▪ Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur
bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil
dengan perantaraan hakim.
▪ Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu
kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara
bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata
sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
Azas-Azas
Hukum Acara Perdata
▪ Hakim Menunggu
▪ Hakim Bersifat Pasif
▪ Persidangan Terbuka Untuk Umum
▪ Mendengarkan Kedua Belah Pihak
▪ Putusan Hakim Disertai Alasan
▪ Beracara Dikenakan Biaya
▪ Tidak Ada Kewajiban Untuk Mewakilkan
DASAR HUKUM
HUKUM ACARA PERDATA
1. HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) / Reglemen Indonesia yg diperbaharui : S. 1848 no. 16, S. 1941 no. 44 u/ daerah
Jawa dan Madura
2. Rbg (Rechtsreglement Buitengewesten) / Reglemen daerah seberang : S. 1927 no. 227 u/ luar Jawa dan Madura
3. Rv (Reglement op de Burgerlijke rechtsvordering) : S. 1847 no. 52, S. 1849 no. 63 u/ gol. Eropa
4. RO (Reglement op de Rechterlijke Organisatie in hed beleid der Justitie in Indonesie) / Reglemen tentang Organisasi Kehakiman :
S. 1847 no. 23
7. UU 20/1947 yg mengatur mengenai hukum acara perdata dalam hal banding bagi Pengadilan Tinggi u/ daerah Jawa dan
Madura
8. SEMA 3/1963
9. UU 14/1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman jo. UU 4/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
TAHAPAN ADMINISTRATIF
PENGADILAN
TAHAPAN BERACARA
SIDANG PERTAMA
JAWAB MENJAWAB
TAHAPAN YUDISIAL
PEMBUKTIAN
PUTUSAN HAKIM
Tahapan Administratif
Penggugat mengajukan Didaftar Penetapan & Penunjukann
gugatan & melunasi Kepaniteraan PN Majelis Hakim o/ Ketua PN
biaya perkara
Majelis Hakim :
Penyerahan Surat Panggilan Sidang 1. Menetapkan tgl. Hari sidang;
& Salinan Surat Gugatan 2. Memanggil para pihak pd
kpd Para Pihak o/ Juru Sita. hari sidang dgn membawa
saksi-saksi & bukti-bukti.
▪ Apabila tergugat tdk hadir setelah dipanggil secara patut, maka gugatan dikabulkan dgn putusan diluar hadir
atau verstek, kecuali kalau gugatan itu melawan hak atau tdk beralasan.
Ps. 126 HIR; Ps. 150 Rbg memberi peluang pemanggilan kedua.
▪ Putusan verstek tdk berarti selalu dikabulkannya gugatan penggugat. Krn pd hakekatnya lembaga verstek bertujuan merealisir asas “audi et
alteram partem”, shg seharusnya scr ex officio hakim harus mempelajari isi gugatan.
1. Jika gugatan tdk bersandarkan hukum, yaitu apabila peristiwa2 sbg dasar tuntutan tdk membenarkan tuntutan, mk gugatan akan
dinyatakan tdk diterima. Putusan tdk diterima ini bermaksud menolak gugatan diluar pokok perkara, shg di kmd hr penggugat masih
dpt mengajukan lg gugatannya.
2. Jika gugatan tdk beralasan, yaitu apabila tdk diajukan peristiwa2 yg membenarkan tuntutan, mk gugatan akan ditolak. Penolakan mrpk
putusan stl hakim mempertimbangkan pokok perkara, shg tdk terbuka lg kesempatan u/ mengajukan gugatan tsb u/ kedua kalinya kpd
hakim yg sama (nebis in idem).
▪ Dalam putusan verstek dimana penggugat dikalahkan, penggugat dpt mengajukan banding.
▪ Dalam putusan verstek, kalau tergugat hadir pd sidang pertama tp tdk hadir pd sidang berikutnya, maka perkaranya diperiksa secara
contradictoir.
JAWAB MENJAWAB
EKSEPSI / TANGKISAN
KONPENSI
REPLIK
DUPLIK
▪ Ps. 121 ayat 2 HIR; Ps. 145 ayat 2 Rbg tergugat dpt menjawab baik secara tertulis
maupun lisan.
▪ Dibedakan menjadi :
1. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara (eksepsi/tangkisan)
Dasar Hukum Pasal 136 HIR
Terdiri dari :
a. Eksepsi Prosesuil ; contoh : mengenai error in persona, kewenangan
absolute/relative, nebis in idem
b. Eksepsi Materiil ;
i. Eksepsi Dillatoir adalah eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan
penggugat belum dapat dikabulkan
ii. Eksepsi Peremptoir adalah eksepsi yang mengenai hal yang
menghalangi dikabulkannya gugatan
2. Jawaban yang langsung mengenai pokok perkara (rekonpensi)
Jawaban dalam Konpensi (gugatas asli/asal) berisi:
a. Pengakuan membenarkan isi gugatan penggugat, baik sebagian maupun
seluruhnya.
b. Bantahan (verweer) membantah apa yang dinyatakan dalam gugatan.
Bantahan ada 2 macam :
i. Tangkisan/Eksepsi suatu sanggahan / bantahan dr pihak tergugat
terhadap gugatan penggugat yg tdk langsung mengenai pokok perkara, yg
berisi tuntutan batalnya gugatan.
ii. Sangkalan sanggahan yg berhubungan dgn pokok perkara.
c. Referte tidak membenarkan dan tidak menyangkal, menyerahkan semua
kepada putusan hakim.
SURAT AKTA
BUKTI SURAT
SURAT BIASA
UNDANG-UNDANG
PERSANGKAAN
HAKIM
ALAT BUKTI SAKSI
(Ps. 164 HIR) PENGAKUAN MURNI
PENGAKUAN PENGAKUAN DENGAN KUALIFIKASI
PENGAKUAN DENGAN KLAUSULA
SUPLETOIR
SUMPAH
DECISSOIR
SAKSI
• Dasar Hukum : Ps. 139-152, 168-172 HIR; Ps. 165-179 Rbg; Ps. 1895, 1902-1912 BW
• Kesaksian adalah kepastian yg diberikan kpd hakim di persidangan tentang peristiwa yg disengketakan
dgn jalan pemberitahuan secara lisan & pribadi o/ orang yg bukan salah 1 pihak dlm perkara, yg dipanggil
di persidangan
• Ps. 139 HIR, 165 Rbg, 1909 BW setiap orang yg bukan salah 1 pihak dapat bertindak sbg saksi, kecuali :
I. segolongan orang yg dianggap tdk mampu bertindak sbg saksi :
a. tidak mampu secara mutlak (absolut)
i. keluarga sedara & keluarga semenda menurut keturunan yg lurus dr salah 1 pihak Ps.
145 (1) sub 1 HIR, 172 (1) Sub 1 Rbg, 1910 alinea 1 BW
ii. suami/istri salah 1 pihak, meski sudah cerai Ps. 145 (1) sub 2 HIR, 172 (1) Sub 3 Rbg, 1910
alinea 1 BW
b. tidak mampu secara nisbi (relatif)
i. anak-anak dibawah 15 th Ps. 145 (1) sub 3 jo. (4) HIR, 172 (1) Sub 4 jo.
173 Rbg, 1912 BW
ii. orang gila Ps. 145 (1) sub 4 HIR, 172 (1) Sub 5 Rbg, 1912 BW
II. Segolongan orang yg a/ permintaan mereka sendiri dibebaskan memberi kesaksian hak ingkar
(verschoningsrecht) Ps. 146 HIR, 174 Rbg, 1909 alinea 2 BW :
a. saudara pa & pi serta ipar pa & pi dr salah 1 pihak
b. keluarga sedarah menurut keturunan yg lurus & saudara pa & pi dr suami/istri salah 1 pihak
c. semua orang yg krn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah wajib mempunyai rahasia sehubungan
dgn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah itu
▪ Ps. 169 HIR, 306 Rbg, 1905 BW azas “unus testis nullus testis” satu saksi bukan saksi
▪ Ps. 171 (2) HIR, 308 (2) Rbg, 1907 BW keterangan yg diberikan o/ saksi harus tentang peristiwa atau kejadian yg
dialaminya sendiri
▪ Ps. 173 HIR (Ps. 310 Rbg) hanya mengatur persangkaan yg didasarkan a/
kenyataan atau praesumptiones facti (feitelijke atau rechterlijke vermoedens).
PENGAKUAN
(Bekentenis Confession)
▪ Dasar hukum : HIR (Ps. 174, 175, 176), Rbg (Ps. 311, 312, 313), BW
(Ps. 1923 – 1928).
▪ Pengakuan mrpk keterangan yg membenarkan peristiwa, hak atau
hubungan hukum yg diajukan o/ lawan.
▪ Ps. 1923 BW membedakan antara pengakuan yg diberikan di muka
hakim di persidangan (Ps. 174 HIR, 311 Rbg, 1925 & 1926 BW) &
pengakuan yg diberikan di luar persidangan (Ps. 175 HIR, 312 Rbg,
1927 & 1928 BW).
▪ Ps. 176 HIR, Ps. 313 Rbg, Ps. 1924 BW pengakuan tdk boleh
dipisah-pisahkan (onsplitsbare aveu).
▪ Ilmu pengetahuan membagi pengakuan mjd 3 :
1. Pengakuan murni (aveu pur et-simple), ialah pengakuan yg sifatnya
sederhana & sesuai sepenuhnya dgn tuntutan pihak lawan
2. Pengakuan dgn kualifikasi (gequalificeerde bekentenis, aveu qualifie),
ialah pengakuan yg disertai dgn sangkalan thd sebagian dr tuntutan
3. Pengakuan dgn klausula (geclausuleerde bekentenis, aveu complexe),
ialah suatu pengakuan yg disertai dgn keterangan tambahan yg
bersifat membebaskan
▪ Pengakuan dgn kualifikasi maupun dgn klausula harus diterima dgn bulat
& tdk boleh dipisah-pisahkan dr keterangan tambahannya onsplitsbare
aveu.
Pengakuan yang Diberikan di Muka Hakim di
Persidangan
▪ Dasar hukum : Ps. 155 HIR, Ps. 182 Rbg, Ps. 1940 BW
▪ Dasar hukum : Ps. 156 HIR, Ps. 183 Rbg, Ps. 1930 BW
▪ Satu saksi bukan saksi ▪ Satu ahli cukup u/ didengar mengenai satu peristiwa
▪ Hakim terikat u/ mendengarkan keterangan saksi ▪ Hakim bebas u/ mendengar atau tidak
PUTUSAN
PUTUSAN CONDEMNATOIR
PUTUSAN INTERLOCUTOIR
PUTUSAN SELA
PUTUSAN INSIDENTIL
PUTUSAN PROVISIONIL
PUTUSAN
PUTUSAN AKHIR PUTUSAN SELA
Merupakan putusan yang diucapkan Hakim dalam Merupakan putusan di sela sidang yang tidak memutus suatu
suatu persidangan yang mengakhiri suatu sengketa atau perkara
sengketa atau perkara.
a. Putusan Praeparatoir Putusan sebagai persiapan putusan
a. Putusan Condemnatoir Putusan yang akhir, tanpa mempunyai pengaruhnya terhadap pokok
bersifat menghukum pihak yang dikalahkan perkara atau putusan akhir
untuk memenuhi prestasi.
b. Putusan Interlocutoir Putusan yang isinya
b. Putusan Constitutif Putusan yang memerintahkan pembuktian, isinya mempengaruhi putusan
meniadakan atau menciptakan suatu keadaan akhir
hukum
c. Putusan Insidentil Putusan yang berhubungan dengan
c. Putusan Declaratoir Putusan yang isinya peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan biasa
menerangkan atau menyatakan apa yang sah
d. Putusan Provisionil Putusan yang menjawab tuntutan
provisional, yaitu permintaan pihak yang bersangkutan agar
sementara diadakan tindakan pendahuluan guna kepentingan
salah satu pihak, sebelum putusan akhir dijatuhkan
UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN
Perlawanan / Verzet
• Dasar hukum : Ps. 125 ayat 3 jo. 129 HIR; Ps. 149 ayat 3 jo. 153 Rbg
• upaya hukum thd putusan yg dijatuhkan di luar hadirnya tergugat (putusan
verstek). Perlawanan pd asanya disediakan bg pihak tergugat yg umumnya
dikalahkan
Biasa Banding
UU 4/2004 Ps. 21 (1) : Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat
dimintakan banding kepada pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain
▪ Asas : Putusan hanya mengikat para pihak yg berperkara & tdk mengikat
pihak ke-3 (Ps. 1917 KUHPerdata).