Disusun Oleh :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Surat Berharga Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Menurut hukum, yang dimaksud surat berharga adalah surat – surat yang memberikan
hak terbatas pada pemegangnya saja untuk memperoleh hak tersebut yang tersebut
dalam surat dimaksud.
Menurut Molengraaff, surat berharga berarti akta – akta atau alat – alat bukti yang
menurut kehendak penerbitnya atau ketentuan undang – undang yang dipenruntukkan
semata – mata sebagai upaya bukti diri (legitimasi), akta –akta tersebut diperlukan
untuk menagih.
Adapun menurut Ribbius, surat berharga artinya, surat – surat yang pada umumnya
harus di dalam pemilikan seseorang untuk dapat melaksanakan hak yang ada di
dalamnya.
Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa surat berharga berarti surat yang
diadakan oleh seseorang sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang merupakan
pembayaran harga sejumlah uang.
Isi dari perikatan surat adalah bertujuan untuk penyerahan barang. Contoh dari golongan
ini adalah konosemen (Bill of Lading).
Yaitu berupa saham-saham Perseroan Terbatas (PT) atau persekutuan lainnya yang
memakai sistem saham. Perikatan diwujudkan atau terdapat dalam surat seperti ini berupa
perikatan antara persekutuan tersebut dengan para pemegang saham(berdasarkan perikatan
itu, pemegang saham dapat memakai haknya untuk memberikan suara). Contoh dari
golongan ini adalah surat saham.
Yaitu semua surat atas unjuk atau atas pengganti yang mewujudkan suatu perikatan.
Contoh dari penggolongan ini adalah wesel, cek, surat sanggup.
Teori Kreasi
Teori Kepantasan
Teori ini masih berdasarkan pada teori kreasi atau penciptaan dengan pembatasan yang
menyatakan bahwa penerbit yang menandatangani surat itu tetap terikat untuk membayar
kepada pemegang, meskipun pemegang yang tidak jujur.
Teori Perjanjian
Sebab surat berharga mengikat penerbitnya karena penerbit telah membuat suatu
perjanjian dengan pihak pemegang surat berharga tersebut yakni perjanjian membayar.
Teori Penunjukan
Sebab surat berharga mengikat penerbitnya karena pihak pemegang surat berharga
menunjukkan surat berharga tersebut kepada penerbit untuk mendapatkan pembayarannya.
Nama surat
a) Perintah atau janji tanpa syarat e) Nama orang kepada siapa atau
b) Nama orang yang harus membayar kepada penggantinya pembayaran
c) Hari gugur harus dilakukan
d) Tempat pembayaran f) Tanggal, tempat surat diterbitkan
g) Tanda tangan penerbit
6.Jenis – Jenis Surat Berharga Yang Diatur Dalam KUHD
Wesel
Surat wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tempat tertentu,
dimana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk membayar sejumlah
uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya, pada tanggal dan tempat tertentu.
Wesel merupakan surat berharga yang mengandung suatu perintah pembayaran yang
harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan dalam KUHD.
Surat Sanggup
Yang dimaksud dengan perkataaan sanggup dalam hal ini adalah sama dengan setuju.
Kata sanggup mengandung suatu janji untuk membayar, yaitu kesedian dari pihak penanda
tangan untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada waktu
tertentu. Jadi surat sanggup atau surat aksep adalah surat tanda atau setuju membayar
sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu. Surat sanggup juga
disebut surat aksep yang berarti setuju. Kedudukan si penanda tangan surat aksep adalah
sama seperti kedudukan akseptan pada surat wesel, artinya suatu janji sanggup atau setuju
membayar. Hal ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 177 ayat 1 KUHD yang menyatakan
bahwa penanda tangan suatu surat aksep sama terikatnya seperti akseptan suatu surat wesel.
Surat sanggup tidak dapat digolongkan kepada surat pengakuan utang walaupun di
dalamnya penanda tangan sudah tertulis bahwa utangnya pada pemegang dan berjanji
membayar pada hari bayar. Surat pengakuan utang bukan surat berharga, melainkan hanya
merupakan surat bukti utang yang diperalihkan kepada orang lain.
Cek
Definisi tentang surat cek ini sebenernya tidak dirumuskan dalam perundang – undangan
dan yang ada hanyalah peraturan tentang syarat – syarat formal sepucuk surat cek, yang
terdapat di dalam Pasal 178 KUHD
Atas dasar ini dapat disimpulkan definisi surat cek adalah surat yang memuat kata cek
yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, dimana penerbit memerintahkan tanpa
syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau
pembawa di tempat tertentu.
Cek adalah surat perintah membayar sesuatu jumlah yang ditunjukkan kepada bank atau
kepala giro cek, cek dianggap sebagai alat pembayaran yang tidak sah, cek itu terjadi karena
kita mempunyai simpanan pada bank atau giro. Untuk pengambilan tersebut diperlukan suatu
surat pengambilan yang disebut cek
Akan tetapi, perintah pembayaran dalam kuitansi bukanlah perintah pembayaran dalam
arti sebenarnya, melainkan hanya merupakan bentuk perintah tidak langsung dengan
menggunakan kata terima, artinya pemegang kuitansi telah menerima perintah pembayaran
tidak langsung dari penanda tangan jika pemegang kuitansi itu memperlihatkan kepadanya
uang yang disebutkan namanya dalam surat itu mengakui dan bersedia membayar, ia bebas
dari utangnya jika ia membayar dan surat itu dikuasaianya.
Kuitansi itu bersifat sebagai surat perintah pembayaran atas tunjuk, kuitansi atas tunjuk
tidak diatur bersama – sama dengan surat cek, sebab kuitansi atas tunjuk itu bukan perintah
membayar dalam arti sebenarnya dan tidak memenuhi syarat formal cek. Kuitansi dapat
diserahkan kepada siapa saja yang akan memerintahkan pembayaran atas uang yang
disebutkan namanya di dalam surat itu sesuai dengan fungsinya sebagai surat atas tunjuk.
Promes Atas Tunjuk
Istilah promes berasal dari promesse dalam bahasa Prancis yang artinya, sanggup atau
janji, yaitu sanggup membayar atau janji membayar. Orang yang menandatangani surat itu
menyanggupi atau berjanji untuk membayar sejumla uangbyangb tersebut dalam surat itu
kepada setiap pemegangnya.
Promes ini bersifat atas tunjuk, artinya siapa saja yang memegang surat itu dan setiap saat
ia memperlihatkan kepada yang bertanda tangan ia akan memperoleh pembayaran.
Penerbitan promes atas tunjuk dapat dilakukan secara penglihatan dan dapat pula secara
sesudah penglihatan. Perbedaan antara promes atas tunjuk dan surat sanggup adalah pada
promes atas tunjuk nama pemegangnya tidak dalam surat itu. Adapun pada surat sanggup
nama pemegangnya dicantumkan dalam teksnya.
Pemegang surat promes atas tunjuk harus menagih pembayarannya dalam waktu enam
hari setelah surat itu diterimanya sebagai pembayaran, hari penerimaannya tidak dihitung
sebagaimana ditentukan di dalam pasal 229 i ayat (1) KUHD.
Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah pemilik dana pada rekening giro, kepada
bank atau tertarik untuk memindahkan sejumlah dana ke dalam rekening yang tertera dalam
bilyet giro, dana mana tidak dapat dicairkan secara tunai.
Berdasarkan pasal 506 KUHD, konosemen adalah suatu surat bertanggal yang dibuat oleh
pengangkut (dalam hal ini perusahaan pelayaran), yang menerangkan bahwa ia telah
menerima barang-barang (dari pengirim) untuk diangkut ke suatu tempat tertentu dan
selanjutnya menyerahkannya kepada orang tertentu (penerima), surat mana di dalamnya juga
menerangkan mengenai syarat-syarat penyerahan barang-barang dimaksud.
Surat Berharga Di Luar KUHD
6.Jenis – Jenis Surat Berharga Yang Diatur Di Luar KUHD
Obligasi
Obligasi adalah surat pengakuan utang yang dapat dikeluarkan oleh pemerintah atau
perusahaan dengan jangka waktu sekurang-kurangnya satu tahun. Obligasi diterbitkan oleh
emite (debitur) melalui bank atau perusahaan pada umumnya kemudian dijual kepada
investor (kreditur).
Unsur Obligasi:
a) Bukti uang.
b) Berisi janji-janji: Jangka waktu, Bunga, dan Periodeik pembayaran bunga.
c) Jangka waktu.
Saham
Saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu perseroan, yang dibuktikan
dengan surat saham, sebagai suatu surat legitimasi yang menyatakan bahwa pemegang adalah
orang yang berhak atas deviden, hak suara, dan manfaat lainnya. Saham diatur dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Sertifikat Deposito
Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah tak bersayarat dari nasabah yang telah di bakukan
bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening
giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya, kepada bank yang
sama atau kepada bank lainnya (Purwosutjipto), dengan demikian pembayaran dana Bilyet
Giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan tidak dapat dipindahtangankan melalui
endosemen (SK Direksi Bank Indonesia No.4/670, Sub 1).
Kedudukan Bilyet Giro dengan cek hampir sama, hanya bedanya cek adalah alat
pembayaran tunai sedangkan bilyet giro merupakan alat pembayaran yang bersifat giral,
dengan cara memindah bukukan sejumlah dana dari sipenerbit. Bilyet Giro merupakan surat
yang berharga karena tidak boleh endosemen kepada orang lain. Karena diendosemen saja
dilarang, apalagi diserahkan secara fisik sudah tentu dilarang. Karena larangan untuk
diendosemen, itu berarti larangan juga untuk menjual kepada orang lain dengan kata lain
sukar (tidak boleh) diperjual belikan. Pengaturan mengenai Bilyet Giro ini didasarkan kepada
SEBI No. 4/670 UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972.
SUMBER:
https://indraprasetyalaw.wordpress.com/2016/10/16/surat-berharga-dalam-kitab-undang-undang-
hukum-dagang-kuhd/
http://echtheid-irsan.blogspot.com/2014/11/surat-berharga-dalam-kuhd-dan-di-luar.html