Anda di halaman 1dari 3

RINGKASAN PERMOHONAN

Perkara Nomor 81/PUU-XII/2014


Penggunaan Bukti Baru (Novum) Dalam Permohonan Pengujian Kembali (PK)

I. PEMOHON
Bripda Daniel Liunome.

KUASA HUKUM
Sutupo Simbolon, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tanggal 27 Juni
2014.

II. OBJEK PERMOHONAN


Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI


Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji
Undang-Undang adalah:
1. Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badanperadilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.”.
2. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 “Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum”.
3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi
berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon a quo.

IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON


Pemohon adalah perseorangan warga negara Indonesia yang
berkedudukan sebagai Termohon dalam perkara Peninjauan Kembali atas
Perkara Nomor 41/PK/TUN/2013 tanggal 4 Maret 2014 dengan sebagai
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya (Kapolda) selaku Pemohon. Pemohon
dalam hal ini merasa dirugikan dan/atau berpotensi dirugikan dengan
berlakunya Pasal 67 huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung.
Kerugian konstitusional yang dialami Pemohon adalah diterimanya
permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Kapolda dimana bunyi
salah satu amarnya “menolak bukti baru (novum) yang diajukan oleh
Pemohon (dalam perkara peninjauan PK)“ yang kemudian tetap melanjutkan
pemeriksaan kepada pokok perkara.

V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI


A. NORMA MATERIIL
Norma yang diujikan, yaitu:
− Pasal 67 huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut: (b) apabila setelah perkara diputus,
ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu
perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.

B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu :
− Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintah dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan
tidak ada kecualinya.
− Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
− Pasal 28H ayat (2) UUD 1945
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
− Pasal 28I ayat (2) UUD 1945
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO


BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945
1. Pasal 67 huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tetnang
Mahkamah Agung hanya menyatakan alas an-alasan untuk mengajukan
permohonan peninjauan kembali tetapi tidak menegaskan secara tegas
apakah untuk mengajukan peninjauan kembali wajib atau tidak wajib untuk
menyertakan bukti baru, sementara dalam prakteknya untuk mengajukan
permohonan peninjauan kembali diwajibkan untuk menyertakan bukti baru
karena tidak mungkin memeriksa perkara hanya berdasarkan dalil yang
tercantum di dalam pemeriksaan perkara;
2. Pasal 67 huruf Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung tidak menyebabkan untuk membuka peluang adanya sikap dan
tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui
sebagai sikap dan tindakan yang terlaran.

VII. PETITUM
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menyatakan Pasal 67 ayat b Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung bertentangan dengan
Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 29H ayat (2), dan Pasal 28I
ayat (2) UUD 1945;
3. Menyatakan Pasal 67 ayat b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
tentang Mahkamah Agung tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
dengan segala akibat hukumnya;;
Atau apabila Majelis Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan
yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Anda mungkin juga menyukai