KELOMPOK 1:
ANIS EKA
WAYUNINGTYAS
(3223113012)
ALIK CHOLIFATUN
NISAK (2823123007)
AMINATU
SHOLIHAH
(2823123008)
DEWI SINTA WULANDARI
(2823123029)
PERBANKAN SYARIAH V A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial (Zoon Politicon) tidak ada yang bisa
hidup sendiri di dunia ini. Maka diperlukan adanya hubungan antara manusia
yang satu dengan yang lain berupa perikatan, termasuk dalam pencapaian
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia satu dan manusia lainnya berbeda
sesuai usia dan status sosialnya. Dahulu kala, orang melakukan perikatan
dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara barter
(penukaran barang dengan barang), lalu berubah menjadi penukaran barang
barang dengan uang. Dan ternyata perkembangan zaman sudah merubah cara
hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak hanya melakukan
transaksi (akad) secara langsung, tapi juga bisa dengan kredit, dan lain-lain
bahkan ada perjanjian secara tertulis sebelum diadakan perikatan pemenuhan
kebutuhan tersebut.
Seperti yang dijelaskan dalam KUH Perdata. Di mana KUH Perdata
terdiri dari suatu bagian umum dan bagian khusus. Bagian umum memuat
peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatan pada umumnya, misalnya
tentang bagaimana terbentuk dan berhentinya perikatan, macam-macam
perikatan dan sebagainya. KUH Perdata menganut azas kebebasan
berkontrak dalam membuat perjanjian, asal tidak melanggar ketentuan
Undang-Undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Azas ini dapat disimpulkan
dari pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa segala perjanjian yang
dibuat secara sah, berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya. Yang dimaksud dengan pasal ini adalah bahwa semua perjanjian
mengikat kedua belah pihak.
Terjadinya prestasi, wanprestasi, overmacht dan somasi, dikarenakan
hukum perikatan ialah: suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta
benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut
barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang lainnya ini diwajibkan
untuk memenuhi tuntutan itu.
2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimakasud dengan Prestasi?
2) Apa yang dimakasud dengan Wanprestasi?
3) Apa yang dimakasud dengan Formajeun/overmach?
4) Bagaimana penyelesaian sengketa kontrak syariah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. PRESTASI
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu
kontrak. Prestasi pokok tersebut dapat berwujud:
a. Benda.
Prestasi yang berupa benda yang harus diserahkan kepada pihak lain, apabila
benda tesebut belum diserahkan, pihak yang berkewajiban menyerahkan
benda tersebut berkewajiban merawat benda tersebut sebagaimana dia
pihak.
Penafsiran kontrak tersebut diarahkan kepada kemungkinan dapat
terlaksanaya konrak tersebut.
Penafsiran kontrak tersebut ke arah yang paling selaras dengan sifat kontrak.
Penafsiran kontrak diarahkan kepada kebiasaan setempat.
Penafsiran diarahkan pada hal-hal yang selamanya dicantumkan dalam
kontrak, walaupun itu secara tegas diperjanjikan.
Penafsiran diarahkan kepada suatu kesatuan jontrak atau setiap klausul
konrak harus ditafsirkan dalam rangka kontrak seluruhnya.
pembubaran
dimungkinkan
tanpa
karena
campur
dapat
dilakukan
tangan
hakim.
penolakan
Tidak
kontrak
setiap
sejauh
wanprestasi
3. FORCE MAJEUR
Kata force majeur berasal dari bahasa inggris dan dalam bahasa belanda
overmacht dan dalam bahasa Indonesia berarti keadaan memaksa. Pengertian
overmacht menurut para pakar hokum antara lain:
1. Moeljatno memberikan pengertian overmacht sebagai kekuatan atau daya
harus dihukum
membayar ganti rugi, jika ia tidak dapat
membuktikan bahwa tidak tepat melaksanakan perjanjian karena
peristiwa tidak terduga yang tidak dapat dipertanggung
jawabkanya, kecuali ada itikat buruk debitur.
b. Menurut KUHPer 1245; tidak ada ganti rugi yang harus dibayar,
jika karena keadaan memaksa atau suatu peristiwa yang tidak
disengaja, debitur behalangan memberikan sesuatu yang
diwajibkan, atau karena hal-hal yang sama telah melakukan
perbuatan yang terlarang.
Pada dasarnya setiap kontrak (perjajjian) yang dibuat para pihak harus dapat
dilaksanakan dengan sukarela atau iktikad baik, namun dalam kenyataannya
kontrak yang dibuatnya sering kali dilanggar. Penyelesaian sengketa dapat dibagi
Dalam literature lain, ada dua pola dalam penyelesaian sengketa, yaitu:
1. The binding adjudicative procedure, yaitu suatu prosedur penyelesaian
f.
5. SOMASI
6 Salim, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).
Hlm: 140-141
10
puluh hari.Maka waktu yang diperlukan untuk itu selama tiga bulan atau Sembilan
puluh hari.
:Teguran Pertama
Kepada
Yth.Bapak M. Ali HMS
Jln. Towuti I/13 Tanjung Karang Permai
Ampean Mataram
Di Mataram
Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan kepada Saudara
bahwa berdasarkan perjanjian kredit bank yang telah dibuat antara BNI 46
Cabang Mataram dengan Saudara, pada tanggal 10 Juli 2001, bahwa setiap
tanggal 10 bulan berikutnya Saudara harus membayar angsuran kredit, yaitu
pokok dan bunga sebesar Rp 1.000.000,00/bulan. Namun, berdasarkan data
yang ada pada kami, ternyata Saudara menunggak kredit atas utang pokok
dan bunga sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Berdasarkan hal-hal diatas, di atas, maka diharapkan kepada Saudara
untuk segera melunasi kewajiban sebanyak tersebut diatas, paling lambat
tanggal 15 Juli 2002.
Demikian agar dapat saudara laksanakan tepat pada waktunya.
Pimpinan BNI Cabang Mataram
11
Tanda tangan
(Nama Terang)
Isi atau hal-hal yang harus dimuat dalam surat somasi, yaitu:
a) Apa yang dituntut (pembayaran pokok kredit dan bunga).
b) Dasar tuntutan (perjanjian kredit yang dibuat antara kreditur dan
debitur).
c) Tanggal paling lambat untuk melakukan pembayaran angsuran, pada
tanggal 15 Juli 2002.
b. Peristiwa peristiwa yang Tidak Memerlukan Somasi
Ada lima macam peristiwa yang tidak mensyaratkan pernyataan lalai,
sebagaimana dikemukakan berikut:
1) Debitur menolak pemenuhan.
Seorang kreditur tidak perlu mengajukan somasi apabila debitur menolak
pemenuhan prestasinya, sehingga kreditur boleh berpendirian bahwa
dalam sikap penolakan demikian suatu somasi tidak akan menimbulkan
suatu perubahan.
2) Debitur mengakui kelalaiannya.
Pengakuan demikian dapat terjadi secara tegas, akan tetapi juga secara
diam-diam, misalnya dengan menawarkan ganti rugi.
3) Penenuhan prestasi tidak mungkin dilakukan.
Debitur lalai tanpa adanya somasi, apabila prestasi tidak mungkin
dilakukan, misalnya karena debitur kehilangan barang yang harus
diserahkan atau barang itu musnah. Tidak perlunya pernyataan lalai dalam
hal ini sudah jelas dari sifatnya (somasi untuk pemenuhan prestasi).
4) Pemenuhan tidak berarti lagi (zinloos).
Tidak diperlukannya somasi, apabila kewajiban debitur untuk
memberikan atau melakukan, hanya dapat diberikan atau dilakukan dalam
batas waktu tertentu, yang dibiarkan lampau.Contoh klasik, kewajiban
untuk menyerahkan pakaian pengantin atau petimati. Penyerahan kedua
barang tersebut setelah perkawinan atau setelah pemakaman tidak ada
artinya lagi.
5) Debitur melakukan prestasi tidak sebagaimana mestinya.
Kelima cara itu tidak perlu dilakukan somasi oleh kreditur kepada debitur
12
6. ADDENDUM
13
Indonesia
dan
berkedudukan
di
_________________,
pekerjaan
wiraswasta,
beralamat
di
___________________________________________________,
pemegang Kartu Tanda Penduduk (KTP) Nomor: _________________,
selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya
disebut sebagai Para Pihak. Para Pihak dengan ini terlebih dahulu
menerangkan hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, Para Pihak dengan ini sepakat untuk
melakukan Addendum terhadap Perjanjian yang syarat-syarat dan ketentuanketentuannya sebagai berikut:
1.
2.
3.
Demikian Addendum ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermeterai cukup, masingmasing pihak memperoleh satu rangkap yang kesemuanya mempunyai kekuatan
hukum dan pembuktian yang sama.
PIHAK PERTAMA,
PIHAK KEDUA,
15
16
BAB III
PENUTUP
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu
kontrak. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan
debitur. Menurut Van Hammel, overmacht adalah keadaan yang menggambarkan
adanya suatu ketidakmungkinan untuk memberikan perlawanan. Overmacht diatur
dalam KUHPerdata pasal 1244 dan pasal 1245.
Penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyelesaian
sengketa melalui pengadilan dan alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian
sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi
antara para pihak yang deselesaikan oleh pengadilan. Sedangkan penyelesaian
sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.
Somasi adalah teguran dari siberpiutang (kreditur) kepada siberutang
(berutang) agar dapat memenuhi prestasi sesuatu dengan isi perjanjian yang telah
disepakati antara keduanya. Somasi timbul disebabkan debitur tidak memenuhi
prestasinya, sesuai dengan yang diperjanjikan.
Addendum adalah ketentuan tambahan dari suatu kontrak atau perjanjian.
Biasanya addendum muncul karena adanya perubahan dari isi perjanjian, atau
karena adanya hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam
perjanjian pokoknya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Miru, Ahmadi. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2008.
Salim. Hukum Kontrak: Teoridan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar
Grafika. 2013.
Simanjuntak. Pokok-pokok Hukum Perdata di Indonesia . Jakarta: Perpustakaan
Nasional. 2005.
http://www.referensimakalah.com/2013/01/overmacht-dalam-hukum-pidana.html.
http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Addendum.pdf.
http://www.legalakses.com/contoh-addendum-perjanjian/.
18