Anda di halaman 1dari 12

RESUME MATERI

PROSES PERKARA PERDATA (PEMERIKSAAN DI MUKA


PENGADILAN ACARA PERDATA)

NAMA : Agung Sukarma

NIM : D1A019025

KELAS : A1

MATA KULIAH : Hukum Acara Perdata


A. Pemeriksaan Di Pengadilan Acara Perdata

Sebelum Majelis Hakim sampai kepada pengambilan Putusan dalam setiap


perkara perdata yang ditanganinya, terlebih dahulu harus melalui proses dan
tahapan pemeriksaan persidangan, tanpa melalui proses tersebut, Majelis Hakim
tidak akan dapat mengambil keputusan. Melalui proses ini pula, semua pihak baik
Penggugat maupun Tergugat (dapat diwakilkan oleh Penasihat
Hukum/Pengacara/Advokat yang bekerja di kantor hukum sebagai kuasa
hukumnya) diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan segala sesuatunya
dan mengemukakan pendapatnya, serta menilai hasil pemeriksaan persidangan
menurut perspektifnya masing-masing. Proses persidangan ini merupakan salah
satu aspek hukum formil yang harus dilakukan oleh Hakim untuk dapat
memberikan Putusan dalam perkara/kasus perdata. Proses pemeriksaan
persidangan perkara perdata di Pengadilan yang dilakukan oleh Hakim, secara
umum diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu HIR (Herzien Indonesis
Reglement) untuk Jawa dan Madura dan Rbg (Rechtsreglement Buitengewesten)
untuk di luar Jawa dan Madura.

B. Perkara Perdata Dalam Proses Pemeriksaan Di Pengadilan Acara


Perdata

a) Proses Acara Perkara Perdata Gugatan (Konvensi)

1. Gugatan harus diajukan dengan surat gugat yang ditandatangani oleh


penggugat atau kuasanya yang sah dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Negeri.
2. Gugatan disampaikan kepada Pengadilan Negeri, kemudian akan diberi
nomor dan didaftarkan dalam buku Register setelah penggugat membayar
panjar biaya perkara, yang besarnya ditentukan oleh Pengadilan Negeri
(pasal 121 HIR).
3. Bagi Penggugat yang benar-benar tidak mampu membayar biaya perkara,
hal mana harus dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa yang
bersangkutan, dapat mengajukan gugatannya secara prodeo.
4. Penggugat yang tidak bisa menulis dapat mengajukan gugatannya secara
lisan dihadapan Ketua Pengadilan Negeri, yang akan menyuruh mencatat
gugatan tersebut (pasal 120 HIR).

Pengadilan Negeri berwenang memeriksa gugatan yang daerah hukumnya,


meliputi :

1. Dimana tergugat bertempat tinggal.


2. Dimana tergugat sebenarnya berdiam (jikalau tergugat tidak diketahui
tempat tinggalnya).
3. Salah satu tergugat bertempat tinggal, jika ada banyak tergugat yang
tempat tinggalnya tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan Negeri.
4. Tergugat utama bertempat tinggal, jika hubungan antara tergugat-tergugat
adalah sebagai yang berhutang dan penjaminnya.
5. Penggugat atau salah satu dari penggugat bertempat tinggal dalam hal :
o tergugat tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak diketahui
dimana ia berada.
o tergugat tidak dikenal.

Dalam hal tersebut diatas dan yang menjadi objek gugatan adalah benda tidak
bergerak (tanah), maka ditempat benda yang tidak bergerak terletak. (Ketentuan
HIR dalam hal ini berbeda dengan Rbg. Menurut pasal 142 RBg, apabila objek
gugatan adalah tanah, maka gugatan selalu dapat diajukan kepada Pengadilan
Negeri dimana tanah itu terletak).

Dalam hal ada pilihan domisili secara tertulis dalam akta, jika penggugat
menghendaki, di tempat domisili yang dipilih itu.

Apabila tergugat pada hari sidang pertama tidak mengajukan tangkisan (eksepsi)
tentang wewenang mengadili secara relatif ini, Pengadilan Negeri tidak boleh
menyatakan dirinya tidak berwenang. (Hal ini adalah sesuai dengan ketentuan
Pasal 133 HIR, yang menyatakan, bahwa eksepsi mengenai kewenangan relatip
harus diajukan pada permulaan sidang, apabila diajukan terlambat, Hakim
dilarang untuk memperhatikan eksepsi tersebut).

Di dalam suatu perkara perdata, pihak penggugat akan mengajukan gugatan ke


pengadilan negeri. Ketentuan pengajuan gugatan diatur dalam Pasal 118
Reglemen Indonesia yang Diperbaharui (“HIR”). Di dalam artikel Format
Surat Gugatan dijelaskan bahwa secara garis besar surat gugatan biasanya berisi
antara lain:

1.    Identitas para pihak (Persona standi in judicio)

Berisi identitas lengkap penggugat antara lain nama lengkap, alamat, tempat
dan tanggal lahir, umur, jenis kelamin, dan kapasitas penggugat (misalnya
sebagai diri sendiri atau sebagai Direksi PT ABC)

2.    Posita

Posita disebut juga dengan Fundamentum Petendi yaitu bagian yang berisi
dalil yang menggambarkan adanya hubungan yang menjadi dasar atau uraian
dari suatu tuntutan. Untuk mengajukan suatu tuntutan, seseorang harus
menguraikan dulu alasan-alasan atau dalil sehingga ia bisa mengajukan
tuntutan seperti itu. Karenanya, fundamentum petendi berisi uraian tentang
kejadian perkara atau duduk persoalan suatu kasus. Posita/Fundamentum
Petendi yang yang dianggap lengkap memenuhi syarat, memenuhi dua unsur
yaitu dasar hukum (rechtelijke grond) dan dasar fakta (feitelijke grond).

3.    Petitum

Petitum berisi tuntutan apa saja yang dimintakan oleh penggugat kepada
hakim untuk dikabulkan. Selain tuntutan utama, penggugat juga biasanya
menambahkan dengan tuntutan subside atau pengganti seperti menuntut
membayar denda atau menuntut agar putusan hakim dapat dieksekusi
walaupun akan ada perlawanan di kemudian hari yang disebut dengan
uitvoerbar bij voorrad. Sebagai tambahan informasi, Mahkamah Agung dalam
SEMA No. 6 Tahun 1975 perihal Uitvoerbaar bij voorraad tanggal 1
Desember 1975 menginstruksikan agar hakim jangan secara mudah
mengabulkan putusan yang demikian. Supaya gugatan sah, dalam arti tidak
mengandung cacat formil, harus mencantumkan petitum gugatan yang berisi
pokok tuntutan penggugat, berupa deskripsi yang jelas menyebut satu per satu
dalam akhir gugatan tentang hal-hal apa saja yang menjadi pokok tuntutan
penggugat yang harus dinyatakan dan dibebankan kepada tergugat.

Tahap Pembacaan Gugatan (termasuk Jawaban, Replik, dan Duplik)

Apabila Majelis Hakim telah mendapatkan pernyataan Mediasi gagal dari


Mediator, maka pemeriksaan perkara akan dilanjutkan ke tahap ke-2 yaitu
pembacaan surat Gugatan. Kesempatan pertama diberikan kepada pihak
Penggugat untuk membacakan surat Gugatannya. Pihak Penggugat pada tahap ini
juga diberikan kesempatan untuk memperbaiki surat Gugatannya apabila terdapat
kesalahan-kesalahan, sepanjang tidak merubah pokok Gugatan, bahkan lebih dari
itu pihak Penggugat dapat mencabut Gugatannya. Kedua kesempatan tersebut
diberikan sebelum Tergugat mengajukan Jawabannya.

 
Setelah pembacaan surat Gugatan, maka secara berimbang kesempatan kedua
diberikan kepada pihak Tergugat atau kuasanya untuk membacakan Jawabannya.
Jawaban yang dibacakan tersebut dapat berisikan hanya bantahan terhadap dalil-
dalil Gugatan itu saja, atau dapat juga berisikan bantahan dalam Eksepsi dan
dalam pokok perkara. Bahkan lebih dari itu, dalam Jawaban dapat berisi dalam
rekonpensi (apabila pihak Tergugat ingin menggugat balik pihak Penggugat
dalam perkara tersebut). Acara jawab-menjawab ini akan berlanjut sampai
dengan Replik dari pihak Penggugat dan Duplik dari pihak
Tergugat. Replik merupakan penegasan dari dalil-dalil Penggugat setelah adanya
Jawaban dari Tergugat, sedangkan Duplik penegasan dari bantahan atau Jawaban
Tergugat setelah adanya  Replik dari Penggugat. Dengan berlangsungnya acara
jawab-menjawab ini sampai kepada duplik, akan menjadi jelas apa sebenarnya
yang menjadi pokok perkara antara pihak Penggugat dan Tergugat. Apabila
Jawaban Tergugat terdapat Eksepsi mengenai kompetensi pengadilan, yaitu
pengadilan yang mengadili perkara tersebut tidak berwenang memeriksa perkara
yang bersangkutan, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 136 HIR atau Pasal 162
Rbg Majelis Hakim akan menjatuhkan Putusan Sela terhadap Eksepsi tersebut.
Putusan Sela dapat berupa mengabulkan Eksepsi dengan konsekuensi perkara
dihentikan pemeriksaannya, dan dapat pula Eksepsi tersebut ditolak dengan
konsekuensi pemeriksaan perkara akan dilanjutkan dengan tahap berikutnya.

Jadi, urutan tahapan sidang perdata adalah

Pembacaan gugatan → Jawaban → Replik → Duplik

Setelah gugatan dibacakan oleh pihak penggugat, pihak tergugat akan membuat
jawaban atas gugatan. Kemudian, pihak penggugat akan menjawab kembali
jawaban yang disampaikan tergugat yang disebut dengan replik. Terhadap replik
penggugat, tergugat akan kembali menanggapi yang disebut dengan duplik.
Setelah proses jawab-menjawab (gugatan, jawaban, replik, duplik) sidang perkara
perdata dilanjutkan dengan pembuktian (apabila dianggap perlu dapat pula
dilakukan pemeriksaan setempat serta pemeriksaan ahli). Setelah tahap
pembuktian, majelis hakim kemudian bermusyawarat untuk merumuskan putusan.
Hakim tidak diizinkan menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak digugat, atau
memberikan lebih dari pada yang digugat (Pasal 178 HIR) Jadi, dalam hal ini
posita adalah rumusan dalil dalam surat gugatan; petitum adalah hal yang
dimintakan penggugat kepada hakim untuk dikabulkan; replik merupakan respon
penggugat atas jawaban tergugat; sedangkan duplik merupakan jawaban tergugat
atas replik dari penggugat.

PERKARA GUGUR

1. Apabila pada hari sidang pertama penggugat atau semua penggugat tidak datang,
meskipun telah dipanggil dengan patut dan juga tidak mengirim kuasanya yang
sah, sedangkan tergugat atau kuasanya yang sah datang, maka gugatan
digugurkan dan penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara. Penggugat
dapat mengajukan gugatan tersebut sekali lagi dengan membayar panjar biaya
perkara lagi. Apabila telah dilakukan sita jaminan, sita tersebut ikut gugur.
2. Dalam hal-hal yang tertentu, misalnya apabila penggugat tempat tinggalnya jauh
atau ia benar mengirim kuasanya, namun surat kuasanya tidak memenuhi syarat,
Hakim boleh mengundurkan dan menyuruh memanggil penggugat sekali lagi.
Kepada pihak yang datang diberitahukan agar ia menghadap lagi tanpa panggilan.
3. Jika penggugat pada hari sidang pertama tidak datang, meskipun ia telah
dipanggil dengan patut, tetapi pada hari kedua ia datang dan pada hari ketiga
penggugat tidak hadir lagi, perkaranya tidak bisa digugurkan (pasal 124 HIR).

TANGKISAN/EKSEPSI

Tangkisan atau eksepsi yang diajukan oleh tergugat, diperiksa dan diputus
bersama-sama dengan pokok perkaranya, kecuali jika eksepsi itu mengenai tidak
berwenangnya Pengadilan Negeri untuk memeriksa perkara tersebut.
Apabila diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara, dalam pertimbangan
hukum dan dalam diktum putusan, tetap disebutkan:

 Dalam eksepsi:.............. (pertimbangan lengkap).


 Dalam pokok perkara..... (pertimbangan lengkap).

PENCABUTAN SURAT GUGATAN

Gugatan dapat dicabut secara sepihak jika perkara belum diperiksa. Tetapi jika
perkara sudah diperiksa dan tergugat telah memberi jawabannya, maka
pencabutan perkara harus mendapat persetujuan dari tergugat (pasal 271, 272
RV).

PERUBAHAN/PENAMBAHAN GUGATAN

1. Perubahan dan/atau penambahan gugatan diperkenankan, asal diajukan pada hari


sidang pertama dimana para pihak hadir, tetapi hal tersebut harus ditanyakan
pada pihak lawannya guna pembelaan kepentingannya.
2. Perubahan dan/atau penambahan gugatan tidak boleh sedemikian rupa, sehingga
dasar pokok gugatan menjadi lain dari materi yang menjadi sebab perkara antara
kedua belah pihak tersebut. Dalam hal demikian, maka surat gugat harus dicabut.

PERDAMAIAN

1. Jika kedua belah pihak hadir dipersidangan, Hakim harus berusaha mendamaikan
mereka. Usaha tersebut tidak terbatas pada hari sidang pertama saja, melainkan
dapat dilakukan meskipun taraf pemeriksaan telah lanjut (pasal 130 HIR).
2. Jika usaha perdamaian berhasil, maka dibuatlah akta perdamaian, yang harus
dibacakan terlebih dahulu oleh Hakim dihadapan para pihak, sebelum Hakim
menjatuhkan putusan yang menghukum kedua belah pihak untuk mentaati isi
perdamaian tersebut.
3. Akta perdamaian mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan Hakim yang
berkekuatan hukum tetap dan apabila tidak dilaksanakan, eksekusi dapat
dimintakan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
4. Terhadap putusan perdamaian tidak dapat diajukan upaya hukum banding.
5. Jika usaha perdamaian tidak berhasil, hal mana harus dicatat dalam berita acara
persidangan, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat
gugatan dalam bahasa yang dimengerti oleh para pihak, jika perlu dengan
menggunakan penerjemah (pasal 131 HIR).

BAGAIMANA JIKA PENGGUGAT/TERGUGAT MENINGGAL DUNIA?

Jika Penggugat atau tergugat setelah mengajukan gugatan meninggal dunia, maka
ahli warisnya dapat melanjutkan perkara.

PENGGABUNGAN PERKARA

1. Beberapa gugatan dapat digabungkan menjadi satu, apabila antara gugatan-


gugatan yang digabungkan itu, terdapat hubungan erat atau ada koneksitas.
Hubungan erat ini harus dibuktikan berdasarkan faktanya.
2. Penggabungan gugatan diperkenankan apabila menguntungkan proses, yaitu
apabila antara gugatan yang digabungkan itu ada koneksitas dan penggabungan
akan memudahkan pemeriksaan, serta akan dapat mencegah kemungkinan
adanya putusan-putusan yang saling bertentangan.

b) Gugatan Balik (Rekovensi)

Secara sederhana, apabila terdapat suatu gugatan perdata yang diajukan oleh
seorang Penggugat terhadap Tergugat ke Pengadilan Negeri, maka gugatan yang
diajukan Penggugat dapat disebut dengan “Gugatan Konvensi”. Sedangkan,
apabila selama proses persidangan terhadap gugatan yang diajukan Penggugat
digugat balik oleh Tergugat,  maka gugatan balik yang diajukan oleh Tergugat
terhadap Penggugat disebut dengan “Gugatan Rekonvensi.”
Dengan demikian, Gugatan Rekonvensi adalah suatu upaya hukum berupa
gugatan balik yang diajukan oleh pihak Tergugat terhadap Penggugat dalam suatu
proses persidangan yang sedang berjalan.

Apabila terjadi suatu gugatan balik, maka Pihak Penggugat memiliki 2 (dua) hak,
yaitu:

1. Sebagai Penggugat Konvensi, dan 


2. Sebagai Tergugat Rekonvensi.

Sedangkan Tergugat juga memiliki 2 (dua) hak, yaitu:

1. Sebagai Tergugat Konvensi, dan


2. Sebagai Penggugat Rekonvensi.

Gugatan rekonvensi ini bertujuan untuk menegakkan salah satu asas peradilan
cepat, sederhana dan ringan.

SYARAT DAN DASAR HUKUM  GUGATAN BALIK (REKOVENSI)

Gugatan Rekonvensi diatur dalam Pasal 132 (a) dan Pasal 132 (b) HIR. Selain
itu diatur juga dalam Pasal 157 dan Pasal 158 RBg, Serta diatur dalam Pasal 244
Rv.

Untuk mengajukan gugatan rekonvensi, maka pihak Tergugat perlu


memperhatikan beberapa hal, yaitu:

1. Gugatan Rekonvensi diajukan Tergugat bersama-sama dengan jawaban


gugatan konvensi dari pihak Pengggat,
2. Gugatan Rekonvensi hanya dapat diajukan oleh Tergugat pada
pemeriksaan tingkat pertama, sehingga tidak mungkin diajukan pada
tingkat banding,
3. Gugatan Rekonvensi dari Tergugat beserta gugatan konvensi dari
Penggugat diputus sekaligus dalam satu putusan hakim, kecuali
pengadilan berpendapat lain  bahwa terhadap perkara yang satu harus
diselesaikan terlebih dahulu daripada perkara yang lain-nya. 

YURISPRUDENSI 

Terdapat beberapa contoh Yurisprudensi dalam membuat Gugatan Rekonvensi,


seperti :

1. Gugatan Rekonvensi disusun perlu terperinci, jelas dan tidak kabur.

Putusan MA No. 10 K/AG/1995 Tanggal 15 Agustus 1995 :

“Gugatan rekonvensi ternyata tidak terperinci, tidak jelas dan kabur. Tuntutan
nafkah yang diajukan oleh Penggugat Konpensi/Tergugat rekonpensi diajukan ke
persidangan pada saat memberikan kesimpulan, maka harus dinyatakan tidak
dapat diterima.”

2. Gugatan Rekonvensi di Perkara Perceraian

Putusan MA No. 233 PK/Pdt/1991 Tanggal 20 Juni 1997

“Bahwa dalam suatu putusan perceraian dimana seorang Hakim tidak boleh
memutus apa yang tidak menjadi petitum gugatan dimana dalam gugatan
perceraian tersebut tidak dikenal adanya gugatan balik terhadap rekonvensi.”

BIAYA YANG DAPAT TIMBUL DALAM PERSIDANGAN

1. Jika selama pemeriksaan perkara atas permohonan salah satu pihak ada hal-
hal/perbuatan yang harus dilakukan, maka biaya dibebankan kepada pemohon
dan dianggap sebagai persekot biaya perkara, yang dikemudian hari akan
diperhitungkan dengan biaya perkara yang harus dibayar oleh pihak yang dengan
putusan Hakim dihukum untuk membayar biaya perkara, biasanya pihak yang
dikalahkan.
2. Pihak lawan, apabila ia mau, dapat membayarnya Jika kedua belah pihak tidak
mau membayar biaya tersebut, maka hal/perbuatan yang harus dilakukan itu tidak
jadi dilakukan, kecuali jika hal/perbuatan itu menurut Hakim memang sangat
diperlukan. Dalam hal itu, biaya tersebut sementara akan diambil dari uang panjar
biaya perkara yang telah dibayar oleh Penggugat (pasal 160 HIR).

Anda mungkin juga menyukai