Anda di halaman 1dari 10

PARADIGMA AUDITING

BANK SYARIAH
Ahmad Saichu

(2823123004)

Ahmad Zulfa

(2823123005)

Biutty Widayanti

(2823123026)

Citra Oktavianti C.P

(2823123027)

Dewi Sinta Wulandari

(2823123029)

PARADIGMA AUDITING
ARTI PARADIGMA MENURUT BEBERAPA TOKOH

Robert Friedrichs (1970) : Paradigma adalah suatu pandangan yang


mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari.

George Ritzer (1980) : Pandangan yang mendasar dari para ilmuwan


tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari
oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan.
Patton (1975) : A world view, a general perspective, a way of
breaking down of the complexity of the real world (suatu
pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk
menguraikan kompleksitas dunia nyata)

Perkembangan Audit
Perkembangan

Pemakaian Laporan

Tujuan Audit

Pendekatan

waktu

Keuangan

Tahun 1800-an

Pemilik organisasi

Penemuan kecuranagn

Tes keseluruhan

Awl 1900

Pemilik dan kreditur

Penemuan Kecurangan

Tes keseluruhan

1900-1930

Pemilik, kreditur dan

Pernyataan bahwa

Testing lebih kecil

pemerintah

laporan keuangan
adalah benar

1930-sekarang

Pemilik, kreditur,

Pernyataan pendapat

pemerintah dan

atas kewajaran

masyarakat

penyajian laporan
keuangan

Disiplin sampel

Paradigma lama vs paradigma baru


Uraian

Watchdog

Consultan

Catalist

Proses

Audit kepatuhan

Audi operasional

Quality

(compliance

Assurance

audit)
Fokus

Adanya variasi

Penggunaan

(penyimpangan,

sumber daya

kesalahan atau

(resources)

Nilai (value)

kecurangan dll)
Impact

Jangka Pendek

Jangka

Jangka

menengah

panjang

PARADIGMA AUDITING BANK SYARIAH


Munculnya sistem auditing menurut perspektif syariah tentunya akan jelas
membedakan penerapkan sistem perbankan konvensional dengan perbankan
yang menerapkan system syariah, karena perbankan yang menerapkan system
syariah ia dioperasikan dengan menggunakan sistem nilai-nilai ke Islam yang
didasarkan pada kedaulatan Tuhan.

Berkaitan dengan eksistensi lembaga ini juga perlu menerapkan nilai-nilai islami
jika kita ingin menerapkan nilai-nilai Islami secara konsisten. Konsekuensi
logisnya adalah seluruh manajeman dan segala hal yang berhubungan dengan
perbankan harus mengandung nilai-nilai tersebut tak terkecuali penerapan
fungsi auditing Islami.

Imam Ghazali menyebutkan bahwa Sesunguhnya asas dalam pengawasan


diri adalah takut kepada Allah. Ini adalah ciri seorang muslim penganut aqidah
yang mengetahui bahwa Allah melihatnya. Selanjutnya, dia akan mengawasi
dirinya karena dia mengetahui di sana ada. Pengawas yang dapat melihat apa
yang tidak bisa dilihat oleh manusia, dan dapat mendengar apa yang tidak dapat
didengar oleh selain-Nya di antara makhluq-makhluq-Nya

Dan jika kamu melihatkan apa yang ada di hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. (QS: Al-Baqarah: 284).

Perbankan syariah jelas memiliki kode etik dan standarisasi yang berbeda
dengan bank konvensional. Berangkat dari kesadaran ini, perlu pengaturan yang
berbeda untuk bank syariah dalam segala hal, termasuk soal akuntansinya. Dalam
pasal 15 dari PSAK 59 disebutkan, untuk mencapai tujuan bank syariah, laporan
keuangan disusun secara akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat kejadian

dan diungkapkan dalam catatan

akuntansi serta laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.

Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi


kepada pemakai yang melibatkan penerimaan dan pembyaran kas dan kewajiban
pembayaran kas yang akan datang. Oleh karena itu laporan keuangan
menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang
paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Audit syariah merupakan pengujian kepatuhan syariah secara menyeluruh


terhadap aktivitas bank syariah. Tujuan

utama audit syariah adalah untuk

memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip dan aturan


syariah

yang

digunakan

sebagai

pedoman

bagi

manajemen

dalam

mengoperasikan bank syariah. Sehingga dengan dilakukan audit syariah


diharapkan semua aktivitas dan produk bank syariah dapat dipastikan sesuai
dengan aturan dan prinsip syariah Islam.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) syariah berlandaskan pada
paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah sebagai amanah
(kepercayaan Ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat untuk
mencaapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah),
paradigma dasar ini menekankaan setiap aktifitas umaat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai ilahiah menempatkan perangkat syariah dan akhlak
sebaagai parameter baik dan buruk, benar dan salah aktifitas usaha.

Audit Syariah berasaskan pada


prinsip:
Persaudaraan (ukhuwah)
Keadilan
Kemaslahatan (maslahah)
Keseimbangam (tawazun)
Universalisme (syumuliyah).

Agar bank syariah tetap berada pada jalan yang sesuai dengan aturan Islam,
maka dalam organisasi bank syariah terdapat pengawas yang bertugas untuk
mengawasi operasinal bank. Pengawas ini disebut dengan Dewan Pengawas Syariah
atau DPS.
Peran utama para ulama dalam Dewan pengawas syariah adalah mengawasi
jalannya operasonal bank sehari-hari agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan
syariah. Hal ini karena transaksi - transaksi yang berlaku dalam bank syariah
sangat khusus jika disbanding dengan konvensional
Selian Dewan Pengawas Syariah ada juga Dewan Syariah Nasional atau DSN.
Fungsi utama DSN adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah
agar sesuai dengan syariah Islam. Dewan ini bukan hanya mengawasi bank syariah,
tetapi juga lembaga-lembaga lainnya. Fungsi lain DSN meneliti dan memberi fatwa
bagi produk-produk yang dikembangakan oleh lembaga keuangan syariah

Anda mungkin juga menyukai