Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRESTASI, WANPRESTASI, OVERMACHT,


PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK SYARIAH,
SOMASI DAN ADDENDUM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Manajemen Pemasaran
Dosen Pengampu:
ALADIN, S.HI, M.H.

KELOMPOK 1:
ANIS EKA

WAYUNINGTYAS

(3223113012)
ALIK CHOLIFATUN

NISAK (2823123007)

AMINATU

SHOLIHAH

(2823123008)
DEWI SINTA WULANDARI

(2823123029)

PERBANKAN SYARIAH V A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


(IAIN) TULUNGAGUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial (Zoon Politicon) tidak ada yang bisa
hidup sendiri di dunia ini. Maka diperlukan adanya hubungan antara manusia
yang satu dengan yang lain berupa perikatan, termasuk dalam pencapaian
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia satu dan manusia lainnya berbeda
sesuai usia dan status sosialnya. Dahulu kala, orang melakukan perikatan
dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara barter
(penukaran barang dengan barang), lalu berubah menjadi penukaran barang
barang dengan uang. Dan ternyata perkembangan zaman sudah merubah cara
hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak hanya melakukan
transaksi (akad) secara langsung, tapi juga bisa dengan kredit, dan lain-lain
bahkan ada perjanjian secara tertulis sebelum diadakan perikatan pemenuhan
kebutuhan tersebut.
Seperti yang dijelaskan dalam KUH Perdata. Di mana KUH Perdata
terdiri dari suatu bagian umum dan bagian khusus. Bagian umum memuat
peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatan pada umumnya, misalnya
tentang bagaimana terbentuk dan berhentinya perikatan, macam-macam
perikatan dan sebagainya. KUH Perdata menganut azas kebebasan
berkontrak dalam membuat perjanjian, asal tidak melanggar ketentuan
Undang-Undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Azas ini dapat disimpulkan
dari pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa segala perjanjian yang
dibuat secara sah, berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya. Yang dimaksud dengan pasal ini adalah bahwa semua perjanjian
mengikat kedua belah pihak.
Terjadinya prestasi, wanprestasi, overmacht dan somasi, dikarenakan
hukum perikatan ialah: suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta
benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut
barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang lainnya ini diwajibkan
untuk memenuhi tuntutan itu.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimakasud dengan Prestasi?
2) Apa yang dimakasud dengan Wanprestasi?
3) Apa yang dimakasud dengan Formajeun/overmach?
4) Bagaimana penyelesaian sengketa kontrak syariah?
2

5) Apa yang dimakasud dengan Somasi?


6) Apa yang dimakasud dengan Addendum?
3. Tujuan
1) Untuk memahami Prestasi
2) Untuk memahami Wanprestasi
3) Untuk memahami Formajeun/overmach
4) Untuk memahami penyelesaian sengketa kontrak syariah
5) Untuk memahami Somasi
6) Untuk memahami Addendum

BAB II
PEMBAHASAN
1. PRESTASI

Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu
kontrak. Prestasi pokok tersebut dapat berwujud:
a. Benda.
Prestasi yang berupa benda yang harus diserahkan kepada pihak lain, apabila
benda tesebut belum diserahkan, pihak yang berkewajiban menyerahkan
benda tersebut berkewajiban merawat benda tersebut sebagaimana dia

merawat barangnya sendiri atau yang sering diistilahkan dengan sebagai


bapak rumah yang baik. Sebagai konsekuensi dari kewajiban tersebut adalah
apabila ia melalaikannya, ia dapat dituntut ganti rudi, apalagi kalau ia lali
menyerahkanuya. Dalam prestasi ini cara melakukanya adalah menyerahkan
sesuatu (barang).
b. Tenaga atau keahlian.
Antara prestasi yang berupa tenaga dan prestasi yang berupa keahlian ini
terdapat perbedaan karena prestasi yang berupa tenaga pemenuhanya dapat
diganti oleh orang lain karena siapapun yang mengerjakan hasilnya akan
sama sedangkan prestasi yang berupa keahlian, pemenuhanya tidak dapat
diganti oleh orang lain tanpa persetujuan pihak yang harus menerima hasil
dari keahlian tersebut.dalam restasi ini cara melakukannya adalah dengan
berbuat sesuatu.
c. Tidak berbuat sesuatu
Adapun prestasi tidak berbuat sesuatu menuntut sikap pasif salah satu pihak
karena dia tidak dibolehkan melakukan sesuatu sebagaimana yang
dipperjanjikan.pada prestasi ini cara melakukanya adalah dengan bersikap
pasif yaitu tidak berbuat sesuatu yang dilarang dalam perjanjian.
Apa yang merupakan prestasi dari para pihak pada umumnya dicantumkan
dalam kontrak yang dengan jelas menerangkan tentang apa yang harus dilakukan
oleh para pihak dalam memenuhi kontrak tersebut, namun kadang-kadang
rumusan dalam suatu kontrak tidak begitu jelas sehingga masih perlu penafsiranpenafsiran. Adapun cara penafsiran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penafsiran atas rumusan kontrak tersebut disesuaikan dengan maksud para
b.
c.
d.
e.
f.

pihak.
Penafsiran kontrak tersebut diarahkan kepada kemungkinan dapat
terlaksanaya konrak tersebut.
Penafsiran kontrak tersebut ke arah yang paling selaras dengan sifat kontrak.
Penafsiran kontrak diarahkan kepada kebiasaan setempat.
Penafsiran diarahkan pada hal-hal yang selamanya dicantumkan dalam
kontrak, walaupun itu secara tegas diperjanjikan.
Penafsiran diarahkan kepada suatu kesatuan jontrak atau setiap klausul
konrak harus ditafsirkan dalam rangka kontrak seluruhnya.

g. Panafsiran diarahkan kepada kerugian begi orang yang meminta ditetapkanya

suatu hak dan atas keuntungan orang yang mengikatkan dirinya.


h. Penafsiran diarahkan untuk membatasi suatu kontrak hanya terhadap hal yang
nyata-nyata dimaksudkan oleh para pihak pada waktu membuat kontrak
tersebut cangkupanya lebih luas dari maksud para pihak tersebut.1
2. WANPRESTASI

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban


sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan
debitur. Dalam restatement of the law of contracts (Amerika Serikat), wanprestasi
atau breach of contracts dibedakan menjadi dua macam, yaitutotal
breachtsdanpartial breachts. Total breachts artinya pelaksanaan kontrak tidak
mungkin dilaksanakan, sedangkan partial breachts artinya pelaksanaan perjanjian
masih mungkin untuk dilaksanakan. Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi
apa bila ia telah diberikan somasi oleh kreditur atau jurusita. Somasi itu minimal
telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau jurusita. Apabila somasi itu
tidak di indah kannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu
kepengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur
wanprestasi atau tidak.
a. Akibat adanya wanprestasi
Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut:
1) Perikatan tetapada
Kreditur masih dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi, apa
bila ia terlambat memenuhi prestasi. Di samping itu, kreditur berhak
menuntut ganti rugi akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal
ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila debitur
melaksanakan prestasi pada waktunya.
2) Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (pasal 1243 KUH
Perdata).
3) Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul
setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan
besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk
berpegang pada keadaan memaksa.
1 Ahmadi Miru. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008) hlm.68-74

4) Jika perikatan lahir dari perjanjian timbale balik, kreditur dapat

membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan


menggunakan pasal 1266 KUH Perdata.
b. Tuntutan atas dasar wanprestasi
Kreditur dapat menuntut kepada debitur yang telah melakukan wanprestasi
hal-hal sebagai berikut:
1) Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur.
2) Kreditur dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi, hanya mungkin
kerugian karena keterlambatan (HR 1 November 1918).
3) Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin
kerugian karena keterlambatan (HR 1 November 1918).
4) Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian.
5) Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepada debitur.

Ganti rugi itu berupa pembayaran denda.


Di dalam hokum kontrak Amerika, sanksi utama terhadap breach of contract
adalah pembayaran compensasion (gantirugi), yang terdiri atas cost (biaya)
dan demages (ganti rugi), serta tuntutan pembatalan perjanjian (rescision).
Akibat kelalaian kreditur yang dapatdipertanggung jawabkan, yaitu:
a) Debitur berada dalam keadaan memaksa.
b) Beban resiko beralih untuk kerugian kreditur, dan dengan demikian

debiturhanya bertanggung jawab atas wanprestasi dalam hal ada


kesengajaan atau kesalahan besar lainnya.
c) Kreditur tetap diwajibkan member prestasi balasan (pasal 1602 KUH
Perdata).
Di dalam hokum Common law, jika terjadi wanprestasi, maka kreditur dapat
menggugat debitur untuk membayar ganti rugi, dan bukan pemenuhan prestasi.
Akan tetapi dalam perkembangannya, adanya kebutuhan akan gugatan
pemenuhan prestasi yang lebih umum, akhirnya dimungkinkan berdasarkan
equity, di samping ganti rugi, ada pemenuhan prestasi. Di samping kedua gugatan
tersebut, dalam hukum Anglo-Amerika tidak dibutuhkan suatu gugatan khusus
untuk

pembubaran

dimungkinkan

tanpa

karena
campur

dapat

dilakukan

tangan

hakim.

penolakan
Tidak

kontrak

setiap

sejauh

wanprestasi

menimbulkan hak membubarkan perjanjian karena terbatas pada pelanggaran


yang berat.2

3. FORCE MAJEUR

Kata force majeur berasal dari bahasa inggris dan dalam bahasa belanda
overmacht dan dalam bahasa Indonesia berarti keadaan memaksa. Pengertian
overmacht menurut para pakar hokum antara lain:
1. Moeljatno memberikan pengertian overmacht sebagai kekuatan atau daya

paksa yang lebih besar.


2. Menurut Van Hammel, overmacht adalah keadaan yang menggambarkan
adanya suatu ketidakmungkinan untuk memberikan perlawanan.
3. Menurut Memorie van Toelichting (M vT) mengenai pembentukan pasal
48 KUHP tersebut, overmacht disebut sebagai suatu yang datang dari luar
dan membuat perbuatan menjadi tidak dapat dipertanggungjawabkan
kepada pelakunya dan telah di rumuskan sebagai kekuatan yang datang
bukan dari diri sendiri. Setiap paksaan, setiap tekanan dimana terhadap
kekuatan, paksaan atau tekanan tersebut orang tidak dapat memberikan
perlawanan.
Dalam hukum pidana Indonesia, overmacht diatur dalam BAB III Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 48 yang berbunyi:
Barang siapa yang melakukan perbuatan karena pengaruh daya
paksa tidak dipidana.
Pasal tersebut mengandung unsur-unsur; Melakukan perbuatan, karena
pengaruh daya paksa, tidak dipidana.
Dalam rancangan KUHP tahun 2008, overmacht diatur dalam pasal 43
yang berbunyi :3
Tidak dipidana, seseorang yang melakukan tindak pidana karena:
Dipaksa oleh kekuatan yang tidak dapat ditahan, atau Dipaksa oleh
2Salim, HukumKontrak: TeoridanTeknikPenyusunanKontrak, (Jakarta:
SinarGrafika, 2013). Hlm.96-100
3 http://www.referensimakalah.com/2013/01/overmacht-dalam-hukum-pidana.html. diakses
tanggal 05 Okt 2014. 09.00 WIB

adanya ancaman, tekanan, dan kekuatan yang tidak dapat


dihindari
Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa yaitu:4
a. Tidak dipenuhi prestasi, karena suatu peristiwa yang memusnahkan

benda yang menjadi objek perikatan. Ini selalu bersifat tetap


b. Tidak dapat dipenuhi prestasi, karena suatu peristiwa yang
menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi. Ini dapat bersifat
tetap atau sementara.
c. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada
waktu membuat perikatan.
Overmacht diatur dalam KUHPer pasal 1244 dan pasal 1245. Kedua pasal
ini hanya bersifat sebagai pembelaan debitur untuk dibebaskan dari pembayaran
ganti rugi jika debitur tidak memenuhi perjanjian karena adanya overmacht.
Ketentuan dua pasal tersebut adalah:5
a. Menurut KUHPer pasal 1244; jika ada alas an untuk itu, debitur

harus dihukum
membayar ganti rugi, jika ia tidak dapat
membuktikan bahwa tidak tepat melaksanakan perjanjian karena
peristiwa tidak terduga yang tidak dapat dipertanggung
jawabkanya, kecuali ada itikat buruk debitur.
b. Menurut KUHPer 1245; tidak ada ganti rugi yang harus dibayar,
jika karena keadaan memaksa atau suatu peristiwa yang tidak
disengaja, debitur behalangan memberikan sesuatu yang
diwajibkan, atau karena hal-hal yang sama telah melakukan
perbuatan yang terlarang.

4. PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK SYARIAH

Pada dasarnya setiap kontrak (perjajjian) yang dibuat para pihak harus dapat
dilaksanakan dengan sukarela atau iktikad baik, namun dalam kenyataannya
kontrak yang dibuatnya sering kali dilanggar. Penyelesaian sengketa dapat dibagi

4 Simanjuntak. Pokok-pokok Hukum Perdata di Indonesia . Jakarta: perpustakaan Nasional


(2005). Hal 344
5 Ibid. hal 345

menjadi dua, yaitu penyelesaian sengketa melalui pengadilan dan alternatif


penyelesaian sengketa.
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian
sengketa yang terjadi antara para pihak yang deselesaikan oleh pengadilan.
Putusannya bersifat mengikat. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui alternatif
penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli. Apabila mengacu ketentuan Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 maka cara penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian
sengketa dibagi menjadi lima macam, yaitu:
a. Konsultasi
b. Negosiasi
c. Mediasi
d. Konsiliasi
e. Penilaian ahli

Dalam literature lain, ada dua pola dalam penyelesaian sengketa, yaitu:
1. The binding adjudicative procedure, yaitu suatu prosedur penyelesaian

sengketa yang di dalam memutuskan perkara hakim mengikat para pihak.


Bentuk penyelesaiannya antara lain:
a. Ligitasi
b. Arbitrase
c. Mediasi-arbitrase
d. Hakim partikelir
2. The nonbinding adjudicative procedure, yaitu suatu proses penyelesaian
sengketa yang di dalam memutuskan perkara hakim atau orang yang
ditunjuk tidak mengikat para pihak. Penyelesaian sengketa ini dapat dibagi
menjadi:
a. Konsiliasi
b. Mediasi
c. Mini-Trial
d. Summary Jury Trial
e. Neutral Expert Fact-Finding
9

f.

Early Expert Neutral Evaluation6

5. SOMASI

Somasi adalah teguran dari siberpiutang (kreditur) kepada siberutang


(berutang) agar dapat memenuhi prestasi sesuatu dengan isi perjanjian yang telah
disepakati antara keduanya. Somasi diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata dan
Pasal 1234 KUH Perdata.Somasi timbul disebabkan debitur tidak memenuhi
prestasinya, sesuai dengan yang diperjanjikan. Ada tiga cara terjadinya somasi,
yaitu:
a) Debitur melaksanakan prestasi yang keliru, misalnya kreditur menerima
sekeranjang jambu seharusnya sekeranjang apel.
b) Debitur tidak memenuhi prestasi pada hari yang telah dijanjikan. Tidak
memenuhi prestasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu keterlambatan
melaksanakan prestasi dan sama sekali tidak memberikan prestasi. Penyebab
tidak melaksanakan prestasi sama sekali karena prestasi tidak mungkin
dilaksanakan atau karena debitur terang-terangan menolak memberikan
prestasi.
c) Prestasi yang dilaksanakan oleh debitur tidak lagi berguna bagi kreditur setelah
lewat waktu yang diperjanjikan.
Ajaran tentang somasi ini sebagai instrument hokum guna mendorong debitur
untuk memenuhi prestasinya. Bila prestasi sudah tentu tidak dilaksanakan, maka
sudah tentu tidak dapat diharapkan prestasi. Momentum adanya somasi ini apabila
prestasi tidak dilakukan pada waktu yang telah diperjanjikan antar akreditur
dengan debitur.
a. Bentuk dan Isi Somasi
Bentuk dari somasi yang harus disampaikan kreditur kepada debitur adalah
dalam bentuk surat perintah atau sebuah akta yang sejenis.
Yang berwenang mengeluarkan surat perintah itu adalah kreditur atau pejabat
yang berwenang untuk itu, yaitu Juru Sita, Badan Piutang Negara, dan lain-lain.
Surat teguran harus dilakukan paling sedikit tiga kali, dengan mempertimbangkan
jarak tempat kedudukan kreditur dengan tempat tinggal debitur. Tenggang waktu
yang ideal untuk menyampaikan teguran antara peringatan I, II, dan III adalah tiga

6 Salim, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).
Hlm: 140-141

10

puluh hari.Maka waktu yang diperlukan untuk itu selama tiga bulan atau Sembilan
puluh hari.

Contoh surat somasi dari Bank BNI 46


BANK NEGARA INDONESIA (BNI 46)
CABANG MATARAM
Jln. Langko Mataram, Telp. (0370) 631046
Mataram, 10 Juni 2002
Nomor:
Lamp. : 1 eksp
Hal

:Teguran Pertama
Kepada
Yth.Bapak M. Ali HMS
Jln. Towuti I/13 Tanjung Karang Permai
Ampean Mataram
Di Mataram
Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan kepada Saudara
bahwa berdasarkan perjanjian kredit bank yang telah dibuat antara BNI 46
Cabang Mataram dengan Saudara, pada tanggal 10 Juli 2001, bahwa setiap
tanggal 10 bulan berikutnya Saudara harus membayar angsuran kredit, yaitu
pokok dan bunga sebesar Rp 1.000.000,00/bulan. Namun, berdasarkan data
yang ada pada kami, ternyata Saudara menunggak kredit atas utang pokok
dan bunga sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Berdasarkan hal-hal diatas, di atas, maka diharapkan kepada Saudara
untuk segera melunasi kewajiban sebanyak tersebut diatas, paling lambat
tanggal 15 Juli 2002.
Demikian agar dapat saudara laksanakan tepat pada waktunya.
Pimpinan BNI Cabang Mataram

11

Tanda tangan
(Nama Terang)
Isi atau hal-hal yang harus dimuat dalam surat somasi, yaitu:
a) Apa yang dituntut (pembayaran pokok kredit dan bunga).
b) Dasar tuntutan (perjanjian kredit yang dibuat antara kreditur dan

debitur).
c) Tanggal paling lambat untuk melakukan pembayaran angsuran, pada
tanggal 15 Juli 2002.
b. Peristiwa peristiwa yang Tidak Memerlukan Somasi
Ada lima macam peristiwa yang tidak mensyaratkan pernyataan lalai,
sebagaimana dikemukakan berikut:
1) Debitur menolak pemenuhan.
Seorang kreditur tidak perlu mengajukan somasi apabila debitur menolak
pemenuhan prestasinya, sehingga kreditur boleh berpendirian bahwa
dalam sikap penolakan demikian suatu somasi tidak akan menimbulkan
suatu perubahan.
2) Debitur mengakui kelalaiannya.
Pengakuan demikian dapat terjadi secara tegas, akan tetapi juga secara
diam-diam, misalnya dengan menawarkan ganti rugi.
3) Penenuhan prestasi tidak mungkin dilakukan.
Debitur lalai tanpa adanya somasi, apabila prestasi tidak mungkin
dilakukan, misalnya karena debitur kehilangan barang yang harus
diserahkan atau barang itu musnah. Tidak perlunya pernyataan lalai dalam
hal ini sudah jelas dari sifatnya (somasi untuk pemenuhan prestasi).
4) Pemenuhan tidak berarti lagi (zinloos).
Tidak diperlukannya somasi, apabila kewajiban debitur untuk
memberikan atau melakukan, hanya dapat diberikan atau dilakukan dalam
batas waktu tertentu, yang dibiarkan lampau.Contoh klasik, kewajiban
untuk menyerahkan pakaian pengantin atau petimati. Penyerahan kedua
barang tersebut setelah perkawinan atau setelah pemakaman tidak ada
artinya lagi.
5) Debitur melakukan prestasi tidak sebagaimana mestinya.
Kelima cara itu tidak perlu dilakukan somasi oleh kreditur kepada debitur

12

6. ADDENDUM

Addendum adalah ketentuan tambahan dari suatu kontrak atau perjanjian.


Menurut Blacks law Dictionary, addendum merupakan A thing that is added or
to be added; a list or section consisting of added material. Dalam perjanjian,
selain addendum sering juga dipakai istilah amandemen. Addendum pada
umumnya berisi ketentuan yang merubah, memperbaiki, atau merinci lebih lanjut
isi dari suatu perjanjian (sebagai klausul suplemen dari sebuah perjanjian
induknya).
Biasanya addendum muncul karena adanya perubahan dari isi perjanjian, atau
karena adanya hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam
perjanjian pokoknya. Misalnya, kebutuhan untuk merinci lebih lanjut nilai belanja
proyek pada sebuah perjanjian pembangunan jalan tol. Terhadap hal- hal tersebut,
para pihak dapat merundingkannya lebih lanjut dalam suatu musyawarah, dan
hasil kesepakatannya itulah yang dituangkan kedalam addendum. Pembuatan
addendum semacam ini lebih praktis ketimbang membuat perjanjian baru yang
dapat memakan waktu dan biaya tambahan.
Meskipun ketika membuat surat perjanjian tidak dimasukan klausul mengenai
addendum, hal tersebut tidak menyebabkan para pihak tidak dapat membuat
addendum di kemudian hari saat perjanjian tersebut dilaksanakan. Para pihak,
setiap waktu, masih dapat melakukan perubahan atau penambahan isi perjanjian
melalui addendum sepanjang para pihak menyepakatinya.
Secara fisik addendum terpisah dari perjanjian pokok, namun secara hukum
suatu addendum melekat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian
utama.7
Contoh addendum:8
ADDENDUM
No. ____________
7 http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Addendum.pdf. Diakses pada
tanggal 4 Oktober 2014. Pukul 15:08 WIB
8 http://www.legalakses.com/contoh-addendum-perjanjian/. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2014.
Pukul 15:25 WIB

13

Addendum No.: _____________ (Addendum) ini dibuat dan ditandatangani


di ______________ pada tangal __ __________ ____ oleh dan diantara:
1.

________________, dalam hal ini bertindak sebagai Direktur dan oleh


karenanya sah bertindak untuk dan atas nama PT. ________________,
sebuah Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara
Republik

Indonesia

dan

berkedudukan

di

___________________________________, selanjutnya dalam perjanjian


ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA;
2.

_________________,

pekerjaan

wiraswasta,

beralamat

di

___________________________________________________,
pemegang Kartu Tanda Penduduk (KTP) Nomor: _________________,
selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya
disebut sebagai Para Pihak. Para Pihak dengan ini terlebih dahulu
menerangkan hal-hal sebagai berikut:
1.

2.

3.

Bahwa, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sebelumnya telah saling


mengikatkan diri dalam suatu hubungan hukum peminjaman uang
berdasarkan Perjanjian Peminjaman Uang Nomor: ____________
tanggal 1 Januari 2013 (Perjanjian), dimana PIHAK PERTAMA telah
meminjamkan uang kepada PIHAK KEDUA sebesar Rp. __________
(____________________________ rupiah);
Bahwa, dalam Perjanjian tersebut PIHAK KEDUA telah berjanji untuk
mengembalikan peminjaman uang tersebut kepada PIHAK PERTAMA
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan atau jatuh tempo
pada tanggal 30 Maret 2013;
Bahwa, oleh karena satu dan lain hal maka PIHAK KEDUA telah
mengajukan kepada PIHAK PERTAMA perpanjangan jangka waktu
pengembalian peminjaman uang sebagaimana dimaksud Butir 2 diatas
selama 6 (enam) bulan atau jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2013, dan
terhadap pengajuan perpanjangan waktu pengembalian peminjaman uang itu
PIHAK PERTAMA telah menyetujuinya.
14

Berdasarkan uraian tersebut diatas, Para Pihak dengan ini sepakat untuk
melakukan Addendum terhadap Perjanjian yang syarat-syarat dan ketentuanketentuannya sebagai berikut:
1.

Melakukan perubahan Pasal 3 Perjanjian tentang Jangka Waktu


Perjanjian sebagai berikut:
Semula:
Pasal 3
Jangka Waktu Peminjaman
Jangka waktu peminjaman uang PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA sebesar Rp. _______________ (________________
rupiah) adalah selama 3 (tiga) bulan, yaitu mulai tanggal 1 Januari
2013 sampai dengan tanggal 30 Maret 2013.
Berubah Menjadi:
Pasal 3
Jangka Waktu Peminjaman
Jangka waktu peminjaman uang PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA sebesar Rp. _______________ (________________
rupiah) adalah selama 6 (enam) bulan, yaitu mulai tanggal 1
Januari 2013 sampai dengan tanggal 30 Juni 2013.

2.
3.

Addendum ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal sebagaimana


disebutkan dalam bagian awal Addendum ini.
Hal-hal lain yang telah diatur dalam Perjanjian yang tidak dilakukan
perubahan dalam Addendum ini tetap berlaku dan mengikat Para Pihak.

Demikian Addendum ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermeterai cukup, masingmasing pihak memperoleh satu rangkap yang kesemuanya mempunyai kekuatan
hukum dan pembuktian yang sama.

PIHAK PERTAMA,

PIHAK KEDUA,

15

Direktur PT. ___________

16

BAB III
PENUTUP
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu
kontrak. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan
debitur. Menurut Van Hammel, overmacht adalah keadaan yang menggambarkan
adanya suatu ketidakmungkinan untuk memberikan perlawanan. Overmacht diatur
dalam KUHPerdata pasal 1244 dan pasal 1245.
Penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyelesaian
sengketa melalui pengadilan dan alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian
sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi
antara para pihak yang deselesaikan oleh pengadilan. Sedangkan penyelesaian
sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.
Somasi adalah teguran dari siberpiutang (kreditur) kepada siberutang
(berutang) agar dapat memenuhi prestasi sesuatu dengan isi perjanjian yang telah
disepakati antara keduanya. Somasi timbul disebabkan debitur tidak memenuhi
prestasinya, sesuai dengan yang diperjanjikan.
Addendum adalah ketentuan tambahan dari suatu kontrak atau perjanjian.
Biasanya addendum muncul karena adanya perubahan dari isi perjanjian, atau
karena adanya hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam
perjanjian pokoknya.

17

DAFTAR PUSTAKA
Miru, Ahmadi. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2008.
Salim. Hukum Kontrak: Teoridan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar
Grafika. 2013.
Simanjuntak. Pokok-pokok Hukum Perdata di Indonesia . Jakarta: Perpustakaan
Nasional. 2005.
http://www.referensimakalah.com/2013/01/overmacht-dalam-hukum-pidana.html.
http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Addendum.pdf.
http://www.legalakses.com/contoh-addendum-perjanjian/.

18

Anda mungkin juga menyukai