Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGATURAN DAN ASAS-ASAS DALAM PERANCANGAN KONTRAK

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Perancangan Kontrak

Oleh dosen pengampu Bpk Dr.Suryadi M.H.

Disusun Oleh:

Syafira Faya Antari 180574201001

Julandari 180574201005

Herzalina 180574201007

Sardina Riswarinda 180574201020

Muhammad Al-Hafis 180574201083

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNG PINANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah TEORI DAN PERANCANGAN KONTRAK dengan judul “PENGATURAN
DAN ASAS-ASAS DALAM PERANCANGAN KONTRAK”. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak dukungan serta doa
saran dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan
pendidikan.

Tanjungpinang, 01 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………i

DAFTR ISI …………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………....1

1.1 Latar belakang ……………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………….3

2.1 Istilah dan Pengertian Perancangan Kontrak …………………………………………......3

2.2 Pengaturan Perancangan Kontrak ………………………………………………...............4

2.3 Asas-asas Perancangan Kontrak ………………………………………………………….4

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………….7

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………….7

3.2 Saran ……………………………………………………………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………...8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial manusia selalu berhubungan dengan mansia lainnya.


Interaksi yang terjalin dalam komunikasi tersebut tidak hanya berdimensi kemanusiaan
dan sosial budaya, namun juga menyangkut aspek hukum, termasuk perdata. Naluri
untuk mempertahankan diri, keluarga dan kepentingannya membuat manusia berfikir
untuk mengatur hubungan usaha bisnis mereka kedalam sebuah perjanjian.

Hal ini merupakan pertanda baik bagi indonesia, jika dalam perkembangan
diberbagai aspek kehidupan tersebut diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan
meningkat serta terwujud adanya kepastian hukum. Sebagai contoh, ketika menjalin
kerjasama hendaknya diawali dengan membuat sesuatu pernyataan atau perjanjian yang
sah antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dengan demikian, perjanjian tersebut akan
berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak dalam perjanjian tersebut. Nah dalam
hal ini agar mengikat secara hukum maka dibentuklah dalam sebuah kontrak yang
dimana kontrak itu ditandatangani dalam hal yang berkaitan dengan masalah-masalah
besar.

Ketika kita mendengar kata kontrak maka kita pasti akan langsung berfikir bahwa
yang dimaksud dengan kontrak adalah suatu perjanjian tertulis, yang artinya kontrak
sudah dianggap sebagai suatu perjanjian sempit dari perjanjian, kontrak merupakan satu
bagian penting dalam hukum perdata yang dimana kontrak merupakan kesepakatan
antara dua orang atau lebih mengenai hal yang telah disetujui oleh mereka.

Sebagai sekumpulan janji yang wajib ditunaikan maka suatu kontrak akan memiliki
kekuatan yang lebih apabila diwujudkan dalam bentuk tulisan atau bisa disebut sebagi
kontrak tertulis. Penyusunan suatu kontrak tidak semudah menulis diatas kertas karena
suatu kontrak yang disusun atau dirancang harus memenuhi unsur-unsur dan melewati
berbagai tahapan. Perancangan kontrak merupakan proses atau cara merancang kontrak,
yang dimana merancang kontrak adalah mengatur dan merencanakan struktur, anatomi,
dan substansi kontrak yang dibuat atau dirancang oleh para pihak.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perancangan kontrak?
2. Bagaimana pengaturan dalam perancangan kontrak?
3. Apa saja asas-asas yang terapat dalam perancangan kontrak?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu perancangan kontrak
2. Unutk mengetahui pegaturan dalam perancangan kontrak
3. Untuk mengetahui asas-asas yang terdapat dalam perancangan kontrak

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Istilah dan Pengertian Perancangan Kontrak

Sekilas Ketika kita mendengar kata kontrak maka kita pasti akan langsung berfikir
bahwa yang dimaksud dengan kontrak adalah suatu perjanjian tertulis, yang artinya
kontrak sudah dianggap sebagai suatu perjanjian sempit dari perjanjian. Kesan ini
tidaklah salah mengingat penekanan kontrak selalu dianggap sebagai medianya suatu
perjanjian yang dibuat secara tertulis. Kontrak merupakan bagian penting dari hukum
perdata yang megalami perkembangan dalam rangka memberikan kepastian hukum
dalam bidang ekonomi dan stabilitas nasional, baik bagi kegiatan usaha orang-
perorangan maupun badan seperti pemerintah, swasta dan koperasi. Esensi kontrak dalah
sekumpulan janji yang dapat dipaksakan pelaksanaannya.

Sebagai sekumpulan janji yang wajib ditunaikan maka suatu kontrak akan memiliki
kekuatan yang lebih apabila diwujudkan dalam bentuk tulisan atau bisa disebut sebagi
kontrak tertulis. Penyusunan suatu kontrak tidak semudah menulis diatas kertas karena
suatu kontrak yang disusun atau dirancang harus memenuhi unsur-unsur dan melewati
berbagai tahapan.

Istilah perancangan kontrak berasal dari bahasa inggris, yakni contract drafting.
Perancangan adalah proses, cara, atau perbuatan merancang. Sedangkan kontrak adalah
hubungan hukum antara dua orang atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum hak dan kewajiban. Jadi, perancangan kontrak merupakan
proses atau cara merancang kontrak.

Merancang kontrak adalah mengatur dan merencanakan struktur, antonomi, dan


substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Struktur kontrak adalah susunan dari
kontrak yang akan dibuat atau dirancang oleh para pihak. Anatomi kontrak adalah
berkaitan dengan letak dan hubungan antara bagian-bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya. Substansi kontrak merupakan isi yang akan dituangkan didalam kontrak
yang akan dirancang oleh para pihak. Substansi kontrak ada yang dinegoisasi oleh para
pihak dan ada yang ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak. Kontrak seperti ini
disebut dengan kontrak baku.

Adapun definisi perjanjian/kontrak menurut para ahli:

1. Menurut UU KUH Perdata dalam buku 2 bab 1 tentng perikatan pasal 1313,
menyebutkan suatu persetujuan dalah suatu perbuatan dimana satu orang
atau lebih mengkatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih mengikatkan
diri terhadap satu orang lain atau lebih.
2. Setiawan menilai bahwa rumusan Pasal 1313 BW tersebut selain tidak
lengkap juga terlalu luas. Dinilai tidak lengkap karena hanya menyebutkan
persetujuan sepihak saja. Disebut sangat luas karena kata “Perbuatan”
mencakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum.

3
Karenanya setiawan mengusulkan perumusannya menjadi “perjanjian
adalah perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
atau saling mengikatkan dirinnya terhadap satu orang atau lebih.
3. Dalam KBBI kontrak adalah
a. Perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak dalam perdagangan, sewa-
menyewa, dsb.
b. Persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan atau tidak melakukan kegiatan.
c. Mengikat dengan perjanjian (tentang mempekerjakaan orang dsb).
d. Menyewa.

4. Polak menganggap bahwa suatu persetujuan tidak lain adalah suatu perjanjian
yang mengakibatkan hak dan kewajiban

2.2 Pengaturan Perancangan Kontrak

Hukum kontrak diatur dalam Buku III KUH Perdata, yag terdiri dari 18 bab dan 631
pasal. Dimulai dari pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata,
secara lebih terperinci.

1. Perikatan pada umumnya (Pasal 1233-1312)


2. Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian (Pasal 1313-1351)
3. Hapusnya perikatan (Pasal 1381-1456)
4. Jual beli (Pasal 1457-1540)
5. Tukar menukar (Pasal 1541-1546)
6. Sewa-menyewa (Pasal 1548-1600)
7. Persetujuan untuk melakukan pekerjaan (Pasal 1601-1617)
8. Persekutuan (Pasal 1618-1652)
9. Badan hukum (Pasal 1653-1665)
10. Hibah (Pasal 1666-1693)
11. Penitipan Barang (Pasal 1694-1739)
12. Pinjam pakai (Pasal 1740-1753)
13. Pinjam meminjam (Pasal 1754-1769)
14. Bunga tetap atau abadi (Pasal 1770-1773)
15. Perjanjian untung-untungan (Pasal 1774-1791)
16. Pemberian kuasa (Pasal 1792-1819)
17. Penanggung utang (Pasal 1820-1850)
18. Perdamaian ( Pasal 1851-1864 KUH Perdata)

2.3 Asas-asas dalam Perancangan Kontrak

Selanjutnya, di dalam hukum ataupun merancang sebuah kontrak perlu berlakunya 5


asas yg dikenal menurut ilmu hukum perdata. Kelima asas itu antara lain; asas kebebasan
berkontrak (freedom of contract), asas konsesualisme (concsesualism), asas kepastian hukum

4
(pacta sunt servanda), asas itikad baik (good faith), dan asas kepribadian (personality).
Berikut ini ialah penjelasan mengenai asas-asas dimaksud:

1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)


Asas kebebasan berkontrak atau freedom of contract ataupun juga dikenal
beginsel der contract vrijhed mengandung arti bahwasanya para pihak diberi
kebebasan dalam melakukan perjanjian dengan siapa pun, dimana pun, dan dalam
bentuk apapun selama memenuhi ketentuan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan UU. Asas kebebasan berkontrak ini dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338
ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham


individualisme yang secara embrional lahir pada zaman Yunani, yang diteruskan oleh
kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui antara lain
ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, John Locke, dan J.J. Rosseau.

2. Asas Konsesualisme (concsesualism)

Asas Konsesualisme diatur di dalam ketentuan Pasal 1320 ayat (1) KUH
Perdata, pada pasal tersebut dijelaskan bahwasanya salah satu syarat sahnya
perjanjian/kontrak ialah adanya kata sepakat antara kedua belah pihak, No consensus
No contract. Apabila kedua belah telah mencapai kata sepakat, maka perjanjian yang
telah dibuat oleh kedua belah pihak sudah mengikat se hingga melahirkan kewajiban
bagi salah satu pihak dalam perjanjian tersebut.

Asas ini pun muncul diilhami dari Hukum Romawi dan Hukum Jerman,
namun dalam Hukum Jerman lebih dikenal dengan sebutan perjanjian riil (perjanjian
dibuat dan dilaksanakan secara nyata) dan perjanjian formal (perjanjian telah
ditentukan bentuknya: yaitu tertulis).

3. Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)


Asas ini guna untuk mengikat para pihak dan berlaku layaknya undang-
undang bagi para pihak yang membuat perjanjian. Hal ini tercantun pada Pasal 1338
ayat (1) KUH Perdata yang menyebutkan bahwasanya perjanjian harus ditaati
layaknya UU, apabila suatu pihak dalam kontrak ini tidak menuruti kontrak yang
telah dibuat, oleh hukum disediakan ganti rugi atau bahkan pelaksanaan kontrak
secara paksa.

4. Asas Itikad Baik (good faith)


Asas ini tercantum di dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Maksud dari asas ini ialah, para
pihak yang melangsungkan kontrak harus melaksanakan perjanjian dengan nasional
dan patut. Substansi dari kontrak yang dibuat pun harus berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh mupun kemauan baik dari para pihak.

5
5. Asas Kepribadian (personality)
Asas ini mengacu pada ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata yang menegaskan:
“Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perjanjian selain untuk dirinya
sendiri.” Selain itu tercantum pula dalam Pasal 1340 KUH Perdata yang berbunyi:
“Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.”
Asas inilah yang menentukan bahwa seseorang akan melakukan dan/atau
membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwakontrak adalah
suatu perjanjian tertulis, yang artinya kontrak sudah dianggap sebagai suatu
perjanjian sempit dari perjanjian. Kesan ini tidaklah salah mengingat
penekanan kontrak selalu dianggap sebagai medianya suatu perjanjian yang
dibuat secara tertulis. Kemudian Kontrak diatur dalam dalam Buku III KUH
Perdata, yag terdiri dari 18 bab dan 631 pasal. Dimulai dari pasal 1233 KUH
Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata.
Kemudian dalam kontrak juga mengandung Asas-Asas yang perlu
diperhatikan oleh pembuat kontrak, untuk membangun fondasi bagi kontruksi
hukum kontrak yang kokoh, yang menempatkan kedudukan hukum para pihak
yang membuat kontrak dalam hubungan-hubungan hukum kontekstual yang
setara, jelas dan konkrit. Kemudian Asas ini juga mengarahkan para pihak yang
membuat perjanjian/kontrak untuk menentukan substansi (isi)nya yang memuat
hak dan kewajiban serta hubungan hukum yang tidak bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban dan kesusilaan.
Berikut Asas-Asas dalam hukum kontrak yaitu asas kebebasan berkontrak
(freedom of contract), asas konsesualisme (concsesualism), asas kepastian
hukum (pacta sunt servanda), asas itikad baik (good faith), dan asas
kepribadian (personality).

3.2 Saran
Dari penjelasan diatas penulis berharap pembaca lebih memahami lagi terkait
apa itu perjanjian/kontrak, kemudia pengaturan hukum kontrak itu sendiri dan
juga Asas-asas dalam pembuatan kontrak, sehingga kontrak yang kita buat
punya kekuatan hukum tetap. Sehingga bisa menghindari masalah atau sesuatu
yang tidaj kita inginkan kedepannya salah satunya seperti Wanprestasi.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalh ini dan
penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga bagi para
pembaca yang budiman pada umumnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://hukumperjanjiandankontrak.blogspot.com/

https://pengacaramuslim.com/asas-asas-dalam-hukum-kontrak/

HS, Salim. (2011). Hukum Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.

Subekti, R. (2012). Hukum Perjanjian, cet. 10. Jakarta: PT. Intermasa.

Abdulkadir Muhammad 1990. Hukum Perikatan Bandung: Citra Aditia Bakti

Anda mungkin juga menyukai