Nim : 201910110311285 Kelas :F HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
1. Jelaskan Sejarah Perkembangan Hukum Pidana Internasional
Semula diperkenalkan dan dikembangkan oleh pakar-pakar hukum
internasional dari Eropa seperti: Friederich Meili pada tahun 1910 (Swiss), Georg Schwarzenberger pada tahun 1950 (Jerman), Gerhard Mueller pada tahun 1965 (Jerman), J.P Froncois pada tahun 1967, Rolling pada tahun 1979 (Belanda), Van Bemmelen pada tahun 1979 (Belanda), kemudian diikuti oleh pakar hukum dari Amerika serikat seperti: Edmund Wise pada tahun 1965 dan Cherif Bassiouni pada tahun 1986 (Amerika Serikat).11 Pengembangan Hukum Pidana Internasional sebagai salah satu cabang ilmu hukum dimulai dari pekerjaan oleh Gerhard O.W. Muelller dan Edmund M. Wise yang telah menyusun suatu karya tulis International Criminal Law (1965) dalam rangka proyek dibawah judul, Comparative Law Project dari University New York. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh Bassiouni dan Van. Nanda (1986), yang telah menulis sebuah karya tulis A Treatise on International Criminal Law (1973).
Hukum pidana internasional (HPI) merupakan disiplin hukum baru
dalam ilmu hukum yang mengatur kejahatan-kejahatan yang terjadi internasional. Hukum pidana internasional tumbuh dan berkembang tidak lepas dari semakin berkembang dan meluasnya pidana (tindak pidana) internasional.
Mengenai perkembangan dari HPI ini, dapat diketahui dari mulainya
kejahatan perang antarsuku sampai dengan kejahatan perang dunia (PD), baik PD I dan PD II, serta agresi yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lainnya, juga kejahatan pembajakan yang dilakukan dibuat pada masa itu sampai dengan pembajakan di udara pada masa sekarang, serta bagaimana masyarakat internasional melalui kebiasaankebiasaan, perjanjian-perjanjian dan konvensi internasional mengatasi semua jenis kejahatan tersebut. Setelah melalui sejarah yang panjang demikian, pada akhirnya eksentesi HPI diakui, dan sekaligus pula diakuinya sebagai suatu displin hukum. HPI itu sendiri memiliki 2 (dua) hukum utama yang antara lain adalah hukum pidana dan hukum internasional.
Dalam penyelesaian permasalahan HPI pidana dibutuhkan lembaga-
lembaga yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut memiliki sumber utama yaitu Statuta Roma. Mahkamah Pidana Internasional (MPI) atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai International Criminal Court (ICC) adalah pengadilan tetap dan independen pertama yang mampu melakukan penyelidikan dan mengadili setiap orang yang melakukan pelanggaran terberat terhadap hukum kemanusiaan internasional, seperti kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan, genosida dan tindakan agresi. HPI telah diakui secara internasional pertama kali terjadi melalui resolusi yang diajukan sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 21 November 1997. Resolusi tersebut menghendaki dibentuknya suatu panitia kodifikasi hukum internasional. Sejak berakhirnya PD II, posisi HPI diakui semakin penting dan relevan sehubungan dengan proses pembentukan dan keberhasilan peradilan Nuremberg (1946) dan peradilan Tokyo (1948) dalam menuntut dan mengadili mereka yang dianggap sebagai penjahat perang.
2. Bagaimanakah pendapat Schwarzenegger tentang definisi Hukum
Pidana Internasional, bandingkan definisi Schwarzenegger dengan M Bassiouni.
Schwarzenegger mengemukakan pendapatnya tentang pengertian HPI
ada enam, yaitu :
a. Hukum pidana internasional sebagai berbagai persoalan yang berkaitan
dengan lingkup berlakunya hukum pidana nasional yang sifatnya melewati batas-batas negara. b. HPI pada hakikatnya adalah HPN yang mengatur tentang hukum pidana yang dikriminalisasikan secara internasional. c. HPI merupakan hukum pidana yang secara internasional mengatur tindak pidana tertentu. d. HPI disejajarkan dengan HPN yang dikenal secara universal oleh bangsa- bangsa beradab. e. Menitikberatkan pada aspek prosedural, yakni HPI sebagai kerjasama internasional di dalam menegakkan hukum pidana nasional. f. HPI merupakan hal yang dimaksud oleh peristilahan itu sendiri.
M Bassiouni mengatakan HPI adalah gabungan dua disiplin ilmu hukum
yang berbeda, yakni hukum internasional yang memiliki aspek-aspek hukum pidana dan hukum pidana yang memiliki aspek-aspek hukum internasional.
Perbandingan antara pendapat keduanya berada pada pembahasan
Schwarzenegger mencakup ruang lingkup yang luas dimana ia mengemukaan keseluruhan seluk buluk HPI maupun HPN bahkan ia menguraikan di pendapat paling bawah yang mana peristilahan HPI berasal dari HPI itu sendiri. Yang mana menurut saya pendapat paling bawah masih ambigu dan tidak mudah untuk dimengerti apa maksud dari pendapat beliau. Sedangkan pendapat dari M Bassiouni hanya mengemukakan tentang ruang lingkup HPI yang mana hanya membahas aspek HPI yang berkesinambungan dengan hukum pidana. 3. Bagaimana pengaruh Teori Monisme dan Dualisme Hukum Internasional terhadap praktek perkembangan Hukum Pidana Internasional terhadapa kasus berikut ( silahkan pilih satu kasus saja untuk dianalisa)
Teori Monisme menjelaskan bahwa ada satu prinsip fundamental yang
mendasari baik hukum nasional maupun internasional, yaitu terletak dalam hukum pada umumnya. Hal ini menyebabkan Hukum Internasional setara dengan Hukum Nasional. Hukum Internasional dapat diberlakukan langsung dalam Hukum Nasional, tanpa perlu diubah dulu ke dalam sistem Hukum Nasional. Teori Dualisme menjelaskan bahwa Hukum Internasional dan Hukum Nasional ada di ranah terpisah dan tidak bisa ditujukan untuk berdampak pada, atau mengatasi, yang lainnya. Hal ini disebabkan karena karakteristik dasar yang berbeda dalam hubungan antarnegara dan intra- negara dan struktur hukum yang berbeda yang digunakan oleh negara di satu sisi dan di sisi lain di antara negara-negara.
Dengan demikian, dapat dibandingkan bahwa Teori Monisme dan Teori
Dualisme merupakan dua teori yang berbeda pemikiran.
Monisme mengatakan bahwa Hukum Internasional dan Hukum Nasional
adalah dua aspek yang sama, yaitu untuk mengatur kehidupan manusia.
Dualisme mengatakan bahwa Hukum Internasional dan Hukum Nasional
berbeda secara instrinsik, baik dalam Subjek, Sumber Hukum dan Hukum Nasional memiliki integritas yang lebih sempurna dibandingkan dengan Hukum Internasional.
Kasus United States v. Verdugo Urquides (110 S.CT 1056, 28 Februari
1990) Kasus United States v. Alveras Machain (112 S.CT 2188, 5 Juni 1992) Kasus United States v. Biermann (678.F.SUPP.1437, 9 Februari 1998)
Saya menganalisi KASUS I, yang mana di dalam kasus tersebut terlihat
bahwa ia lebih menerapkan Teori Dualisme, karena di dalam kasus tersebut mereka lebih mementingkan pengelompokan hukum dan aturan yang telah ditentukan. Sehingga tidak sembarang pula untuk menetapkan sesuatu jika tidak berdasakan prinsip dari negara tersebut. Juga dapat di katakan bahwa kasus I dominan terhadap penerapan dari Teori Dualisme dan minim akan penerapan Teori Monoisme. Kasus tersebut juga menekankan untuk mengadili seseorang tepat pada ranah hukumnya masing-masing dan tidak boleh melakukan penyimpangan terhadap aturan hukum maupun ketentuan yang berlaku dan ada.