan hatihati
(prudent) dengan tetap berupaya meningkatkan nilai pemegang saham (VKDUHKROGHU¶V
value) tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders lainnya.
Dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum disebutkan bahwa bank wajib
melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate
governance oleh bank paling tidak harus diwujudkan dalam :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi;
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern bank;
3. Penetapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal;
4. Penerapan manajemen resiko, termasuk system pengendalian intern;
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar;
6. Rencana strategi bank;
7. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan bank.
8. https://fivesteam.wordpress.com/2016/12/05/perbedaan-audit-pada-sektor-publik-dan-sektor-
swasta/
9. Factor yang memperngaruhi kualitas audit ;
1. Agar menghasilkan kualitas audit yang baik, seorang auditor harus
profesionalisme dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya
2. Etika seorang auditor juga sangat mempengaruhi kualitas audit,
dengan seorang auditor yang mempunyai etika yang baik tentunya seorang
auditor tersebut tidak akan berani melakukan tindak kecurangan dalam
melakukan pemeriksaan atau menyajikan laporan keungan
3. Faktor ketiga dalam penentuan kualitas audit yaitu obyektivitas,
untuk menghasilkan kualitas audit yang baik seorang auditor harus obyektif
dalam menyajikan laporan keuangan atau dalam memeriksa laporan
keuangan. Seorang auditor harus tidak memihak pada perusahaan lain yang
berkepentingan dan seorang auditorharus menghindari konflik kepentingan,
seorang auditor juga harus jujur dan tidak membuat kompromi dengan pihak
lain dalam mengaudit agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas
dan agar tidak merugikan pihak lain.
4. Faktor lainnya yaitu Independensi dan kopentensi seorang auditor,
Independensi seorang auditor sangat diperlukan untuk menghasilkan kualitas
audit yang baik, seorang yang independen dalam memeriksa laporan
keuangan akan menghasilkan kualitas audit yang baik. Independensi dalam
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah memiliki arti bahwa
posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan
memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi
sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan
dengan leluasa.
5. seorang auditor
harus kompeten agar laporan keuangan yang yang diaudit memiliki kualitas
yang baik, seorang kompeten adalah seorang yang mempunyai pengetahuan
yang memadahi yang mempunyai mutu yang baik, dan juga seorang yang
memiliki keahlian khusus dibidangnya
10.

Anda mungkin juga menyukai