DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK III
Kelompok III
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengadilan adalah badan atau instansi resmi yang melaksanakan sistem peradilan berupa
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. Bentuk dari sistem peradilan yang dilaksanakan
dipengadilan adalah sebuah forum publik yang resmi dan dilakukan berdasarkan hukum acara yang
berlaku di indonesia. Hukum acara yang berlaku di pengadilan agama sebagai salah satu badan
peradilan untuk menjalankan fungsinya dalam menegakkan hukum dan keadilan atau untuk
melaksanakn tugas pokoknya dalam menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan
perkara, adalah hukum acara peradilan yang dalam kaitan ini adalah hukum acara peradilan agama.
Sejak berlakunya undang-undang no. 7 tahun 1989 tentang pengadilan agama Dinyatakan oleh pasal
54 bahwa hukum acara yang berlaku pada peradilan dalam lingkungan peradilan agama adalah
hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang
telah diatur secara khusus dalam undang-undang tersebut.
Persidangan adalah sidang-sidang yang dilakukan oleh mahkamah baik sidang panel maupun
sidang pleno untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu perkara atau memutuskan suatu
permohonan yang diajukan kepada mahkamah konstitusi. Ketua sidang adalah hakim konstitusi ang
memimpin sidang baik. Didalam masyarakat tidak jarang terjadi kegagalan suatu keluarga dalam
membina rumah tangga yang isebabkan oleh buruknya keadaan suatu perkawinan. Dengan
diputuskannya tali perkawinan itu dipandag merupakan jalan terakhir yang terbaik bagi kedua belah
pihak setelah upaya perdamaian gagal. Kewajiban untuk mendamaikan pihak-pihak yang berperkara,
sangat menyuruh menyelesaikan setiap perselisihan dan persengketaan melalui pendekatan. Karena
itu layak sekali para hakim dan mengembangkan fungsi mendamaikan. Sebab bagaimana pun adilnya
suatu putusan, namun akan tetapi lebih baik dan lebih adil hasil perdamaian.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tuntutan hak
2. Gugatan lisan dan gugatan tertulis
3. Isi permohonan dan isi gugatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tuntutan Hak
Tuntutan hak adalah merupakan cara untuk memperoleh perlindungan terhadap hak
seseorang maupun badan hukum yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah
terjadinya tindakan main hakim. Tuntutan Hak atau Gugatan Biasa Pada dasarnya pihak
yang bersengketa dalam perkara perdata terdiri dari dua pihak,yaitu penggugat dan
tergugat. Dalam hal ini perkara tersebut mengandung sengketa, atau yang kemudian dikenal
dengan peradilan con-tentiosa atau contentious jurisdiction, yaitu kewenangan peradilan
yang memeriksa perkara yang berkenaan dengan masalah persengketaan antara pihak yang
berseng-keta (between contending parties). Penggugat merupakan pihak yang merasa
haknya telah dilanggar oleh pihak lain (tergugat). Pengajuan tuntutan hak dalam perkara
perdata dapat diajukan secara lisan maupun tertulis. Bentuk tertulis inilah yang kemudian
dikenal sebagai surat gugatan. HIR dan Rbg hanya mengatur tentang cara bagaimana
mengajukan gugatan. Persyaratan mengenai gugatan terdapat dalam Pasal 8 no. 3, yang
meliputi :
a) Pertama, identitas para pihak, berisi mengenai nama lengkap, umur, tempat tanggal
lahir, pekerjaan dan alamat atau domisili. Namun demikian, ada kalanya kedudukan
sebagai penggugat/tergugat dilakukan oleh cabang suatu badan hukum, oleh karna
itu harus dijelaskan mengenai badan hukum tersebut.
b) Kedua, posita atau funda mentum petendi, posita merupakan dalil-dalil konkrit
tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan-alasan dari
tuntutan. Posita terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang menguraikan tentang
kejadian-kejadian atau peristiwa hukum dan bagian yang menguraikan hukumnya,
yaitu uraian tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis
dari tuntutan.
c) Ketiga, petitum yang merupakan bagian dari surat gugatan yang berisi hal-hal yang
dimohonkan untuk diputuskan oleh hakim. Petitum terdiridari dua bagian, yaitu
petitum pokok atau Primer yang berisi hal-hal atau tuntutan pokok yang
dimohonkan untuk dikabulkan oleh pengadilan,seperti menuntut putusnya
perjanjian dengan ditambah ganti rugi atau menuntut pelaksanaan perjanjian
dengan uang paksa. Bagian kedua,yaitu petitum subsidair, yang berisi hal-hal yang
memberi kebebasan pada hakim untuk mengabulkan lain dari petitum primer. 1
Pengajuan tuntutan hak melalui gugatan biasa merupakan suatu pengajuan tuntutan
hak oleh subjek hukum yang satu kepada subjek hukum lainnya atas suatu sengketa
keperdataan, baik berupa wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum, dimana
pada diri pihak yang mengajukan tuntutan hak (gugatan) mengalami kerugian
langsung maupun kerugian meteriil sebagai akibatnya. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka unsur-unsur pengajuan gugatan biasa yang dikenal dalam HIR, Rbg
maupun Rv meliputi, pertama, adanya tuntutan hak. Tuntutan hakdalam hal ini
disebabkan tidak dilaksanakannya kewajiban oleh pihak lain secara sukarela atau
1
Henry Campbell Black, Black Law Dictionary, StPaul Minn West Publishing 1978, hlm. 289
sesuai dengan kesepakatan para pihak, sehingga terdapat pelanggaran hak pada
pihak satunya.Tuntutan hak dalam surat gugatan dimasukkan dalam petitum, yang
dapat berupa petitum primer maupun subsidair. Petitum pokok atau primer yang
berisi hal-hal atau tuntutan pokok yang dimohonkan untuk dikabulkan oleh
pengadilan, seperti menuntut putusnya perjanjian dengan ditambah ganti rugi atau
menuntut pelaksanaan perjanjian dengan uang paksa. Bagian kedua, yaitu petitum
subsidair, yang berisi hal-hal yangmemberi kebebasan pada hakim untuk
mengabulkan lain dari petitum primair. Tuntutan hak dalam suatu perkara perdata
dapat disebabkan karena wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum.
Wanprestasi terjadi manakala pada pihak debitur tidak melaksanakan kewajiban dan
bukan karena keadaan memaksa. Debitur melakukan b.wanprestasi apabila tidak
melakukan apa yang disanggupi untuk dilakukan, melakukan apa yang dijanjikan,
tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan, melakukan apa yang diperjanjikan
tetapi terlambat, atau melakukan sesuatu yangmenurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.2
Darmini Roza Dan Laurensius Arliman S, Komnas Ham Dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
(Yogyakarta: 2015)
Henry Campbell Black, Black Law Dictionary, StPaul Minn West Publishing 1978, hlm. 289