Anda di halaman 1dari 3

Hukum merupakan salah satu bagian elemen terpenting didalam kehidupan bermasyarakat

untuk menciptakan ketertiban dan kesejahteraan di wilayah negara tersebut. Hukum


mempunyai karakteristik yang tidak memandang buluh, yang artinya ia berlaku umum
secara adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat tidak peduli dari agama apa, ras
apa, maupun dari suku apa. Meskipun terdapat beberapa eksepsi untuk orang-orang
tertentu, namun alasan tersebut tidak tanpa dasar.
Demikian juga dengan Hukum Administrasi Negara atau juga yang disebut dengan
HAN, ia dibuat dari awal untuk membantu membuat peraturan agar bisa menciptakan
stabilitas di dalam suatu negara. HAN berasal dari Negara Belanda yang disebut dengan
Administratif recht atau Bestuursrecht yang mempunyai arti Lingkungan Kekuasaan/
Administratif di luar legislatif dan yudisial. Hukum administrasi negara termasuk dalam
hukum publik, yakni hukum yang mengatur pergerakan pemerintah dan juga mengatur
hubungan antara pemerintah dan warga negara atau bisa juga hubungan antar organ
pemerintahan. Hukum administrasi negara memuat berbagai macam peraturan bagaimana
cara suatu organ atau badan pemerintahan melaksanakan tugas mereka dengan benar.
Yang pernah dibahas oleh kelompok adalah mengenai sistem pembagian wilayah
dan daerah di Indonesia yang menggunakan sistem desentralisasi yang membuat sistem
pemerintahan di Indonesia lebih teratur. Secara umum pembagian kekuasaan wilayah di
Indonesia terdapat menjadi 4,
yang pertama sistem pemerintahan sentralisasi, dimana semua kekuasaan
bergantung sepenuhnya kepada pemerintah pusat. Jika daerah-daerah lain ingin membuat
rencana maupun suatu putusan, maka ia harus lapor kepada pemerintah pusat karena
kekuasaan nya bersifat sentral.
Kemudian yang kedua adalah sistem desentralisasi, dimana pemerintah memberikan
transfer kuasa dari pemerintah tingkat tinggi, kepada pemerintah daerah yang tingkatnya
lebih rendah, terhadap daerah mereka masing-masing untuk menata dan mengatur daerah
mereka tanpa harus menunggu persetujuan dari pemerintah pusat, hal ini membuat
kekuasaan negara tidak menjadi sentral, melainkan terpecah demi efisiensi agar daerah-
daerah tersebut bisa berkembang secara cepat. Dalam Desentralisasi pun pemerintah lokal
juga biasanya mengadakan pemilihan langsung pejabat lokalnya sendiri.
Yang ketiga adalah dekonsentrasi, dimana transfer kompetensi atau kekuasaan
administratif antar organisasi yang merupakan entitas serupa. Hal ini tentu berbeda dengan
desentralisasi yang dimana pemerintah pusat melakukan pelimpahan wewenang secara
utuh. Tetapi di dalam sistem dekonsentrasi, pemerintah pusat masih menyisakan
kemampuan mereka untuk mengambil keputusan kunci terhadap dirinya. Organ-organ yang
di bawah pemerintah pusat seperti pemda maupun dinas local diberikan wewenang untuk
mengambil keputusan yang sifat nya diluar kunci tadi, sehingga kekuasaan yang tertinggi
tetap harus melalui pemerintah pusat pada akhir hari.
Dan yang keempat adalah Tugas Pembantuan, yakni penugasan dari Pemerintah
Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada
Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi.
Diantara 4 aspek tersebut, Indonesia menggunakan desentralisasi, dekosentrasi,
serta Tugas Pembantuan yang digabung menjadi Otonomi Daerah. Otonomi daerah adalah
kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai undang-undang. Salah
satu prinsip otonomi daerah adalah nyata dan bertanggung jawab. Nyata dalam arti bahwa
pemberian otonomi kepada daerah harus didasarkan pada faktor, perhitungan, dan
tindakan atau kebijaksanaan yang benar-benar dapat menjamin daerah yang bersangkutan
secara nyata mampu mengurus rumah tangga sendiri. Bertanggung jawab, dalam arti bahwa
pemberian otonomi itu sejalan dengan tujuannya, yaitu melancarkan pembangunan yang
tersebut di seluruh pelosok negara yang serasi atau tidak bertentangan dengan pengarahan
yang telah diberikan, serasi antara pemerintah pusat dan daerah serta dapat menjamin
perkembangan dan pembangunan daerah. Tujuan otonomi daerah Terdapat beberapa
tujuan pemberian otonomi daerah, di antaranya:
-Distribusi regional yang merata dan adil
-Peningkatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin baik
-Adanya sebuah keadilan secara nasional
-Adanya pengembangan dalam kehidupan demokratis
-Menjaga hubungan yang harmonis antara pusat, daerah, dan antardaerah terhadap
integritas Republik Indonesia.
-Mendorong pemberdayaan masyarakat
-Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat dan
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
Kemudian, perangkat yang dipakai dalam Otonomi daerah tertera di dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang
dimaksud dengan perangkat daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Susunan
organisasi Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dalam
menyusun perangkar daerah harus sesuai dengan ketetapan Peraturan Daerah yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Berikut penjabarannya:

Sekretariat Daerah
Sekretariat daerah dipimpin oleh sekretaris daerah yang memiliki tugas dan
kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan
dinas daerah serta lembaga teknis daerah.

Dinas Daerah
Merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Kepala dinas daerah bertanggung
jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

Lembaga teknis daerah


Merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam menyusun dan
melaksanakan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah
sakit umum daerah

Tetapi, pemberlakuan sistem wilayah Otonomi Daerah tentu tidaklah sempurna, ada
potensi kelemahan, karena yang membuatnya juga manusia. Berikut beberapa kelemahan
dari penerapan sistem otonomi daerah,
-munculnya sifat kedaerahan atau etnosentrisme yang fanatis, sehingga dapat
menyebabkan konflik antar daerah;
-munculnya kesenjangan antara daerah satu dengan yang lain, karena perbedaan sistem
politik, sumber daya alam, maupun faktor lainnya;
-munculnya pejabat daerah yang sewenang-wenang;
-pemerintah pusat kurang mengawasi kebijakan daerah karena kewenangan penuh yang
diberi pada daerah;
-masing-masing daerah berjalan sendiri-sendiri, tanpa ada kerja sama, koordinasi, atau
bahkan interaksi.

Kesimpulan dari kelompok kami adalah, bahwa setiap negara mempunyai sistem
hukum nya masing-masing yang diterapkan di negara mereka masing-masing yang jika
diterapkan di negara yang berbeda belum tentu dapat berjalan dengan baik. Indonesia
mempunyai sistem hukum pembagian wilayah dan daerah yang tentunya juga berbeda
dengan negara lain. Kita menggunakan sistem otonomi daerah yakni desentralisasi yang
artinya pemerintah memberikan kekuasaan otonom kepada masing-masing daerah untuk
menyusun, mengatur dan mengurus daerah masing-masing tanpa ada campur tangan dari
pemerintah pusat. Tidak hanya desentralisasi saja, namun pemerintah juga melakukan tipe
pemerintahan dekonsentrasi secara bersamaan yang artinya memberikan  transfer
kompetensi atau kekuasaan administratif antar organisasi yang merupakan entitas serupa,
sehingga pemerintah pusat masih memegang “kunci” keputusan terhadap jalannya
keputusan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah dapat menjalankan
tugas dan diberikan wewenang untuk membangun daerah mereka tanpa menyentuh
kekuasaan “kunci” tersebut dari pemerintahan.

Lewat pemaparan pembagian wilayah dan daerah menurut hukum administrasi Indonesiadi
atas, kelompok kami menarik saran-saran sebagai berikut:
 Pemerintahan dihimbau untuk terus mengembangkan sistem pembagian wilayah
dan daerah sesuai kebutuhan negara, terkait di bidang pembagian tugas rumah
tangga; dan
 Perlu penyederhanaan peraturan perundang-undangan di bidang pemerintah untuk
meningkatkan efisiensi penyelesaian setiap tugas

Anda mungkin juga menyukai