0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
86 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut merangkum tentang pengertian, tata cara pengajuan, dan format pledoi (pembelaan) dalam proses persidangan pidana menurut KUHAP. Pledoi diajukan setelah tuntutan Jaksa dengan syarat terdakwa mendapat giliran terakhir. Pledoi harus disusun secara tertulis oleh penasehat hukum dan mencakup pendahuluan, pembahasan fakta dan hukum, serta kesimpulan dan permohon
Dokumen tersebut merangkum tentang pengertian, tata cara pengajuan, dan format pledoi (pembelaan) dalam proses persidangan pidana menurut KUHAP. Pledoi diajukan setelah tuntutan Jaksa dengan syarat terdakwa mendapat giliran terakhir. Pledoi harus disusun secara tertulis oleh penasehat hukum dan mencakup pendahuluan, pembahasan fakta dan hukum, serta kesimpulan dan permohon
Dokumen tersebut merangkum tentang pengertian, tata cara pengajuan, dan format pledoi (pembelaan) dalam proses persidangan pidana menurut KUHAP. Pledoi diajukan setelah tuntutan Jaksa dengan syarat terdakwa mendapat giliran terakhir. Pledoi harus disusun secara tertulis oleh penasehat hukum dan mencakup pendahuluan, pembahasan fakta dan hukum, serta kesimpulan dan permohon
I. PENGERTIAN PLEDOI • Pledoi dalam UU No.8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP) dikenal dengan istilah pembelaan. • Yahya Harahap menjelaskan bahwa pembelaan dirangkai dalam pembahasan untuk memudahkan melihat kaitan antara 2 proses yaitu tuntutan pidana dan pembelaan dalam suatu pemeriksaan perkara. • Tuntutan Jaksa Penuntut Umum akan dijadikan acuan oleh penasehat hukum terdakwa dalam menyusun pledoi karena hekikatnya antara tuntutan dan pembelaan merupakan dialogis jawab menjawab terakhir oleh para pihak dalam proses pemeriksaan perkara pidana. • Mendasarkan pada ketetuan pasal 54 KUHAP seorang terdakwa berhak untuk mendapatkan bantuan hukum guna kepentingan pembelaan selama dan waktu pada setiap tingkat pemeriksaan. • Pasal 65 KUHAP terdakwa memiliki hak mengajukan saksi dan ahli yang adecharge. • Terdakwa didepan persidangan dianggap tidak bersalah terlebih dahulu sebelum dipersidangan dinyatakan telah terbukti bersalah dan putuusan hakim tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) hal tersebut merupakan implementasi dari asas “praduga tak bersalah” (presumption of innosence) sesuai ketentuan pasal 8 UU no 4 tahun 2004. II. KAPAN PLEDOI DIAJUKAN Pasal 182 ayat (1) KUHAP berbunyi : a. Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana; b. Selanjutnya Terdakwa dan atau Penasehat Hukum mengajukan pembelaannya yang dapat dijawab oleh Penuntut Umum, dengan ketentuan bahwa Terdakwa atau Penasehat Hukum selalu mendapat giliran terakhir; c. Tuntutan, pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis dan setelah dibacakan segera diserahkan kepada Hakim ketua siding dan turunannya kepada pihak yang berkepentingan. III. TATA CARA PENGAJUAN PLEDOI 1. Diajukan atas dasar permintaan Hakim ketua sidang Walaupun pengajuan pledoi merupakan hak yang melekat pada diri terdakwa atau penasehat hukum, giliran untuk mengajukan pledoi disampaikan pada tahap tertentu setelah hakim memintanya untuk mengajukan pledoi. 2. Mendahulukan pengajuan tuntutan Ketentuan pasal 182 ayat (1) huruf (a) dan (b) KUHAP telah menentukan giliran waktu antara penuntut umum dan terdakwa atau penasehat hukumnya dalam mengajukan tuntutan dan pledoi maupun jawaban atas pledoi. Giliran pertama diberikan kepada penuntut umum untuk melakukan tuntutan pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa. Setelah penuntut umum selesai mengajukan tuntutan baru giliran terdakwa atau penasehat hukum mengajukan pledoi atas tuntutan tersebut. 3. Jawab menjawab dengan syarat terdakwa mendapat giliran terakhir. Selama penuntut umum masih diberikan kesempatan untuk membuat tanggapan atau jawaban selama itu pula terdakwa atau penasehat hukum diberikan kesempatan untuk menjawab atau menanggapi. Hal tersebut merupakan syarat dalam jawab menjawab, dan terdakwa atau penasehat hukum selalu mendapat giliran yang terakhir 4. Pledoi dibuat secara tertulis Pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP berbunyi ; tuntutan, pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis dan setelah dibacakan segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dan turunannya kepada pihak yang berkepentingan. Jadi pembelaan dilakukan secara tertulis dan dibuat sekurang kurangnya rangkap dua, aslinya diserahkan kepada ketua sidang setelah selesai dibacakan dan turunannya diserahkan kepada penuntut umum dan kepada terdakwa. 5. Pengecualian bagi terdakwa yang tidak pandai menulis Penjelasan pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP: a. Bagi terdakwa yang tidak pandai menulis pembelaan dan jawaban dapat dilakukan secara lisan dipersidangan b. Pembelaan dan jawaban secara lisan dicatat oleh panitera dalam berita acara sidang IV. SYARAT PENTING DALAM PENYUSUNAN PLEDOI Pledoi disusun sebagai upaya meyakinkan majelis hakim kearah tidak terbuktinya tindak pidana yang didakwakan dan atau tidak bersalahnya terdakwa atau setidaknya meringankan kesalahan dan beban pertanggungjawaban pidana terdakwa. Beban moral dan profesi penasehat hukum harus mencari celah-celah hukum untuk tujuan tersebut. Dalam praktek penyusunan pledoi merupakan pertaruhan profesionalisme seorang penasehat hukum. Pledoi dapat dibuat secara baik jika penasehat hukum memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Penasehat hukum berlesensi sebagaimana dimaksud pada bab I pasal (1) angka (1) UU No 18 tahun 2003 tentang advokat, yaitu orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang (memiliki kartu advokat dan Berita Acara Sumpah) 2. Menguasai jalan peristiwa dengan baik (melalui BAP dan jalannya persidangan) 3. Menguasai hukum materiil dan formil 4. Pengalaman yang cukup 5. Cakap, intelegencia tinggi, tajam logikanya (memiliki kemampuan analisa hukum yang baik) 6. Memiliki moral yang baik (sebagai penegak hukum yang menjunjung etika profesi anti KKN) V. FORMAT PLEDOI Apabila dirinci, bagian dari pledoi secara umum adalah sebagai berikut: I. Judul Bisa ditulis PEMBELAAN atau kalimat apapun yang menggambarkan harapan dan atau isi pembelaan II. Pendahuluan • Pembukaan (penghargaan dan harapan) • Identitas terdakwa, No perkara, tindak pidana dalam dakwaan, dsb III. Fakta – fakta persidangan Berisi rekapan hasil pemeriksaan alat bukti persidangan (saksi, ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. IV. Pembahasan • Kontruksi Peristiwanya: Dari fakta-fakta yang diperoleh selama persidangan disusun dalam bahasan menjadi bentukan kejadian yang utuh dan kemudian disimpulkan • Konstruksi Hukumnya: menguraikan unsur-unsur dari dakwaan penuntut umum satu persatu dengan sistematika tertentu, dibahas dengan mengujinya pada fakta-fakta persidangan berdasarkan hukum, asas, doktrin, postulat, yurisprodensi, surat edaran, PERMA, Instruksi Menteri, dsb. V. Kesimpulan dan Permohonan Berisi poin-poin utama yang menggambarkan simpulan akhir dari isu hukum atau permasalahan yang disampaikan dalam pledoi dan permohonan kepada majelis hakim agar membebaskan, melepaskan atau setidaknya meringankan hukuman terdakwa. VI. CONTOH - CONTOH PLEDOI 1. Pledoi Kasus Penganiayaan atas nama terdakwa Yudi Rhisnandi (terlampir) 2. Pledoi Kasus jual beli asset BUMD pemprov Jawa Timur atas nama