Anda di halaman 1dari 26

Usulan

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA


Universitas Jambi 2023

BUDIDAYA MAGGOT DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK


YANG DI FERMENTASI DENGAN PROBIO FM
Bidang Kegiatan : Budidaya
Ketua
Firdo manihuruk E10020020
Anggota
Halomoan sinaga E10020037
M.Andri Saputra E1E022068
Arjuna E0F122014

FAKULTAS PETERNAKAN_FIRDO MANIHURUK


UNIVERSITAS JAMBI
2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA 3
2.1 Teknologi Biokonversi 3
2.2 Budidaya Maggot 4
2.3 Analisa Usaha Budidaya Maggot dengan Pemanfaatan Limbah Organi ….....5
BAB III METODE PELAKSANAAN 6
3.1 Persiapan Alat dan Bahan 6
3.2 Alur Pelaksanaan 6
3.3 Budidaya Maggot BSF 6
3.4. Praktek Pengolahan limbah sampah melalui budidaya maggot 7
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 8
3.1 Anggaran Biaya 8
3.2 Jadwal Kegiatan 8
DAFTAR PUSTAKA 10
Lampiran 1 Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping. 12
Lampiran 2 Rancangan Budidaya Maggot Dengan PemanfaatanLimbah organik
21
Lampiran 3 Justifikasi Anggaran Kegiatan 22
Lampiran 4 Susunan Organisasi Tim Kegiatan Dan Pembagian Tugas 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar masyarakat awan mungkin masih kurang mengetahui apa
itu maggot, namun, ketika mendengar kata belatung mungkin masyarakat sudah
sangat familiar, terutama karena bentuknya yang menggelikan dan mengerikan
untuk sebagian orang. Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan
belatung, merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia
Illucens. Maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur
dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa. Tubuh maggot berwarna hitam dan
sekilas mirip dengan tawon. Siapa sangka dibalik itu semua, berdasarkan studi
literatur yang telah dilakukan, maggot memiliki potensi untuk dibudidayakan dan
cukup yang untuk dikembangkan menjadi salah satu produk yang bernilai
ekonomis dan memiliki manfaat yang tinggi dalam penyediaan pakan alternative
untuk ternak ungas dan ikan.
Maggot adalah organisme yang berasal dari larva BSF dan dihasilkan
pada metamorfosis fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa, yang
nantinya akan menjadi BSF dewasa. Untuk mendapatkan Maggot, siapapun bisa
melaksanakan produksi dengan mudah, cepat dan kemudian melaksanakan panen
dari usia 10-24 hari. Massa panen ditandai saat BSF sudah menetas dan kemudian
masuk fase larva yang bisa tumbuh hingga 15-20 milimeter kemudian masuk pada
fase pupa. Setelah menetas, Maggot yang dihasilkan dari BSF akan mengandung
protein yang tinggi berkisar antara 41-42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-
15% abu, 4,18-5,1% kalsium, dan 0,60-0,63% fosfor dalam bentuk kering. Selain
bergizi tinggi, harga Maggot juga cukup terjangkau di pasaran, karena bahan baku
yang dibutuhkan untuk pembuatan Maggot bisa didapatkan dengan mudah.
Sampah (anorganik maupun organik) merupakan permasalahan besar
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pengelolaan sampah di pasar-pasar
tradisional memerlukan manajemen yang baik dimulai dari tempat pembuangan
sementara (TPS) hingga tempat pembuangan akhir (TPA). Di satu sisi,
pengolahan sampahnya memerlukan teknologi yang tepat agar produk

3
pengolahannya tidak menghasilkan sampah kembali, namum dapat terurai
menjadi bahan-bahan yang ramah lingkungan.
Teknologi biokonversi bahan organik bisa menjadi salah satu solusi
permasalahan sampah khususnya sampah organik. Budidaya maggot merupakan
penerapan teknologi biokonversi menggunakan serangga. Larva lalat Black
soldier Fly (BSF) dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi materi organik
sehingga memiliki potensi yang besar untuk dikembangan menjadi usaha yang
menjanjikan dan ramah lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah


Sampah limbah sayuran selama ini belum dapat dimanfaatkan dengan baik
dan menjadi satu dari sekian banyak permasalahan lingkungan yang saat ini
pengolahannya masih belum berjalan dengan baik. Kondisi ini memerlukan suatu
gagasan pemecahan masalah limbah sayuran dengan cara yang efektif dan efisien.
Salah satu cara yang efektif dan efiseien di dalam menangani
permasalahan limbah sayuran adalah dengan teknonogi biokonversi yaitu
mengolah dan sekaligus memanfaatkan limbah organic sebagai media
pertumbuhan dan perkembangan maggot. Pengembangan usaha dengan teknologi
biokonversi limbah organik-Maggot yang saat ini belum banyak dikembangkan
disatu sisi memiliki potensi besar baik dari aspek ekonomi,dan manfaat
lingkungan..
Ditinjau dari aspek ekonomi budidaya maggot dapat memberikan nilai
tambah yang besar dari pemanfaatan limbah organik, selain itu juga dapat
manghasilkan produk berupa maggot yang memiliki feasibility market yang luas
yaitu selain dapat menghasilkan produk / bibit maggot namun juga menjadi
produk bahan baku pakan ternak ungas (ayam, bebek), maupun ikan dengan
mengandung protein tinggi), serta dapat menghasilkan pupuk organik.
Berdasarkan uraian diatas, pemanfaatan sampah organik menjadi produk bernilai
tinggi melalui teknologi biokonversi dengan memanfaatkan limbah organik
merupakan salah satu model usaha yang sangat layak dikembangkan.

4
1.3 Tujuan
Membuat model usaha budidaya maggot berbasis teknologi biokonversi limbah
organik.

1.4. Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha berbasis teknologi
biokonversi limbah organik dan teknologi pamasaran e-commerce.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

2.1 Teknologi Biokonversi


Teknologi biokonversi adalah suatu proses yang melibatkan
mikroorganisme seperti jamur, ragi, bakteri dan larva untuk mengubah sampah
organik menjadi produk yang bernilai tinggi. Permasalahan sampah merupakan
salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh hampir semua kota-kota di
Indonesia, karena selama ini dampak yang ditimbulkan dari sampah sangat
beragam, mulai dari dampak buruk terhadap lingkungan, ekonomi maupun sosial.
Oleh karena itu, pengolahan sampah organik menjadi produk baru yang bernilai
tinggi perlu dilakukan salah satunya melalui teknologi biokonversi ini.
Rumitnya permasalahan sampah yang dihadapi selama ini bahkan belum
dapat dimanfaatkan dengan baik. Sehingga perlu dicarikan solusi agar masalah
sampah organik dapat diminimalisir serta menjadi lebih memiliki nilai guna.
Salah satu upaya yang bisa diterapkan adalah dengan biokonversi menggunakan
larva (maggot) lalat tentara hitam(BSF), (Hermetia illucens). Larva BSF dengan
kemampuannya yang dapat meendegradasi sampah organik sehingga memiliki
potensi pengembangan usaha baru yang memiliki prospek baik di masa depan.
Disamping itu jika pengolahan sampah organik dengan teknologi biokonversi ini
dilakukan langsung di sumber sampah, maka hal ini tentunya akan dapat
menghemat biaya pengangkutan sampah dan kebutuhan laham tempat
pembuangan akhir (TPA) dapat di minimalisir.
Teknologi biokonversi menggunakan larva black soldier fly (BSF)
merupakan salah satu pengolahan sampah yang diterapkan untuk mereduksi
sampah organik. Pengolahan tersebut dapat menghasilkan produk berprotein
tinggi berupa pakan ternak unggas dan ikan. Tak hanya itu, teknologi biokonversi
menggunakan larva black soldier fly ini juga dapat menghasilkan pupuk organik
melalui residu yang dihasilkan sesudah masa pengembangan maggot. Dalam
penerapan teknologi biokonversi menggunakan larva black soldier fly (BSF)
diperlukan pengetahuan dasar tentang BSF terlebih dahulu, agar dapat mengontrol

6
dan merancang suatu bioekosistem BSF dengan baik sehingga maggot yang
dihasilkan dapat memiliki nilai jual yang tinggi. Di sisi lain, terdapat beberapa
komponen penting yang harus diperhatikan ketika menerapkan sistem teknologi
biokonversi, seperti fasilitas pengolahan, kondisi lingkungan, dan sumber
makanan yang optimal bagi larva BSF.
Teknologi biokonversi menggunakan Larva lalat BSF (maggot) fungsi
utamanya adalah sebagai pengurai sampah organik menjadi protein. Sampah
organik menjadi bahan makanan utama bagi larva. Larva BSF mempunyai
kandungan 40 – 50 % protein, serta memiliki asam amino esensial yang dapat
difungsikan sebagai alternatif pakan pengganti tepung ikan dan bungkil kedelai
untuk makanan ternak
Biokonversi oleh larva BSF ini memiliki banyak kelebihan diantaranya
dapat mendegradasi sampah lebih cepat, tidak berbau, menghasilkan kompos
organik. Proses biokonversi ini juga cukup aman bagi kesehatan manusia karena
BSF ini bukan termasuk binatang vektor penyakit.

2.2 Budidaya Maggot


Maggot merupakan larva lalat black soldier fly (BSF), keberadaan lalat
selama ini hanya dianggap sebagai hama oleh sebagian besar masyarakat. Maggot
BSF sebetulnya fase larva dari siklus hidup BSF, pada fase larva inilah yang
disebut sebagai maggot/belatung BSF. Siklus hidup maggot BSF mulai telur
sampai menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu sampai 40-43 hari, dipengaruhi
dari media pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan (Tomberlin dkk. 2002).
Suhu adalah faktor yang berperan pada siklus hidup maggot BSF karena suhu
yang lebih hangat (diatas 30oC) menyebabkan lalat dewasa menjadi lebih aktif dan
produktif. Suhu optimal agar dapat tumbuh dan berkembang adalah 30oC, tetapi
pada suhu 36oC pupa tidak dapat mempertahankan hidupnya yang menyebabkan
tidak mampu menetas menjadi lalat dewasa. Suhu juga berpengaruh terhadap
masa inkubasi telur. Suhu yang hangat cenderung memicu telur menetas lebih
cepat dibandingkan dengan suhu yang rendah.
Larva BSF atau biasa disebut maggot memiliki kandungan protein dan
lemak yang tinggi, memiliki tekstur yang kenyal, dan memiliki kemampuan untuk

7
mengeluarkan enzim alami. Sehingga bahan yang sebelumnya sulit dicerna dapat
disederhanakan dan dapat dimanfaatkan oleh ikan. Selain itu maggot memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 42% (Saurin2005;Retnosari,
2007). Kelebihan lain yang dimiliki maggot adalah memiliki kandungan
antimikroba dan anti jamur, sehingga apabila dikonsumsi oleh ikan akan
meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit bakterial dan jamur.Salah
satu cara budidaya larva lalat BSF dengan menggunakan salah satu alternatif
penanganan sampah organik. Hal ini diperkuat oleh Duponte (2003) yang
mengemukakan bahwa bahan organik adalah media yang cocok bagi pertumbuhan
larva BSF.
Produksi maggot dapat ditentukan dari media hidupnya lalat H.illucens,
lalat suka dengan aroma yang khas oleh sebab itu tidak sembarangan media bisa
dijadikan tempat bertelur untuk lalat (Falicia,dkk.2014). budidaya magggot dapat
menggunakan media bahan organik dari limbah yang membusuk seperti buah
yang telah membusuk, sayur mayur yang rusak atau yang lainnya. Apabila dalam
keadaan utuh, maggot memiliki kadar protein yang tinggi yaitu sekitar 44% dan
apabila telah dijadikan pellet maka kadar proteinnya menjadi 30% hingga 40%.
Kandungan protein pada maggot cukup tinggi yaitu 44,26% dengan kandungan
lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan mineral yang
terkandung didalam maggot juga tidak kalah dengan sumber-sumber protein
lainnya, sehingga maggot merupakan bahan baku ideal yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak alternatif. Kuantitas dan kualitas media hidup maggot
berpengaruh terhadap nutrisi tubuh dan kelangsungan hidup maggot (Rojo
dkk.2013).

2.3 Analisa Usaha Budidaya Maggot Dengan Pemanfaatan Limbah Organik


Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebakan permintaan
komoditi peternakan dan perikanan saat ini menjadi meningkat. Peningkatan
permintaan akan produk peternakan maupun perikanan tentu dapat menyebabkan
harga dari pakan ternak maupun ikan meningkat sangat tinggi, sehingga
diperlukan sumber alternatif lain untuk mengganti pakan ternak maupun
perikanan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna mengatasi permasalahan

8
dalam rantai produksi peternakan dan perikanan adalah dengan pengembangan
budidaya maggot-limbah organik. Budidaya maggot sangat mudah dan praktis
untuk dapat dikembangkan karena ditunjang oleh limbah organik terutama sayur-
sayuran maupun buah-buahan yang banyak terdapat dan mudah diperoleh di
pasar-pasar tradisional, sehingga dapat menghemat biaya pengadaan pakan ternak.
Dengan strategi pemanfaatan limbah organik sebagai sumber pakan alternatif
ternak yang dapat menghemat biaya pengeluaran tentu hal ini dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat khususnya bagi para masyarakat peternak, dan sekaligus
dapat mengurangi permasalahan sampah organik.
Usaha pengembangan budidaya manggot ini dapat menghasilkan keuntungan
mencapai jutaan rupiah. Selain itu, karakteristik dari maggot sangat berbeda
dengan lalat hijau, Lalat hijau membawa bibit penyakit, sedangkan maggot tidak.
Membudidayakan maggot juga tidak membutuhkan lahan yang luas, dengan
ruang yang terbatas pun dapat menampung pengembangan maggot dan hal ini
menyebabkan maggot banyak dicari untuk dimanfaatkan kegunaannya (M
Nurhadi, 2021).
Saat ini, maggot menjelma menjadi suatu organisme yang tadinya tidak
bernilai menjadi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Seiring dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pengolahan sampah organik, maggot
hadir sebagai solusi dari pengelolaan sampah itu sendiri. Selain itu, maggot juga
berpotensi menjadi pakan alternatif ternak karena memiliki protein yang tinggi.
Menurut Badan Litbang Pertanian(BALITBANGTAN), maggot BSF mampu
mengurai sampah organik seperti sisa makanan hingga 56%. Alam semesta dan
segala isinya memanglah selalu memberikan solusi bagi permasalahan yang
dihadapi oleh manusia. Semakin berkembangnya jaman dan penelitian telah
mengantarkan kita mengenal jenis lalat yang dapat menjadi biokonfersi sampah
melalui maggot. Budidaya maggot terbukti tidak hanya menguntungkan dari segi
ekonomi saja, tetapi juga dari segi lingkungan yang berkelanjutan.

9
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Persiapan Alat dan Bahan


Peralatan yang dibutuhkan dalam budidaya maggot BSF adalah :
- Reaktor volume 25 L
- -Limbah organik
- Probio FM
- Air0
3.2 Alur Pelaksanaan
Program budidaya maggot BSF dengan memanfaatkan limbah organik
sebagai media pakan ini direncanakan dan dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa
Peternakan Universitas Jambi. Adapun alur pelaksaanaanya sebagai berikut :
a. Rapat koordinasi dan pembagian tugas dengan anggota tim Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang merupakan anggota Himpunan
Mahasiswa Peternakan Universitas Jambi.
b. Konfirmasi terhadap pihak kampus Universitas Jambi, sebagai tempat
pelaksaanaan kegiatan mengenai teknis pelaksanaan, tempat, sarana prasarana
dan peserta.
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk sosialisasi dan
pelatihan.
d. Mengukur tingkat keberhasilan program.
e. Membuat laporan akhir.
3.3 Budidaya Maggot BSF
Adapun langkah membudidayakan maggot BSF adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Masukkan 12 kg limbah organik yang telah dipotong-potong menjadi bagian
kecil ke dalam reaktor (Sundari, et al., 2012).
c. Larutkan 6 tutup probio FM dengan air hingga 2 liter.
d. Masukkan larutan probio FM dan air secara merata kedalam drum yang berisi
limbah organik.

10
e. Tutup drum dengan rapat dengan menggunakan pelastik.
f. Tutup selama kurang lebih 14 hari, lalu siap diberikan pada maggot BSF
hingga siap panen.

Dengan adanya proses fermentasi dari limbah oraganik dengan bantuan


probio FM, akan menimbulkan aroma khas yang disukai oleh serangga
BSF. Dengan demikian, serangga betina akan menetaskan telurnya.
Selama kurang lebih 14 hari, maggot BSF siap panen (Suciati, et al.,2017).

3.4 Praktek Pengolahan limbah sampah melalui budidaya maggot


Berikut adalah uraian kegiatan yang akan dilakukan:
a.Memilah dan mencacah sampah organik
Mengidentifikasi jenis sampah disekitar lingkungan. Kemudian memilah
sampah sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3. Sampah organik
yang dibutuhkan oleh larva tidak tercampur dengan bahan berbahaya dan bukan
sampah organik yang susah untuk dikonsumsi oleh larva. Setelah pemilahan
sampah, kemudian dicacah menjadi ukuran yg lebih kecil agar mempermudah
larva dalam mencernanya. menggunakan sampah kegiatan rumah tangga masing –
masing
b.Mempraktekkan membuat media atraktan
Atraktan merupakan substansi yang mirip dengan bahan organik yang
membusuk sehingga dapat menarik para betina untuk meletakkan telurnya di
sekitarnya. Secara alami lalat black soldier fly (Hermetia illucens) betina
meletakkan telurnya disekitar sumber makanan yaitu bahan/sampah organik.
Bahan organik yang sudah difermentasikan dapat dijadikan media atraktan karena
mengeluarkan bau yang disukai oleh lalat BSF.
c. Mempraktekkan membuat media penetasan telur BSF
Membuat media penetasan telur dengana cara mencampurkan bekatul dan
air dengan kelembaban yang tinggi, kemudian diletakkan pada sebuah baskom
plastik. Telur diletakkan pada sebuah kain kassa plastik sedikit lebih tinggi dari
permukaan media penetasan. Media penetasan adalah sumber pakan bayi larva
yang baru menetas. Sebagai sumber pakan, maka media penetasan dibuat dari

11
bahan organik yang memiliki nutrisi tinggi seperti dedak, pelet, ampas tahu,
pisang/papaya yang diblender. Prinsipnya media penetasan merupakan bahan
organik yang halus dan lembut dengan kelembaban sekitar 70%.
d. Mempraktekkan media pembesaran maggot (biopond)
Pembesaran maggot BSF dimulai sejak bayi larva sudah berumur sekitar
1 minggu, kemudian larva dipindahan dari media penetasan ke media pembesaran.
Sebelum pemindahan, disiapkan dulu media dasar campuran bekatul dan serbuk
gergaji untuk menyerap kadar air berlebih dan menetralisir bau. Pada fase
pembesaran, larva sudah bisa diberikan sampah organik seperti sisa makanan,
sampah buah-buahan/sayuran. Tempat pembesaran biasa disebut dengan biopond.
Pada praktek media pembesaran maggot ini, luasan

12
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1. Perlengkapan Yang Diperlukan 1.200.000-
2. Bahan Habis Pakai 4.400.000,-
3. Perjalanan 1.100.000,-
4. Lain-lain 1.250.00.000
Total 7.950.000,-

4.2 Tabel 2. Jadwal Kegiatan

No  Jenis Kegiatan Bulan Penanggung Jawab

5  6  7  8  9  10  (Nama PJ)

1  Penyusunan Haris,Anisa
Proposal

2  Pelatihan Memo,Herlin
/Workshop

3  Pitch Desk Halomoan

4  Magang Haris,Anisa,Memo,Herl
in

13
5  Pelaksanaan Halomoan,Haris
Usaha 
(Kegiatan 1)

6  Pelaksanaan Herlin,Memo,Anisa
Usaha 
(Kegiatan 2)

7  Pelaksanaan Herlin, Halomoan


Usaha 
(Kegiatan 3)

8  Laporan Akhir Haris,Herlin

14
DAFTAR PUSTAKA

Ambarningrum, T.B., Srimurni,E.K., Basuki, E., 2019, “Teknologi Biokonversi


sampah Organik Rumah tangga menggunakan Larva lalat tentara Hitam
(Black Soldier Fly/BSF), Hermetia Illucens, Prosiding Seminar Nasional
“Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kaerifan Lokal
Berkelanjutan IX”1
Diener S. 2010. Valorisation of organic solid waste using the black soldier fly,
Hermetia illucen L., in low and middle-income countries [Disertasi].
Diambil dari ETH Zurich.
Mudeng Nico, E.G., Mokolensang,J.F., Kalesaran Ockstan,J., Pangkey, H.,
Lantu,S.,2018, “Budidaya Maggot (Hermetia illuens) dengan
menggunakan Beberapa Media”, Jurnal Budidaya Perairan, Vol.6, No 3,
hal: 1-6
Pangestu, widya. Universias Gajah Mada. 2017. Produksi Larva Black Soldier
Fly (Hermetia illucens) dari Limbah Kulit Pisang dan Limbah Nangka Muda.
Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Yurie. 2019. Cara Budidaya Maggot Black Soldier Fly Terbaru 2019. Di unduh
dari Sumber Berita: https://www.yuriebsf.com/cara- budidaya-maggot.

15
Lampiran 1.Biodata Ketua,Anggota dan Dosen Pendamping
Biodata Ketua

Biodata Anggota 1

16
Biodata Dosen Pendamping
A. Identitas Diri

Nama lengkap (dengan


1 Dr. Bagus Pramusintho, S.Pt., M.Sc.
gelar)
2 Jabatan Fungsional Lektor
3 Jabatan Struktural -
4 NIP/NIK/Identitas lainya 197107021999031004
5 NIDN 0002077104
6 Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 02 Juli 1971
Jl. SK.Syahbudin Lr. Taman Citra No. 28
7 Alamat Rumah
Mayang Manggurai –Alam Barajo Jambi 36126
8 Nomor Telepon/HP 0823 22 21 9696
Kampus Pinang Masak, Fakultas Peternakan
9 Alamat Kantor Universitas Jambi Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian KM
15 Mendalo Darat- Jambi 36361
10 Nomor Telepon/Faks (0741) 582907/(0741)582907
11 Alamat e-mail bpramusintho@unja.ac.id
Lulusan yang Telah
12 dihasilkan dalam 3 tahun S1= 12 orang S2 = 2 orang S3 = - orang
terakhir
13 Mata Kuliah yang diampu 1. Dasar-Dasar Manajemen (S1)
2. Pengantar Ilmu Ekonomi (D3 & S1)
3. Kebijakan dan Perundang-undangan
Pembangunan Peternakan (S1)
4. Analisis Pembiayaan Usaha Ternak (S1)
5. Analisis Sosial dan Lingkungan Ternak (S1)
6. Ilmu Ekonomi Peternakan (S1)
7. Pemasaran Produk Hasil Peternakan (S1)
8. Dinamika Populasi Perikanan (S1)

17
9. Pemasaran Produk Peternakan (S2)
10. Analisis Kebijakan Pembangunan
Peternakan (S2)

B. Riwayat Pendidikan

Jenjang S1 S2 S3
Pendidikan
Nama
UNPAD UGM UGM
Perguruan
Tinggi
Sosial Ekonomi Ekonomi
Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian
Peternakan Pertanian
Tahun Masuk-
1990-1996 2007-2009 2011-2018
Lulus
Analisis Biaya
Keragaan Ekonomi
Margin Tataniaga
Rumahtangga Tani
Judul Ternak Sapi Potong Analisis Daya
Ternak Sapi Pemilik dan
Skripsi/Thesis/ dari Kabupaten Pati Saing Karet Alam
Penggaduh di Kabupaten
Disertasi JawaTengah ke RPH Indonesia
Muaro Jambi Provinsi
Ciroyon Kotamadya
Jambi
Bandung
1. Prof. Dr. Ir. Sri
1. Prof. Dr. Ir.
Dwidjono Hadi
1. Prof. Dr. Ir. Dadi Widodo, M.Sc.
Nama Darwanto, M.Sc.
Suryadi, M.S. 2. Ir. Any
Pembimbing / 2. Dr. Slamet
2. Dr. Ir. Taslim, Suryantini.,
Promotor Hartono. SU., M.Sc
M.S. MM.
3.Ir. Any suryantini.,
Ph.D.
MM. Ph.D

18
C. Pengalaman Peneltian Dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jml (Juta
Sumber*
Rp)
Model Ekonomi Rumah Tangga Petani
Hibah
1 2017 Peternak sapi Potong di Kabupaten Muaro 30
Doktor
Jambi
Master Plan
2013 Desain Kelembagaan Agribisnis Integrasi Percepatan
2 - Sapi Sawit melalui program Coorporate Pembanguna 388
2014 Social Responsibility (CSR) n Indonesia
(MP3Ei)
2012 Desain Kebijakan dan Model Kelembagaan
Hibah
3 - Partisipatif Program Penanganan Pengurasan 155
Stranas
2013 Ternak Sapi Betina Produktif
Redesain Sistem Distribusi Ternak Bibit
Dalam Rangka Penguatan Kapasitas Hibah
4 2012 35
Kelembagaan Untuk Penanganan Dini Bersaing
Pengurasan Sapi Betina Produktif
Analisis Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan
Gender Berdasarkan Lingkungan, Tekanan Gender-
5 2021 dan Beban Kerja (Studi Kasus TK Wanita LPPM 40
yang Bekerja Di Perkebunan Kelapa Sawit UNJA
Kec. Sungai Bahar Kab. Muaro Jambi)
Penelitian
Analisis Pola Usaha Tani Dalam
Pascasarjana
6 2021 Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu 50
Universitas
Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan
Jambi

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

19
Jml (Juta
. Sumber*
Rp)
Pelatihan Manajemen Pemeliharaan Ayam PNBP
Broiler Bagi Siswa Praktek Kerja Industri Fakultas
1 2020 7,5
SMK 9 Sarolangun Di Farm Dan Unit Bisnis Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Jambi UNJA
Pemanfatan Kondisi Lingkungan Iklim
PNBP
2 2020 Mikro Sela Tanaman Sawit Tua untuk 40
Universits
Budidaya Jamur Berbasis Sumberdaya Lokal

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir

No Volume/No/
Judul Artikel Nama Jurnal
. Tahun
Journal of
Technical efficiency of small beef cattle
Vol.6/ No.22 Economics and
fattening production in Muaro Jambi
1 /2015 Sustainable
District, Jambi Province Indonesia
Development
Farmers’ Perception toward Integrated
Farming System: A Case Study in Palm Procedia
2 000–000 /2015
Oil Plantation and Beef Cattle in Jambi Science Direct
Province, Indonesia
3 The comparison of technical efficiency Vol 41/ No Buletin of Animal
on cattle breeding business between 4/2017 Science
share-beef cattle model and farmer-own

20
at Muaro Jambi Regency, Jambi
Province.
Household Behavior and Response to
the Participative Institutional Model for Vol 43/ No 4/ Buletin of Animal
4
the Program of Handling Drainage of 2019 Science
Productive Cows

F. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada Pertemuan/Seminar


Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

Nama Pertemuan
No. Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar
1 The First UNJA SMART Analysis Moderating Jambi, November 5-
Internasional Conference Factors That Influence 6, 2021
(USIC) Female Woker Productiviti
in Oil Palm Plantation
Companies Based on The
Work Enviroment, Work
Presure and Workload
( Case Study of Female
Worker in Palm Plantation
Companies at Sungai
Bahar District, Muaro
Jambi Regency)

21
Lampiran 2.Format Justifikasi Anggaran Kegiatan
Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan Nilai (Rp)

22
1.Perlengkapan yang
diperlukan
a.Ember 8 buah 30.000 Rp. 240.000.00
b.Triplek/asbes 4 keping 150.000 Rp. 600.000,00
c.Sarung Tangan 6 Pasang 10.000 Rp. 60.000,00
d.Jaring Kandang 3 buah 100.000 Rp. 300.000,00
BSF
SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.200.000,00

2. Bahan Habis Pakai Volume Harga Satuan Nilai (Rp)


a. Limbah Organik 90 hari 100.000 Rp. 900.000,00
b.Penyedap Rasa 20 bks 20.000 Rp. 400.000,00
c.Gula Pasir 40 kg 15.000 Rp. 600.000,00
d. EM 4 10 bks 50.000 Rp. 500.000,00
e.Dedak Padi 10 karung 200.000 Rp. 2.000.000,00
SUB TOTAL (Rp) Rp. 4.400.000,00

3.Perjalanan Volume Harga Satuan Nilai (Rp)


a.Transpot 4 kali 50.000 Rp. 200.000,00
Lokal( untuk perjalanan
keperluan pembelian
bahan)
b.Transport 90 hari 10.000 Rp. 900.000,00
Angkut Limbah
organic
SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.100.000,00

4.Lain-lain
a.Protokol 3 Paket 100.000 Rp. 300.000,00
Kesehatan
b.Biaya Tukang 3 kali 150.000 Rp. 450.000,00
c.Biaya 3 bulan 100.000 Rp. 300.000,00

23
penanganan internet
d.Tak terduga Rp. 200.000,00
SUB TOTAL(Rp) Rp. 1.250.000,00

TOTAL Rp. 7.950.000,00


Terbilang Tujuh juta Sembilan Ratus lima puluh ribu Rupiah

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan Dan Pembagian Tugas


No Nama/ Program Bidang Alokasi Uraian Tugas
. NIM Studi Ilmu Waktu
(Jam/
Minggu)
1 Haristua Peternakan Peternak 14 - Mengkordinir
Sirait an Jam/Mingg semua
(E100200 u kegiatan
59) - Penyelesaian
laporan akhir
2 Herlin PETERNAK Peternak 14 - Sekretaris
Rusadi AN an Jam/Mingg Divisi
Sihite u -
(E100200 Penanggungja
36) wab
dokumentasi
- penyusunan
perencaan
sistem
produksi

3 Anisa Nur Peternakan Peternak 14 Penanggungja


Aulia an Jam/Mingg wab keuangan
( E100200 U - Pelaksanaan
84) produksi

24
- Revisi
laporan
4 Halomoan Peternakan Peternak 14 -
Sinaga an Jam/Mingg Penanggungja
(E100200 u wab kegiatan
37) - Pembuatan
desain tempat
manggot
- Pelaksanaan
pemasaran
manggot
5 Memo Peternakan Peternak 14 Jam/ -Pembelian
Darmawan an Minggu alat dan bahan
(E100211 - Evaluasi
63)

25
26

Anda mungkin juga menyukai