Anda di halaman 1dari 13

Resume

Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan


dalam Masyarakat Berbangsa dan Bernegara

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

1. Parmawati
2. Try Anjani
3. Ahmad Yahya
4. Tommy Jhorgy
5. Zainal Abidin

Dosen Pembimbing : Dr. Erisa Ardika Prasada, SH.,MH.

UNIVERSITAS ISLAM OGAN KOMERING ILIR


FAKULTAS HUKUM
TAHUN AJARAN 2019/2020
Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan
dalam Masyarakat Berbangsa dan Bernegara

A. Pengertian Paradigma
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai
titik talak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang - mengenai
realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu.

Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa diantaranya :


- Menurut bahasa Inggris : paradigma berarti keadaan lingkungan
- Menurut bahasa Yunani : paradigma yakni para yang berarti disamping, di sebelah
dandikenal sedangkan diegma suatu model, teladan, arketif dan diam
- Menurut kamus psikologi : paradigma diartikan sebagai berikut :
1. Satu model atau pola untuk mendemonstrasikan semua fungsi yang memungkinkan
dari apayang tersajikan
2. Rencana riset berdasarkan konsep-konsep khusus, dan
3. Satu bentuk eksperimental

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan


1. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Politik
Warga Indonesia sebagai warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau
pelaku politik bukan sekadar sebagai objek politik. Karena pancasila bertolak dari
kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai
subyekharus mampu menempatkan kekuasaantertinggi pada rakyat. Kekuasaan yang
dimaksud adalah kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik
Indonesia yang sesuaipancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi
bukan otoriter.
Berdasarkan hal terebut, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas
asas kerakyatan yaitu terletak pada sila ke IV Pancasila. Pengembangan selanjutnya
adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada
pancasila. Oleh karena itu, secaraberturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan,moral persatuan, moral
kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politikbaik dari warga negara maupun
penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga
menghasilkanperilaku politik yang santun dan bermoral.

2. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hukum


Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja tetapi juga
rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut sistem dan keamanan adalah
mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan
keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(sishankamrata)
Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa
dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada
kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan
sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana
pemerintahan dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma
pembangunan pertahanan keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana
tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik
tolak pada falsafahdan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan
dan tetap tegaknya NegaraKesatuan Republik Indonesiayang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan ditetapkannya UUD I945NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang
di dalamnyaterdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu:
(1) adanya perlindungan terhadap HAM,
(2) adanyasusunan ketatanegaraannegara yang mendasar dan
(3) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan
yangjuga mendasar sesuai dengan UUD 1945, yang di
dalamnyaterdapatrumusanPancasila,Pembukaan UUD 1945 merupakan
bagian dai UUD 1945 atau merupakan bagian dari hukum positif.
Dalam kedudukan yang demikian, ia mengandung segi positifdan segi
negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh
negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat diubah oleh MPR sesuai
dengan ketentuan pasal 37 UUD 1945.

Hukum tertulis seperti UUD termasuk perubahannya, demikian juga UU dan peraturan
perundang-undangan lainnya harus mengacu peda dasar negara (sila – sila Pancasila dasar
negara).

Dalam kaitannya dengan “Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum”, hukum (baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila:
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa,
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
(3) Persatuan Indonesia,
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan perwujudanatau


penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya, substansi produk hukum
merupakan karakter produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan
perwujudan aspirasi rakyat).

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa Indonesia


sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, bahkan predikat inimenjadi cermin
kepribadian bangsa kita di mata dunia internasional. Indonesia adalah Negara yang majemuk,
bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa suku, etnis, bahasa dan agama namun
terjalin kerja bersama guna meraih dan mengisikemerdekaan Republik Indonesia kita.

Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan karenaada
beberapa kasus kekerasan yang bernuansa Agama Ketika bicara peristiwa yangterjadi di
Indonesia hampir pasti semuanya melibatkan umat Muslim, hal ini karenamayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam. Masyarakat Muslim di Indonesia
memangterdapatbeberapaaliranyang tidakterkoordinir, sehingga apapun yang diperbuat oleh
umat Islam merurut sebagian umat non Muslim mereka seakan-seakan merefresefttasikan
umat Muslim.

Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat beragama
perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut:
1. Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu komunitas
(ummatan wahidah)
2. Hubungan antar sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan
komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip :
a. Bertetangga yang baik
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
c. Membela mereka Yang teraniaya
d. Saling menasehati
e. Menghormati kebebasanberagama

Lima prinsip tersebut mengisyaratkan:


1) Persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa diskriminasi yang
didasarkan atas suku dan agama;
2) Pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan
masalah bersama serta saling membantu dalam menghadapi musuh bersama. Dalam
"Analisis dan Interpretasi Sosiologis dari Agama (Ronald Robertson, ed.)
misalnyamengatakan bahwa hubungan agama dan politik muncul sebagai masalah:, hanya
pada bangsa bangsa yangmemiliki heterogenitas di bidang agama.

Hal ini didasarkan pada pastulat bahwa homogenitas agama merupakan kondisi kestabilan
politik. Sebab bila kepercayaan yang berlawanan bicara mengenai nilai-nilai tertinggi
(ultimate value) dan masuk ke arena politik, maka pertikaian akan mulai dan semakin jauh
dari kompromi.

Dalam beberapa tahap kesempatan masyarakat Indonesia yang sejak semula bercirikan
majemuk banyak kita temukan upaya masyarakat yang mencoba untuk membina kerukunan
antar masyarakat. Lahirnya lembaga-lembaga kehidupan sosial budaya seperti "Pela" di
Maluku, "Mapalus" di Sulawesi utara, "Rumah Bentang" di Kalimantan tengah dan “Marga"
di Tapanuli, Sumatera Utara merupakanbukti-buktikerukunanumat beragama dalam
masyarakat.

Ke depan, guna memperkokoh kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesiayangsaat


ini sedang diuji kiranya perlu membangun dialog horizontal dan dialog Vertikal. Dialog
horizontaladalah interaksi antarmanusia yang dilandasi dialog untuk
mencapaisalingpengertian, pengakuan akan eksistensimanusia dan pengakuan akan sifat
dasarmanusia yang indeterminists dan interdependen.

Identitas indeterminism adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa posisi manusia
berada pada kemanusiannya.Artinya posisi manusia yang bukan sebagaibenda mekanik,
melainkan sebagai manusia yang berakal budi, yang kreatif yangberbudaya.

3. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem
ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan yaitu pada sila ke I Pancasila
dan kemanusiaan yaitu pada sila ke II Pancasila. Pancasila bertolak dari manusia sebagai
totalitas dan manusia sebagai subjek. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem
ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan.
Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dan humanistis akan menghasilkan
sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan. Sistem ekonomi yang baik adalah sistem ekonomi
yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial, makhluk
pribadimaupun sebagai makhluk Tuhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda
dengan sistemekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian
pada manusia lain. Sistem ekonomi demikian jugaberbedadegan sistemekonomi dalam sistem
sosialis yangtidak mengakui kepemilikan individu.
Kebijakan ekonomi memiliki tujuan untuk men sejahterakan rakyat dan harus mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga
masyarakat(tidak seperti selama orde baru yang telah berpihak pada
ekonomibesar/konglomerat). Politik
ekonomikerakyatan lebih memberikankesempatan, dukungan dan pengembangan ekonomi
rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil dan usaha menengah sebagai pilar
utamapembangunan ekonomi nasional Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha
bersamaberdasar atas asas kekeluargaan.
Ekonomi kerakyatan akanmampu mengembangkan program-program konkret
pemerintahdaerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan
keadilan danpemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian ekonomi kerakyatan akan
mampumemberdayakan daerah/rakyat dalamberekonomi sehingga lebih adil, demokratis,
transparan, dan inspiratif. Dalam ekonomi kerakyatan pemerintah pusat ( negara ) yang
demokratis berperan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi
warga ataumeningkatkan kepastian hukum.
Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan
pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem
ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan
bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan
ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraanwarga negara.Ekonomipancasila juga memiliki
arti bahwa pihakswasta yang bisa mandiri dilindungi hak-haknya untuk mengembangkan
usahanya, sedangkanuntuk pihak-pihak yang masih belum bisa mengembangkan usahanya
akan dibantu oleh pemerintah dalam mengembangkanusahanya.

4. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Sosial Budaya


Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-
nilaiPancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis,
artinyanilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabatmanusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangkapengembangan sosial
budaya,Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk universalitas
melepaskan simbol-simbol dari keterikatan struktur, dantransedentalisasimeningkatkan
derajat kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual.
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis karena memangpancasila]a bertolak
dari hakikatdan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam
sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus
mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu mnenjadi manusia yang berbudaya
dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab,
kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil
dan beradab.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harusmampu
meningkatkanderajat kemanusiaan nya Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari
tingkat homomenjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya
dikembangkanatas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang
beragamdi seluruhwilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai
kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai
wargabangsa.Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam
pembangunannasional berupa paradigma pembangunan berkelanjutan yangdalam
perencanaan danpelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya
komuniti-komuniti yangterlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa
dan hak asasi individusecara berimbang (Sila Kedua).
Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antarahak
negara danhak asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang
sentralistik dan yang mengabaikankemajemukan masyarakat dan keanekaragaman
kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada
otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal daerah dengan
pembangunanregional dan pembangunannasional (Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin
keseimbangan dan kemerataan (SilaKelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa yang akan sanggupmenegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI
(Sila Ketiga).
Pembangunan nasional bidang kebudayaan, harus dilandasi dengan berpikir tentang
masalahpersatuan dan kesatuan bangsa. Negara harus menjalankanpemerintahan yang serba
efektifharus menghilangkan mental birokrasi serta mau membangun sistem budaya dalam hal
norma maupun pengembangan iptek dengan melalukan pemberdayaan kebudayaan lokal
guna memfungsikan etos budaya bangsa yang majemuk. Kehidupan setiap insan harus
dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala tantangan dan hambatan serta dapat
membangun dirinya sendiri menjadi masyarakat yang berkeadilan, demokrasi, inovatif, dan
mencapai kemajuan kehidupan yang beradab.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai
puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan-kebudayaan
di daerah:
(1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun golongan sosial dan
komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa;
(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warga negara
Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun
golongannya;
(3) Sila Ketiga mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang
berdaulat;
(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang tuas di kalangan masyarakat majemuk
Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan
untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan.

5. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hubungan Antar Umat Beragama


Pada reformasi dewasa ini di beberapa wilayah Negara Indonesia terjadi konflik sosial
yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersumber pada masalah agama. Hal ini
menunjukan kemunduran bangsa Indonesia ke arah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan. Oleh karena itu merupakan salah satu tugas berat bangsa Indonesia untuk
mengembalikan suasana kehidupan beraga yang penuh perdamaian, saling menghargai,
saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesame umat manusia yang beradab.
Pancasila telah
memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup secara
damai dalam kehidupan beragama di negara Idonesia, Dalam pengertian ini maka negara
menegaskan dalam pokok pikiran ke IV bahwa "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa", atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab". Ini berarti bahwa kehidupan dalam
negara mendasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan. Negara memberikan kebebasan kepada
warganya untuk memeluk agamanya dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa dalam Negara Indonesia
memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas
demokrasi dibidang agama Oleh karena itu kehidupan beragama dalam Negara Indonesia
dewasa ini harus dikembangkan ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi,
saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

6. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang IPTEK


Kini ilmu pengetahuan bersama anaknya IPTEK, dengan temuan-temuannya melaju
pesat, mendasar, spektakuler. Iptek tidak lagi hanya sbg sarana kehidupan tetapi sekaligus
sebagai kebutuhan kehidupan manusia. Bersamaan dengan itu iptek telah menyentuh seluruh
segi dan sendi kehidupan, dan akan merombak budaya manusia secara intensif, yg berakibat
Terjadinya perbenturan tata nilai dlm aspek kehidupan.
Fenomena perombakan tersebut, misalnya :
a. Dari budaya agraris-tradisional dan budaya industri modern, peran mitos digeser oleh
peran logos / akal.
b. Yang dituntut adalah prestasi, siap pakai, keunggulan kompetitif, efisiensi, produktif dan
kreatif, melupakan kaidah-kaidah normatif.

Dari budaya nasional-kebangsaan budaya global-mondial. Visi, misi, nilai-nilai


universal lepas dari ikatan-ikatan primordial kebangsaan, keagamaan akibatnya luntur
nasionalisme dan kepribadian bangsa.

Tiga Aspek Iptek:


1. ASPEK ONTOLOGIS, Secara langsung keberadaan ilmu merupakan. Aktivitas manusia
yg tidak pernahberhentidalam menentukan danmencari kebenaran dari
kenyataan.Aktivitas tersebut akan melibatkan masyarakat, memiliki proses dan akan
menghasilkan suatu produk. Secara tidak langsung keberadaan ilmu disebabkan oleh
adanya Tuhan, sehingga kebenaran yang diusahakan oleh iptek seharusnya tidak
kontradiksi dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
2. ASPEK EPISTEMCLOGI, Nilai-nilai Pancasila dijadikan sbg metode berfikir, sbg dasar
dan arah dlm mengembangkan iptek.
3. ASPEK AKSIOLOGI, Kemanfaatan dan pengembangan iptek tidak boleh bertentangan
dengan ideal Pancasila dan mendukung, mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila.
C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila - Sila
Pancasila yaitu:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan sesuai dengan agama dan kepercayaan nya.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Contoh nya mengikuti kegiatan - kegiatan kemanusiaan, serta berani membela kebenaran
dan keadilan.
3. Sila Persatuan Indonesia
Persatuan Indonesia dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, dengan
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Dalam melaksanakan Permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil- wakil yang
dipercaya. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat di per tanggung jawabkan
serta, semua pihak dapat menerimanya dan melaksanakannya dengan baik dengan penuh
rasa tanggung jawab. Kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan
pribadi.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia yaitu mempunyai hak dan
kewajiban yang sama.

Untuk itu perlu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan
antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain serta perbuatannya yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.
a. Paradigma
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paradigma mempunyai arti. Kerangka berpikir
atau model dalam teori ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan
paradigma merupakan anggapan, jalan pikiran, atau sudut pandang yaitu bagaimana cara
seseorangdalam melihat dan menanggapi suatu hal.
b. Reformasi
Definisi reformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perubahan secara drastis
untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara.
Jadi dapat dikatakan reformasi adalah menata kembali hal-hal yang menyimpanguntuk
dikembalikan pada bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan
rakyat.
c. Pancasila Sebagai paradigma Reformasi
Pancasilamerupakan pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia
oleh karena itu Pancasila merupakan acuan dasar dalam perubahan yang akan dilakukan.
Gerakan reformasi itu sendiri dilakukan menuju keadaan yang lebih baik, perubahan yang
dilakukan harus mengarah pada kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspek.
Antara lain bidang ekonomi, sosial, budaya kehidupan keagamaan serta politik.
Reformasi pada prinsipnya suatu perbaikan yang berlandaskan kepada dasar nilai-
nilai ideal yang sebagaimana dicita-citakan rakyat. Dalam hal ini Pancasila sebagai
ideologi bangsa. Untuk itu reformasi dilaksanakan sesuai dengan Pancasila yang
sebagaimana mestinya dicita- citakan oleh bangsa Indonesia. Jika reformasi tidak sejalan
atau tidak sesuai dengan pancasila maka gerakan reformasi tersebut tidak akan berjalan
dengan baik karena tidak mempunyai landasan hukum dan tidak akan sesuai dengan cita-
cita bangsa dan mungkin saja akan bertentangan dengan ideologi bangsa ini. Maka rakyat
Indonesia sebaiknya menjadikan Pancasila sebagai aspek utama dalam kehidupan
bermasyarakat dan kehidupan bernegara oleh karena itu pengalamannyaharusdimulai dari
setiap warga negara Indonesia dan dilakukan dalam berbagai hal termasuk dalamgerakan
reformasi.

D. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus


Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah NegaraPancasila
diarahkanuntuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berjiwa
Pancasila,membentuk manusia-manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,
memiliki pengetahuan dan keterampilan,dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi
disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia.
Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di atas perguruan tingkat menengah
berdasarkankebudayaan bangsaIndonesia dengan cara ilmiah yang meliputi: pendidikan dan
pengajaran,penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan
Tinggi.
Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain diarahkan
untukmenjadikan Perguruantinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidikmahasiswa untuk berjiwa penuh
pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang besar pada masa depan bangsa dan Negara,
serta menggiatkanmahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan
pengembangan daerah.
Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggisebagai institusi dalam masyarakat bukan lah
merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat, melainkan
senantiasamengembangkan dan mengabdi kepada masyarakat. Maka menurut PP. No. 60 Th.
1999, bahwa
Perguruan Tinggi mempunyai 3 tugas pokok, yaitu:
1. Pendidikan tinggi
2. Penelitian
3. Pengabdian terhadap masyarakat

Anda mungkin juga menyukai