Anda di halaman 1dari 18

Nama : Meliyani turnip

NPM : 20108104

RESUME PUTUSAN TIDAK DITERIMA PTUN

RESUME SISTEMATIKA DAN ANALISIS


PUTUSAN AKHIR PERKARA PENGUJIAN UU
(PUU) DI MK RI

I. RESUME SISTEMATIKA PUTUSAN AKHIR PERKARA


PENGUJIAN UU (PUU) DI MK RI
1. Kepala Putusan

a. Judul : PUTUSAN

b. Nomor Perkara : 58/PUU-XIX/2021

c. Titel Eksekutorial: DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA

2. Nama Pengadilan : MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK

INDONESIA

3. Jenis Perkara : perkara Pengujian Materiil Pengujian Undang-


Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945

4. Identitas Pemohon :
 Identitas Pemohon H. Armansyah, S.E., M.M.
dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 5 Oktober 2021
memberi kuasa kepada M. Husni Chandra, S.H., M.Hum, Raju Diagunsyah,

1
S.H., Radiansyah, S.H., Yohannes P. Simanjuntak, S.H., M.H., Widodo,
S.H., M. Ibrahim Adha, S.H., M.H., Windu Rohima, S.H., M.H., dan Aster
Suzlita, S.H., dkk, kesemuanya merupakan Advokat dan konsultan yang
tergabung dalam Tim Advokasi Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) Dewan
Pimpinan Cabang Asosiasi Advokat Indonesia Kota Palembang (DPC AAI Kota
Palembang), dst yang beralamat di Jalan Gubernur H. Bastari Nomor 629
Kelurahan 8 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Sumatera
Selatan,bertindak bersama-sama maupun sendiri-sendiri, untuk dan atas nama
Pemberi Kuasa.

5. Proses Pemeriksaan Singkat:

 Membaca permohonan para Pemohon;

 Mendengar keterangan para Pemohon;

 Mendengar dan membaca keterangan Dewan Perwakilan Rakyat;


Membaca dan mendengar keterangan Presiden;

 Membaca dan mendengar keterangan ahli para Pemohon;

 Membaca dan mendengar keterangan ahli Dewan Perwakilan Rakyat;


Mendengar keterangan saksi Dewan Perwakilan Rakyat;
 Membaca dan mendengar keterangan ahli Presiden; Mendengar
keterangan saksi Presiden;
 Memeriksa bukti-bukti para Pemohon dan Presiden; Membaca
kesimpulan para Pemohon dan Presiden.
 ... dst..........;

6. Duduk Perkara

a. Pendaftaran Perkara:

 tanggal Surat Permohonan : 6 Oktober 2021

 diterima di Kepaniteraan MK pada tanggal 6 Oktober 2021,


berdasarkan

2
Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor
45/PUU/PAN.MK/AP3/10/2021

 dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi pada tanggal: 29


Oktober 2021 dengan Nomor 58/PUU-XIX/2021
 telah diperbaiki oleh Pemohon dengan perbaikan
permohonan bertanggal 6 Oktober 2021
 Perbaikan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada
tanggal: 29 November 2021

b. Posita Gugatan :

I. KEWENANGAN MAHKAMAH

 Pasal / UU Yang menjadi Objek Pengujian :


Pasal 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

 Pasal UU MK Yang menjadi dasar kewenangan MK :

Bahwa ketentuan Pasal 24 ayat (2) Perubahan Ketiga UUD


1945, menyatakan: “Kekuasaan kehakiman dilakukan
sebuah Mahkamah Agung dan peradilan yang berada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi”;

 Pasal Peraturan MK Yang mendukung dasar


kewenangan MK :
Bahwa ketentuan Pasal 24C ayat (1) Perubahan Ketiga
UUD 1945, menyatakan: “Mahkamah Konstitusi

3
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-
Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum”;

 Kaedah Hukum Putusan MK (yuriprudensi MK) Yang


mendukung dasar kewenangan MK :
Bahwa Mahkamah Konstitusi dibentuk sebagai lembaga
pengawal konstitusi (the guardian of constitution). Apabila
terdapat Undang-Undang (selanjutnya disebut UU) yang
berkenaan dengan materi muatan dalam ayat, pasal,
dan/atau bagian dari UU bertentangan dengan konstitusi
(inconstitutional)/UUD 1945 (Pasal 2 ayat (4) Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2021 tentang Tata
Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang
(selanjutnya disebut PMK 2/2021), maka Mahkamah
Konstitusi (selanjutnya disebut MK) dapat menyatakan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat materi
muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari UU termasuk
keseluruhannya.

 Pasal UUD NRI 1945 yang menjadi Batu Uji:

Pengujian Materiil Undang-Undang in casu Pasal 49 ayat


(1) huruf (a) dan Pasal 49 ayat (2) huruf (b) UU Perbankan
terhadap UUD 1945 yang diajukan oleh Pemohon dalam
Permohonan ini

4
II. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) DAN
KERUGIAN KONSTITUSIONAL PEMOHON/PARA
PEMOHON

 KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING)

 Dasar Kewenangan masing-masing Pemohon dan


hubungannya dengan KEBERADAAN Pasal / UU
Yang menjadi Objek Pengujian :

pada ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU MK beserta


Penjelasannya, menentukan Pemohon adalah pihak
yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-
undang yaitu:
 Perorangan Warga Negara Indonesia;

 Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup


dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam
Undang-Undang;
 Badan hukum publik atau privat; atau

 Lembaga Negara.

 Legalitas masing-masing Pemohon sebagai SUBJEK


HUKUM / Badan Hukum :
kedudukan hukum (legal standing) Pemohon dalam
pengajuan permohonan pengujian terhadap Pasal 49
ayat (1) huruf (a) dan Pasal 49 ayat (2) huruf (b)
UU Perbankan, Pemohon adalah berkualifikasi
sebagai perorangan Warga Negara Indonesia (WNI);

 Keputusan / Peraturan yang menjadi DASAR


Kewenangan masing-masing Pemohon :
Bahwa Pemohon adalah perorangan warga negara

5
Indonesia (vide Bukti P-3) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (1) huruf (a) UU MK juncto Pasal
4 PMK 2/2021 yang memiliki hak konstitusional untuk
mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di
hadapan hukum, hak konstitusional untuk mendapatkan
kemudahan dan kesempatan yang sama demi keadilan,
dan hak konstitusional untuk mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
deskriminatif sebagaimana dijamin dalam Pasal 27 ayat
(1), 28D ayat (1), dan 28 H ayat (2) UUD 1945
 KERUGIAN KONSTITUSIONAL PEMOHON/PARA
PEMOHON sebagai akibat EKSIS atau ADAnya Pasal
/ UU yang menjadi Objek Pengujian

KERUGIAN KONSTITUSIONAL yang dialami / diderita oleh


PEMOHON/PARA PEMOHON sebagai akibat EKSIS atau ADAnya
Pasal / UU yang menjadi Objek Pengujian, misalnya adanya
KETIDAKBEBASAN / PEMBATASAN, dll.: Bahwa Pemohon
mengalami kerugian inkonstitusional akibat ketidakjelasan tafsir Pasal
49 ayat (1) huruf (a) dan Pasal 49 ayat (2) huruf (b) UU Perbankan.
Hal ini dibuktikan adanya keresahan Pemohon sebagai karyawan bank
dengan jabatan sejak berdiri selaku Direktur Utama memajukan usaha
perbankan PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Palembang (Perseroda)
sejak tahun 2013 sampai dengan 2018 yang telah menghasilkan
keuntungan bagi bank maupun daerah guna bersaing secara nasional
tidak mendapatkan kepastian hukum dan keadilan berikut sejak
November 2018 telah dipecat sebagai Direktur Utama PT. BPR
Palembang dan menjalani hukuman pidana penjara atas Perkara
Nomor 120/ Pid.Sus/2021/PN.Plg yang telah diputus pada tanggal 14
Juni 2021 (Vide Bukti P-6), dan juga saat ini dituntut dua kali
dengan perkara yang sama yaitu Perkara Nomor 379/
Pid.Sus/2021/PN.Plg masih proses persidangan.

III. ALASAN-ALASAN PERMOHONAN

6
 Argumentasi & Fakta Hukum bahwa Pasal / Penjelasan

/ UU yang menjadi objek PUU merugikan Pemohon : dalam


hal judicial review Pasal 49 ayat (1) huruf (a) UU Perbankan
ini terhadap subjek hukum keberlakuan UU yang hanya
dibatasi kepada Pihak Terafiliasi Pasal 1 angka ayat (22)
UU Perbankan saja sebagai pelakunya, ternyata sudah
tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin
menantang, maju, dan berbahaya dampak Modernisasi
Teknologi Era

 Argumentasi & Fakta Hukum bahwa Pasal / Penjelasan

/ UU yang menjadi objek PUU tersebut


BERTENTANGAN dengan UUD NRI 1945 : PASAL 49
AYAT (1) HURUF (a) TERHADAP FRASA
“ANGGOTA DEWAN KOMISARIS, DIREKSI, ATAU
PEGAWAI BANK” ADALAH BERTENTANGAN
DENGAN UUD 1945 DAN TIDAK MEMILIKI
KEKUATAN HUKUM :Argumentasi & Fakta Hukum
bahwa Permohonan PUU yang diajukan oleh Pemohon
beralasan menurut HUKUM, dan oleh karenanya patut
dikabulkan. : Bahwa agar memberikan makna yang jelas dan
memberikan yang adil bagi Pasal 49 ayat (2) huruf (b)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
maka mohon supaya dihapus frasa “tidak melaksanakan
langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya”
sehingga Pasal ini seharusnya dilakukan revisi undang-
undang dan dikaji secara mendalam guna diletak dalam satu
Pasal yang berdiri sendiri dan dinyatakan tidak dapat
berlaku sejak dikeluarkannya putusan permohonan ini oleh
Majelis Hakim Konstitusi;

7
c. Petitum Permohonan :

DALAM POKOK PERKARA

PRIMER

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

2. Menyatakan frasa “Anggota Komisaris, Direksi dan Pegawai Bank” dalam


ketentuan Pasal 49 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 10 Tahunn
1998 tentang Perbankan BAB VIII Ketentuan Pidana dan Sanksi
Administratif, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
sepanjang tidak dimaknai, “(1) Setiap Orang yang dengan sengaja:
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam dokumen atau
laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank”;
3. Menyatakan frasa “menyebabkan”dalam ketentuan Pasal 49 ayat (1) huruf

(a) Undang-Undang Nomor 10 Tahunn 1998 tentang Perbankan BAB VIII


Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif, bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat sepanjang tidak dimaknai, “(1) Setiap
Orang yang dengan sengaja: a. membuat adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam dokumen atau
laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank”;
4. Menyatakan frasa “tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan
untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-
undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya”
Pasal
49 ayat (2) huruf (b) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan BAB VIII Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif,
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
sepanjang belum dilakukan revisi undang-undang dan dikaji secara
mendalam guna diletak dalam satu pasal yang berdiri sendiri dan
8
dinyatakan tidak dapat berlaku sejak dikeluarkannya putusan
permohonan ini oleh Majelis Hakim Konstisusi;
5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik
Indonesia sebagaimana mestinya;

SUBSIDER

Atau apabila Majelis Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan


yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Atau ex aequo et bono

d. Pembuktian Pemohon

 Alat bukti Surat yang diajukan oleh Pemohon : Pemohon telah


mengajukan alat bukti surat/tulisan yang diberi tanda bukti P-1
sampai dengan bukti P-13

 Saksi Yang diajukan oleh Pemohon : -

 Keterangan Ahli Yang diajukan oleh Pemohon : -

e. Keterangan DPR RI: TIDAK TERTERA

f. Keterangan Pemerintah: TIDAK TERTERA

g. Keterangan PIHAK TERKAIT: TIDAK TERTERA

h. Penyerahan Kesimpulan Oleh Pihak Berperkara: TIDAK TERTERA

6. Pertimbangan Hukumnya :
Pertimbangan Majelis Hakim pada pokoknya antara lain sebagai berikut:

Kewenangan Mahkamah
1) berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
9
Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), Pasal
10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 216,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6554,
selanjutnya disebut UU MK), dan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076),
Mahkamah berwenang, antara lain, mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap UUD 1945;
2) bahwa oleh karena permohonan Pemohon adalah permohonan untuk
menguji konstitusionalitas norma undang-undang, in casu Pasal 49 ayat
(1) huruf a dan Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3790, selanjutnya disebut UU 10/1998) terhadap UUD 1945
maka Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo

Kedudukan Hukum Pemohon


1) menurut Mahkamah permohonan Pemohon telah menimbulkan
ketidakjelasan atau kabur, sehingga Mahkamah sulit untuk
memahami maksud permohonan Pemohon tersebut.
2) bahwa meskipun Mahkamah berwenang mengadili permohonan a
quo dan Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan
permohonan a quo, namun oleh karena permohonan Pemohon adalah
kabur

7. Amar Putusan : TIDAK DITERIMA

1
0
MENGADILI:

Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat


diterima

8. Disenting Opinion / Occuring Opinion: TIDAK ADA


9. Penutup.

a. Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim : Pada hari Selasa, tanggal tiga


puluh, bulan November, tahun dua ribu dua puluh satu

. serta Disenting Opinion / Occuring Opinion (kalua ada)

b. Tanggal pengucapan putusan oleh Majelis Hakim: Pada hari Rabu,


tanggal lima belas, bulan Desember, tahun dua ribu dua puluh satu
c. Kehadiran Para Pihak Berperkara pada saat Pengucapan Putusan:

dihadiri oleh Pemohon dan/atau kuasanya, Dewan Perwakilan Rakyat


atau yang mewakili, dan Presiden atau yang mewakili

9 Nama dan Tanda Tangan Majelis Hakim dan Panitera

Aswanto, sebagai Hakim Ketua,

Enny Nurbaningsih, Manahan M.P. Sitompul, Saldi Isra, Arief Hidayat,


Wahiduddin Adams, Suhartoyo, dan Daniel Yusmic P. Foekh, masing-
masing sebagai hakim anggota

Fransisca, Panitera Pengganti.

II. ANALISIS PUTUSAN AKHIR PERKARA PENGUJIAN UU (PUU) DI


MK RI
A. Analisis Hukum Formil (Acara) PENGUJIAN UU (PUU) DI MK RI

 Makna Amar Putusan AKHIR perkara PENGUJIAN UU (PUU) di MK RI:


Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (NO)
1
1
Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan
di atas, Mahkamah berkesimpulan:
1) Mahkamah berwenang mengadili permohonan Pemohon;
2) Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan
permohonan a quo;
3) Pokok permohonan Pemohon kabur
4) Permohonan tidak dipertimbangkan lebih lanjut.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6554), dan Undang- Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5076);

 Analisis Pembuktian / Alat Bukti yang diajukan oleh Para Pihak


(kelengkapan / jenis alat bukti yang ada dalam putusan perkara yang
bersangkutan)

Pemohon telah mengajukan alat bukti surat/tulisan yang diberi tanda


bukti P-1 sampai dengan bukti P-13 sebagai berikut:

1. Bukti P-1 : Fotokopi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan;
2. Bukti P-2 : Fotokopi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

3. Bukti P-3 : Fotokopi gugatan perbuatan melawan hukum perkara Nomor


163/Pdt.G/2020/PN.Plg tanggal 18 Agustus 2020 di Pengadilan
Negeri Palembang Kelas IA Khusus;
4. Bukti P-4 : Fotokopi Putusan Pra Peradilan Perkara Nomor
1
2
15/Pid.Pra/2020/PN.Plg tanggal 4 November 2020;
5. Bukti P-5 : Fotokopi Putusan Pra Peradilan Perkara Nomor
16/Pid.Pra/2020/PN. Plg tanggal 2 Desember 2020;
6. Bukti P-6 : Fotokopi Putusan Perkara Nomor 120/Pid.Sus/2021/PN.Plg yang
dibacakan pada tanggal 14 Juni 2021;
7. Bukti P-7 : Fotokopi Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Luar Biasa PT. BPR Palembang tanggal 01 November 2018 Akta
Nomor 01 yang dibuat dihadapan Notaris Siti Hikmah Nuraeni,
SH;

8. Bukti P-8 : Fotokopi Standar Operasional Prosedure (SOP) Perkreditan PT.


BPR. Palembang Tahun 2017, 5 Analisa Keuangan Sub Judul
Bagian 3. Analisa Laporan Keuangan;
9. Bukti P-9 : Fotokopi Surat Dakwaan Saudara Jaksa Penuntut Umum Nomor
Registrasi Perkara PDM- 15/EP.2/01/2020 tertanggal 19 Januari
2021;
10. Bukti P-10 : Fotokopi Surat Tuntutan Saudara Jaksa Penuntut Umum Nomor
Register Perkara PDM-/L.6.10/Epp.2/05/2021 tertanggal 20 Mei
2021;
11. Bukti P-11 : Fotokopi Surat PT. BPR. Palembang (Perseroda) Nomor
326/BPR-PALEMBANG/XII/2017 tanggal 28 Desember 2017
Perihal: Keterangan Lunas Pinjaman Kredit Modal Kerja An.
Ilham Santoso Nasution.
12. Bukti P-12 : Fotokopi Surat PT. BPR. Palembang (Perseroda) Nomor
327/BPR-PALEMBANG/XII/2017 tanggal 28 Desember 2017
Perihal: Keterangan Lunas Pinjaman Kredit Modal
Kerja An. Rukiyah
13. Bukti P-13 : Fotokopi Surat Direktur Pengawasan LJK Kantor Regional 7
Sumbagsel Nomor SR-96/KR.071/2018 tanggal 19 September
2018 Hal: Laporan Hasil Pemeriksaan kepada
PT. BPR. Palembang

 Analisis Pemenuhan Keabsahan Surat Kuasa maupun Surat Gugatan dalam


perspektif HUKUM ACARA PENGUJIAN UU (PUU) di MK RI

1
3
(perhatikan Peraturan MK)
1. Keabsahan surat kuasa telah terpenuhi karena H. Armansyah, S.E.,
M.M. sebagai pemohon berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal
5 Oktober 2021, memberi kuasa kepada M. Husni Chandra, S.H.,
M.Hum, Raju Diagunsyah, S.H., Radiansyah, S.H., Yohannes P.
Simanjuntak, S.H., M.H., Widodo, S.H.,M. Ibrahim Adha, S.H.,
M.H., Windu Rohima, S.H., M.H., dan Aster Suzlita, S.H.,
kesemuanya adalah Advokat yang tergabung dalam Tim Advokasi
Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) Dewan Pimpinan Cabang
Asosiasi Advokat Indonesia Kota Palembang (DPC AAI Kota
Palembang) yang beralamat di Jalan Gubernur H. Bastari Nomor 629
Kelurahan 8 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Sumatera
Selatan
2. Keabsahan surat permohonan telah terpenuhi karena telat
memuat alasan permohonan dan permohonan wajib dengan
uraian jelas yang mengenai : a. pengujian undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b.
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. pembubaran partai politik; d. perselisihan tentang hasil pemilihan
umum; atau e. pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dan
sekurang-kurangnya harus memuat: a. nama dan alamat pemohon; b.
uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30; dan c. hal-hal yang diminta untuk diputus.

 Analisis keselarasan antara Pertimbangan Hukum Majelis Hakim (ratio


decidendi) dengan amar putusan (orbiter dicta)

Pertama : Tentang Legal Standing

1
4
Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), Pasal 10
ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6554,
selanjutnya disebut UU MK), dan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5076), Mahkamah berwenang, antara lain, mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap UUD 1945;

Kedua : Tentang Kerugian Konstitusional Pemohon


Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK beserta Penjelasannya,
yang dapat mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD
1945 adalah mereka yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya yang diberikan oleh UUD 1945 dirugikan oleh berlakunya suatu
undang-undang, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia (termasuk kelompok orang yang
mempunyai kepentingan sama);
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diatur dalam undang-undang;
c. badan hukum publik atau privat; atau

d. lembaga negara;
.

Ketiga Tentang Ppermohonan Pemohon Beralasan / tidak


berasalasan menurut hukum
Menimbang bahwa meskipun Mahkamah berwenang mengadili permohonan a

1
5
quo dan Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a
quo, namun oleh karena permohonan Pemohon adalah kabur, maka Mahkamah
tidak mempertimbangkan lebih lanjut pokok permohonan Pemohon.

 Perhatikan Sistematika Putusan & Pembuktian serta Ketentuan HUKUM


ACARA PENGUJIAN UU (PUU) di MK RI yang diatur dalam UU
Mahkamah Kosntritusi & PMK Tentang Pengujian UU
Dalam putusan dengan nomor 58/PUU-XIX/2021 telah terpenuhi
Setiap putusan Mahkamah Konstitusi harus memuat:
a. kepala putusan berbunyi: “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”; = terpenuhi
b. identitas pihak; = terpenuhi
c. ringkasan permohonan; = terpenuhi
d. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam persidangan; = terpenuhi
e. pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan; = terpenuhi
f. amar putusan; dan
g. hari, tanggal putusan, nama hakim konstitusi, dan panitera.= terpenuhi

B. Analisis Hukum Administrasi (Materiil)

 Inventarisasi Norma/Pengaturan (per-UU-an) berkaitan dengan pokok


perkara terutama UU Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.
o Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), Pasal 10
ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6554, selanjutnya disebut UU MK), dan Pasal 29 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
1
6
Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5076), Mahkamah berwenang, antara lain,
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945;

o Pasal 49 ayat (1) huruf a dan Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

o Pasal 51 ayat (1) UU MK

o Pasal 49 ayat (1) huruf a dan Pasal 49 ayat (2) huruf b UU


10/1998
 Inventarisasi asas-asas hukum berkaitan dengan pokok perkara (Asas-
asas Perundang-undangan) baik berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan maupun pendapat para ahli & yurisprudensi
o ASAS TERITORIAL ATAU ASAS WILAYAH. Berdasarkan
asas ini, perundang-undangan pidana suatu negara berlaku untuk
setiap subjek hukum yang melakukan tindak pidana di wilayah
negara yang bersangkutan
o Asas Universalitas yang menyatakan bahwa undang-undang
hukum pidana dapat diberlakukan terhadap siapapun yang
melanggar kepentingan hukum dari seluruh dunia
 Inventarisasi doktrin berkaitan dengan pokok perkara : -

 Analisis keselarasan Pertimbangn Hukum Majelis Hakim dengan


Norma/Pengaturan (per-UU-an) asas-asas hukum doktrin berkaitan
dengan pokok perkara

Pertama : Tentang Legal Standing

Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), Pasal 10
ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1
7
2020 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6554,
selanjutnya disebut UU MK), dan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5076), Mahkamah berwenang, antara lain, mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap UUD 1945;

Kedua : Tentang Kerugian Konstitusional Pemohon


Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK beserta Penjelasannya,
yang dapat mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD
1945 adalah mereka yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya yang diberikan oleh UUD 1945 dirugikan oleh berlakunya suatu
undang-undang, yaitu:
e. perorangan warga negara Indonesia (termasuk kelompok orang yang
mempunyai kepentingan sama);
f. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diatur dalam undang-undang;
g. badan hukum publik atau privat; atau

h. lembaga negara;
.
Ketiga Tentang Ppermohonan Pemohon Beralasan / tidak
berasalasan menurut hukum
Menimbang bahwa meskipun Mahkamah berwenang mengadili permohonan a
quo dan Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a
quo, namun oleh karena permohonan Pemohon adalah kabur, maka Mahkamah
tidak mempertimbangkan lebih lanjut pokok permohonan Pemohon.

1
8

Anda mungkin juga menyukai