Anda di halaman 1dari 10

Gugatan Voluntair Dan Gugatan Contentious

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulliah

“Hukum Acara Peradilan Agama”

Dosen Pengampu : Dr. H. M. Hasan Ubaidillah, SHI., Msi.

Kelompok IV :

Athoillah Muhammad Al Hadad C73218029

Nanda Ainul Lathifah C73218052

Muhammad Sholahudin Al Ayyubi C93218097

Hukum Pidana Islam

Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

2020
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah tentang “Gugatan Voluntair Dan Gugatan Contentious”. Dan tak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada teman atau pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.

Dengan dibuatnya makalah ini harapan kami mampu menambah


pengetahuan bagi para pembaca, dan untuk kedepannya semoga dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik. Dan untuk yang lainnya
diharapkan makalah ini mampu meneyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pada mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi kami dan mendapatkan ridho dari ‫هلل‬.

Surabaya, 05 November 2020

Penyusun

I
Daftar Isi
Kata Pengantar ...................................................................................................... I

Daftar Isi ................................................................................................................ II

Pendahuluan .......................................................................................................... 1

A. Latar belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ........................................................................................ 1

Pembahasan ........................................................................................................... 2

A. Pengertian Gugatan Voluntair Dan Contentious .......................................... 2

B. Perbedaan Gugatan Voluntair Dan Contentious .......................................... 3

C. Isi Dari Gugatan Voluntair Dan Contentious ............................................... 5

Penutup .................................................................................................................. 6

Kesimpulan ............................................................................................................ 6

Daftar Pustaka....................................................................................................... 7

II
1

Pendahuluan
A. Latar belakang
Untuk memulai dan menyelesaikan persengketaan suatu perkara
perdata atau pidana yang terjadi diantara anggota masyarakat, salah satu
pihak yang bersengketa harus mengajukan permintaan pemeriksaan kepada
pengadilan. Para pihak yang dilanggar haknya dalam perkara perdata
disebut penggugat yang mengajukan gugatan kepada pengadilan dan
ditujukan kepada pihak yang melanggar (tergugat) dengan mengemukakan
duduk perkara (posita) dan disertai dengan apa yang menjadi tuntutan
penggugat (petitum).
Surat gugatan dalam arti luas dan abstrak mempunyai satu tujuan
ialah menjamin terlaksananya tertib hukum dalam bidang perdata,
sedangkan dalam arti sempit adalah suatu tata cara untuk memperoleh
perlindungan hukum dengan bantuan Penguasa, suatu tata cara yang
mengandung suatu tuntutan oleh seseorang tertentu melalui saluran-saluran
yang sah, dan dengan suatu putusan hakim ia memperoleh apa yang menjadi
"haknya" atau kepentingan yang diperkirakan sebagai haknya.
Gugatan merupakan suatu perkara yang mengandung sengketa atau
konflik antara pihak-pihak yang menuntut pemutusan dan penyelesaian
pengadilan dalam hal ini gugatan terbagi menjadi dua perkara yaitu Perkara
Voluntair dan Perkara Contentious. Di dalam makalah ini akan dijelaskan
apa yang dimaksud dengan gugatan voluntair dan apa itu gugatan
contentious, terutama pada peradilan acara agama.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gugatan voluntair dan contentious?
2. Apa perbedaan gugatan voluntair dan contentious?
3. Apa isi dari gugatan voluntair dan contentious?
2

Pembahasan
A. Pengertian Gugatan Voluntair Dan Contentious
1. Gugatan voluntair
Gugatan voluntair secara umum biasa disebut dengan permohonan
atau gugatan permohonan. Gugatan permohonan, secara yuridis adalah
permasalahan perdata yang diajukan dalam bentuk permohonan yang
ditandatangani permohonan atau kuasanya yang ditujukan kepada ketua
pengadilan negeri.1
Landasan hukum gugatan voluntair merujuk pada ketentuan Pasal 2
dan penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 14 tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.meskipun
UU 14/1970 ini telah diganti dengan Undang-undang nomor 4 tahun
2004 tentang kekuasaan kehakiman, apa yang digariskan Pasal 2 ayat 1
UU 14/1970 itu masih dianggap relevan sebagai landasan gugatan
voluntair yang merupakan penegasan, di samping kewenangan badan
peradilan penyelesaian masalah atau perkara yang bersangkutan dengan
yuridiksi contentious, yaitu perkara sengketa bersifat partai (ada pihak
penggugat dan tergugar), juga memberikan kewenangan penyelesaian
masalah atau perkara voluntair.
Proses pemeriksaan voluntair di pengadilan dilakukan secara
exparte yang bersifat sederhana, yaitu hanya mendengarkan keterangan
pemohon, memeriksa bukti surat atau saksi yang diajukan pemohon dan
tidak ada replik-duplik dan kesimpulan. Setelah, permohonan diperiksa
pengadilan akan mengeluarkan penetapan atau ketetapan.
2. Gugatan Contentious
Gugatan contentious lebih dikenal dengan gugatan adalah
permasalahan perdata yang mengandung sengketa antara dua pihak atau
lebih yang duajukan kepada ketua pengadilan negeri yang salah satu
pihak sebagai penggugat dan pihak yang satunya sebagai tergugat. Kata

1
Neng Yani Nurhayani, Hukum Acara Perdata, (Bandung; Pustaka Setia, 2015), 56
3

contentious berasal dari bahasa latin yang memiliki arti penuh semangat
atau berpolemik. Oleh sebab itu, penyelesaian perkara yang
mengandung sengketa, disebut yuridiksi contentiosa, yaitu kewenangan
peradilan yang berkenaan dengan masalah persengketaan antara pihak
yang bersengketa.
Dasar hukum contentious diatur di dalam Pasal 118 ayat 1 Herziene
Inlandsch Reglement (HIR) juncto Pasal 142 Rectstreglement voor de
Buitengewesten (RBg) untuk gugatan tertulis dan Pasal 120 HIR untuk
gugatan lisan.
Proses pemeriksaan gugatan contentious di pengadilan berlangsung
secara kontradiktor, yaitu memberikan hak dan kesempatan kepada
tergugat untuk membantah dalil-dalil penggugat dan sebaliknya
penggugat juga berhak melawan bantahan tergugat. Dengan kata lain,
pemeriksaan perkara berlangsung dengan proses sanggah menyanggah
baik dalam bentuk replik-duplik maupun dalam bentuk kesimpulan.
Pengecualian terhadap pemeriksaan contradictoir bersangkutan tidak
menghadiri persidangan yang ditentukan tanpa alasan yang sah, padahal
sudah dipanggil secara sah dan patut oleh juru sita. Setelah pemeriksaan
sengketa antara dua pihak atau lebih diselesaikan dari awal sampai akhit,
pengadilan akan mengeluarkan putusan atas gugatan tersebut.2
B. Perbedaan Gugatan Voluntair Dan Contentious
Berikut ini adalah perbedaan antara gugatan voluntair dan contentious
adalah:3
1. Di dalam gugatan voluntair hanya ada satu pihak saja sedangkan dalam
gugatan contentious terdapat dua pihak yang bersengketa;
2. Dalam gugatan voluntair tidak terdapat sengketa, sedangkan gugatan
contentious terdapat sengketa antara kedua pihak;

2
Moh. Taufik Makarao, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, (Jakarta; Rineka Cipta, 2009), 16-17
3
Abdullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama: Dilengkapi Contoh Surat-Surat Dalam
Praktik Hukum Acara Di Peradilan Agama, (Bandung; Mandar Maju, 2014), 32-33
4

3. Dalam gugatan voluntair hanya menjalankan fungsi executive power


atau administratif saja sehingga gugatan voluntair disebut dengan
jurisdiction voluntaria atau disebut peradilan yang tidak sesungguhnya.
Sedangkan di dalam gugatan contentious hakim berfungsi sebagai
hakim yang mengadili dan memutus pihak yang benar dan yang tidak
benar. Gugatan contentious disebut juga jurisdiction contentious atau
peradilan yang sesungguhnya;
4. Produk pengadilan di dalam perkara voluntair berupa penetapan atau
beschikking, disebut juga putusan declaratoir yaitu putusan yang
sifatnya menerangkan atau menetapkan suatu keadaan atau status
tertentu. Produk pengadilan di dalam perkara contentious berupa
putusan atau vonnis, yang putusannya dapat berupa putsan
condemnatoir yaitu putusan yang bersifat menghukum kepada para
pihak yang bersengketa;
5. Dalam voluntair, penetapan yang dikeluarkan pengadilan hanya
mengikat pada pemohon saja sehingga tidak mempunyai kekuatan
eksekutorial atau penetapan tidak dapat dilaksanakan/ dieksekusi.
Sedangkan putusan gugatan mengikat kepada kedua belah pihak
sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial.
Gugatan voluntair atau gugatan contentious pada prinsipnya diajukan
secara tertulis namun apabila para pihak tidak mampu membaca dan
menulis (buta huruf) permohonan/gugatan dapat diajukan secara lisan ke
Ketua Pengadilan Agama atau dilimpahkan kepada hakim untuk disusun
permohonan/gugatan kemudian dibacakan dan diterangkan maksud dan
isinya kepada pihak kemudian ditandatangani oleh Ketua Pengadilan
Agama atau hakim yang ditunjuk.4
Pihak-pihak yang dapat membaca dan menulis dapat menyampaiakan
gugatannya secara lisan ke Pengadilan Agama dengan menyampaikan
maksudnya kepada perugad Pengadilan Agama untuk dibuatkan

4
Ibid, 93
5

permohonan/gugatan oleh yang bersangkutan dan ditandatangani oleh yang


bersangkutan.5
C. Isi Dari Gugatan Voluntair Dan Contentious
1. Isi dari gugatan voluntair pada dasarnya memuat:
a. Identitas pemohon
b. Uraian kejadian
c. peremohonan
2. Isi gugatan contentious secara garis besar memuat hal-hal sebagai
berikut :
a. Identitas para pihak
Identitas para pihak meliputi nama, alamat, umur, pekerjaan,
agama, kewarganegaraan.
b. Uraian kejadian (posita)
Berisi uraian kejadian atau fakta-fakta yang menjadi dasar adanya
sengketa yang terjadi dan hubungan hukum yang menjadi dasar
gugatan. Posita juga disebut fundamentum petendi.
c. Permohonan (petitum)
Petitum atau tuntutan berisi rincian apa saja yang diminta dan
diharapkan penggugat untuk dinyatakan dalam putusan penetapan
kepada para pihak terutama pihak tergugat dalam putusan perkara.6
Ciri – ciri dari gugatan contentious ini diantaranya:
a. Ada pihak yang bertindak sebagai penggugat dan tergugat.
b. Pokok permasalahan hukum yang diajukan mengandung sengketa
diantara para pihak.7

5
Ibid
6
Ibid, 94
7
H. A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2008).,hlm 28
6

Penutup

Kesimpulan
Gugatan voluntair secara umum biasa disebut dengan permohonan atau
gugatan permohonan. Gugatan permohonan, secara yuridis adalah permasalahan
perdata yang diajukan dalam bentuk permohonan yang ditandatangani permohonan
atau kuasanya yang ditujukan kepada ketua pengadilan negeri. Sementara Gugatan
contentious lebih dikenal dengan gugatan adalah permasalahan perdata yang
mengandung sengketa antara dua pihak atau lebih yang duajukan kepada ketua
pengadilan negeri yang salah satu pihak sebagai penggugat dan pihak yang satunya
sebagai tergugat.

Di dalam gugatan voluntair hanya ada satu pihak saja sedangkan dalam
gugatan contentious terdapat dua pihak yang bersengketa. Dalam gugatan voluntair
tidak terdapat sengketa, sedangkan gugatan contentious terdapat sengketa antara
kedua pihak. Dalam gugatan voluntair hanya menjalankan fungsi executive power
Sedangkan di dalam gugatan contentious hakim berfungsi sebagai hakim yang
mengadili dan memutus pihak yang benar dan yang tidak benar. Produk pengadilan
di dalam perkara voluntair berupa penetapan. Produk pengadilan di dalam perkara
contentious berupa putusan atau vonnis. Dalam voluntair, penetapan yang
dikeluarkan pengadilan hanya mengikat pada pemohon saja. Sedangkan putusan
gugatan mengikat kepada kedua belah pihak sehingga mempunyai kekuatan
eksekutorial.

Baik di dalam gugatan voluntair dan contetntious secara garis besar isi di
dalam permohonan maupun gugatan sama, yakni; identitas (pemohon/ para pihak
yang bersengketa), uraian kejadian (posita), permohonan atau tuntutan (petitum).
7

Daftar Pustaka
Arto, H. A. Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).
Makarao, Moh. Taufik, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, (Jakarta; Rineka
Cipta, 2009).
Nurhayani, Neng Yani, Hukum Acara Perdata, (Bandung; Pustaka Setia, 2015).
Wahyudi, Abdullah Tri, Hukum Acara Peradilan Agama: Dilengkapi Contoh
Surat-Surat Dalam Praktik Hukum Acara Di Peradilan Agama, (Bandung;
Mandar Maju, 2014).

Anda mungkin juga menyukai