32
Tahun 2009
(2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang :
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang lingkungan hidup;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang lingkungan hidup;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang lingkungan hidup;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang lingkungan hidup;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti,
pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang lingkungan hidup;
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang lingkungan hidup.
(3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasilpenyidikannya kepada Penyidik
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud padaayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia.
(5) Penyidikan tindak pidana lingkungan hidup di perairan Indonesia dan Zona
Ekonomi Ekslusif dilakukan oleh penyidik menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sedangkan penerapan instrument perdata biasa dilakukan oleh pemerintah
maupun Masyarakat dan organisasi yang konsen terhadap lingkungan hidup yang
mempunyai Hak Untuk Mengajukan Gugatan yang di atu dlam ketentuan Pasal 37,
Pasal 38 dan Pasal 39 UU Nomor 23 Tahun 1997 mekanismenya bisa dengan
mengajukan gugatan perdata biasa secara perorangan amapun secara class action
(perwakilan)
Sedangkan utuk gugatan legal stending yang didasarkan pada suatu asumsi
bahwa LSM sebagai guardian/wali dari lingkungan (Stone;1972). Teori ini
memberikan hak hukum (legal right) kepada obyek-obyek alam (natural objects).
Dalam hal terjadi kerusakan atau pencemaran lingkungan, maka LSM dapat bertindak
sebagai wali mewakili kepentingan pelestarian lingkungan tersebut.
3. Putusan Pengadilan tentang Perkara Lingkungan (Putusan Nomor: