B. Ruang lingkup
1. HIR
2. RBG
3. RV
4. Undang-undang
5. Yurisprudensi
6. Adat Kebiasaan
7. Doktrin
8. Intruksi dan Surat Edaran Mahkamah Agung
9. Hukum Islam
Siapa saja yang tidkmapu untuk brtindak di anngap tidk mampu pula untuk bertindak sebagai
pihak di muka pengadilan.Yang diannggap tidak mampusebgi pihak
a. mereka yang belum cukup umur atau belum dewasa, mereka harus diwkili oleh walinya
b. mereka yang diletakkan dibswah pengampuan karena sakit ingatan (B.W Pasa 466. 452,
RV Pasal 248 nomor 2)
c. para pemboros dan pemabuk. Ketidak mampuannya terbatas pada perbuatanny dalm
bidang hokum harta kekayaan saja
d. seorag istri yag tundu pada BW tidk dapat bertindak sebagi pihak tana bantuan tana
bantuan dari suaminya (BW pasal 110), kecuali dalam hal perceraian atau apabila ia dituntut
dalam perkara pidana (BW pasal 111)
e. terhadap orang,yang telah meninggal dunia dapat pula dilakukan gugatan. Gugatanya
ditujukan kepad ahli warisnya sekaligus (RV pasal 7,248 nomor 1 BW 1194)
Badan-badan hokum sebagai pihak:
Selain orng badan hokum juga dapat diajukan sebagai pihak adalh :
a. badan hukum melalui engurusnya atau wakilnya (BW pasal 1655, RV pasal 8 nomor 2)
untuk mewakili bdan hokum, pengurus tidak memerlukan kasa khusus
b. badan hokum public gugatannya harus dialaatka kepada pemimpinnya (RV pasal 6 nomor
3)
c. jika yang digugat Negara maka orang yang mewakilinya tdak perlu disebut namanya dalam
gugatan. Beberap peraturan perundang-undangan enunjuk dengan tegas siapa-siapa yang
ditugaskan untuk ewkili badan hokum public ini, misalnya: gugatan terhadap pemerintah RI
harus ditujukan kepada pimpinan departemen yang bersangkutan RV (pasal 6 nomor 1)
Surat kuasa umum yakni surt kuasa yang menrngkan bhwa pemberian kuasatersebut
umum atau meliputi berbagai macam hal
Surat kuasa khusus yakni surat kuasa yang secara tegas menerangkan bahwa
pemberian kuasa itu hanya berlku khusus hal-hal tertentu saja misalnya khusus hanya
berlaku khusus hanyauntuk perpanjangn surat-surat tanah
Surat kuasa dibawa tangan, yaitu surat kusayang dibuat untuk menjadi bahn bukti dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak
Surat kuasa autentik, yaitu surat kuasa dibuat oleh notaries,parapihak tinggal menanda
tangani ( dihadapan notaris yng bersngkutan)
1. memberikan hak dan kewenangan untuk bertindak atas nama pemberi kuasa atas
nama pihak ketiga.
2. surat kuasa langsung mengikat pada diri pemberi kuasa sepanjang tidak melampaui
batas kewenagan
3. pemberi kuasa sebagai pihak materil dan penerima kuasa sebagai Pihak formil
sehingga akibat hukumnya pemberi kuasa terikat terhadap perbuatan hu8kum
penerima kuasa
KHUSUS
untuk mewakili pemberi kuasa dalam hal :
1. membeat/mengajukan jawaban, duplik, kesimpulan, berbagai argumentasi/ pembuktian
diberbagai upaya hukum dalam perkara nomor 188/Pdt/G/2005 di Pengadilan Negeri
Surabaya, untuk selanjutnnya disebut : TERGUGAT
2. Menandatangani segala surat-surat yang diperlukan untuk urusan ini.
3. …………………………………………………………………………………..
4. ……………………. ……...dan seterusnya…………………………………….
ttd
(Yudhi Kabisat, S.H) Jakarta, 11 Juli 2005
Yang Memberi Kuasa
ttd.
(Haji Tohir Gazali Yudha)
1. Berbentuk lisan
Bentuk gugatan lisan diatur dalam pasal 120 HIR (pasal 144 RBG) yang menegasakan:
Bilamana penggugat buta huruf maka surat giugatannya dapat dimasukkan dengan lisan
kepada Ketua Pengadilan Negeri, yang mencatat gugatan itu atau menyuruh mencatatnya.
Ketentuan ini dibuat untuk mengakomodasi kepentingan anggota masayarakat buta huruf
yang sangat besar jumlahnya pada masa pembentukan ketentuan ini. Ketentuan ini sangat
bermanfaat membantu masyarakat buta huruf yang tidak mampu membuat dan memformulasi
gugatan tertulis. Mereka dapat mengajukan gugatan dengan lisan kepada Ketua Pengadilan
Negeri, yang oleh undang-undang diwajibkan untuk mencatat dan menyuruh catat gugat
lisan, dan selanjutnya Ketua PN memformulasinya dalam bentuk tertulis. Selain itu,
ketentuan ini melepasakan rakyat kecil yang tidak mampu menunjuk seorang kuasa atau
pengacara, karena tanpa bantuan pengacara dapat memperoleh bantuan pertolongan dari
Ketua PNuntuk membuat gugatan yang diinginkannya.
Tanpa mengrangi penjelasan diatas, ada pihak yan berpendapat, ketentuan ini tidak relevan
lagi. Bukankah tingkat kecerdasan masyarakat sudah jauh meningkat dibanding masa lalu.
Namun demikian, memperhatikan luasanya Indonesia, serta tingkat kecerdasan yang tidak
merata terutama di pelosok pedesaan, dihubungkan dengan mahalnya biaya jasa pengacara,
ketentuan Pasal 120 HIR, dianggap masih perlu dipertahankan dalam pembaruan hukum
acara perdata yang akan datang.
Terlepas dari hal diatas, terdapat beberapa segia yang perlu dibicarakan mengenai pengajuan
gugatan secara lisan. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut
2. Bentuk tertulis
Gugatan yang paling diutamakan adalah gugatan dalam bentuk tertulis. Hal ini ditegaskan
dalam Pasal 118 ayat (1) HIR (Pasal 142 RBG). Menurut pasal ini gugatan perdata harus
dimasukkan kepada PN dengan surat permintaan yang ditanda tangani oleh penggugat atau
kuasanya. Memperhatikan ketentuan ini, yang berhak dan berwenang membuat dan
mengajukan guagatan perdata adalah sebagai berikut :
Penggugat sendiri
Kuasa
C. Syarat-syarat surat gugatan
1. Ditujukan (dialamatkan) kepada PN sesuai kompetensi relative
Surat gugatan secara formil harus ditujukan dan dialamatkan kepada PN sesuai dengan
kompetensi relatif. Harus tegas dan jelas tertulis PN yang dituju, sesuai dengan patokan
kompetensi relatif yang diatur dalam Pasal 118 HIR. Apabila surat gugatan salah alamat atau
tidak sesuai dengan kompetensi relatif :
Mengakinatkan gugatan mengalami cacat formil , karena gugatan disampaikan dan
dialamatkan kepada PN yang berada di luar wilayah hukum yang memeriksa dan
mengadilinya.
Dengan demikian gugatan dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijke verkland) atas
alasan hakim tidak berwenang mengadili.
2. Diberi tanggal
Bertitik tolak dari ketentuan pasal 118 ayat (1) HIR dihubungkan dengan pengertian akata
sebagai alat bukti pada dasarnya tidak mewajibkan pencantuman tanggal sebagai syarat
formil. Oleh karena ditinjau dari segi hukum :
Pencantuman tanggal, tidak imperatif dan bahkan tidk merupakan syarat formil surat
gugatan
Dengan demikian, kelalaian atas pencantuman tanggal, tidak mengakbatkan surat gugatan
mengandung cacat formil
Surat gugatanyang tidak mencantumkan tanggal, sah menurut hukum, sehingga tidak dapat
dijadikan dasar untuk menyataka gugatan tidak dapt diterima
Namun demikian, sebaikanya dicantumkan guna menjamin kepastian hukum atas pembuatan
dan penandatanganan surat gugatan, sehingga apabila timbul masalah penandatanganan surat
gugatan berhadapan dengan tanggal pembuatan dan penanda tanganan surat kuasa , segera
dapat diselesaikan.
3. Ditandatangani penggugat atau Kuasa
Tanda tangan ditulis dengan tangan sendiri
Cap jempol disamakan dengan tanda tangan dengan berdasarkan St. 1919-776
4. Identitas para pihak
Penyebutan identitas dalam surat gugatan, merupakan syarat formil keabsahan gugatan. Surat
gugatan yamng tidak menyebut identitas tergugat, menyebabkan gugatan tidak sah dan
dianggap tidak ada
Syarat identitas yang harus disebut dalam surat gugatn bertitik tolak dari ketentuan pasal 118
ayat (1) HIR, identitas yang harus dicantumkan cukup memadai sebagai dasar untuk :
Menyampaikan panggilan, atau
Menyampaikan pemberitahuan
Dengan demikian, oleh karena tujuan utama pencantumanidentitas agar dapat disampaikan
panggilan dan pemberitahuan, identitas yang wajib disebut, cukup meliputi :
Nama Lenkap
Nama terang dan lengkap, termasuk gelar atau Alias (jika ada)
Kekeliruan penyebutan nama yang serius
Penulisan nama tidak boleh didekati secara sempit atau kaku (Strict Law) tetapi harus
dengan lentur (Flexible)
Penulisan nama perseroan harus lenkap dan terang
Alamat atau tempat tinggal
Penyebutan identitas lain tidak imperatif
5. Fundamentum Petendi
Fundamentum petendi berarti dasar gugatan atau dasar tuntutan (grondslag van de lis). Dalam
praktik peradilan terdapat beberapa istilah yang akrab digunakan, antara lain :
Positum atau bentuk jamak disebut posita gugatan, dan
Dalam bahasa Indonesia disebut dalil gugatan.
6. Petitum Gugatan
Supaya gugatan syah dalam arti tidak mengandung cacat formil harus mencatumkan petitum
gugatan yang berisi pokok tuntutan penggugat berupa deskripsi yang jelas menyebut satu-
persatu dalam akhir gugatan tentang hal-hal apa saja yang menjadi pokok tuntutan penggugat
yag harus dinyatakan dan dibebankan kepada tergugat . Dengan arti lain petitum gugatan
berisituntutan atau permintaan trhadap pengadilan untuk dinyatakan dan ditetapkan sebagai
hak penggugat atau hukuman kepada tergugat atau kepadakedua belah pihak.
Cara penyusunan surat gugatan
a. Substantiaring Theorie
Menghendaki agar penyusunan suatu surat gugatan itu menguraikan secara jelas dan nyata
peristiwa-peristiwa hukum yang mendahuluinya.
b. Individualstering Theorie
Menghendaki kejadian-kejadian yang disebutkan dalam surat gugatan cukup menunjukkan
adanya hubungan hukum yang menjadi dasar tuntutan, tidak perlu kejadian yang mendahului
diuraikan dalam surat gugatan karena dapat dikemukakan pada sidang tahap pembuktian.
V. SURAT PERMOHONAN
Permohonan atau gugatan voluntair adalh permaslahan perdata ang dijkan dalambentuk
permohonan yang ditanda tngani pemohon atau kuasanya yng ditujkan kepada ketua
Pengadilan Negeri.
Bentuk-bentuk surat permohonan
1. Bidang hukum keluarga
Diatur dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan maupun peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum keluarga
a. permohonan izin poligami berdasarkan pasal 5 UU nomor 1 tahun 1974
b. permohonan ingin melangsungkan perkawinan tanpa izin orang tua berdasarkan pasal 6
ayat 5 UU nomor tahun 1974
c. permohonan pencegahan perkawinan berdasarkan pasal 13 jo pasal 17 ayat 1 UU nomor 14
tahun 1970
d. permohonan dispensasi nikah bagi calon mempelai pria yang belum berumur 16 tahun
berdasar pasal 7 UU nomor 1 tahun 1974
e. tugas permohonan pembatalan perkawinan berdasarkan pasal 25, 26, dan 27 UU nomor 1
tahun 1974
f. permohonan pengangkatan wali berdasarkan pasal 23 ayat 2 kompilasi hukum Islam,
Kepres nomor 1 tahun 1991 jo peraturan menteri agama no. 2 tahun 1987.
g. permohonan penegasan berdasarkan penggarisan yang diatur dalam SEMA nomor 6 tahun
1983 tanggal 30 september 1983 tentang penyempurnaan SEMA nomor 2 tahun 1979
2. bidang paten yang diatur dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2000
Permohonan kepada pengadilan niaga agar menerbitkan penetapan segera dan efektif
berdasarkan pasal 125.
3. bidang perlindungan konsumen berdasarkan Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen
4. permohonan berdasarkan UU no.5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan
5. permohonan berdasarkan UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
6. permohonan berdasarkan UU no. 1tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
7. permohonan berdasarkan UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.