Anda di halaman 1dari 3

SURAT GUGATAN

Pengertian dari gugatan ialah merupakan suatu tuntutan hak di dalam perdata yang
mengandung suatu sengketa dan merupakan landsaan dasar pemeriksaan perkara yang
diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana salah satu pihak sebagau penggugat, dan
pihak yang digugat disebut tergugat. Biasanya isi dari surat gugatan adalah layangan untuk
melakukan menuntut prestasi sesuai dengan perjanjian di awal yang dilakukan oleh kedua
belah pihak, dan untuk mengatasi kerugian yang dialami oleh penggugat. 1 Biasanya dasar
dari mengajukan Gugatan itu terdiri dari 3 yakni yang pertama adanya hubungan hukum,
yang sesuai dengan perjanjian, dan legal standing, yang kedua berdasarkan kepada PMH dan
Wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak yang berdasar kepada 1365 BW dan 1238
BW sehingga penggugat ingin prestasi dari tergugat dilakukan. Kemudian yang ketiga adalah
adanya Kerugian. Hasil dari kerugian tersebut diinginkan penggugat agar adanya antara
kompensasi ataupun restitusi. Jenis gugatan terdiri dari 2 yakni

1. Gugatan Lisan/ Verbal. Gugatan ini dilakukan biasanyaa pada mereka yang buta
huruf di perbolehkan untuk mengajukan gugatan secara lisan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang memiliki wewenang untuk mengurus suatu perkara yang
sifat nya secara perdata. Bentuk gugatan secara lisan ini tertuang pada Pasal 120
HIR (Pasal 144 RBg), sehingga ketentuan gugatan lisan yang diatur dalam HIR,
selain untuk mengakomodir kepentingan penggugat butaa huruf yang jumlahnya
masih sangat banyak di Indonesia pada masa pembentukan peraturan ini, juga
dapat membantu rakyat kecil yang tidak mampu untuk menunjuk advokat maupun
kuasa hukum karena dapat memperoleh bantuan dari Ketua Pengadilan yang
berwenang untuk mengadili suatu perkara perdata untuk membuktikan gugatan.
Syarat dari gugatan lisan adalah yang pertama untuk penggugat yang tidak bisa membaca
maupun menulis, edngan kata lain buta aksara, kedua, pengajuan gugatan secara lisan
disampaikan sendiri oleh penggugat kepada ketua Pengadilan Negerei dan tidak boleh adanya
perwakilan dari kuasa ataupun pengacara yang ditunjukan kepada calon penggugat, yang
ketiga, pelayanan yang harus diberikan kepada ketua Pengadilan Negeri adalah mencatat atau
menyuruh mencatat gugatan yang disempaikan oleh penggugat dan merumuskan gugatan
tersebut kedalam bentuk tertulis sesuai dengan keterangan yang diberikan atau diterangkan

1
Mengenal Perbedaan Gugatan dan Permohonan, 21 Oktober 2019
https://indonesiare.co.id/id/article/mengenal-perbedaan-gugatan-dan-permohonan
kepada penggugat pada waktu ia menyampaikan nya secara lisan didepan Ketua Pengadilan
Negeri.

2. Gugatan Tertulis. Bentuk gugatan tertulis ini adalah hal yang paling diutamakan
dan ditegaskan di depan pengadilan daripada bentuk lainnya. Gugatan tertulis
diatur dalam Pasal 118 ayat 1 HIR/ Pasal 142 RBg yang menyatakan bahwa
gugatan pertama pada tingkat pertama harus dimasukan kedalam PN dengan surat
permintaan yang ditandatangani oleh penggugat ataupun kuasanya. Dengan
demikian yang berhak mengajukan surat gugatan tersebut adalah penggugat atau
kuasanya.2
Syarat dari Gugatan Tertulis adalah, harus dimasukan kepada Ketua PN dengan surat
permintaan yang ditandatangani oleh kuasa maupun penggugat itu sendiri, dan yang kedua
pada Pasal 118 ayat 1 HIR memberi hak dan kewenangan kepada kuasa atua wakilnya untuk
membuat, menandatangani, mengajukan atau menyampaikan surat gugatan kepada PN.
Kemudian struktur gugatan terdiri dari beberapa tahap, yakni yang pertama adalah
Pesona standi in judicio, yakni biasanya identitas para pihak seperti nama, umur, tempat dan
tanggal lahir, pekerjaan, alamat atau domisil yang juga berkaitan dengan Kompetensi
Relatifnya. Dalam hal penggugat atau tergugat adalah merupakan suatu badan hukum
sehingga harus secara tegas disebutkan dan siapa yang berhak mewakili menurut peraturan
yang berlaku dan juga harus jelas ditunjukan mengenai identitas dari badan hukum itu
sendiri. Sebelum dimulai proses gugatan, di cek terlebih dahulu kualifikasi para pihak apa
saja, jika Cacat Formil maka proses gugatan tersebut tidak dapat diterima atau ditolak.3
Yang kedua adalah Fundamentum Petendi atau juga yang disebut dengan Positum
atau Posita. Posita adalah dalil konkret tentang adanya hubungan hukum yang merupakan
dasar dari tuntutan dalam paktek posita. Dalam posita biasanya termasuk objek perkaranya,
fakta-fakta hukum, kualifikasi perbuatan tergugat, uraian kerugian, serta juga hubungan
Posita dengan Petitum.4
Yang ketiga adalah Petitum. Petitum ialah kesimpulan dari suatu gugatan yang berisi
hal-hal yang dimohonkan untuk diputuskan oleh hakim ataupun Pengadilan yang
bersangkutan. Petitum biasanya terdiri dari dua bagian yakni Petitum Primair yang berisikan
hal pokok yang mohon dikabulkan oleh pengadilan dan Petitum Subsidiar yang isinya
2
, Sofie Widyana P, Bentuk Gugatan Menurut HIR February 24 2012,
http://www.hukumacaraperdata.com/gugatan/bentuk-gugatan-menurut-hir/
3
Laila M. Rasyid, Hukum Acara Perdata, Unimal Press 2015, hlm 33
4
Ibid, hlm 34
memberi kebebasan kepada hakim untuk mengabulkan lain dari Petitum Primair. Posita dan
Petitum mempunyai hubungan yang erat, yakni hal yang tidak dikemukakan dalam posita
tidak dapat dikemukakan di Petitum, tetapi dalam hal yang tidak dimintakan dalam petitum
dapat dikanulkan asal hal tersebut telah dikemukakan di petitum. Dengan demikian, posita
adalah dasar membuat petitum, petitum tidak boleh bertentangan dengan posita.5

5
Ibid, hlm 35

Anda mungkin juga menyukai