i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA 3
2.1 Teknologi Biokonversi 3
2.2 Budidaya Maggot 4
2.3 Analisa Usaha Budidaya Maggot dengan Pemanfaatan Limbah Organi ….....5
BAB III METODE PELAKSANAAN 6
3.1 Persiapan Alat dan Bahan 6
3.2 Alur Pelaksanaan 6
3.3 Budidaya Maggot BSF 6
3.4. Praktek Pengolahan limbah sampah melalui budidaya maggot 7
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 8
3.1 Anggaran Biaya 8
3.2 Jadwal Kegiatan 8
DAFTAR PUSTAKA 10
Lampiran 1 Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping. 12
Lampiran 2 Rancangan Budidaya Maggot Dengan PemanfaatanLimbah organik
21
Lampiran 3 Justifikasi Anggaran Kegiatan 22
Lampiran 4 Susunan Organisasi Tim Kegiatan Dan Pembagian Tugas 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
pengolahannya tidak menghasilkan sampah kembali, namum dapat terurai
menjadi bahan-bahan yang ramah lingkungan.
Teknologi biokonversi bahan organik bisa menjadi salah satu solusi
permasalahan sampah khususnya sampah organik. Budidaya maggot merupakan
penerapan teknologi biokonversi menggunakan serangga. Larva lalat Black
soldier Fly (BSF) dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi materi organik
sehingga memiliki potensi yang besar untuk dikembangan menjadi usaha yang
menjanjikan dan ramah lingkungan.
4
1.3 Tujuan
Membuat model usaha budidaya maggot berbasis teknologi biokonversi limbah
organik.
1.4. Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha berbasis teknologi
biokonversi limbah organik dan teknologi pamasaran e-commerce.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
6
dan merancang suatu bioekosistem BSF dengan baik sehingga maggot yang
dihasilkan dapat memiliki nilai jual yang tinggi. Di sisi lain, terdapat beberapa
komponen penting yang harus diperhatikan ketika menerapkan sistem teknologi
biokonversi, seperti fasilitas pengolahan, kondisi lingkungan, dan sumber
makanan yang optimal bagi larva BSF.
Teknologi biokonversi menggunakan Larva lalat BSF (maggot) fungsi
utamanya adalah sebagai pengurai sampah organik menjadi protein. Sampah
organik menjadi bahan makanan utama bagi larva. Larva BSF mempunyai
kandungan 40 – 50 % protein, serta memiliki asam amino esensial yang dapat
difungsikan sebagai alternatif pakan pengganti tepung ikan dan bungkil kedelai
untuk makanan ternak
Biokonversi oleh larva BSF ini memiliki banyak kelebihan diantaranya
dapat mendegradasi sampah lebih cepat, tidak berbau, menghasilkan kompos
organik. Proses biokonversi ini juga cukup aman bagi kesehatan manusia karena
BSF ini bukan termasuk binatang vektor penyakit.
7
mengeluarkan enzim alami. Sehingga bahan yang sebelumnya sulit dicerna dapat
disederhanakan dan dapat dimanfaatkan oleh ikan. Selain itu maggot memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 42% (Saurin2005;Retnosari,
2007). Kelebihan lain yang dimiliki maggot adalah memiliki kandungan
antimikroba dan anti jamur, sehingga apabila dikonsumsi oleh ikan akan
meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit bakterial dan jamur.Salah
satu cara budidaya larva lalat BSF dengan menggunakan salah satu alternatif
penanganan sampah organik. Hal ini diperkuat oleh Duponte (2003) yang
mengemukakan bahwa bahan organik adalah media yang cocok bagi pertumbuhan
larva BSF.
Produksi maggot dapat ditentukan dari media hidupnya lalat H.illucens,
lalat suka dengan aroma yang khas oleh sebab itu tidak sembarangan media bisa
dijadikan tempat bertelur untuk lalat (Falicia,dkk.2014). budidaya magggot dapat
menggunakan media bahan organik dari limbah yang membusuk seperti buah
yang telah membusuk, sayur mayur yang rusak atau yang lainnya. Apabila dalam
keadaan utuh, maggot memiliki kadar protein yang tinggi yaitu sekitar 44% dan
apabila telah dijadikan pellet maka kadar proteinnya menjadi 30% hingga 40%.
Kandungan protein pada maggot cukup tinggi yaitu 44,26% dengan kandungan
lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan mineral yang
terkandung didalam maggot juga tidak kalah dengan sumber-sumber protein
lainnya, sehingga maggot merupakan bahan baku ideal yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak alternatif. Kuantitas dan kualitas media hidup maggot
berpengaruh terhadap nutrisi tubuh dan kelangsungan hidup maggot (Rojo
dkk.2013).
8
dalam rantai produksi peternakan dan perikanan adalah dengan pengembangan
budidaya maggot-limbah organik. Budidaya maggot sangat mudah dan praktis
untuk dapat dikembangkan karena ditunjang oleh limbah organik terutama sayur-
sayuran maupun buah-buahan yang banyak terdapat dan mudah diperoleh di
pasar-pasar tradisional, sehingga dapat menghemat biaya pengadaan pakan ternak.
Dengan strategi pemanfaatan limbah organik sebagai sumber pakan alternatif
ternak yang dapat menghemat biaya pengeluaran tentu hal ini dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat khususnya bagi para masyarakat peternak, dan sekaligus
dapat mengurangi permasalahan sampah organik.
Usaha pengembangan budidaya manggot ini dapat menghasilkan keuntungan
mencapai jutaan rupiah. Selain itu, karakteristik dari maggot sangat berbeda
dengan lalat hijau, Lalat hijau membawa bibit penyakit, sedangkan maggot tidak.
Membudidayakan maggot juga tidak membutuhkan lahan yang luas, dengan
ruang yang terbatas pun dapat menampung pengembangan maggot dan hal ini
menyebabkan maggot banyak dicari untuk dimanfaatkan kegunaannya (M
Nurhadi, 2021).
Saat ini, maggot menjelma menjadi suatu organisme yang tadinya tidak
bernilai menjadi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Seiring dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pengolahan sampah organik, maggot
hadir sebagai solusi dari pengelolaan sampah itu sendiri. Selain itu, maggot juga
berpotensi menjadi pakan alternatif ternak karena memiliki protein yang tinggi.
Menurut Badan Litbang Pertanian(BALITBANGTAN), maggot BSF mampu
mengurai sampah organik seperti sisa makanan hingga 56%. Alam semesta dan
segala isinya memanglah selalu memberikan solusi bagi permasalahan yang
dihadapi oleh manusia. Semakin berkembangnya jaman dan penelitian telah
mengantarkan kita mengenal jenis lalat yang dapat menjadi biokonfersi sampah
melalui maggot. Budidaya maggot terbukti tidak hanya menguntungkan dari segi
ekonomi saja, tetapi juga dari segi lingkungan yang berkelanjutan.
9
BAB III
METODE PELAKSANAAN
10
e. Tutup drum dengan rapat dengan menggunakan pelastik.
f. Tutup selama kurang lebih 14 hari, lalu siap diberikan pada maggot BSF
hingga siap panen.
11
bahan organik yang memiliki nutrisi tinggi seperti dedak, pelet, ampas tahu,
pisang/papaya yang diblender. Prinsipnya media penetasan merupakan bahan
organik yang halus dan lembut dengan kelembaban sekitar 70%.
d. Mempraktekkan media pembesaran maggot (biopond)
Pembesaran maggot BSF dimulai sejak bayi larva sudah berumur sekitar
1 minggu, kemudian larva dipindahan dari media penetasan ke media pembesaran.
Sebelum pemindahan, disiapkan dulu media dasar campuran bekatul dan serbuk
gergaji untuk menyerap kadar air berlebih dan menetralisir bau. Pada fase
pembesaran, larva sudah bisa diberikan sampah organik seperti sisa makanan,
sampah buah-buahan/sayuran. Tempat pembesaran biasa disebut dengan biopond.
Pada praktek media pembesaran maggot ini, luasan
12
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
1 Penyusunan Haris,Anisa
Proposal
2 Pelatihan Memo,Herlin
/Workshop
4 Magang Haris,Anisa,Memo,Herl
in
13
5 Pelaksanaan Halomoan,Haris
Usaha
(Kegiatan 1)
6 Pelaksanaan Herlin,Memo,Anisa
Usaha
(Kegiatan 2)
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Lampiran 1.Biodata Ketua,Anggota dan Dosen Pendamping
Biodata Ketua
Biodata Anggota 1
16
Biodata Dosen Pendamping
A. Identitas Diri
17
9. Pemasaran Produk Peternakan (S2)
10. Analisis Kebijakan Pembangunan
Peternakan (S2)
B. Riwayat Pendidikan
Jenjang S1 S2 S3
Pendidikan
Nama
UNPAD UGM UGM
Perguruan
Tinggi
Sosial Ekonomi Ekonomi
Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian
Peternakan Pertanian
Tahun Masuk-
1990-1996 2007-2009 2011-2018
Lulus
Analisis Biaya
Keragaan Ekonomi
Margin Tataniaga
Rumahtangga Tani
Judul Ternak Sapi Potong Analisis Daya
Ternak Sapi Pemilik dan
Skripsi/Thesis/ dari Kabupaten Pati Saing Karet Alam
Penggaduh di Kabupaten
Disertasi JawaTengah ke RPH Indonesia
Muaro Jambi Provinsi
Ciroyon Kotamadya
Jambi
Bandung
1. Prof. Dr. Ir. Sri
1. Prof. Dr. Ir.
Dwidjono Hadi
1. Prof. Dr. Ir. Dadi Widodo, M.Sc.
Nama Darwanto, M.Sc.
Suryadi, M.S. 2. Ir. Any
Pembimbing / 2. Dr. Slamet
2. Dr. Ir. Taslim, Suryantini.,
Promotor Hartono. SU., M.Sc
M.S. MM.
3.Ir. Any suryantini.,
Ph.D.
MM. Ph.D
18
C. Pengalaman Peneltian Dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jml (Juta
Sumber*
Rp)
Model Ekonomi Rumah Tangga Petani
Hibah
1 2017 Peternak sapi Potong di Kabupaten Muaro 30
Doktor
Jambi
Master Plan
2013 Desain Kelembagaan Agribisnis Integrasi Percepatan
2 - Sapi Sawit melalui program Coorporate Pembanguna 388
2014 Social Responsibility (CSR) n Indonesia
(MP3Ei)
2012 Desain Kebijakan dan Model Kelembagaan
Hibah
3 - Partisipatif Program Penanganan Pengurasan 155
Stranas
2013 Ternak Sapi Betina Produktif
Redesain Sistem Distribusi Ternak Bibit
Dalam Rangka Penguatan Kapasitas Hibah
4 2012 35
Kelembagaan Untuk Penanganan Dini Bersaing
Pengurasan Sapi Betina Produktif
Analisis Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan
Gender Berdasarkan Lingkungan, Tekanan Gender-
5 2021 dan Beban Kerja (Studi Kasus TK Wanita LPPM 40
yang Bekerja Di Perkebunan Kelapa Sawit UNJA
Kec. Sungai Bahar Kab. Muaro Jambi)
Penelitian
Analisis Pola Usaha Tani Dalam
Pascasarjana
6 2021 Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu 50
Universitas
Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan
Jambi
19
Jml (Juta
. Sumber*
Rp)
Pelatihan Manajemen Pemeliharaan Ayam PNBP
Broiler Bagi Siswa Praktek Kerja Industri Fakultas
1 2020 7,5
SMK 9 Sarolangun Di Farm Dan Unit Bisnis Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Jambi UNJA
Pemanfatan Kondisi Lingkungan Iklim
PNBP
2 2020 Mikro Sela Tanaman Sawit Tua untuk 40
Universits
Budidaya Jamur Berbasis Sumberdaya Lokal
No Volume/No/
Judul Artikel Nama Jurnal
. Tahun
Journal of
Technical efficiency of small beef cattle
Vol.6/ No.22 Economics and
fattening production in Muaro Jambi
1 /2015 Sustainable
District, Jambi Province Indonesia
Development
Farmers’ Perception toward Integrated
Farming System: A Case Study in Palm Procedia
2 000–000 /2015
Oil Plantation and Beef Cattle in Jambi Science Direct
Province, Indonesia
3 The comparison of technical efficiency Vol 41/ No Buletin of Animal
on cattle breeding business between 4/2017 Science
share-beef cattle model and farmer-own
20
at Muaro Jambi Regency, Jambi
Province.
Household Behavior and Response to
the Participative Institutional Model for Vol 43/ No 4/ Buletin of Animal
4
the Program of Handling Drainage of 2019 Science
Productive Cows
Nama Pertemuan
No. Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar
1 The First UNJA SMART Analysis Moderating Jambi, November 5-
Internasional Conference Factors That Influence 6, 2021
(USIC) Female Woker Productiviti
in Oil Palm Plantation
Companies Based on The
Work Enviroment, Work
Presure and Workload
( Case Study of Female
Worker in Palm Plantation
Companies at Sungai
Bahar District, Muaro
Jambi Regency)
21
Lampiran 2.Format Justifikasi Anggaran Kegiatan
Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
22
1.Perlengkapan yang
diperlukan
a.Ember 8 buah 30.000 Rp. 240.000.00
b.Triplek/asbes 4 keping 150.000 Rp. 600.000,00
c.Sarung Tangan 6 Pasang 10.000 Rp. 60.000,00
d.Jaring Kandang 3 buah 100.000 Rp. 300.000,00
BSF
SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.200.000,00
4.Lain-lain
a.Protokol 3 Paket 100.000 Rp. 300.000,00
Kesehatan
b.Biaya Tukang 3 kali 150.000 Rp. 450.000,00
c.Biaya 3 bulan 100.000 Rp. 300.000,00
23
penanganan internet
d.Tak terduga Rp. 200.000,00
SUB TOTAL(Rp) Rp. 1.250.000,00
24
- Revisi
laporan
4 Halomoan Peternakan Peternak 14 -
Sinaga an Jam/Mingg Penanggungja
(E100200 u wab kegiatan
37) - Pembuatan
desain tempat
manggot
- Pelaksanaan
pemasaran
manggot
5 Memo Peternakan Peternak 14 Jam/ -Pembelian
Darmawan an Minggu alat dan bahan
(E100211 - Evaluasi
63)
25
26