Anda di halaman 1dari 5

Legal Opinion

Disusun Tanggal 29 Oktober 2022

Posisi Kasus

Pada Maret 2020 Indonesia dinyatakan telah terjangkit pandemic corona virus

atau yang terkenal dengan nama Covid-19. Atas kejadian tersebut, hamper selama 2

tahun rakyat Indonesia harus hidup bersama dengan kewaspadaan yang sangat ketat dan

pada tahun 2021 menjadi tahun kelam akibat banyaknya korban yang meninggal

disebabkan karena virus Covid-19 ini. Pandemi ini merupakan penyakit yang tidak

melihat latar belakang dari penderitanya, mereka yang terkena virus Covid-19 terutama

dari kalangan ekonomi menengah ke bawah akan mengalami kesulitan untuk berobat

dan menyebabkan efek domino terhadap kehidupan sektor ekonomi pekerjaan. Banyak

dari keluarga penderita yang kehilangan akibat buruknya penanganan dari wabah

pandemic Covid-19 ini terlebih para pegawai dan buruh yang diberikan kebijakan untuk

PHK.

Melihat akibat pandemi yang semakin meluas, pemerintah melalui Kementrian

Kesehatan membentuk tim satgas khusus Covid dalam menangani berbagai fenomena

yang terjadi akibat adanya pandemic Covid-19 ini. Pada kasus lebih detil, pemerintah

melalui Kementrian Sosial menginisiasi program pembagian bantuan sosial untuk

beberapa wilayah terdampak paling parah. Namun, pada penyalurannya terdapat

beberapa kejanggalan atas adanya dugaan korupsi dalam penyaluran bantuan sosial

tersebut.

Juliari Batubara diangkat Presidon Joko Widodo menjadi Menteri Sosial Republik
Indonesia pada Tahun Jabatan 2019-2024. Pada masa pandemi lebih tepatnya pada 6

Desember 2020, KPK menetapkan Mantan Menteri Sosial Juliari Batubara menjadi

tersangka kasus korupsi berupa suap bantuan sosial penanganan pandemi Covid-19

dengan cakupan wilayan Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi untuk tahun 2020.

Selain Juliari, KPK menetapkan Mathus Joko Santoso, Adi Wahyono, Ardian I M, dan

Harry Sidabuke sebagai tersangka pemberi suap.

Menurut KPK, kronologi kasus bermula saat dimulainya program pengadaan

bansos penanganan Covid-19 berupa paket sembako oleh Kemensos tahun 2020 dengan

kisaran jumlah Rp. 5,9 Triliun untuk 272 kontrak selama 2 periode. Selanjutnya, Juliari

sebagai Menteri sosial menunjuk Matheus dan Adi sebagai Pejabat Pembuat Komitmen

(PPK) pada proyek tersebut dengan penunjukkan secara langsung para rekanan

kemudian diduga terdapat fee untuk tiap paket pekerjaan yang harus disetorkan rekanan

pada Kemensos melalui Matheus.

Total uang suap yang diterima Juliari berdasarkan analisis KPK sebesar Rp. 17

miliar. Keseluruhan uang tersebut diduga digunakan hanya untuk keperluan pribadi

Juliari. Atas perbuatannya tersebut, Juliari disangkakan telah melanggar Pasal 1 hurus a

atau Pasal 12 huruf b atau pasal 11 Undang-Undang (UU) Nomor 31 tahun 1999

mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) sebagaimana perbaruan pada

UU Nomor 20 Tahun 2001 mengenai Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999

mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Pada akhirnya, Juliari divoni 12 tahun penjara dan denda dengan nominal Rp. 500

juta oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada

Senin (23/8/2021). Majelis hakim menetapkan Juliari terbukti melanggar Pasal 12 huruf

a Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi dengan perbaruan UU RI Nomor 20 Tahun 2001. Selain itu, hakim

menjatuhkan pidana tambahan untuk mengganti uang ganti sebesar Rp. 14,9 miliar

(sekitar Rp. 14.590.450.000).

Isu Hukum

1. Apakah yang menjadi pertimbangan Hakim dalam putusan perkara ini?

2. Apakah putusan Majelis Hakim telah mengikuti keadaan pada Pasal 12 huruf a Undang-

Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana diubah dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2001?

Landasan Hukum

1. Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang (UU) Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sesuai perubahan pada UU

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Pasal 12 huruf a dan b:

“Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4

(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah);

a. pegawai negeri atau penyelenggaran negara yang menerima hadiah atau janji,

padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan

untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam

jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;


b. pegawai negeri atau penyelenggaran negara yang menerima hadiah, padahal

diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau

disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam

jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.”

2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Analisis Hukum

1. Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia ternyata tidak membuat para korupsi

berhenti. Banyak kasus korupsi yang telah terjadi yang melibatkan pejabat pemerintah

setingkat menteri dengan contoh korupsi yang dilakukan Menteri Kelautan dan

Perikanan Edy Prabowo dan Menteri Sosial Juliari Batubara.

2. Banyak masyarakat yang bertanya mengenai isi hati nurani dan moril pejabat yang telah

mendapatkan gaji dan tunjangan yang tinggi seharusnya berkewajiban mengurus rakyat,

justru ironinya menyakiti perasaan rakyat. Secara ekonomi, para pejabat setingkat

menteri telah berada pada kehidupan ekonomi yang diatas standar gaji yang ada.

Sehingga dapat disimpulkan pejabat ini merupakan tipe seorang yang telah hilang rasa

iba terhadap kondisi masyarakatnya.

3. Melihat perkara tersebut, kemudian dapat diambil benang merah bahwa Saudara Juliari

Batubara telah terbukti kuat melakukan kejahatan tindak pidana korupsi dan telah

divonis 12 tahun penjara serta denda 500 juta rupiah.

4. Dalam putusan ini hakim memvonis Juliari Batubara dengan masa tahanan 12 tahun

penjara dan denda Rp. 500 juta oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

(Tipikor) Jakarta pada Senin (23/8/2021). Majelis hakim menilai Juliari terbukti

melanggar pasal 12 huruf a Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana perubahan yang tertulis pada UU

RI Nomor 20 Tahun 2001.

5. Selain itu, hakim menetapkan penjatuhan pidana tambahan untuk mengganti kerugian

negara dengan sejumlah uang sebesar Rp. 14,59 miliar atau lebih tepatnya Rp.

14.590.450.000. Menurut penulis, jumlah tersebut masih kurang dan tidak menimbulkan

efek jera apabila dibandingkan terhadap kejahatan korupsi yang telah dilakukan

tersangka Juliari Batubara.

Kesimpulan

Juliari Batubara divonis 12 tahun penjara dan denda Rp. 500 juta oleh Majelis Hakim

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Senin (23/8/2021). Majelils

Hakim menilai saudara Juliari terbukti melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang RI

Nomor 31 Tahun 1999 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana

diubah dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2001.

Selain itu, hakim juga menjatuhkan tambahan pidana untuk membayar uang pengganti

sejumlah uang sebanyak Rp. 14,59 miliar atau dengan detail Rp. 14.590.450.000.

Anda mungkin juga menyukai