Oleh:
Nurmala Ita (20170610141)
Kelas G
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menjadi
bekal hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perjanjian pada
Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis merasa
bahwa dalam menyusun makalah ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan,
disamping itu penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya, karena keterbatasan
maupun pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Menyadari penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya
khususnya kepada Dosen Pengampu Priharti Yuniarlin, S.H., M.Hum.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
Nurmala Ita
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Perjanjian Sewa Beli
B. Subjek Perjanjian Sewa Beli
C. Objek Perjanjian Sewa Beli
D. Klausual dalam Perjanjian Sewa Beli
E. Lahirnya Perjanjian Sewa Beli
F. Berakhirnya Perjanjian Sewa Beli
G. Contoh Kasus Perjanjian Sewa Beli
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak
yang lain dalam hal lapangan harta kekayaan. Ruang lingkup perikatan adalah
untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan memberikan sesuatu.
Adapun sumber perikatan yang tercantum dalam BW dalam pasal 1234 adalah :
1. Perjanjian
b. Undang-Undang saja
Perjanjian seperti ini dapat dikatakan lahir karena kebiasaan dari masyarakat,
sehingga tidak jarang masyarakat menyebutkan bahwa salah satu sumber
perikatan adalah dari kebaiasaan, selain dari perjanjian dan undang-undang.
Perjanjian ini merupakan jawaban atas perkembangan masyarakat yang begitu
pesat sehingga menuntut adanya suatu inovasi ketika mereka melakukan
hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian sewa beli dan dimana letak
pengaturannya?
2. Siapakah subjek dalam perjanjian sewa beli?
3. Apakah objek dalam perjanjian sewa beli?
4. Klausul apa saja yang terdapat dalam perjanjian sewa beli?
5. Kapan lahirnya suatu perjanjian sewa beli?
6. Kapan berakhirnya suatu perjanjian sewa beli?
7. Contoh kasus perjanjin sewa beli?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perjanjian sewa beli dan dasar
hukumnya.
2. Untuk mengetahui siapakah subjek dan apakah objek dalam perjanjian sewa
beli.
3. Untuk mengetahui perbedaan perjanjain sewa beli dengan jual beli angsuran,
leasing, jual beli, dan sewa menyewa.
D. Manfaat
1. Memperdalam materi tentang hukum perjanjian khususnya perjanjian
innominat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Memperdalam materi tentang perjanjian sewa beli sebagai suatu
perkembangan dari perikatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perjanjian Sewa Beli
Perjanjian sewa beli ini adalah jenis perjanjian tidak bernama (innominaat)
yang dalam Pasal 1319 KUHPerdata telah diberikan landasan yuridis mengenai
adanya perjanjian tidak bernama. Selain itu Perjanjian sewa beli yang merupakan
perjanjian innominaat ini haruslah tunduk pada ketentuan umum KUHPerdata
seperti dalam pasal 1337 KUHPerdata yang memberikan batasan bahwasanya
segala bentuk perjanjian diperbolehkan apabila tidak dilarang oleh undang-undang
atau berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.
Pengaturan mengenai Perjanjian sewa beli ini terdapat dalam Pasal 1 Surat
Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980 yang
menyebutkan bahwa sewa beli (Hire Purchase) merupakan sewa beli barang
dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan
setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli sebagai pelunasan atas harga
barang yang telah disepakati bersama dan diikat dalam suatu perjanjian, serta hak
milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah
jumlahnya harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.
Terdapat beberapa ahli yang menyebutnya dengan penjual dan pembeli atau
penyewa. Menurut Subekti, pihak pembeli menjadi penyewa terlebih dahulu dari
barang yang ingin dibelinya. Adapun kewajiban dari para pihak, yaitu sebagai
berikut :
1. Hak penjual :
a. Meminta dan menerima harga pembayaran atas angsuran objek yang
disewabelikan.
b. Menuntut ganti rugi dan membatalkan perjanjian, bilamana pihak
penyewa beli tidak membayar uang angsuran.
c. Menarik kembali objek dari pihak penyewa beli, bilamana ia
memindahtangankan kepada pihak ketiga atau menunggak membayar
angsuran.
2. Kewajiban penjual :
a. Menyerahkan objek perjanjian kepada penyewa beli.
b. Merawat barang yang akan disewabelikan itu sebaik-baiknya agar dapat
dipakai sebagaimana mestinya.
c. Menyerahkan hak milik sepenuhnya kepada pihak penyewa beli apabila
pembayaran harga objek yang disewabelikan telah lunas.
Selanjutnya hak dan kewajiban pihak penyewa beli atau pembeli sewa atau lazim
disebut pihak kedua.
1. Hak pembeli :
a. Mendapatkan barang yang disewabelinya dari pihak penjual beli
walaupun hak milik objek tersebut belum berpindah kepada pihak
pembeli sewa sampai harga objek tersebut di bayar lunas.
b. Menuntut pada pihak yang mempersewabelikan atas cacat yang
tersembunyi dari barang yang disewabelinya.
c. Memperoleh hak milik sepenuhnya atas objek yang disewabelinya
apabila pembayaran harga objek tersebut telah lunas sesuai yang
diperjanjikan.
2. Kewajiban pembeli :
a. Membayar uang panjar dan selanjutnya membayar uang angsuran lunas,
sesuai yang ditentukan dalam perjanjian.
b. Memelihara objek yang disewabelinya dan bertindak selaku bapak rumah
tangga yang baik dan tidak boleh memindahtangankan dalam bentuk
apapun sebelum angsuran dilunasi.
1. Klausula Eksonerasi
Klausula eksonerasi adalah klausula yang berisi pembatasan
pertanggungjawaban dari kreditur. Klausula ini bertujuan untuk
membebaskan atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak terhadap
gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan tidak atau tidak dengan
semestinya melaksanakan kewajibannya yang ditentukan dalam perjanjian
tersebut.
Klausula eksonerasi yang terdapat dalam perjanjian baku pada
umumnya terlihat pada ciri-ciri yang ada yaitu adanya pembatalan tanggung
jawab atau kewajiban salah satu pihak (kreditur) untuk membayar ganti rugi
kepada debitur. Badrulzaman mengemukakan ciri-ciri klausula eksonerasi
sebagai berikut :
a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang relatif lebih kuat
dari debitur.
b. Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian.
c. Bentuknya tertulis.
d. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.
Ciri khas dari pranata sewa beli yaitu perjanjian bentuk tertulis,
meskipun bentuk tertulis bukanlah syarat untuk sahnya suatu perjanjian sewa
beli. Dari bentuk tertulis ini timbul perjanjian-perjanjian yang bentuk maupun
isinya telah dibuat oleh salah satu pihak. Biasanya pembuat perjanjian baku
ini adalah pelaku usaha/kreditur/penjual yang umumnya mempunyai posisi
tawar yang lebih kuat.
Kreditur menyodorkan bentuk perjanjian yang berwujud blanko atau
formulir dengan klausul-klausul yang sudah ada, kecuali mengenai harga,
cara pembayaran, jangka waktu, jenis barang, jumlah serta macamnya.
Klausul-kalusul tersebut ada yang berisi pembebasan atau pembatasan
tanggung jawab dari pihak yang membuat perjanjian, dalam hal ini pelaku
usaha yang ditujukan untuk melindungi kepentingan pihaknya dari resiko
yang mungkin dihadapinya, yang disebut klausula eksonerasi.
Klausula eksonerasi yang muncul dalam perjanjian sewa beli misalnya
klausula yang menyatakan bahwa kreditur tidak bertanggung jawab atas
segala kerusakan dan kehilangan. Klausula tersebut membatasi tanggung
jawab pelaku usaha/kreditur untuk membayar ganti rugi kepada
konsumen/debitur.
2. Klausul Risiko
Berpedoman pada perkara yang pernah di tangani oleh Pengadilan
Negeri Surabaya, menurut Subekti, risiko musnahnya barang dalam
perjanjian sewa beli ada pada pemilik barang karena selama biaya angsuran
belum dibayar secara lunas, hak milik belum berpindah kepada si penyewa
beli.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hak milik beralih kepada
penyewa beli bila ia telah memenuhi semua kewajibannya berdasarkan
persetujuan pembelian (uit hoofde van de koopovereenkomst).
Saat peralihan hak milik dapat di sepakati antara kedua belah pihak,
dan dalam praktek hak milik berakhir setelah pembayaran angsuran telah
lunas.
Penyerahan barang biasanya di lakukan dengan suatu pernyataan saja,
karena barangnya sudah berada di dalam kekuasaan si pembeli dalam
kedudukannya sebagai penyewa cara penyerahan ini di namakan traditio
brevimanu (penyerahan dengan tangan pendek).
Kapan terjadinya perjanjian sewa beli ini tidak ditentukan dengan tegas.
Namun apabila melihat dari pasal 1320 KUH Perdata, saat terjadinya perjanjian
sewa beli ini adalah pada saat terjadinya persamaan kehendak atau kata sepakat
antara penjual dan pembeli atau penyewa. Dari sisi perjanjian formal terjadinya
perjanjian sewa beli adalah pada saat ditandatanganinya perjanjian sewa beli oleh
para pihak. Jadi, tetap mengacu pada ketentuan pasal 1320 KUH Perdata tentang
syarat sahnya perjanjian, yaitu :
1. Sepakat
2. Cakap
3. Objek Tertentu
4. Kausa Halal
Sejak terjadinya perjanjian tersebut maka timbulah hak dan kewajiban dari
para pihak, hak penjual adalah menerima uang pokok beserta angsuran setiap
bulannya dari pembeli atau penyewa sedangkan kewajiban penjual adalah
menyerahkan obyek sewa beli. Hak pembeli atau penyewa adalah menerima
barang yang disewabelikan setelah pelunasan terakhir sedangkan kewajiban
pembeli adalah membayar uang pokok, uang angsuran setiap bulannya dan
merawat barang yang disewabelikan tersebut.
F. Berakhirnya Perjanjian Sewa Beli
2. Meninggalnya pembeli sewa namun tidak ada ahli waris yang melanjutkan.
4. Dilakukan perampasan oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lain, hal ini
terjadi karena pembeli sewa telah mengalihkan obyek sewa beli kepada pihak
lain.
G. Contoh Kasus
Putusan No. 2941/Pdt/1999 mengenai Perjanjian Sewa Beli
PT. UNITED TRACTORS dan Ny. Marina Situmorang melakukan
perjanjian sewa beli Bulldozer, merk Komatzu sebanyak 2 (dua) unit pada tanggal
26 September 1995 dengan harga keduanya ditambah dengan PPN 10% sejumlah
Rp 1.004.602.454.
Pembayaran dilakukan dengan membayar uang muka terlebih dahulu
sebesar Rp 9.825.000 sedang sisanya sebesar Rp 994.777.454 akan diangsur
dalam 18 bulan. Kemudian dalam pasal 4 ayat 1 perjanjian sewa beli disebut
“Pemillik akan menyerahkan Bulldozer yang disewa kepada penyewa dalam
keadaan siap pakai dst...”
Akan tetapi pada kenyataan Bulldozer yang diserahkan kepada Ny. Marina
Situmorang tidak dilengkapi dengan alat penarik atau disebut namanya WINS,
atas ketidaklengkapan Bulldozer tersebut PT. UNITED TRACTORS akan segera
mengirimnya kelokasi proyek Ny. Marina Situmorang.
Setelah Bulldozer tersebut dikirim di lokasi proyek ke 2 (dua) unit
Bulldozer tersebut tidak bisa dioperasikan langsung oleh Ny. Marina S karena
tidak ada alat penariknya, beberapa hari kemudian alat penarik tersebut baru
dikirim. Akan tetapi setelah beberapa hari dioperasikan salah satu Bulldozer
mengalami kerusakan. Dari rentetan menunggu Bulldozer terlengkapi alat penarik
sehingga dapat dioperasikan hingga kerusakan setelah beberapa alat tersebut
dioperasikan, Ny. Marina mengalami kerugian yang membuat dirinya tak mampu
mengangsur Bulldozer sesuai perjanjian.
Sebelumnya hal ini telah diberitahukan oleh Ny marina kepadda PT.
UNITED TRACTORS akan tetapi tidak dihiraukan yang kemudian
mengakibatkan penarikan Bulldozer oleh PT. UNITED TRACTORS. Dari
kejadian inilah Ny. Marina mengajukan gugatannya kepada PT. UNITED
TRACTORS mengenai perbuatan melanggar hukum sesuai pasal 1365
KUHPerdata dan Putusan MA RI No. 935 K/PDT/1985.
B. Saran
Hal ini perlu adanya pengaturan tegas mengenai risiko tersebut. Karena
apabila dilihat dari segi hak milik, objek pada perjanjian sewa beli baru berpindah
setelah angsuran sesuai perjanjian telah dilunasi. Dari hak milik ini dapat
disimpulkan bahwa risiko seharusnya ditanggung oleh penjual bukan oleh pihak
penyewa beli.
Saya merasa bahwa perjanjian sewa beli dirasa menguntungkan bagi kedua belah
pihak. Dimana bagi pihak penjual, ia dapat menjual barangnya dan mendapatkan
pembeli yang jumlahnya lebih banyak juga penjual lebih merasa aman karena
selama harga barang belum dilunasi, maka hak milik belum berpindah kepada
pembeli. Bagi pihak pembeli, ia dapat menikmati manfaat dari barang tersebut dan
dapat menjadi pemilik barang tersebut ketika ia telah membayar uang angsuran
seharga barang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8244677/Makalah_Perjanjian_Sewa_beli_Hukum_Perikatan
_?auto=download