Anda di halaman 1dari 6

PEMBELAAN DAN TATA CARANYA

“Dipresentasikan dalam mata kuliah Keadvokatan”

Dosen pengampu: Bukhari, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Sakinah Fitri 202013006

2. Andre Pasaribu 202013005

3. Ahmad Fahri Pardosi 202013007

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH

INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE

2023
Pembelaan dan tata caranya

A. Pengertian Pembelaan Menurut Perspektif Hukum Pidana Positif


Kata “pledoi” berasal dari bahasa Belanda, yaitu Pleidooi yang
artinya pembelaan, pledoi merupakan upaya terakhir dari seorang
terdakwa atau pembela dalam rangka memperthankan hak-hak dari
kliennya, membela kebenaran yang diyakininya, sesuai dengan bukti-bukti
yang terungkap dalam persidangan. Upaya terakhir maksudnya adalah
upaya dari terdakwa/pembela dalam persidangan perkara tersebut sebelum
dijatuhkan putusan oleh Pengadilan Negeri. Sebuah pembelaan pada
dasarnya dilakukan oleh tergugat dengan menolak, menyanggah, dan
melakukan perlawanan di muka persidangan. Namun tidak jarang tergugat
di pengadilan akan diwakilkan oleh pengacara, segala kepenti ngan
tergugat di pengadilan akan diwakilkan dan diurus oleh pngacara
sebagaimana yang diperjanjikan dalam surat kuasa.
Pledoi merupakan sebuah instrumen yang sangat penting dari
pekerjaan seorang (lawyer) dalam mendampingi seorang terdakwa dalam
persidangan. Menurut istilah pembelaan diri adalah suatu hak dan
kewajiban manusia untuk menjaga dirinya atau orang lain, atau hak
manusia untuk mempertahankan hartanya atau harta orang lain dari setiap
pelanggaran dan penyerangan yang tidak sah. Pembelaan atau pledoi
adalah pembelaan yang bersifat lisan atau tulisan baik terdakwa maupun
dari penasihat hukumnya berkenaan dengan tuntutan penuntut umum,
dalam pembelaan atau pledoi ini dapat dijawab oleh penuntut umum yang
atau penasihat hukumnya yang disebut duplik.
Sebuah pembelaan pada dasarnya dilakukan oleh terdakwa dengan
menolak, menyanggah dan melakukan perlawanan dimuka persidangan.
Dasar hukum pledoi diatur dalam Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP,
yang mengatakan bahwa, terdakwa atau penasehat hukum mengajukan
pembelaannya yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentan
bahwa terdakwa penasihat hukum selalu mendapat giliran terakhir. Pasal

1
182 ayat (1) huruf c KUHAP menentukan bahwa tuntutan, pembelan dan
jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis dan setelah dibacakan
segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dalam hal terdakwa tidak
dapat menulis, panitera mencatat pembelaannya.
B. Tata Cara Pengajuan Tuntutan Pidana dan Pembelaan (Pledoi)
Maupun Jawab-Menjawab
Pengajuan tuntutan pidana dan pembelaan baru dapat dilakukan
setelah terlebih dahuluada pernyataan hakim ketua sidang bahwa
pemeriksaan perkara telah selesai. Dengan kata lain, penuntutan dan
pembelaan merupakan tahap lanjutan setelah pemeriksaanterhadap perkara
dianggap selesai oleh ketua sidang. Oleh karena itu, pengajuantuntutan
pidana dan pembelaan harus melalui tata cara sebagai berikut:
1. Diajukan atas permintaan hakim ketua siding
Walaupun tindakan penuntutan merupakan fungsi yang melekat
pada instansi penuntutumum, fungsi itu baru dapat dipergunakan di
sidang pengadilan setelah ketua sidangmeminta kepadanya untuk
mengajukan penuntutan. Demikian halnya dengan
pengajuanpembelaan. Walaupun pengajuan pembelaan merupakan hak
yang melekat pada diriterdakwa atau penasihat hukum, giliran untuk
mengajukan pembelaan disampaikanpada tahap tertentu setelah hakim
memintanya untuk mengajukan pembelaan.
2. Mendahulukan pengajuan tuntutan dari pembelaan
Pasal 182 ayat (1) huruf a dan huruf b KUHAP telah
menentukan giliran antarapenuntut umum dan terdakwa atau penasihat
hukum dalam mengajukan tuntutan danpembelaan maupun jawaban
atas pembelaan. Giliran pertama diberikan kepadapenuntut umum
untuk mengajukan tuntutan pidana yang akan dijatuhkan
kepadaterdakwa.
Setelah penuntut umum selesai mengajukan tuntutan, baru
giliran terdakwa ataupenasihat hukum mengajukan pembelaan atas
tuntutan tersebut.

2
Menyinggung soal pertanyaan Anda soal pledoi diajukan setelah
tuntutan jaksa, YahyaHarahap mengatakan bahwa memberikan giliran
pertama kepada penuntut umummengajukan tuntutan adalah logis.
Bukankah pembelaan yang akan di ajukan oleh terdakwa atau
penasihat hukum erat sekali hubungannya dengan tuntutan pidana
yangdiajukan oleh penuntut umum? Kalau terdakwa atau penasihat
hukum yang diberi giliran pertama mendahului penuntut umum,
bagaimana dia dapat mengajukan pembelaanterhadap sesuatu yang
belum diketahui letak masalah dan peristiwa yang
dituntutkankepadanya.Alasan kenapa menempatkan terdakwa setelah
penuntut umum mengajukan tuntutanadalah agar terdakwa atau
penasihat hukum dapat menanggapi selengkapnya dasar-dasar dan
alasan yang dikemukakan penuntut umum dalam tuntutannya.
3. Jawab-menjawab dengan syarat terdakwa mendapat giliran terakhir
Giliran terakhir untuk menjawab diberikan kepada terdakwa
atau penasihat hukummerupakan syarat dalam jawab-menjawab.
Selama penuntut umum masih diberikankesempatan untuk menjawab
atau menanggapinya, selama itu pula terdakwa ataupenasihat hukum
harus diberikan kesempatan untuk menjawab atau
menanggapinya,kecuali mereka sendiri tidak mempergunakan hal
tersebut.
4. Tuntutan, pembelaan, dan jawaban dibuat secara tertulis
Bentuk tuntutan pidana, pembelaan, dan semua jawaban yang
berhubungan denganpenuntutan dan pembelaan dibuat dengan cara
tertulis. Menjawab pertanyaan Anda soalcara pengajuan pledoi yang
benar, Pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP berbunyi: Tuntutan,
pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis dan
setelahdibacakan segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dan
turunannya kepada pihakyang berkepentingan.
Jadi, pembelaan dilakukan secara tertulis dan dibuat sekurang-
kurangnya rangkap dua.Aslinya diserahkan kepada ketua sidang

3
setelah selesai dibacakan oleh pihak yangbersangkutan. Turunannya
diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Turunantuntutan dan
jawaban penuntut umum diserahkan kepada terdakwa atau
penasihathukum. Sebaliknya turunan pembelaan dan jawaban
terdakwa diserahkan kepadapenuntut umum oleh terdakwa atau
penasihat hukum.
5. Pengecualian bagi terdakwa yang tidak pandai menulis
Seperti yang telah dijelaskan di atas, tuntutan, pembelaan dan
jawaban atas pembelaandilakukan secara tertulis. Bagi terdakwa yang
tidak pandai menulis, undang-undangmemberikan pengecualian.
Pengecualian ini diatur dalam Penjelasan Pasal 182 ayat(1) huruf c
KUHAP, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi terdakwa yang tidak pandai menulis pembelaan dan jawaban
dapat dilakukansecara lisan di persidangan.
b. Pembelaan dan jawaban secara lisan dicatat oleh panitera dalam
berita acara sidang.
Adapun sistematika pembuatan pembelaan/pleidooi dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Judul
Apabila mempunyai keyakinan bahawa terdakwa tidak bersalah sama
sekali maka buatkan judul yang bersifat heroisme, patriotisme,
dramatisme dll sehingga mendapat perhatian dalam persidangan
misalnya pleidooi Presiden Soekarno berjudul “Indonesia Menggugat”.
2. Pendahuluan
Menyebutkan identitas terdakwa dan tindak pidana yang didakwakan
(menyingkat isi dakwaan menjadi sebuah resume) serta berisi
penghargaan dan harapan dari terdakwa (dapat ditambahkan beserta
keluarganya) terhadap majelis hakim.
3. Fakta-fakta

4
Fakta-fakta disusun secara sistematis dan apa adanya mulai dari
keterangan saksi korban sampai saksi ahli, barang bukti dan
keterangan terdakwa.
4. Konstruksi kejadian/peristiwa
Membeberkan kronologis kejadian/peristiwa yang sebenarnya
misalnya dimulai dari BAP , fakta-fakta yang terungkap dipersidangan
dll.
5. Pembahasan
Menguraikan unsur-unsur pidana yang didakwakan dengan
mencocokkan setiap unsur dengan menggunakan ketajaman pisau
logika hukum dan/atau doktrin-doktrin hukum yang kemudian
dianalisa hukumnya.
6. Kesimpulan dan permohonan
Berisi mengenai pendapat penasihat hukum advokat tentang kesalahan
atau tidak bersalahnya terdakwa dan bagaimana meringankan
terdakwa; 7. Membuat permohonan kepada majelis hakim tentang
tindakan hukum terhadap terdakwa sekurang-kuranganya meminta
keringanan untuk terdakwa.

Anda mungkin juga menyukai