Anda di halaman 1dari 6

PUSTAKA

Bahasa dan VOL. XIX,


Budaya NO. 1 • Identitas
Maritim: 17 – 22 dan Pemerkaya Budaya Bangsa. ...............................................................
P-ISSN Oktavianus
: 2528-7508
E-ISSN : 2528-7516

BAHASA DAN BUDAYA MARITIM:


IDENTITAS DAN PEMERKAYA BUDAYA BANGSA

Oktavianus
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang
okv_26@yahoo.com

Abstrak
Indonesia memiliki wilayah lebih kurang 1,9 juta mil persegi dengan jumlah pulau 17.508, 770 suku bangsa dan 726
bahasa (Tempo,co, 27 November 2017). Wilayah yang terdiri dari 17.508 pulau itu – yang disebut dengan NKRI –
dipersatukan oleh laut. Luasnya wilayah NKRI yang didiami oleh beragam suku dengan bahasa lokal yang berbeda-
beda merupakan suatu kekayaan dan keunikan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang harus dijaga, dirawat dan
dipertahankan. Sehubungan dengan itu, tulisan ini merupakan suatu upaya untuk menelaah bagaimana bahasa dan
budaya maritim menjadi identitas dan pemerkaya budaya bangsa dalam hal ini bangsa Indonesia. Kajian dilakukan dari
sudut pandang hubungan bahasa dengan budaya (Kramsch, 1998; Duranti, 2000). Data untuk keperluan kajian ini
adalah penggunaan bahasa yang terkait dengan kelautan. Hasil kajian menunjukkan bahwa budaya maritim memberikan
sumbangan yang sangat besar bagai pengembangan dan pemerkaya budaya bangsa (Indonesia). Leksikon-leksikon dan
ungkapan kemaritiman tidak hanya dipakai dilingkungan kelautan tetapi juga digunakan dalam berbagai ranah
pertuturan.

Kata kunci: bahasa, budaya maritim, leksikon dan ungkapan.

PENDAHULUAN teknologi dan kompleksitas kehidupan manusia,


pola-pola komunikasi sangat berkembang. Disain
Manusia adalah makhluk terbaik yang bahasa yang digunakan juga beragam. Komunikasi
dianugerahi dengan akal, pikiran, kelengkapan dan dapat dilakukan secara bertatap muka dalam jarak
kesempurnaan fisik. Lebih dari itu, manusia juga dekat dan jarak jauh. Komunikasi bahkan juga
dilengkapi dengan kemampuan berbahasa yang dapat dilakukan tanpa kehadiran lawan tutur.
melebihi makhluk-makhluk lainnya di muka bumi Kedua, penamaan (naming) dan pelabelan
ini. Belum ada makhluk di muka bumi ini yang (labelling) adalah peran utama lainnya dari bahasa
memiliki kemampuan komunikasi melebihi manusia. Manusia mempunyai nama dan label.
manusia. Fromkin (2000) menyatakan bahwa Bahkan manusia bisa memiliki lebih dari satu
bahasa hanya dianugerahkan kepada manusia dan nama dan label. Makhluk-makhluk lainnya juga
bahasa itu membuat manusia menjadi manusia. punya nama dan label. Segala aktifitas manusia
Bahasa memiliki peran penting dan strategis dalam juga diberi nama dan label. Nama dan label adalah
kehidupan manusia. Bila kita cermati secara sebagai penanda dan pengkategori. Betapa sulitnya
mendalam, ada empat peran utama bahasa dalam komunikasi manusia tanpa kehadiran bahasa
kehidupan manusia. Keempat peran itu adalah sebagai nama dan label berkaitan dengan segala
sebagai alat komunikasi dalam arti luas, penamaan sesuatu yang akan dikomunikasikannya. Betapa
(naming) dan pelabelan (labeling), pengembangan rumitnya kehidupan manusia tanpa kehadiran
budaya, dan penyimpan nilai. bahasa sebagai nama dan label terkait dengan
Pertama, bahasa berperan sebagai alat segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.
komunikasi dalam arti luas. Manusia Ketiga, peran lainnya dari bahasa manusia
mengkomunikasikan segala keinginan, gagasan, adalah sebagai alat pengembangan budaya. Pada
apa yang dirasakan, apa yang tidak disukai, cita- saat ini, kemajuan teknologi dan semakin tingginya
citanya, hasil ciptaan dan kreatifitasnya dengan mobilitas manusia membuat pergerakan manusia
menggunakan bahasa. Di samping itu, manusia dan budayanya dari suatu tempat ke tempat lainnya
juga mengkomunikasikan identitas budayanya tidak bisa dibendung. Produk-produk budaya dan
melalui bahasa (Kramsch, 1998). Pada dasarnya, industri suatu negara dengan mudah dapat
semua aktifitas manusia dilakukan dengan bahasa ditemukan pada negara lainnya. Bahasa adalah
(Oktavianus, 2013). Seiring dengan kemajuan

17
PUSTAKA VOL. XIX, NO. 1 • PEBRUARI 2019

bagian dari kebudayaan manusia. Jika kita bahasa itu. Kebersisteman, kebermaknaan,
berpegang kepada konsep ini, maka bahasa kebernilaian, dan keberideologian sebuah kata,
manusia di berbagai belahan dunia telah kalimat atau ujaran adalah cerminan budaya
menjelajahi belahan dunia lainnya. Di ruang-ruang penuturnya.
publik di seluruh dunia, bahasa Inggris sangat Berbicara mengenai kebudayaan kelompok
mudah ditemukan. Bahasa Inggris tidak hanya penutur suatu bahasa tentu sangatlah kompleks.
digunakan sebagai nama dan label produk yang Edward B. Tylor, seorang antropolog Inggris,
berasal dari negara yang bahasa aslinya adalah mengemukakan bahwa kebudayaan adalah
bahasa Inggris tetapi juga digunakan sebagai nama keseluruhan aspek kehidupan manusia yang
dan label dari produk hampir setiap negara di mencakup sistem pengetahuan, kepercayaan,
dunia. Ini berarti bahwa bahasa Inggris sebagai kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, sistem
budaya Inggris menempel ke budaya-budaya bahasa dan kemampuan-kemampuan lainnya yang
lainnya di seluruh dunia. diperoleh oleh suatu kelompok masyarakat.
Keempat, bahasa juga berperan sebagai Koentjaraningrat (1993) mengemukakan bahwa
penyimpan dan penyebarluasan nilai. Nilai adalah kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan
elemen penting dalam kehidupan manusia. Nilai dengan budi dan akal pikiran. Konsep ini
adalah norma atau batasan tentang sesuatu yang melahirkan kebudayaan dalam bentuk kebudayaan
baik dan buruk, sesuatu yang berterima dan tidak berwujud benda ciptaan, kebudayaan tak benda.
berterima, pantas dan tidak pantas dalam Bahasa dan kebudayaan dalam arti luas
kehidupan manusia. Nilai-nilai itu tersimpan dalam saling terkait satu sama lain. Ada tujuh unsur
bahasa. Nilai-nilai itu diungkapkan dengan kebudayaan yang dianggap berlaku secara umum
berbagai bentuk kalimat yang dikemas sedemikian yaitu sistem pengetahuan, sistem bahasa, sistem
rupa dalam bentuk berbagai jenis ungkapan dan organisasi sosial, sistem mata pencarian, sistem
peribahasa. peralatan, sistem religi dan kepercayaan, serta
Bertolak dari keempat peran bahasa sistem kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan ini
sebagaimana dikemukakan di atas, tulisan ini diyakini dimiliki oleh setiap kelompok suku. Di
merupakan suatu upaya untuk melakukan antara ketujuh itu, bahasa membungkus dan
pencermatan awal perihal hubungan bahasa dengan merepresentasikan enam yang lainnya. Sistem
salah satu sisi budaya manusia yaitu budaya pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem mata
maritim. Bahasa dan budaya maritim sebagai pencarian, sistem peralatan, sistem religi dan
identitas dan pemerkaya budaya bangsa dilihat dari kepercayaan, dan sistem kesenian dibangun,
keempat peran bahasa sebagaimana dikemukakan dikembangkan dan disebarluaskan melalui bahasa.
di atas yaitu bahasa sebagai alat komunikasi, Kramsch (1998:3) menyatakan bahwa language
bahasa sebagai penamaan dan pelabelan, bahasa expresses, embodies, and symbolizes cultural
sebagai pengembangan kebudayaan, dan bahasa reality. Bahasa berperan ganda. Bahasa berfungsi
sebagai penyimpan dan penyebarluasan nilai. sebagai alat komunikasi dan yang dikemukasikan
adalah kebudayaan masyarakat penuturnya
Bahasa dan Kebudayaan (Bonvillain, 1997). Selanjutnya, Duranti (2000)
Para linguis telah merumuskan pengertian menyebutkan enam hal terkait dengan kebudayaan
bahasa manusia dari sudut pandang yang tidak dalam hubungannya dengan bahasa yaitu (1)
selalu persis sama. Bila kita lihat secara lebih kebudayaan sebagai pembeda antara manusia
komprehensif, bahasa adalah bunyi-bunyi yang dengan hewan; (2) kebudayaan sebagai
diproduksi oleh alat ucap manusia atau ide dan pengetahuan; (3) kebudayaan sebagai komunikasi
gagasan yang dituliskan pada berbagai medium dan cara pandang terhadap alam; (4) kebudayaan
dalam keadaan sadar, bersistem, bermakna, sebagai mediasi antara manusia dan
bernilai, berideologi, dipahami bersama oleh lingkungannya; (5) kebudayaan sebagai sistem
masyarakat penutur atau pengguna bahasa itu serta praktek dalam berbagai aspek kehidupan; dan (6)
orang lain yang mempelajarinya. Kadar kebudayaan sebaga sistem partisipasi. Pada
kebahasaan sebuah kata, kalimat atau ujaran sangat keenam hal itu, bahasa sangat berperan baik
ditentukan oleh kebersisteman, kebermaknaan, sebagai pembeda maupun sebagai penggerak.
kebernilaian serta keberideologian sebuah kata,
kalimat atau ujaran yang digunakan oleh penutur

18
Bahasa dan Budaya Maritim: Identitas dan Pemerkaya Budaya Bangsa. ............................................................... Oktavianus

Bahasa, Budaya Maritim dan Identitas bermain di laut tentulah akan memperlihatkan ciri
Bangsa khasnya sendiri pula. Hal itu salah satunya dapat
Seperti halnya manusia dan makhluk- diamati melalui bahasa yang mereka gunakan.
makhluk lainnya, bahasa tumbuh. Bahasa
berkembang lalu kemudian sebagiannya Bahasa sebagai alat komunikasi dalam
mengalami kepunahan. Bahasa tentu sangatlah masyrakat maritim
berwarna-warni. Himpunan kosa kata dan kalimat Sebagaimana dikemukakan di atas, salah
yang digunakan dalam berbagai ranah pertuturan satu peran bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
berasal dari lingkungan terdekat penuturnya. Kosa Manusia hidup dan bermukim pada tempat yang
kata itu dapat berasal dari nama-nama benda dan berbeda-beda. Perbedaan lingkungan fisik tempat
aktivitas yang ada di sekelilingnya dan aktivitas tinggal mereka berpengaruh kepada bahasa yang
yang dilakukan. Orang-orang yang tinggal di digunakan. Bagi masyarakat yang tinggal di
kawasan pesisir, di pantai-pantai, orang-orang kawasan pesisir dan yang beraktivitas di laut,
yang bergelut dengan laut dengan segala kondisi geografis, cuaca, iklim dan tingkat
aktivitasnya tentulah akan memiliki corak dan kerumitan beraktivitas mempengaruhi pola-pola
warna bahasa tersendiri. Nama-nama benda, dan corak bahasa mereka. Fajrie (2017) mencatat
peralatan, aneka jenis ikan, konsep dan ide tentang bahwa gaya komunikasi masyarakat Pesisir
kelautan tentulah sangat mewarnai bahasa orang Wedung Jawa Tengah terkesan kasar dan keras.
yang tinggal di pesisir dan mereka-mereka yang Pada hal sebenarnya, mereka sudah mengikuti
beraktivitas di laut. Tentang ini hipotesis Sapir- pola-pola pertuturan yang bernuasa berisi
Whorf bahkan telah menyebutkan bahwa bahasa kesantunan. Pengamatan dan diskusi yang
mendeterminasi cara berpikir penuturnya karena dilakukan terhadap nelayan di Pantai Purus Padang
lingkungan pertuturan juga berbeda-beda dari satu menunjukkan bahwa penggunaan bahasa bersifat
penutur ke penutur lainnya. Penutur bahasa yang kondisional. Kondisi cuaca, gelombang laut, area
bermukim di kawasan pesisir tentu akan memiliki pemukiman, dan ruang komunikasi mempengaruhi
pola-pola dan warna bahasa yang berbeda dengan psikologi para nelayan dalam bekerja. Faktor
penutur yang bertempat tinggal di dataran tinggi. psikologis itu mewarnai bahasa mereka. Para
Dua kata dalam bahasa Indonesia yang nelayan cenderung menggunakan bahasa langsung,
digunakan untuk menamai segala sesuatu yang cepat dan lugas. Pada hal masyarakat
terkait dengan kelautan adalah maritim dan Minangkabau adalah masyarakat yang
bahari. Maritim berasal dari bahasa latin, mare berkencenderungan bertutur tidak langsung atau
dan bahari berasal dari bahasa Arab, bahrum. berkias. Metafora juga digunakan tetapi dalam
Keduanya memiliki titik temu pada medan makna konstruksi-konstruksi kalimat ringkas. Candra, dkk
yaitu segala sesuatu yang berkenaan dengan (2014) mencatat bahwa para nelayan di Kecamatan
kelautan. Hal-hal yang berkaitan dengan kelautan Sutera Pesisir Selatan Sumatera Barat bahkan
tentulah sangat kompleks. Lingkungan laut menggunakan register-register yang mereka
memiliki ciri khasnya sendiri yang berbeda dengan maknai sendiri yang mungkin tidak dipahami oleh
darat. Laut kaya dengan flora dan fauna air. orang lain. Dalam bahasa Minangkabau, bae
Kekayaan sumber daya alam yang ada di laut „pukul‟ tetapi di kalangan nelayan di Kecamatan
memicu timbulnya berbagai aktivitas di laut. Laut Sutera, bae „memasang jaring atau pukat‟.
berfungsi sebagai jalur transportasi antar pulau.
Laut adalah juga tempat bermain dan berekreasi. Bahasa sebagai alat penamaan dan pelabelan
Jika kebudayaan dikatakan sebagai segala dalam masyarakat maritim
sesuatu yang berkaitan dengan budi dan akal Kekayaan budaya masyarakat maritim
pikiran, maka budaya maritim adalah dapat diamati dari banyaknya sumber daya alam
pemberdayaan budi dan akal pikiran untuk menata yang ada di sekeliling mereka. Untuk memudahkan
keseluruhan aspek kehidupan manusia melalui penataan dan pengelolaannya, bahasa sangat
pemanfaatan semua hal yang terkait dengan berperan dalam penamaan dan pelabelan. Nama-
kelautan. Karena lingkungan laut memiliki ciri nama flora dan fauna air, aktivitas, peralatan, sifat
khasnya sendiri, maka cara penataan keseluruhan dan ciri-ciri flora dan fauna air, aktivitas dan
aspek kehidupan manusia yang bermukim di peralatan mencerminkan kekayaan budaya maritim
kawasan pesisir, yang beraktivitas di laut, dan yang yang dapat dibaca melalui bahasa yang digunakan.

19
PUSTAKA VOL. XIX, NO. 1 • PEBRUARI 2019

Indonesia sebagai negara maritim dengan luas sesuatu atau seseorang yang lain, maka sesuatu
wilayah lebih kurang 1,9 juta mil persegi dengan atau seseorang itu disebut bernilai positif. Sesuatu
jumlah pulau 17.508, 770 suku bangsa dan 726 atau seseorang yang dianggap membawa
bahasa diyakini memiliki nama flora dan fauna air, keburukan kepada sesuatu atau seseorang yang lain
aktivitas, peralatan, dan segala sesuatu yang disebut bernilai negatif. Kalimat-kalimat yang
bersangkutan dengan kemaritiman yang berbeda- dibentuk menjadi ungkapan dengan menggunakan
beda satu sama lain. leksikon kelautan dapat mengandung nilai-nilai
positif yang dapat dijadikan pedoman dan
Bahasa sebagai alat penyebarluasan peringatan dalam menghadapi berbagai dinamikan
kebudayaan dalam masyarakat maritim kehidupan. Hal itu dapat dilihat pada contoh-
Bahasa selain sebagai alat komunikasi, contoh berikut.
penamaan dan pelabelan juga berperan sebagai
alat penyebarluasan kebudayaan. Yang dimaksud (11) Dalam laut dapat diduga, dalam
dengan penyebarluasan kebudayaan adalah hati siapa tahu
pemindahan ide, gagasan, dan pola-pola perilaku (12) Lautan sakti, rantau bertuah
dari satu kelompok masyarakat kepada kelompok (13) Garam di laut, asam di gunung,
lainnya. Cara-cara berbahasa dan bertingkah laku bertemu dalam belanga
masyarakat yang tinggal dan bermukim di kawasan (14) Asam di darat, ikan di laut,
pesisir pindah dan ditiru oleh masyarakat yang bertemu dalam belanga
tidak tinggal atau bermukim di kawasan pesisir. (15) Kalau kail panjang sejengkal
Ada ungkapan-ungkapan yang muncul dan janganlah laut hendak diduga
digunakan di kawasan pesisir pada awalnya, tetapi
kemudian ungkapan itu dipakai secara luas dalam Dalam konteks pertuturan yang alamiah, ungkapan
masyarakat sekalipun mereka tidak tinggal di dengan menggunakan leksikon kelautan pada (11)-
kawasan pesisir. Berikut ini adalah beberapa (15) di atas memiliki nilai dasar yang amat penting
contoh ungkapan dengan leksikon kelautan. bagi kehidupan manusia yaitu kehati-hatian dalam
setiap kesempatan dan waktu. Kehati-hatian yang
(1) Dalam laut dapat diduga, dalam dimaksudkan di sini adalah kehati-hatian dalam
hati siapa tahu bersikap dan memperlakukan orang lain.
(2) Lautan sakti, rantau bertuah Ungkapan (15) kalua kail panjang sejengkal,
(3) Kalau kail panjang sejengkal janganlah laut hendak diduga mengandung nilai
janganlah laut hendak diduga peringatan kepada manusia untuk mengukur
(4) Garam di laut, asam di gunung, kemampuan diri dalam mengejakan sesuatu.
bertemu dalam belanga Berikut ini adalah salah satu contoh penggunaan
(5) Asam di darat, ikan di laut, ungkapan di atas dalam bahasa Minangkabau
bertemu dalam belanga dalam suatu pertuturan yang alamiah dalam
(6) Lautan kalau ditimba kering jua masyarakat.
(7) Laut mana yang tak berombak,
bumi mana yang tak berhujan (16) Kok baniek untuak pai marantau
(8) Membuang garam ke laut indak baa do. Tapi jan lupo lawik
(9) Sekepal jadikan gunung, setitik sati rantau batuah. Pandai-
jadikan lautan pandai mamboakan diri ‘kalau
(10) Sungguhpun kawat yang dibentuk, berniat pergi merantau, tidak apa-
ikan di laut yang dihadang apa, Tetapi jangan lupa bahwa
lautan sakti rantau bertuah.
Pandai-pandai menjaga diri‟.
Bahasa sebagai alat penyimpan nilai dalam
masyarakat maritim
Sistem pengetahuan dan kepercayaan pada
Nilai adalah kualitas atau ukuran baik dan
masyarakat maritim membawa mereka kepada
buruk, pantas dan tidak pantas, berterima dan tidak
pengalaman bahwa lautan itu sakti. Sistem
berterima yang melekat pada sebuah objek,
pengetahuan dan kepercayaan yang dimiliki oleh
peristiwa, sikap dan perilaku. Sesuatu atau
seseorang yang membawa kebaikan terhadap

20
Bahasa dan Budaya Maritim: Identitas dan Pemerkaya Budaya Bangsa. ............................................................... Oktavianus

masyarakat di perantauan membawa mereka (22) PATORANI Makasar


kepada pengalaman bahwa rantau itu bertuah. (23) LAMBO Mandar
Nilai budaya dalam ungkapan yang (24) JUKUNG Jawa
dibentuk dengan leksikon kelautan juga sangat (25) PINISI Bugis
bervariasi. Nilai-nilai itu mengatur keseluruhan
aspek kehidupan manusia. Nilai-nilai itu dapat pula Diyakini pula bahwa suku-suku lainnya di
dicermati pada contoh berikut. Indonesia yang belum disebutkan di sini juga
memiliki nama-nama perahu atau kapal tradisional
(17) Lautan kalau ditimba kering jua penangkap ikan yang khas budaya setempat yang
(18) Laut mana yang tak berombak, disesuaikan pula dengan sistem pengetahuan
bumi mana yang tak berhujan masyarakat setempat.
(19) Membuang garam ke laut Selanjutnya, dari sisi nelayan, mereka
(20) Sekepal jadikan gunung, setitik harus memiliki sistem pengetahuan tentang
jadikan lautan pengoperasian kapal. Nelayan harus memiliki
(21) Sungguhpun kawat yang dibentuk, pengetahuan tentang musim, cuaca dan sifat-sifat
ikan di laut yang dihadang ikan. Nelayan harus memiliki pengetahuan tentang
lingkungan laut yang disukai ikan sehingga para
Dengan tambahan-tambahan konstruksi sintaksis nelayan mudah menangkap ikan dengan jumlah
pada bagian-bagian tertentu dan dalam konteks banyak. Nelayan harus memiliki pengetahuan
pertuturan yang alamiah, ungkapan-ungkapan di tentang cara penyimpanan ikan di laut jika tidak
atas dapat mengandung nilai yang berisi peringatan cepat dibawa ke darat. Setelah dibawa ke darat,
kepada manusia untuk berperilaku sederhana dan ikan berpindah tangan dari nelayan ke pembeli
dapat mengekang hawa nafsu, bersikap sabar dan atau pengumpul untuk selanjutnya dioleh menjadi
kuat karena kehidupan tidak dapat dilepaskan dari aneka masakan ikan. Semua pihak yang
berbagai persoalan, menghindari pekerjaan yang bersentuhan dengan aktivitas penangkapan ikan
sia-sia, menghargai dan memberdayakan sesuatu sebagai sistem mata pencarian sebagaimana
sekecil apapun. Contoh-contoh di atas adalah disebutkan di atas harus cermat, teliti, tangguh,
ungkapan yang terkait dengan kelautan tetapi ulet, berani, sabar, bersih, jujur dan kreatif.
dipakai secara luas dalam berbagai konteks
pertuturan. PENUTUP

Bahasa dan Budaya Maritim sebagai Sebagai catatan akhir tulisan ini, bahasa
dan budaya maritim sangat mewarnai budaya
Pemerkaya Budaya Bangsa
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari leksikon-
Bagaimana bahasa dan budaya maritim
leksikon dan ungkapan-ungkapan kelautan yang
dapat memperkaya budaya bangsa ? Bila dicermati
dipakai pada berbagai ranah pertuturan. Indonesia
lebih dalam, bahasa dan budaya maritim sangat
disebut sebagai negara maritim tidak hanya
memperkaya budaya Indonesia. Dalam hal
berdasarkan pertimbangan letak wilayah secara
menangkap ikan sebagai sistem mata pencarian,
geografis sebagai negara kepulauan yang diselingi
sebagai contoh, aktivitasnya bergerak dari hulu
oleh laut tetapi juga secara linguistik bertolak dari
sampai ke hilir. Banyak pihak terlibat. Mereka
banyaknya leksikon dan ungkapan yang dibentuk
adalah penyedia kapal dan pembuat kapal dengan
segala ikutannya, para nelayan, pembeli dan dari segala sesuatu yang terkiat dengan kelautan.
pengolah ikan. Dari sisi penyedia dan pembuat
kapal, mereka harus memiliki sistem pengetahuan DAFTAR PUSTAKA
tentang perkapalan untuk nelayan seperti jenis
bahan baku, kekuatan, disain, model dan ukuran Bonvillain, Nancy. 1997. Language, Culture and
kapal. Setiap suku di Indonesia ternyata memiliki Communication : The Meaning of Message.
nama-nama khas daerahnya untuk nama kapal New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
tradisional penangkap ikan sebagai berikut. Candra, Devi Mai, Syofyani dan Gusneti. 2014.
“Register Bahasa Nelayan di Kecamatan
Suter Kabupaten Pesisir Selatan: Suatu
Tinjauan Sosiolinguistik.

21
PUSTAKA VOL. XIX, NO. 1 • PEBRUARI 2019

Duranti, A. 2000. Linguistic Anthropology. Artikel dalam Interdisciplinenary Journal of


Cambridge: Cambridge University Press. Communication. Vol.2. No. 1 tahun 2017.

Fromkim, Rodman & Hyams. 2003. Introduction Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitas
to Language. London: Harcourt Brace dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Jovanovich.
Kramsh, Claire. 1998. Language and Culture.
Fajrie, Mahfudlah. 2017. “Gaya Komunikasi Oxford: Oxford University Press.
Masyarakat Pesisir Wedung Jawa Tengah”.

22

Anda mungkin juga menyukai