Actor Sequitur Forum Rei (gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri pada tempat tinggal
tergugat);
Actor Sequitur Forum Rei dengan Hak Opsi (dalam hal ada beberapa orang tergugat, gugatan
diajukan ke Pengadilan Negeri pada tempat tinggal salah satu tergugat atas pilihan penggugat);
Actor Sequitur Forum Rei Tanpa Hak Opsi, tetapi berdasarkan tempat tinggal debitur principal
(dalam hal para tergugat salah satunya merupakan debitur pokok/debitur principal, sedangkan
yang selebihnya berkedudukan sebagai penjamin, maka gugatan diajukan ke Pengadilan
Negeri pada tempat tinggal debitur pokok/principal);
Pengadilan Negeri di Daerah Hukum Tempat Tinggal Penggugat (dalam hal tempat tinggal atau
kediaman tergugat tidak diketahui);
Forum Rei Sitae (Gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri berdasarkan patokan tempat terletak
benda tidak bergerak yang menjadi objek sengketa);
Kompetensi Relatif Berdasarkan Pemilihan Domisili (para pihak dalam perjanjian dapat
menyepakati domisili pilihan yakni menyepakati untuk memilih Pengadilan Negeri tertentu
yang akan berwenang menyelesaikan sengketa yang timbul dari perjanjian);
Negara atau Pemerintah dapat Digugat pada Setiap PN (dalam hal Pemerintah Indonesia
bertindak sebagai penggugat atau tergugat mewakili negara, gugatan dapat diajukan ke
Pengadilan Negeri di mana departemen yang bersangkutan berada).
2. Posita gugatan merupakan bentuk jamak dari positum yang dalam bahasa Indonesia disebut
sebagai dalil gugatan. M. Yahya Harahap dalam bukunya Hukum Acara Perdata antara lain
mengatakan bahwa posita gugatan merupakan istilah yang akrab digunakan dalam praktik
peradilan dan disebut juga sebagai fundamentum petendi (hal. 57)
Fundamentum petendi berarti dasar gugatan atau dasar tuntutan, yaitu bagian yang berisi
dalil yang menggambarkan adanya hubungan yang menjadi dasar atau uraian dari suatu tuntutan.
Untuk mengajukan suatu tuntutan, seseorang harus menguraikan dulu alasan-alasan atau dalil
sehingga ia bisa mengajukan tuntutan seperti itu. Karenanya, fundamentum petendi berisi uraian
tentang kejadian perkara atau duduk persoalan suatu kasus.
1) Dasar Hukum (Rechtelijke Grond)
Memuat penegasan atau penjelasan mengenai hubungan hukum antara:
· penggugat dengan materi dan atau objek yang disengketakan, dan
· antara penggugat degan tergugat berkaitan dengan materi atau objek sengketa
· fakta atau peristiwa yang berkaitan langsung dengan atau di sekitar hubungan hukum
yang terjadi antara penggugat dengan materi atau objek perkara maupun dengan pihak tergugat
· atau penjelasan fakta-fakta yang langsung berkaitan dengan dasar hukum atau
hubungan hukum yang didalilkan penggugat
Penggugat harus memuat keterangan dalam surat gugatan itu berupa kronologis atau urutan
peristiwa sejak mulai perkawinan dilangsungkan, peristiwa hukum seperti lahirnya anak,
hingga kejadian yang membuat penggugat tidak cocok dengan suami/isteri, termasuk sebab-
sebab yang membuat penggugat ingin bercerai.
Jadi Serli wajib memberikan keterangan sesuai yang ada didalam ketentuan di atas. Sehingga
gugatannya dapat di proses dan diterima oleh pengadilan. Serli juga wajib melaporkan
kejadian-kejadian buruk apa saja yang telah dilakukan suasminya sehingga ia memiliki niat
untuk bercerai.
3. Persyaratan mengenai isi gugatan dapat dijumpai dalam Pasal 8 nomor 3 Reglement Op de
Burgerlijke Rechts Vordering (“RV”). Menurut ketentuan tersebut gugatan pada pokoknya harus
memuat:
a. Identitas para pihak
Yang dimaksud dengan identitas ialah ciri dari penggugat dan tergugat yaitu, nama lengkap, tempat
dan tanggal lahir, pekerjaan, agama dan tempat tinggal, kewarganegaraan (kalau perlu). Pihak-pihak
yang ada sangkut pautnya dengan persoalan harus disebutkan dengan jelas mengenai kapasitas dan
kedudukannya apakah sebagai penggugat, tergugat, pelawan, terlawan, pemohon dan termohon;
b. Alasan-alasan gugatan (fundamentum petendi atau posita) yang terdiri dari dua bagian:
1) Bagian yang menguraikan kejadian atau peristiwanya (fetelijkegronden);
2) Bagian yang menguraikan tentang dasar hukumnya (rechtgronden);
c. Tuntutan (onderwerp van den eis met een duidelijke ed bepaalde conclusie) atau petitum:
1) Tuntutan pokok atau tuntutan primer yang merupakan tuntutan sebenarnya atau apa yang
diminta oleh penggugat sebagaimana yang dijelaskan dalam posita;
2) Tuntutan tambahan, bukan tuntutan pokok yang langsung berhubungan dengan pokok perkara
yang merupakan tuntutan pelengkap daripada tuntutan pokok, tuntutan tambahan berwujud:
Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar biaya perkara;
Tuntutan uitvoerbaar bij voorraad yaitu tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan lebih dulu
meskipun ada perlawanan, banding dan kasasi. Di dalam praktik, permohonan uitvoerbaar bij
voorraad sering dikabulkan, namun demikian Mahkamah Agung menginstruksikan agar hakim
jangan secara mudah mengabulkan (permohonan tersebut, editor);
Catatan editor: Mengenai poin ini lihat juga Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1975
perihal Uitvoerbaar bij voorraad tanggal 1 Desember 1975, editor);
Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar bunga (moratair) apabila tuntutan yang
dimintakan oleh penggugat berupa sejumlah uang tertentu;
Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsom), apabila hukuman
itu tidak berupa pembayaran sejumlah uang selama ia tidak memenuhi isi putusan.
Dalam hal putusan cerai sering disebut juga tuntutan nafkah bagi istri (Pasal 59 ayat [2], Pasal
62, Pasal 65 Huwelijks Ordonantie voor Christen Indonesiers, S. 1933 No. 74, S. 1936 No. 607
[HOCI] atau Ordonansi Perkawinan Kristen, Pasal 213, Pasal 229 KUHPerdata/Burgerlijk
Wetboek) atau pembagian harta (Pasal 66 HOCI, Pasal 232 KUHPerdata).