Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TUGAS KAPITA SELEKTA HUKUM

“Pembagian, Sistematika dan Azas Hukum Perdata”


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kapita Selekta Hukum
Dosen Pengampu: Iffah Nur Hayati S.H., M.Pd.

Disusun oleh :
Bagus Cahyo Bagaskoro (16401241007)

Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Pemurah lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita
Selekta Hukum.
Pada kesempatan yang berbahagia ini juga, penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terimakasih kepada Iffah Nur Hayati S.H., M.Pd. selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Kapita Selekta Hukum, atas motivasi dan kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis untuk penyusunan makalah ini. Terima kasih turut disampaikan kepada
seluruh teman-teman mahasiswa di Jurusan PKN dan Hukum atas dukungan, dorongan
dan kontribusinya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna begitu juga dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah sederhana ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Gunungkidul, 29 September 2019

Bagus Cahyo Bagaskoro


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu
“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya
hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang
diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Sebagai contoh
sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan
permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan
seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Hal tersebut termasuk dalam masalah
hukum perdata.Apa itu hukum perdata ? pertanyaan ini awalnya sangat sulit untuk
dijawab, mengingat hukum perdata mempunyai banyak segi, mempunyai arti
sendiri. Penerapan hukum perdata berkaitan dengan ruang lingkup hukum perdata itu
sendiri dapat bersifat luas dan dapat pula bersifat sempit. Dalam hukum perdata dapat
melihat seberapa jauh seseorang bergaul di dalam masyarakat dan apa saja yang
dilakukan seseorang tersebut di masyarakat.Pada kesempatan pertama kali ini,
kelompok kami akan mencoba menerangkan tentang hukum perdata. Makalah ini akan
memaparkan tentang pengertian dan sekelumit tentang hukum perdata, sumber hukum
perdata dan hal-hal yang menyangkut tentang hukum perdata.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hukum perdata, baik dalam arti luas maupun arti sempit ?

2. Apa maksud dari hukum perdata material dan hukum perdata formal ?

3. Apa sumber hukum perdata ?

4. Bagaimana sistematika hukum perdata ?

5. Apa asas-asas hukum perdata ?

6. Bagaimana sejarah hukum perdata di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Utuk mengetahui pengertian hukum perdata, baik dalam arti luas maupun arti sempit

2. Utuk mengetahui maksud dari hukum perdata material dan hukum perdata formal

3. Utuk mengetahui sumber hukum perdata


4. Utuk mengetahui sistematika hukum perdata

5. Utuk mengetahui asas-asas hukum perdata

6. Utuk mengetahui sejarah hukum perdata di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata Arti Luas dan Sempit

1. Pengertian hukum perdata

Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno sebagai
terjemahan dari bahasa Belanda yaituburgerlijkrecht Wetboek (B.W) pada masa
pendudukan Jepang. Di samping istilah itu, sinonim hukum perdata
adalah civielrecht dan privatrecht.Para ahli memberikan batasan hukum perdata,
seperti berikut. Van Dunne mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -
19 adalah:“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi
kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan
hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”Pendapat
lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah:“Aturan-aturan atau norma-
norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan
pada kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan
yang satu dengna kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat
tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengertian hukum perdata yang dipaparkan
para ahli di atas, kajian utamanya pada pengaturan tentang perlindungan antara orang
yang satu dengan orang lain, akan tetapi di dalam ilmu hukum subyek hukum bukan
hanya orang tetapi badan hukum juga termasuk subyek hukum, jadi untuk pengertian
yang lebih sempurna yaitu keseluruhan kaidah-kaidah hukum (baik tertulis maupun
tidak tertulis) yang mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan yang lain
dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam pergaulan kemasyarakatan.

2. Arti luas

Hukum perdata dalam arti luas adalah bahan hukum sebagaimana tertera dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (BW) yaitu segala hukum pokok yang mengatur
kepentingan perseorangan, dan juga Kitab Undang-Undang hukum dagangWetboek van
Koophandel (WVK) beserta sejumlah undang-undang yang disebut undang-undang
tambahan lainnya seperti peraturan yang ada dalam KUHPerdata, KUHD, serta
sejumlah undang-undang tambahan (UU pasar modal, UU tentang PT dan sebagainya)).

3. Arti sempit

Hukum perdata dalam arti sempit yaitu hukum perdata sebagaimana yang terdapat
dalam KUHPerdata saja.

B. Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal

1. Hukum Perdata Material

Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-perbuatan apa yang


dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Hukum materil
menentukan isi sesuatu perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan. Dalam
pengertian hukum materil perhatian ditujukan kepada isi peraturan.

2. Hukum Perdata Formal

Pengertian hukum perdata formal adalah menunjukkan cara mempertahankan atau


menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu
menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim. Hukum formil disebut pula hukum
Acaara. Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada cara
mempertahankan/ melaksanakan isi peraturan.

C. Sumber Hukum Perdata

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang


mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum perdata adalah
asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum perdata di temukan. Volamar
membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu KUHperdata ,traktat,
yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua
macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan
sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum
perdata yang berasal dari sumber tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata tertulis
terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber
hukum perdata tidak tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang
berasal dari sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.Yang
menjadi sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah Hindia


Belanda

2. KUHPerdata (BW)

3. KUH dagang

4. UU No 1 Tahun 19745. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

D. Sistematika Hukum Perdata

Sistematika, yang di dalam bahasa Inggris, disebut systematics, bahasa Belandanya,


yaitu systematiken, yaitu susunan atau struktur dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Di negara-negara yang menganut sistem Common Law tidak mengenal
pembagian antara hukum publik dan hukum privat. Sehingga hukum perdatanya tidak
dibuat dalam sebuah kodifikasi, tetapi ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
hukum perdata tersebar dalam berbagai act atau undang-undang. Namun, di dalam
sistem hukum yang menganut Civil Law, maka sumber hukum utama, yaitu hukum
kodifikasi yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Berikut ini,
disajikan sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia,
Belanda, Rusia, Perancis dan Jerman. Sistematika KUH Perdata yang berlaku di
Indonesia, meliputi :

Buku I : tentang orang

Buku II : tentang Hukum Perdata

Buku III : tentang Perikanan

Buku IV : tentang Pembuktian dan Daluarsa

Di negeri Belanda, Kitab Undang-Undang Hukum Perdatanya telah dilakukan


penyempurnaan. Dengan adanya penyempurnaan itu, maka terjadi perubahan
sistematika, yang semula hanya terdiri atas lima buku, yang meliputi :

Buku I : tentang hukum orang dan keluarga (Personen-en-Familierecht)


Buku II : tentang Badan Hukum (Rechrspersoon)

Buku III : tentang Hukum Kebendaan (Van Verbindtenissen)

Buku IV : tentang Daluarsa (Van Verjaring)

Kelima buku itu telah disempurnakan menjadi sepuluh buku. Kesepuluh buku itu,
meliputi :

Book 1. :Person and Family Law (Hukum orang dan Keluarga)

Book 2 : Legal Person (Badan Hukum)

Book 3 : Property Law in General (Hukum harta kekayaan secara umum)

Book 4 : Succession (inheritance) (hukum warisan)

Book 5 : Real Property Rights (hak atas harta kekayaan)

Book 6 : Obligation and Contracts (perikatan dan kontrak)

Book 7 : Particular Contracts (revised) (perjanjian khusus)

Book 7 : Particular Contracts (unrevised) (perjanjian khusus)

Book 8 : Transport Law (hukum pengangkutan)

Book 9 : Intellectual Property (hak kekayaan intelektual)

Book 10 : Private International Law (hukum perdata internasional)

Sementara itu, Rusia merupakan salah satu negara yang cukup maju dalam
perkembangan hukum, khususnya hukum perdata, karena dinegara ini telah
menetapkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Federasi Rusia, yang disebut
dengan The Civil Code of the Russian Federation. Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Federasi Rusia ditetapkan dalam dua tahap, yaitu : Tahap pertama ditetapkan
pada tahun 20032. Tahap kedua ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2006.Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Rusia terdiri dari 1551 pasal atau artikel dan empat
bagian dan masing-masing dibagi dalam divisi-divisi. Code Civil Prancis terdiri dari
empat buku dan terdiri atas bagian dan pasal, jumlah pasal yang tercantum Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Prancis, yaitu sebanyak 2302 pasal. Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Jerman atau disebut juga German Civil Code atau Bürgerlichen
Gesetzbuches (BGB) terdiri dari empat buku dan 2385 pasal, dan ditetapkan pada 18
agustus 1896.

E. Asas-asas Hukum Perdata

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam Hukum
Perdata adalah:

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian
apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur
dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).

2. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt. Pada pasal
tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata
kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan
bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup
dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara
kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

3. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan
perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka dibelakang
hari.

4. Asas Kekuatan Mengikat

Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya
mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya
hanya mengikat.

5. Asas Persamaan hukum,

Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang mengadakan
perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.
Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek hukum
itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
6. Asas Keseimbangan,

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan
jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun
debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik

7. Asas Kepastian Hukum,

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan
asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan
asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.

8. Asas Moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak
debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan
dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan
motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan
pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya

9. Asas Perlindungan

Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus
dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak
debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi
dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian
dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan bagi
pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan dapat tercapai
dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak
10. Asas Kepatutan.

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan dengan
ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat
perjanjiannya

11. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal
ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.

12. Asas Itikad Baik (Good Faith)

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa
para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para
pihak.

F. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia

Hukum perdata tertulis yang berlaku di Indonesia merupakan produk hukum perdata
Belanda yang diberlakukan asaskonkordansi yaitu hukum yang berlaku di negeri
jajahan (Belanda) sama dengan ketentuan yang berlaku di negeri penjajah.Secara
makrosubtansial perubahan-perubahan yang terjadi pada hukum perdata Indonesia :

Pertama, pada mulanya hukum perdata indonesia merupakan ketentuan-ketentuan


pemerintahan Hindia-Belanda yang diberlakukan di Indonesia (Algamene Bepalingen
van Wetgeving) Kedua dengan konkordansi pada tahun 1847 diundangkan
KUHPerdata (BW) oleh pemerintahan Belanda.Dalam prespektif hukum sejarah,
hukum perdata yang berlaku di Indonesia terbagi dalam dua periode, yaitu periode
sebelum Indonesia merdeka dan periode setelah Indonesia merdeka.

1. Hukum Perdata pada masa penjajahan Belanda

Sebagai negara jajahan, maka hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum bangsa
penjajah. Hal yang sama untuk hukum perdata. Hukum perdata yang diberlakukan
bangsa Belanda untuk Indonesia mengalami adopsi dan perjalanan sejarah yang sangat
panjang. Pada mulanya hukum perdata Belanda dirancang oleh suatu panitia yang
dibentuk tahun 1814 yang diketuai oleh Mr.J.M Kempers (1776-1824). Tahun 1816,
Kempers menyampaikan rencana code hukum tersebut pada masa pemerintahan
Belanda didasarkan pada hukum belanda kunodan diberi nama own Kempers. Dalam
perjalanannya bagi orang-orang Tiong Hoa dan bukan Tiong Hoa mengalami
pembedaan dalam pelaksanaan perundang-undangan dalam hukum perdata.

2. Hukum Perdata sejak Kemerdekaan

Hukum perdata yang berlaku di Indonesia didasarkan pada pasal II aturan peralihan
UUD 1945, yang pada pokoknya menentukan bahwa segala peraturan dinyatakan masih
berlaku sebelum diadakan peraturan baru menurut UUD termasuk didalamnya hukum
perdata belanda yang berlaku di Indonesia. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kekosongan hukum(Rechtvacum), dibidang Hukum Perdata.Menurut Sudikno
Mertokusumo, keberlakuan hukum perdata Belanda tersebut di Indonesia didasarkan
pada berberapa pertimbangan. Selain itu, secara keseluruhan hukum perdata Indonesia
dalam perjalanan sejarahnya mengalami berberapa proses perubahan yang mana
perubahan tersebut disesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia sendiri. Hukum
perdata ini meliputi enam pembahasan, yaitu : Hukum Agraria, Hukum Perkawinan,
Hukum Islam yang Direseptio, Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda yang
Berkaitan dengan Tanah, Jaminan Fidusia, dan Lembaga Penjaminan Simpanan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam
pergaulan masyarakat.Sedangkan hukum perdata material adalah menerangkan
perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat
dijatuhkan.Hukum perdata formal adalah menunjukkan cara mempertahankan atau
menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu
menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim.Dalam hukum perdata juga ada asas-
asa dan juga sumber-sumber hukum, sejarah hukum perdata di Indonesia juga tak lepas
dari Belanda.
Daftar Pusaka

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1989.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,


2014.

Nurbani, Erlis Septiana, Perbandingan Hukum perdata, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2014.

Salim HS, Hukum Perdata Tertulis, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.Soetami,

A. Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Bandung; PT. Refika Aditama, 2007.

Sofwan, Sri Sudewei Masjchoen, Hukum Perdata dan Hukum Benda, Yogyakarta:
Liberty.Tutik, Titik Triwulan, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta:
Kencana, 2010.

http://www.hukumsumberhukum.com/2014/05/hukum-materil-dan-hukum-
formil.html diakses tanggal 13/09/2015

Anda mungkin juga menyukai