Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANDI MONA R RAHMAN

NIM : 201910110311285
KELAS : KELAS F
UAS : HUKUM KETATANEGARAAN

1. Tujuan perubahan UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar seperti


tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan hukum. Perubahan tersebut sebagai respon tuntutan reformasi pada
waktu itu. Tuntutan tersebut antara lain dilatar belakangi oleh praktek
penyelenggaraan negara pada masa pemerintahan rezim Soeharto. Alasan filosofis,
historis, yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis juga mendukung dilakukannya
perubahan terhadap konstitusi. Selain itu adanya dukungan luas dari berbagai
lapisan masyarakat.
Perubahan UUD 1945 bukannya tanpa masalah. Karena ada sejumlah kelemahan
sistimatika dan substansi UUD pasca perubahan seperti inkonsisten, kerancuan
sistem pemerintahan dan sistem ketatanegaraan yang tidak jelas. Perubahan
Undang-Undang Dasar ternyata tidak dengan sendirinya menumbuhkan budaya taat
berkonstitusi.

2. Rechtsstaat tidak diartikan langsung sebagai negara hukum, tetapi istilah


rechtsstaat dipahami sebagai negara berdasarkan atas hukum, sebagaimana
dinyatakan dalam penjelasan UUD 1945. Oleh karena itu, konsep rechtsstaat
Indonesia tidak dapat dikategorikan langsung ke dalam konsep rechtsstaat Eropa
Continental atau tidak dapat diidentikkan dengankonsep rule of law Anglo Saxon,
sebelum terlebih dahulu memahami apa unsur‐unsurnya dan bagaimana tujuan
negara berdasarkan atas hukum itu.
Sebagaimana diketahui bahwa ada tujuh unsur yang termuat dalam konsep negara
hukum, yaitu empat unsur dalam konsep rechtsstaat dan tiga unsur dalam konsep
rule of law. Enam dari tujuh unsur tersebut, menurut Azhari, telah terpenuhi oleh
negara Indonesia sebagai persyaratan suatu negara hukum. Tetapi unsur‐ unsur
tersebut dimodifikasi sesuai dengan cita negara hukum Pancasila. Hal itulah yang
menjadi suatu keistimewaan bagi negara hukum Indonesia jika dibandingkan dengan
konsep negara hukum lainnya. Dengan demikian, rechtsstaat merupakan negara
berdasarkan atas hukum sesuai dengan cita negara Pancasila, dengan kata lain
bukan termasuk dalam konsep Eropa Kontinental maupun Anglo Saxon. Arti
rechtsstaat dalam negara Indonesia harus sesuai Tujuan negara Indonesia
sebagaimana dituangkan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, meliputi:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
b. Memajukan kesejahteraan umum;  
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan UUD NRI 1945 memiliki peran besar
dengan tiga fungsi utama. Fungsi tersebut adalah sebagai lembaga pembentuk
undang-undang, pelaksana pengawasan terhadap pemerintah dan fungsi anggaran.
Adapun terkait dengan kelembagaan DPR, dalam menjalankan tugasnya DPR
mempunyai tiga fungsi sesuai dengan Pasal 20A ayat 1 UUD NRI 1945, yaitu:
a) fungsi legislasi, yaitu DPR mempunyai wewenang untuk membuat Undang-
Undang bersama-sama dengan Presiden. Usulan Rancangan Undang-Undang dapat
diajukan oleh Presiden, dapat pula berdasarkan hak inisiatif DPR;
b) fungsi anggaran, yaitu kewenangan DPR untuk menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diajukan oleh pemerintah (Presiden);
dan
c) fungsi pengawasan, yaitu DPR mempunyai fungsi untuk menjalankan
pengawasan terhadap pemerintah dalam menjalankan pemerintahan. Pengawasan
DPR terhadap pemerintah dapat berupa pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-
Undang, APBN, dan kebijakan pemerintah lainnya berdasarkan UUD NRI 1945.
Berdasarkan Pasal 248 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2014, fungsi DPD adalah:
Pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR; ikut
dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah pemberian pertimbangan kepada DPR atas
rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama
pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

Letak perbedaan antara fungsi DPR dan DPD adalah :


Dengan terbentuknya DPD, diharapkan kepentingan-kepentingan daerah dapat
terakomodasi. Namun, dalam upaya mencapai tujuan tersebut DPD masih
menghadapi kendala-kendala yang perlu disempurnakan dalam perubahan Undang-
Undang tentang MPR, DPR, dan DPD. Kendala tersebut di antaranya:
 masih belum optimalnya fungsi legislasi DPD sebagaimana amanat Pasal 22D
UUD NRI 1945 dan ketentuan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
92/PUU-X/2012 dan Putusan Nomor 79/PUU-XII/2014;
 pengaturan terkait tugas DPD melakukan pemantauan dan evaluasi atas
Rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah;
 keikutsertaan Anggota DPD yang menjadi anggota partai politik;
 mekanisme pemilihan dan masa jabatan Pimpinan DPD;
 rangkap jabatan pimpinan di lembaga perwakilan; dan
 pengaturan terkait dengan hak Anggota DPD. Untuk mewujudkan lembaga
perwakilan daerah sebagaimana diamanatkan dalam UUD NRI 1945 maka
dianggap perlu untuk menata Dewan Perwakilan Daerah. Penataan dimaksud
bisa menyangkut kelembagaannya (misalnya alat kelengkapan) dan bisa juga
menyangkut mekanisme pelaksanaan fungsi dan kewenangannya. Dengan
demikian, DPD sebagaimana diamanatkan dalam UUD NRI 1945 akan dapat
menjalankan tugas, fungsi, dan kewenangannya secara efisien, efektif,
transparan, optimal, dan aspiratif.

4. UU dilakukan pengujian di Mahkamah Konstitusi apabila UU tersebut merenggut


Hak atau kewenangan konstitusional seseorang, masyarakat ataupun badan hukum.
Maksudnya adalah jika aturan atau UU yang akan atau dibuat memiliki dampak
terhadap individu, kelompok ataupun masyarakat atau merugikan bagi masyarakat
maka UU tersebut dapat dimohonkan untuk dilakukan judicial riview dimahkamah
konstitusi.

5. Kedudukan MPR sebelum amandemen UUD 1945 merupakan lembaga tertinggi


negara dan memiliki kekuasaan yang tidak terbatas misalnya seperti menetapkan
Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pelaksanaannya dimandatakn pada presiden,
mengengkat dan memberhentikan presiden, menilai pertanggungjawaban presiden,
dan memberhentikan presiden jika tidak sesuai dengan GBHN. Kedudukan MPR
setelah dilakukannya amandemen MPR erupakan lembaga tinggi negara yang
kedudukannya sama dengan lembaga tinggi negara yang lain. selain itu MPR
kehilangan kehilangan wewenangnya yakni memilih presiden dan wakil presiden.
Saat sebelum dilakukannya amandemen UUD 1945 Presiden diangkat dan
ditetapkan oleh MPR, Presiden kala itu tidak ditetapkan batas menjabat selama
berapa priode sehingga kekuasaan presiden cukup bertahan lama ketika sebelum
amandemen, selain itu presiden memagang kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudikatif sehingga Presiden memiliki hak preogratif yang besar sebelum amandemen
UUD 1945. Presiden dapat dipilih kembali secara berulang ulang tidak ada batasan
masa jabtan yang boleh diemban oleh presiden. Setelah dilakukannya amandemen
rakyat dapat langsung memilih presidennya melalui pemilihan umum. Masa jabatan
presiden dan wakil presiden adalah 5 tahun dan dapat dipilih kembali dalam satu
jabatan saja.

6.
 Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:

a) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada


parlemen.
b) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina adalah
enam tahun, dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
c) Masa pemilihan umum lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
d) Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
e) Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat
diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
 Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:

a) Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat


menciptakan kekuasaan mutlak.
b) Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
c) Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar
antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
d) Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.

7. Perbedaan HAM dalam UUD 1945 dan UUD 1945 Pasca amandemen:
 UUD 1945 sebelum Perubahan bahkan tidak memuat secara eksplisit dan
lengkap pengaturan tentang hak asasi manusia, termasuk tentang hak untuk
hidup, meskipun dalam Alinea ke-4 memuat apa yang kemudian disebut sebagai
Pancasila yang salah satunya adalah sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
 UUD 1945 yang pada awalnya hanya memuat 6 pasal yang mengatur tentang
HAM, kemudian mengalami perubahan-perubahan yang sangat signifikan yang
kemudian di- tuangkan dalam Perubahan Kedua UUD 1945 pada Bulan Agustus
Tahun 2000. Sebenarnya, sebelum Perubahan Kedua dilakukan, telah ter- dapat
beberapa peraturan perundang-undangan yang dapat dikatakan sebagai
pembuka ter- jadinya perubahan. Ketentuan itu antara lain Ketetapan MPR
Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia, Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1999 Tentang GBHN, serta Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang HakAsasi Manusia.

8. Hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam negara federal


dan negara kesatuan:
a) Dalam kekuatan sistem pemerintahan negara kesatuan tetap berada di tempat
sentral dan pemerintah pusat memiliki wewenang untuk membuat semua
keputusan sementara di pemerintahan negara federal sebagian besar kekuasaan
kecuali kekuasaan yang terkait dengan urusan internasional didelegasikan
kepada pemerintah daerah atau provinsi.
b) Jika terjadi perselisihan antar institusi di pemerintahan negara federal atau
undang-undang yang disahkan oleh parlemen, pengadilan akan ikut campur
dalam masalah tersebut. Sedangkan dalam kasus pemerintah negara kesatuan,
bahkan pengadilan tertinggi pun tidak dapat memberikan penghakiman atau
ucapan pada undang-undang atau undang-undang yang disahkan oleh parlemen.
c) Di pemerintah negara federal, pemerintah pusat dan pemerintah dan negara
merdeka dapat membentuk sebuah kesepakatan atau kesepakatan untuk
beroperasi bersama-sama. Meskipun bukan praktik umum dalam sistem
pemerintahan negara kesatuan dimana daerah atau negara independen ada atas
izin pemerintah pusat. Izin ini bisa dicabut kapan saja oleh pemerintah kesatuan.
d) Sampai batas tertentu, pemerintah negara federal adalah bentuk
pemerintahan demokratis yang percaya pada desentralisasi kekuasaan dan
otoritas dan memberikan lebih banyak kebebasan kepada rakyat. Sistem
pemerintahan negara kesatuan sangat mirip dengan pemerintahan diktator
dimana ada konsep sentralisasi kekuasaan dan wewenang dan tidak ada pilihan
dan kebebasan berekspresi untuk rakyat.
9.
 Kelebihan:
a) Setiap orang dapat memberikan hak suaranya pada setiap pemilu
b) Siapapun dapat mencalonkan diri sebagai kandidat untuk dipilih dalam pemilu
c) Penentuan untuk terpilih menjadi anggota dewan lebih transparan karena
belum tentu nomor urut yang paling kecil yang terpilih.
 Kekurangan:
a) Rawan terjadi kecurangan karena minimnya ketegasan dari badan pengawas
pemilu
b) Jika jumlah pemilih lebih sedikit daripada jumlah golput, tetapi tidak ada
pengaruh yang signifikan dengan adanya golput tersebut
c) Rumit dalam melaksanakan rekapitulasi.
d) membuka peluang lahirnya wakil rakyat karbitan yang masih hijau, belum
teruji, dan bahkan sebagian besar di antaranya bukan kader terbaik partai. Bahkan
bisa saja caleg tersebut merupakan kerabat dari wakil rakyat yang dulu terpilih,
ataupun peluang dinasti politik di legislatif masih tetap terbuka.
e) Cenderung transaksional atau semakin maraknya money politics. Hal ini
disebabkan banyaknya caleg yang berusaha untuk merebut suara memberikan uang
ataupun bantuan –bantuan lainnya dengan harapan dapat merebut suara pemilih.
f) Kontestasi politik tidak lagi terjadi antar partai namun mengarah pada
persaingan antar caleg. Hal ini akan memperburuk citra partai politik karena tidak
mampu mengontrol dan mengawasi anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai