NIM : 201910110311285
TUGAS : MERANGKUM MATERI HK. INTERNASIONAL
Pada hakikatnya, lahirnya tanggung jawab negara didasari oleh 2 (dua) teori,
yaitu teori risiko dan teori kesalahan. Kedua teori ini memiliki alur logika dan
argumentasinya masing-masing.
Teori risiko (risk theory)menentukan bahwa suatu negara mutlak bertanggung
jawab atas setiap kegiatan yang menimbulkan akibat yang sangat membahayakan
(harmful effectsof hazardous activities) walaupun kegiatan tersebut merupakan
kegiatan yang mempunyai legalitas hukum. Teori ini kemudian melahirkan prinsip
tanggung jawab mutlak (absolute liability atau strict liability) atau tanggung jawab
objektif (objective responsibility). Contoh penerapan teori ini dapat dilihat pada
ketentuan Pasal 2 Liability Convention 1972 yang menyatakan bahwa negara
peluncur (launching state) mutlak bertanggung jawab untuk membayar kompensasi
untuk kerugian di permukaan bumi atau pada pesawat udara yang sedang dalam
penerbangan yang mana kerugian dan kecelakaan tersebut ditimbulkan oleh benda
angkasa miliknya.
Berbeda dengan teori risiko, teori kesalahan (fault theory)menyatakan bahwa
tanggung jawab negara muncul pada saat perbuatan negara tersebut dapat dibuktikan
mengandung unsur kesalahan.20 Suatu perbuatan dikatakan mengandung kesalahan
apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja beritikad buruk atau dengan
kelalaian yang tidak dapat dibenarkan.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan tanggung jawab negara dalam hal ini
adalah:
Eksplorasi ruang angkasa
Negara peluncur satelit selalu bertanggung jawab terhadap setiap kerugian yang
disebabkan oleh satelit tersebut kepada benda-benda (obyek) di wilayah negara lain.
Pemberlakuan prinsip tanggung jawab dari perbuatan ini adalah tanggung jawab
absolut. Ketentuan hukum yang mengatur tanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
peluncuran satelit (benda-benda ruang angkasa) ini diatur dalam Liability Convention
1972.
Eksplorasi nuklir Prinsip tanggung jawab dalam kegiatan ini juga menggunakan
prinsip tanggung jawab absolut.
b. Tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian (contractual liability)
Suatu negara juga dapat bertanggung jawab atas pelanggaran perjanjian menurut
hukum internasional. Tanggung jawab seperti ini dapat terjadi terhadap suatu negara
manakala negara tersebut melanggar suatu perjanjian atau kontrak. Negara yang
memiliki tanggung jawab karena melakukan kesalahan menurut hukum internasional
berkewajiban untuk melakukan perbaikan (reparation) secara penuh atas kerugian
material maupun moral yang diakibatkan oleh perbuatannya.
c. Keadaan memaksa (force majeure). Force majeure telah lama diterima sebagai
alasan pembebasan tanggung jawab negara untuk tidak melaksanakan kewajian suatu
perjanjian internasional. Pasal 31 Draft Articles ILC menentukan bahwa kesalahan
negara dapat dihindari apabila tindakan itu disebabkan karena adanya kekuatan yang
tak dapat dihindari atau karena adanya kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya
(unpredictable) atau secara materil tidak mungkin bagi negara yang bersangkutan
untuk memenuhi kewajiban internasional tersebut.
e. Tindakan membela diri (self defense). Negara dapat juga dibebaskan dari
tanggung jawab atas perbuatan yang tidak sah apabila tindakan tersebut dilakukan
untuk membela diri.