Anda di halaman 1dari 82

KLIPING

TUGAS PERBANDINGAN HUKUM

PIDANA
Dosen Pengampu :

Ardison Asri, S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

Mahasiswa/i Semester 5 (2020)

Fakultas Hukum

Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Jakarta

2023
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya Kami dapat meyelesaikan
Kliping Perbandingan Hukum Pidana dari kelompok 1-9. Dan tidak lupa shalawat serta salam
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga Kliping ini dapat terselesaikan dengan
baik serta tepat waktu.

Kliping ini di tulis dan disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Perbandingan
Hukum Pidana oleh dosen Mata Kuliah Bapak Ardison Asri,S.H.,M.H.. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih sangatlah jauh dari sempurna mengingat
akan keterbatasan dan kemampuan ilmu yang dimiliki oleh Kami. Oleh karena itu segala kritik
dan saran yang lebih agar bisa membantu dalam makalah ini agar terbuat lebih baik lagi.

06 Januari 2023

Penyusun
Daftar Isi

Kliping Perbandingan Hukum Pidana


Kata Pengantar............................................................................................................................................2

Daftar Isi......................................................................................................................................................3

Latar Belakang.............................................................................................................................................4

I.Kelompok I ( Pidana Belanda)....................................................................................................................5

II.Kelompok II ( Pidana Rusia)....................................................................................................................14

III.Kelompok III (Pidana China)...................................................................................................................20

IV.Kelompok IV (Hukum Pidana Islam)......................................................................................................25

V.Kelompok V ( Hukum Pidana Adat)........................................................................................................40

VI.Kelompok VI ( Menarasikan Pidana Rusia)............................................................................................45

VII.Kelompok VII ( Menarasikan Pidana China)..........................................................................................58

VIII.Kelompok VIII ( Menarasikan Bab I di Spada)......................................................................................69

IX.Kelompok IX (Menarasikan Bab II di Spada)..........................................................................................77

Biografi Penulis..........................................................................................................................................79
Latar Belakang

Terdapat berbagai istilah asing mengenai perbandingan hukum ini, antara lain : Comparative
Law, Comparative Jurisprudence, Foreign Law (istilah Inggris), Droit Compare (istilah
Perancis), Rechtvergelijking (istilah Belanda) dan Rechtvergleichung atau Vergleichende
Rechtslehre (istilah Jerman).

Perbandingan hukum (rechtvergelijking) adalah suatu kegiatan membandingkan sistem


hukum yang satu dengan sistem hukum yang satu dengan sistem hukum yang lain ataupun
membandingkan lembaga hukum (legal institution) dari suatu sistem hukum yang lain. Dengan
perbandingan hukum itu akan ditemukan unsur-unsur persamaan (similaritas) dan unsur-unsur
lembaga atau sistem itu. Perbandingan hukum pidana (comparative criminal law), yaitu dengan
membandingakn sistem dan ketentuan pidana di berbagai negara dapat meningkatkan kualitas
dan pengembangan ilmu hukum pidana secara praktis dalam bidang legislatif dan yudikatif
menjaga harmonisasi hukum antarnegara.

Di dalam Black’s Law Dictionary dikemukakan, bahwa Comparative Jurisprudence ialah


suatu studi mengenai prinsip-prinsip ilmu hukum dengan melakukan perbandingan berbagai
macam sistem hukum (the study of principles of legal science by the comparison of varicus
system of law). Fokus pembahasan disiplin ilmu ini, adalah meneliti ada atau tidaknya
persamaan atau perbedaan diantara beberapa sistem hukum yang ada. Maka maksud upaya
membandingkan sistem hukum ini adalah agar ditemukan jiwa dan ratio dari pada suatu
peraturan hukum tertentu. Dalam era globalisasi, dimana masyarakat semakin berkembang harus
diikuti oleh pembaruan hukum untuk mengaturnya.
I. Kelompok I ( Pidana Belanda)
HUKUM PIDANA BELANDA

Hukum Negeri Belanda adalah keseluruhan standar (aturan-aturan hukum) yang berlaku
dan diterapkan secara umum di Negeri Belanda. Hukum Negeri Belanda adalah sebuah
system hukum yang bercorak hukum sipil. Hukum-hukumnya terbukukan dan penerapan
hukum adat bersifat pengecualian. Secara teori, peran hukum perkara adalah kecil,
meskipun memahami hukum dalam banyak bidang tanpa mempertimbangkan hukum
perkara yang bersesuaian adalah mustahil. Sistem hukum Negeri Belanda didasarkan
pada hukum perdata Prancis dan dipengaruhi oleh Hukum Romawi dan hukum adat
Negeri Belanda. Kitab-kitab hukum perdata yang baru (yang mulai berlaku pada tahun
1992) sangatlah dipengaruhi oleh Bürgerliches Gesetzbuch Jerman.

Badan pembuat hukum primer dibentuk oleh Parlemen bersama-sama dengan Pemerintah
Negeri Belanda. Ketika kedua-dua lembaga ini bekerjasama membuat hukum, mereka
dikatakan sebagai legislator (bahasa Belanda: wetgever). Kuasa untuk membuat hukum
baru dapat diserahkan kepada pemerintah-pemerintah daerah atau organ-organ tertentu
Negara, tetapi hanya untuk tujuan yang telah ditentukan. Kecenderungan dalam beberapa
tahun ini adalah bahwa parlemen dan pemerintah menciptakan "hukum-hukum kerangka
kerja" dan menyerahkan pembuatan peraturan-peraturan yang lebih rinci kepada para
menteri atau pemerintah daerah (misalnya provinsi atau kota). Kementerian Keamanan
dan Keadilan adalah lembaga utama ketika ia berurusan dengan hukum Negeri Belanda.

Ranah hukum Negeri Belanda biasanya dikelompokkan sebagai berikut:

• Hukum publik, mengatur hubungan antara pemerintah dan warga negara


(termasuk entitas hukum, misalnya perusahaan)

o Hukum tata negara -- termasuk hukum-hukum struktur negara -- yang mengatur


penyelenggaraan pemerintahan

o Hukum pidana, yang berurusan dengan penghukuman perilaku-perilaku tertentu


dan denda-denda yang bertalian dengannya

o Hukum tata usaha, yang menentukan bagaimana pemerintah dapat mengintervensi


warga negara dan perbaikan apa yang dimiliki warga negara terhadap putusannya

• Hukum privat, yang mengatur hubungan antarwarga negara

o Hukum perdata (termasuk hukum keluarga, hukum waris, hukum kontrak, dan
hukum dagang)

o Hukum kepemilikan (mengenai harta benda)


Masing-masing dari bagian ini memiliki aspek-aspek hukum substantif ("muatan" hak)
dan hukum acara (bagaimana hukum ini dapat dilaksanakan).Negeri Belanda juga
mengadopsi, melalui ratifikasi traktat
• Hukum Uni Eropa

• Hukum internasional

Sistem hukum Negeri Belanda didasarkan pada hukum perdata Prancis dan dipengaruhi
oleh Hukum Romawi dan hukum adat Negeri Belanda. Kitab-kitab hukum perdata yang
baru (yang mulai berlaku pada tahun 1992) sangatlah dipengaruhi oleh Bürgerliches
Gesetzbuch Jerman.

Perbandingan KUHP Belanda dengan KUHP Indonesia

KUHP Belanda (Ned.MvS) paling penting dipelajari dalam perbandingan hukum pidana
di Indonesia. Karena KUHP bersumber dari situ. Jika pun nanti rancangan KUHP yang
sedang di proses di departemen kehakiman menjelma menjadi KUHP baru, hal ini masih
relevan karena pada umumnya asas dan rumusan delik di dalam RKUHP itu masih sama
dengan KUHP (WvS).

Perbedaan sejak semula (pada saat berlakunya WvSI tahun 1918), telah terdapat
perbedaan antara KUHP Indonesia (Het Wetboek van strafrecht voor Netherlandsch
indie) karena di situasi dan kondisi antara Indonesia / hindia belanda dan belanda
berbeda. Perbedaan itu (yang dikemukakan yang penting) antara lain:

1. Perbedaan rumusan berlakunya hukum pidana (pasal 2 dan seterusnya) kedua


KUHP (Ned WvS dan WvSI) . didalam pasal 2 Ned WvS tercantum strafwet (undang-
undang pidana) berlaku di wilayah nederland , sedangkan di dalam pasal 2 WvSI (KUHP)
tertulis wettelijk strafbepaling (ketentuan perundang-undangan pidana) berlaku di
wilayah Ned indie (Sekarang Indonesia).

2. Jenis pidana berbeda yang tercantum di dalam pasal 9 Ned. WvS dan pasal 10
WvSI (sekarang KUHP). Didalam KUHP Indonesia tercantum pidana mati, sedangkan di
belanda sejak tahun 1870 sudah dihapus. Alasannya ,ialah keadaan di Indonesia yang
berbeda dengan Belanda, ribuan pulau-pulau ,beraneka ragam suku bangsa, tenaga
kepolisian yang kurang mengcukupi, perlu pidana yang lebih berat. Dengan sendirinya
pasal-pasal yang berkaitan dengan pidana mati seperti pasal 6 dan pasal 11 (pelaksanaan
pidana mati) terdapat dalam WvSI (KUHP) tetapi tentu tidak ada dalam Ned WvS. Pada
pidana tambahan, ada jenis pidana yang tersebut kedua di Ned WvS, yaitu penempatan di
tempat kerja negara, tidak terdapat dalam pasal 10 WvSI.
3. Beberapa delik lebih berat pidana penjaranya dalam WvSI (KUHP) disbanding
dengan dalam Ned WvS. Misalnya pencurian, didalam pasal 310 Ned WvS maksimum 4
tahun penjara , sedangkan di dalam pasal 362 WvSI (KUHP) maksimum 5 tahun
penjara.begitu pula delik penipuan dan penggelapan di pasal 326 dan 321 Ned WvS
maksimum 3 tahun penjara sedangkan dalam WvSI maksimum 4 tahun penjara.
Demikian pula dengan delik penadahan. Didalam pasal 416 ayat (1)Ned WvS pidana
penjara untuk delik penadahan yang dilakukan dengan sengaja, ialah maksimum 3 tahun
penjara, sedangkan dalam pasal 480 WvSI (KUHP) penadahan baik yang sengaja maupun
yang culpa (patut harus menduga), maksimum 4 tahun penjara. Penadahan yang culpa di
dalam Ned. WvS diatur di dalam pasallain, yaitu dalam Pasal 417 bis ayat (1).yang
ancaman pidana penjaranya maksimum 1 tahun. Pada delik pelanggaran kesusilaan,Pasal
239 Ned.WvS ancaman pidananya maksimum 2 tahun penjara,sedangkan dalam KUHP
maksimum 2 tahun 8 bulan penjara.Alasan,mengapa pidananya dalam WvSI (sekarang
KUHP)beberapa lebih berat dibanding dengan Ned. WvS,sama denganalasan pada pidana
mati.Dalam hukum acara pidana (HIR yang bersumber pada acara pidanaBelanda),delik
yang tersangka dapat ditahan,ialah yang diancamdengan pidana 5 tahun penjara atau lebih
atau delik-delik yang pidananya kurang dari itu,tetapi disebut satu per satu.Dalam
Strafvor.dering Belanda,yang tersangka dapat ditahan,ialah delik yangdiancam dengan 4
tahun penjara atau lebih atau delik-delik yang pidananya kurang dari itu, tetapi disebut
satu per satu.Jadi, rupanya delik pencurian (pidananya 5 tahun di dalam KUHP,4 tahun
dalam Ned. WvS) yang menjadi patokan penahanan. KUHAPpun tetap menerima
ketentuan HIR ini (Pasal 21 ayat (4)). Akan tetapi, ada juga delik yang sama pidananya,
umumnya delik berat seperti pembunuhan, sama pidananya, yaitu maksimum 15 tahun
penjara, begitu pula perkosaan (Pasal 285 KUHP,Pasal 242 Ned.WvS), sama pidananya,
yaitu maksimum 12 tahun penjara.

4. Ketentuan tentang pidana bersyarat yang tercantum di dalam Pasa1 14 a s.d. Pasal
14 f WvSI (KUHP) baru diciptakan dalam tahun 1926 dengan Stbld. 1926 Nomor 251
dimasukkan ke dalam KUHP dan mulai berlaku 1 Januari 1927 (Stbld. 1926 Nomor 486).
Ada perbedaan-perbedaan tertentu antara ketentuan pidana bersyarat di dalam Ned.WvS
dan WvSI(KUHP).Bagi yang ingin memperdalam pengetahuannya sekitar pidana
bersyarat silakan pelajari buku W.L.G Lemaire: Het Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch Indievergeleken met het Ned. Wetboek van Strafrecht.

5. Ada pula perbedaan tentang pelaksanaan pidana.Misalnya Pasal 20 Ned.WvS


menentukan, bahwa terpidana kurungan dapat memilih bekerja ataukah tidak, yang dalam
Pasal 19 WvSI (KUHP) merupakan kewajiban untuk bekerja.Pasal 24
WvSI(KUHP)benar-benar bersifat Indonesia dan tidak terdapat di dalam Ned WvS, yaitu
narapidana bekerja di luar tembok penjara. Pasal 19 Ned. Wvs, yang padanamnya Pasal
28 WvSI(KUHP),narapidana menjalankan pidana di berbagai jenis lembaga, sedangkan
di Indonesia tidak demikian.
6. Minimum pidana denda lebih rendah di dalam WvSI(KUHP), yaitu f 0,25
sedangkan di dalam Ned.MvS.,f0,50.Sekarang ini didalam KUHP Indonesia minimum
denda ialah Rp250,00,

7. Ketentuan tentang psychopathen dalam Pasal 44 WvSI (KUHP), berbeda karena


di Nederland ada beberapa undang-undang mengenai hal itu. Dalam tahun 1925
diciptakan dua undang-undang di sana mengenai psychopathen.

8. Begitu pula tentang peradilan anak, yang di Nederland ada undang-undang yang
diciptakan mengenai hal itu.

9. Perbedaan rumusan ketentuan pembelaan terpaksa (noodweer)Dalam Ned. WvS


tertulis dalam Pasal 41 (ayat 1): Niet strafbaar is hij die een feit begaat, geboden door de
noodzkelijke verdedigen van eigen ofeens anders lijf, eerbaarheid of goed
tegenogenblikkelijke, wederrechtelijke aanranding.Dalam pasal padanannya di dalam
WvSI (KUHP), yaitu Pasal 49 ayat (1), bunyinya sama, kecuali di belakang
ogenblikkelijke (sekejap itu) disisipkan kata of onmiddelijk dreigende (atau ancaman
segera). Jadi, di Indonesia orang dibolehkan membela diri selain karena serangan sekejap,
juga ancaman serangan segera.Menurut W.L.G. Lemaire, ini terjadi karena para pakar
penyusun WvSI (KUHP) di Indonesia (Hindia Belanda) berpikir,bahwa[14.42,
10/10/2022] Syahban Tanjung: ancaman scekejap itu terlalu sempit,perlu ditambah
(untuk Indonesia) dengan ancaman segera."Akan tetapi, katanya di Nederland pun para
pakar mengartikan ogenblikkelijke aanranding itu secara luas.Sebagai suatu
catatan,KUHP terjemahan Moeljatno,khususnya Pasal 49 (noodweer) ini tidak ada kata
"atau ancaman segera"atau kata lain sebagai terjemahan onmiddelijk dreigende yangb
tercantum dalam WvSI (KUHP) itu.Jadi,KUHP terjemahan Mocljatno khususnya Pasal
49 WvS(KUHP)itu adalah terjemahan untuk Pasal 41 Ned. WvS.,bukan KUHP
Indonesia.

10. Dalam perumusan delik pun di dalam Buku II terdapat beberapa perbedaan antara
Ned. WvS dan WvSI (KUHP),juga antara lain karena situasi dan kondisi antara kedua
negeri berbeda.

a. Rumusan Pasal 239 Ned.WvS yang padanannya Pasal 281 WvSI (KUHP) tertulis kata
"sengaja” di depan ”melanggar keusilaan di depan umum” 。 Ini terjadi karena
perbedaan budaya antara kedua bangsa. Pengertian ”kesusilaan” antara penduduk
Belanda sama. Di Indonesia, sangat berbeda.2) Melanggar kesusilaan menurut orang
Aceh belum tentu sama dengan orang Bali. Demikianlah sehingga ditambahkan kata
"”sengaja” dalam Pasal 281 WvSI (KUHP).

b. Delik "pemerasan dalam jabatan" (knevelarij) Pasal 366 Ned WvS yang padanannya
Pasal 425 WvS (KUHP), yang kemudian tahun 1971 dimasukkan menjadi delik korupsi,
oleh penyusun WvSI (KUHP) dipandang kurang memadai untuk Indonesia ( Hindia
Belanda). Demikianlah sehingga untuk Indonesia (Hindia Belanda),diciptakan Pasal 423
dan 424 yang tidak terdapat dalam Ned. WvS. Pasal 423 ini juga kemudian dimasukkan
menjadi delik korupsi. Ayat (1) Pasal 425 persis sama dengan Pasal 366Ned. WvS.
sedangkan ayat (2) dan (3) tidak terdapat dalam

Ned. WvS.Pasal 423 dan 424 yang disisipkan ke dalam WvSI (KUHP) itu

dimaksudkan sebagai "bentuk antara" antara penyalahgunaan jabatan dalam Pasal 421.
pemerasan dalam jabatan (knevelarij) dalam Pasal 425 dan pemerasan dalam Pasal 368
WvSI (KUHP). Pasal 423 dan Pasal 424 ini diciptakan karena katanya di Indonesia
(Hindia Belanda) ada karakter khusus kejahatan pemerasan dalam

jabatan (knevelarij) itu dalam masyarakat Indonesia.

11. Di dalam Ned. WvS ada jenis pencurian yang tidak ada padanannya

di dalam WvSI (KUHP). yaitu yang disebut stroperij(penyamun),rumput. daun kering.


tanah, pasir, dan sebagainya yang dipandang tidak relevan diatur di Indonesia.

PERBEDAAN KEMUDIAN (SEKARANG INI)

Perbedaan antara Ned.WvS dan WvS (KUHP) sekarang ini bertambah lebar.Ned.WvS
terus-menerus diubah sesuai dengan tuntutan kemajuan teknologi. Juga kalau ditinjau
secara teliti, ketentuan tentang pidana di Belanda bertambah "lunak". Bertambah "lunak"
menurut pendapat penulis. melalui dua jalur, yaitu penghapusan (dekriminalisasi)
misalnya delik mukah (overspel) telah dihapus kemudian perubahan rumusan
delik,misalnya Pasal 239 yang sepadan dengan Pasal 281 KUHP, yang semula

sama bunyinya kecuali ancaman pidananya dan kata "sengaja" dalam Pasal 281 KUHP.
Kata-kata "di depan umum" diganti dengan "di tempat yang menjadi lalu lintas umum"
dalam Pasal 239 Ned. WvS itu.Dengan sendirinya berkurang orang yang melanggar pasal
itu, karena "di depan umum" menurut penjelasannya, ialah di tempat yang dapat dilihat
oleh umum.Misalnya di dalam kamar tidur rumah sendiri bertelanjang dengan membuka
jendela yang menghadap ke jalan umum, berarti di depan umum karena dapat dilihat oleh
orang yang lewat di jalan itu.Akan tetapi,jelas tidak lagi dapat dipidana di Belanda
perbuatan semacam itu,karena kamar tidur rumah sendiri itu bukan tempat yang menjadi
lalu lintas umum.
Juga bertambah "lunak",karena ancaman pidana semua delik dalam Ned.WvS ada
alternatif dendanya.Begitu pula adanya pasal sisipan.yaitu Pasal 9a, yang hakim dapat
tidak menjatuhkan pidana,jika delik itu kecil artinya, keadaan pada waktu melakukan
delik, begitu pula sesudahnya. Sekarang ini sistem denda dalam WvS Belanda didasarkan
kepada
kategori,dari kategori satu sampai dengan enam. Dalam daftar kategori itu dicantumkan
maksimum denda. Daftar kategori denda dicantumkan di dalam Buku I, yaitu Pasal 23.

Jadi. pada tiap rumusan delik hanya menyebut ancaman pidana dendanya kategori berapa.
Sejak tahun 1976 ditentukan juga, bahwa korporasi (badan hukum) itu adalah subjek
hukum pidana. Korporasi dapat dijatuhi pidana, yang sudah jelas tidak mungkin pidana
penjara tetapi terutama pidana denda. Oleh karena itu, cocok juga jika semua delik ada
ancaman pidana dendanya sebagai alternatif pidana penjara.

Daftar kategori sebagai berikut:

Kategori 1, lima ratus gulden.

Kategori 2, lima ribu gulden.

Kategori 3, sepuluh ribu gulden.

Kategori 4, dua puluh lima ribu gulden.


Kategori 5, seratus ribu gulden.
Kategori 6, satu juta gulden.
Sistem kategori ini sesuai dengan negara yang inflasinya tinggi,karena

jika denda sudah menjadi kecil seperti sekarang(1995)di Indonesia,maka cukup satu pasal
yang diubah, yaitu yang mengatur daftar kategori bendadalam buku penyusun KUHP
Indonesia yang mencantumkan system kategori denda dalam rancanagn terebut.
Perubahan paling mendasar pada KUHP(WvS)Belanda,pada tahun 1980-an ini ialah
dicantumkannya altcmatif(ada juga alternatif/kumulain denda pada semua perumusan
delik,lermasuk delik terhadap keamanan negara. tidak terkecuali makar terhadap raja.
Bahkan, kalau kita teliti tidak ada satu perumusan pun pada saat hukum ini ditulis yang
diancam pidana denda menurut kategori keenam(satu juta gulden).Paling tinggi menurut
kategori kelima.
Jadi.kategori keenam masih merupakan cadangan.Perubahan lain,ialah disisipkannya titel
(bab) baru seperti:

Titel VIII A.Ketentuan khusus untuk orang di bawah umur.


Titel II A.Tindakan
Titel XIX. Pengguguran kandungan.
Banyak pasal sisipan yang lain, sesuai dengan perkembangan hukum modem, misalnya
Pasal 139 a sampai dengan Pasal 139 g mengenai perbuatan mendengar secara diam-diam
(menguping) pembicaraan orang lain tanpa izin. Bahkan pada waktu buku ini disusun,
perumusan delik "menguping"atau "menyadap" tersebut diusulkan lagi untuk diperbaiki
oleh suatuKomisi di Negeri Belanda yang bertugas menyusun perumusan delik
komputer,sehingga Pasal 139a,yang merupakan pasal sisipan yang tidak ada padanannya
dalam KUHP Indonesia,berubah lagi yang lengkapnya akan berbunyi:

"Diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau denda menurut kategori
keempat,barang siapa dengan bantuan alat teknis suatu pembicaraan yang dilakukan atau
data yang diserahkan melalui benda yang diotomatiskan dalam sebuah tempat kediaman,
ruangan tertutup atau pekarangan dengan sengaja:
1. Mendengar secara diam-diam atau merckam selain atas perintah seorang peserta
pembicaraan atau penycrahan itu.

2. Merekam berupa tanpa menjadi peserta pembicaraan atau penyerahan yang lain dari
perintah scorang peserta demikian. Ayat dua pasal ini mengenai pengecualian.
Dari perumusan Pasal 139a KUHP (WvS) Belanda yang tidak ada padanannya dalam
KUHP (lama) Indonesia itu, ternyata diusulkan untuk ditambah sehingga meliputi delik
komputer. Kata-kata dengan kursifitulahang merupakan usul perubahan.Pengaruh hukum
pidana modern, misalnya apa yang disebu subsosialitas (subsocialiteit), yang mengatakan
bahwa jika suatu per.buatan merupakan suatu delik tetapi secara sosial kecil artinya,
makatidaklah perlu dijatuhkan pidana atau tindakan, menjelma dalam pasalsisipan dalam
KUHP Belanda 1984, yaitu Pasal 9a yang dapat diterjemahkan sebagai berikut.:
( 1) ”Jika hakim menganggap patut berhubung dengan kecilnya artisuatu perbuatan,
kepribadian pelaku atau keadaan-keadaan pada waktu perbuatan dilakukan, begitu pula
sesudah perbuatan dilakukan, ia menentukan dalam putusan bahwa tidak ada pidana atau
tindakan yang akan dikenakan” (Indien de rechter ditraadzaam acht in verband met de
geringe ernst van het feit, de persoonlijkheid van de dader of de omstandigheden
waaronder het feit is begaan, dan wel die zich nadien hebben voorgedaan, kan hij in het
vonnis bepalen dat geen strafof maatregel zat worden opgelegd).
Pengaruh hukum pidana internasional sebagai akibat munculnya perjanjian-perjanjian
antarnegara mengenai hukum pidana,tercermin pula dalam sisipan yang baru dalam WvS
Belanda, yaitu pasal 4a (6 maret 1985,Stb 131), mulai berlaku 19 juli 1985), yang
berbunyi ;
“ De Nederlandse strafwet is toaspassen op ieder tegen wie destrafvervilging door
Nederland van cen vreemde staat is over genomen op grond van een vedrag waaruit
debevoegheid tot strafvervolging voor Nederland volgt. “. ( Undang-Undang Pidana
Nederland diterapkan kepada setiap orang yang penuntutannya diambil alih oleh
Nederland dari negara asing berdasarkan suatu perjanjian yang menimbulkan
kewenangan kepada Nederland untuk menuntut pidana).Selain dari itu. muncul pula segi
hukum pidana internasional dalam pasal sisipan baru,seperti tentang hapusnya hak
menuntut jika di negara asing telah diselesaikan atau tidak dituntut oleh penguasa di sana
(Pasal 68 ayat(3)).
Begitu pula Pasal 77 bis yang baru,yang disisipkan pada tahun 1985, pada ayat (1)
dikatakan bahwa hak untuk menuntut pidana dan hak untuk melaksanakan pidana gugur
karena penyerahan penuntutan pidana kepada negara asing sesuai dengan ketentuan
bagian ketiga titel X buku keempat Wetboek van Strafvordering. Suatu hal yang tidak
kurang pentingnya untuk diketahui ialah asas di dalam ketentuan KUHP tidak
dimungkinkan adanya kumulasi pidanapenjara dan denda, telah diterobos oleh WvS
Belanda, yaitu pada delik pemalsuan dan perbuatan curang dimungkinkan
kumulatif/alternatif pidanapenjara dan denda.
Di samping itu, perbandingan antara pidana penjara dan denda menurut ketentuan baru di
dalam WvS Belanda tidaklah berlaku simetris.Bui zn beranijika pidana penjaranya lebih
tinggi maka altermatif dendanyage lebih tinggi. Ada hal-hal yang kelihatannya
diselaraskan dengan

dekivitas pidana denda itu. Misalnya,delik pencurian(Pasal 310), ancaman pidana


penjaranya tahun dan denda ialah kategori keempat. Dibandingkan dengan delik
perbuatan curang (penipuan pasal 326) yang ancaman pidananya maksimum 3 tahun,
tetapi pidana dendanya kategori kelima.

Jadi ancaman pidana penjara pada delik pencurian lebih berat daripada delik penipuan,
tetapi ancaman pidana dendanya lebih ringan.

Hukum Pidana atau Hukum Kriminal (bahasa Belanda: Strafrecht) adalah keseluruhan
dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke
dalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap
yang melakukannya.Dengan demikian hukum pidana bukanlah mengadakan norma
hukum sendiri, melainkan sudah terletak pada norma lain dan sanksi pidana. Diadakan
untuk menguatkan ditaatinya norma-norma lain tersebut, misalnya norma agama dan
kesusilaan.

Dalam hukum pidana materil dikenal yang namanya tindak pidana. Adapun yang
dimaksud dengan tindak pidana adalah suatu tindakan melawan hukum yang dilakukan
oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan dan atas perbuatannya tersebut
diancam dengan sanksi tertentu. Tindak pidana dibagi menjadi 2, yaitu: tindak pidana
materil (delik materil) dan tindak pidana formil (delik formil). Yang dimaksud dengan
delik materil adalah delik yang hanya menyebutkan akibat yang terjadi, misalnya di
dalam Pasal 338 KUHP (pembunuhan biasa (doodslag)) yang menyebutkan hilangnya
nyawa orang lain (akibat). Yang dimaksud dengan delik formil adalah delik yang
menyebutkan cara-cara tindak pidana dilakukan, misalnya di dalam Pasal 362 KUHP
(pencurian) yang menyebutkan cara-cara mencuri yaitu dengan cara diam-diam
mengambil barang orang lain yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain (cara
mencuri).
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan yang
dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang
siapa yang melanggar larangan tersebut.

2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah
diancamkan.

3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan


apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Sedangkan menurut Sudarsono, pada prinsipnya Hukum Pidana adalah yang mengatur
tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut
diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan.
Sumber Hukum Pidana dapat dibedakan atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum
yang tidak tertulis. Di Indonesia sendiri, kita belum memiliki Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Nasional, sehingga masih diberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana warisan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda. Adapun sistematika Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana antara lain:

1. Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103).

2. Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488).

3. Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569).

Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang dibuat
setelah kemerdekaan antara lain:

1. UU No. 8 Drt Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi.

2. UU No. 9 Tahun 1967 tentang Narkoba.

3. UU No. 16 Tahun 2003 tentang Anti Terorisme. dll

Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana, selain termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana maupun UU Khusus, juga terdapat dalam berbagai Peraturan Perundang-
Undangan lainnya, seperti UU. No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, UU No. 9 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun
2002 Tentang Hak Cipta dan sebagainya.[2] Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
pasal jembatan yakni Pasal 103 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
II. Kelompok II ( Pidana Rusia)
III. Kelompok III (Pidana China)
IV. Kelompok IV (Hukum Pidana Islam)
Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah) adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau
perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani
kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Alquran
dan hadis. Tindakan kriminal, yakni tindakan kejahatan yang mengganaggu ketentraman umum
dan tindakan melawan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari Alquran dan hadis.
Buku ini memberikan pengetahuan yang luas mengenai hukum pidana Islam, studi perbandingan
antara hukum pidana Islam dengan hukum pidana umum, dan konsep hukum pidana Islam
mengenai perlindungan masyarakat dalam situasi damai dan konflik bersenjata. (Ali Zainuddin ;
Hukum Pidana Islam ;Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007)

Hukum pidana Islam merupakan perbuatan yang dilarang oleh Syara’ dan diancam oleh Allah
dengan hukuman hudud, qishash, diyat, atau ta’zir. Syara’ adalah suatu perbuatan yang dianggap
tindak pidana apabila dilarang oleh Syara’. Seperti yang dikemukakan oleh Imam Al-Mawardi
bahwa Jarimah adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Syara’ yang diancam oleh Allah
dengan hukuman had atau ta’zir.

Ada tiga istilah yang dapat digunakan dalam pengertian hukum pidana Islam sebagai berikut:

a. Jarimah
Hukuman pidana Islam dalam bahasa Arab disebut dengan Jarimah atau Jinayah. Jarimah
berasal dari kata jarama-yajrimu-jarimatan, yang berarti "berbuat" dan "memotong”, Dan
secara khusus digunakan terbatas pada "perbuatan dosa" atau "perbuatan yang dibenci".
Kata jarimah juga berasal dari kata ajrama-yajrimu yang berarti melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran, keadilan, dan menyimpang dari syariat Allah SWT.
Imam Al-Mawardi menyatakan bahwa, jarimah adalah perbuatan yang dilarang syari’at
(hukum Islam) dan diancam Allah dengan hukuman had atau ta’zir. Jarimah dapat
disamakan dengan jenis larangan atau perintah dalam hukum konversional (hukum
positif) yang dikualifikasikan sebagai bentuk perbuatan pidana, atau strafbaarfeit, atau
delik. Abdul Qodir sudah mendefinisikan tindak pidana dalam hukum positif sebagai
perbuatan yang dilarang undang-undang atau perbuatan yang ditetapkan undang-undang
sebagai tindakan terlarang. Perbuatan tersebut tidak dianggap tindak pidana, kecuali ada
sanksi sesuai dengan undang-undang atau hukum pidana.
b. Jinayah
Para Fuqaha menggunakan kata jinayah dengan maksud jarimah. Kata jarimah
merupakan bentuk verbal noun (masdar) dari kata jana yang berarti berbuat dosa atau
salah. Jinayah merupakan perbuatan dosa atau perbuatan salah. Kata jinayah dalam istilah
hukum sering disebut dengan delik atau tindak pidana.
Unsur atau rukun jinayah trsebut yaitu:
a. Unsur formil yaitu, adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan
mengancamnya dengan hukuman.
b. Unsur materiel yaitu, adanya tingkah laku yang membentuk tindak pidana (Jarimah),
baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat (negatif).
c. Unsur moral atau pertanggungjawaban yaitu, bahwa pelaku adalah orang yang
mukallaf, yakni orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban atas tindak pidana yang
dilakukannya.
d. Unsur formil (al-Rukun al-Syar’i) Pada awal sejarah Islam, undang-undang hukum
pidana langsung merujuk kepada petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah. Di samping itu,
Nabi Muhammad Saw. juga bertindak sebagai hakim yang memutuskan perkara yang
timbul dalam masyarakat. Dalam perkara pidana, Nabi Saw. memutuskan bentuk
hukuman terhadap pelaku perbuatan pidana sesuai dengan wahyu Allah. Setelah Nabi
Saw. wafat, tugas kepemimpinan masyarakat dan keagamaan dilanjutkan oleh “al-
Kulafa’ar-Rasyidun” sebagai pemimpin umat Islam, yang memegang kekuasaan sentral.
Masalah pidana tetap dipegang oleh khalifah sendiri.
c. Ma’shiyat
Ma'shiyat mengandung makna yaitu perbuatan yang diharamkan maupun yang dilarang
oleh hukum Islam atau hukum positif, sehingga makna dari ma’shiyat ialah mencakup
unsur-unsur perbuatan yang dilarang oleh hukum untuk dilakukan. Jadi dapat dipahami
bahwa hukum pidana Islam adalah hukum yang berdasarkan kepada nilai-nilai yang
terkandung didalam hukum Islam. mengenai hal ini peneliti mengatakan bahwa hukum
Islam adalah seperangkat yang mengatur tingkah laku tentang hubungan manusia dengan
Tuhan-Nya, hubungan sesama manusia dan alam semesta yang semua itu berasal dari
ciptaan-Nya Allah SWT.
Jenis-Jenis Hukum Pidana Islam Sedangkan jenis-jenis Hukum pidana dalam Islam yaitu
hudud, qishash, dan ta’zir sebagai berikut:
1) Hudud
Hudud adalah jarimah atau hukum pidana yang diancam dengan hukuman had. Had
adalah pemisah antara dua hal supaya tidak bercampur dengan yang lainnya, atau
batasan antara satu dengan yang lainnya, atau pemisah antara dua hal yang sudah
mempunyai batas. Abd al-Qadir Audah mendefinisikan hudud adalah jarimah yang
diancam dengan hukuman had. Dan Had merupakan ancaman hukuman yang telah
ditentukan macam dan jumlahnya dan menjadi hak Allah”.
Jarimah hudud itu terdiri dari 7 macam yaitu:
a) Zina
b) Qadzaf (menuduh berzina)
c) Khamr (minum-minuman keras)
d) Sariqah (pencurian)
e) Hibarah (perampokan)
f) Riddah (keluar dari Islam)
g) Bughah (pemberontakan).

Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hudud terdapat pada surat An-Nisa
ayat 13:
Bahwasanya penulis mengetahui hudud itu suatu hukuman yang tidak bisa diganggu
gugat karena semua hukuman sudah ada didalam syara’ (Al-Qur’an dan Hadits), jadi
setiap perbuatan yang dilakukan seorang jarimah maka hukumannya telah ditentukan
didalam syara’ seperti contoh seseorang pezina laki-laki dan perempuan yang belum
menikah maka hukumannya dicambuk sebanyak 100X karena telah diatur didalam
Al-Qur’an surat An-Nur ayat 2:

2) Qishash
Qishash merupakan jarimah yang hukumannya sama dengan apa yang ia lakukan
kepada korban, seperti membunuh. Qishash adalah hukuman yang paling tepat atas
tindakan pembunuhan dengan sengaja kepada orang yang tidak berdosa atau orang
yang tidak bersalah. Didalam qishash terdapat syarat-syarat untuk melakukannya
yaitu :
a) Korban yang dibunuh adalah orang yang darahnya terlindungi. Di antara orang
yang darahnya tidak terlindungi itu seperti orang murtad, orang kafir, dan orang
muslim berzina.
b) Sudah baligh-berakal maksud pembunuhnya adalah orang mukallaf (baligh-
berakal).
c) Korban dan pembunuh adalah beragama Islam. Oleh karena itu orang muslim
dilarang di qishash karena membunuh orang kafir.
Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang qishash terdapat pada surat
AlMaidah ayat 38

Penjelasan diatas menjelaskan bahwa qishash merupakan hukuman yang paling tepat
bagi seseorang yang telah berbuat jarimah (tindak pidana) karena sudah diatur dalam
AlQur’an atau hadits seperti peneliti kutipkan diatas adalah contoh hukuman bagi
seseorang yang mencuri maka hukuman ialah potong tangan, Dan apabila pelaku atau
pembuat jarimah (tindak pidana) itu membunuh maka hukuman setimpal dengan apa
yang ia perbuat yaitu dibunuh juga.
3) Ta’zir
Takzir adalah jarimah atau hukum pidana yang hukumannya dijatuhkan atau
ditentukan oleh pemerintah atau hakim. Takzir meliputi seluruh hukum pidana yang
tidak termasuk dalam kategori tindak pidana jenis hudud dan qishash. Takzir
merupakan hukum pidana yang bentuk dan jumlah hukumannya belum ditentukan
oleh syara’ yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
selain dosa-dosa yang sudah ditentukan pukulannya seperti 80 dan 100, tidak boleh
dihukum pukul lebih dari 10 dera (takzir) dan ini berarti hukuman yang tidak lebih
dari 10 dera maka akan di serahkan hukuman kepada pertimbangan seorang hakim
atau pemerintah. Penulis menjelaskan bahwa takzir itu hukumannya meliputi semua
hukuman yang belum ada didalam syara’ (Al-Qur’an dan hadits) maka seseorang
yang berbuat jarimah (tindak pidana) hukumannya kembali kepada takzir atau
kembali kepada keputusan hakim dan atau aturan-aturan pemerintah atas kebijakan
tersebut.

Unsur-Unsur Hukum Pidana Islam Unsur-unsur hukum pidana Islam adalah suatu
perbuatan apabila memenuhi unsurunsur yang melekat pada istilah jarimah itu sendiri.
Dalam hukum pidana Islam unsur-unsur jarimah itu terbagi menjadi dua yaitu unsur
umum dan unsur khusus. Unsur umum dan khusus sebagai berikut:

a) Adanya nash yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai ancaman


hukuman atas perbuatan-perbuatannya. Unsur ini dikenal dengan istilah dengan unsur
formal (al-rukn al-sya’i).

b) Adanya unsur perbuatan yang membentuk jarimah baik berupa melakukan perbuatan
yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diharuskan. Unsur ini dikenal dengan
istilah unsur material (al-rukn al-madi).

Penjelasan diatas tentang unsur tindak pidana Islam itu terdiri 2 bagian seperti al-rukn
al-sya’i dan al-rukn al-madi. Sedangkan al-rukn al-sya’i ini menjelaskan hukuman yang
bisa dilakukan didunia seperti qishash, dera, dan sebagainya, kalau al-rukn al-madi
menjelaskan hukum yang berlaku hanya di akhirat seperti meninggalkan sholat yang
tidak bisa dihukum di dunia.

B. TINDAK PIDANA

Pengertian Tindak Pidana

Istilah “Tindak Pidana” dalam bahasa Belanda merupakan terjemahan dari kata
"strafbaarfeit". Tindak pidana biasa disinonimkan dengan “delik” yang berasal dari
bahasa latin yaitu “delictum”. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum yang mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi
barangsiapa yang melanggar larangan tersebut. Adapun pengertian menurut para sarjana
atau para ahli hukum tentang tindak pidana adalah:

a. Menurut Indiyanto Seno Adji, tindak pidana merupakan perbuatan seseorang yang
diancam pidana, perbuatannya bersifat melawan hukum dan terdapat kesalahan yang
bagi pelakunya dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya.

b. Menurut E. Utrecht Strafbaarfeit adalah peristiwa pidana yang disebut dengan delik,
karena peristiwa itu suatu perbuatan handelen atau doen positif atau suatu melalaikan
natalen negatif. Maupun akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan atau
melakukan itu).

Menurut Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), pada waktu
memalsukan surat itu harus dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang
lain menggunakan surat itu seolah-olah asli dan tidak palsu sehingga dapat unsur
kesengajaan. Penggunaan itu harus dapat mendatangkan kerugian.27 Di penjelasan
diatas tentang pengertian pemalsuan surat bahwa perbuat pemalsuan surat adalah
perbuat penipuan, pemalsuan itu sendiri seakan-akan itu asli keberannya sehingga
seseorang tertipu atau terpedaya dengan keaslian atau kebenaran surat tersebut.

Salah satu surat dipalsukan ialah yang dapat menerbitkan suatu hak, seperti pemalsuan
surat rapid test, ijazah dan yang lain. Sedangkan di dalam hukum Islam perbuatan
memalsukan adalah perbuatan dusta (AlKidzb), penipuan, dan pengelabuan serta
merupakan perbuatan dzalim, karena pada dasarnya didalam perbuatan tersebut terdapat
perbuatan dusta yaitu dengan memalsukan suatu surat. dijelaskan dalam surah Al-
Baqarah Ayat 42 sebagai berikut:

Tindakan menipu atau membohongi orang lain mempunyai maksud untuk memperkaya
diri atau mendapatkan keuntungan. Penipuan memiliki hubungan yang berkaitan dengan
harta atau barang, Apabila dilihat dari aspek tinjauan hukum penipuan mengakibatkan
pihak atau orang lain yang ditipu dirugikan dalam segala hal. Dapat diketahui bahwa
pemalsuan surat dalam Islam itu adalah perbuat dusta atau penipuan, sedangkan
perbuatan dusta itu adalah orang-orang merugi karena memalsukan halhal yang benar
atas ke aslianya. Tujuan dari orang berdusta atau berbohong adalah ingin mencari
keuntungan peribadi atau kelompok.

UQUBAH atau HUKUMAN


Maksud pokok dari diadakannya hukuman adalah untuk memelihara dan menciptakan
kemaslahatan manusia dan menjaga manusia dari hal-hal yang dapat merusak kehidupan
umat manusia, karena pada dasarnya Islam memberikan petunjuk dan pelajaran kepada
manusia. Hukuman diberikan bukan hanya untuk pembalasan, namun ditetapkannya
hukuman adalah untuk memperbaiki individu agar dapat menjaga masyarakat dan tertib
sosial.

Hukuman yang berasal Dari Al-Qur’an, Hadist, maupun dari lembaga legislatif yang
mempunyai kewenangan menetapkan hukuman, seperti untuk kasus Tazir. Selain itu
hukuman harus bersifat pribadi. Artinya hanya dikenakan kepada yang melakukan
kejahatan, sehingga tidak ada yang dinamakan dengan “dosa warisan “.hukuman,
meskipun tidak disenangi, namun tetap ditujukan untuk mencapai kemaslahatan bagi
individu dan masyarakat. Untuk itu suatu hukuman dapat dianggap baik apabila :

a. Untuk mencegah seseorang dari berbuat maksiat;

b. Batas maksimum atau minimum suatu hukuman tergantung kepada kebutuhan


kemaslahatan masyarakat yang menghendaki;

c. Memberikan hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan bukan berarti


membalas dendam, tetapi sesungguhnya adalah untuk kemaslahatannya;

d. Hukuman adalah upaya terakhir dalam menjaga seseorang supaya tidak jatuh ke
dalam suatu maksiat.

Apabila berbicara mengenai hukum pidana positif di Indonesia, maka yang terbayang
hanyalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) peninggalan kolonial Belanda
yang masih diberlakukan sampai saat ini. Padahal, seiring dengan perkembangan hukum
yang ada, hukum pidana yang ada di Indonesia tidak hanya terbatas kepada ketentuan
yang terdapat di dalam KUHP saja, namun juga terdapat di dalam beberapa perundang-
undangan di luar KUHP yang mengatur perbuatan-perbuatan pidana yang secara khusus
tidak ditemukan pengaturannya di dalam KUHP.

Pada intinya, tindak pidana di dalam KUHP dibedakan menjadi dua yaitu kejahatan dan
pelanggaran. Contoh dari kejahatan yang diatur di dalam KUHP adalah kejahatan
terhadap keamanan negara, kejahatan terhadap ketertiban umum, kejahatan tentang
sumpah palsu dan keterangan palsu, kejahatan terhadap kesusilaan, penghinaan,
kejahatan terhadap nyawa, penganiayaan, pencurian, dan sebagainya. Sedangkan
tentang pelanggaran hanya mengatur kejahatan yang sifatnya kurang serius atau
dikatakan sebagai tindak pidana yang ringan.

Selain itu, di dalam hukum pidana materil, baik yang terdapat di dalam KUHP maupun
ketentuan pidana khusus di luar KUHP, selain memuat unsurunsur perbuatan atau
pidana juga memuat sanksi terhadap pelaku perbuatan pidana tersebut. Hal ini pada
dasarnya sama dengan ketentuan-ketentuan pidana yang terdapat di dalam sumber-
sumber hukum Islam, dimana selain memuat tentang jarimah atau tindak pidana,
sumber-sumber hukum tersebut juga mengatur masalah penghukuman atau yang
dinamakan dengan uqubah dalam hukum pidana Islam.

Jika diperbandingkan ketentuan di dalam hukum pidana Islam dengan ketentuan hukum
pidana positif, pada dasarnya dapat dilihat bahwa hukum pidana Islam merupakan
hukum yang mengatur tentang kejahatan dan sanksi-sanksinya, yang tujuannya adalah
untuk memelihara kehidupan manusia didalam agamanya, dirinya, akalnya, hartanya,
kehormatannya dan hubungannya antara pelaku kejahatan, si korban dan umat.
Sedangkan hukum pidana positif hanya cenderung berpihak kepada si pelaku saja,
meskipun pada dasarnya hukum pidana positif bertujuan untuk memelihara kehidupan
manusia didalam masyarakat agar tertib dan damai.

Selain itu, hukum pidana yang masih berlaku di Indonesia saat ini, apabila dilihat dari
filosofi terbentuknya hukum positif tersebut lebih mengutamakan kebebasan,
menonjolkan hak-hak individu yang lebih mengutamakan si pelaku, dan kurang
berhubungan dengan moralitas umat manusia pada umumnya. Hukum positif hanya
lebih mengarah kepada upaya menanggulangi kejahatan. cenderung berupaya untuk
menghukum pelaku, namun seringkali mengabaikan hak-hak korban.

Disamping itu, ketentuan di dalam hukum pidana Islam lebih tegas dibandingkan
dengan hukum pidana positif. Di dalam hukum positif, apa yang dinamakan dengan
menjatuhkan hukuman lebih cenderung merupakan hak para hakim untuk menentukan
apakah akan dipakai batas minimal atau batas maksimal hukuman yang ditetapkan
undang-undang. Sedangkan di dalam hukum pidana ada hukuman yang dinamakan
dengan hak Allah (had), yang kadarnya tidak boleh dikurangi atau ditambah. Hukuman
penjara sebagai satu-satunya bentuk hukuman (jika bukan dianggap sebagai salah satu
bentuk hukuman selain hukuman mati karena hukuman mati jarang dijatuhkan di negara
kita) bagi seluruh bentuk kejahatan, ternyata melahirkan segudang persoalan. Betapa
banyak penjahat pemula yang justru berubah menjadi penjahat yang lebih lihai. Betapa
banyak terjadi penularan penyakit yang berbahaya di dalam penjara karena padatnya
jumlah penghuninya. Betapa banyak penyimpangan seksual yang dialami oleh para
narapidana karena dalam jangka waktu yang cukup lama tidak berhubungan dengan istri
atau suaminya. Betapa besar anggaran yang harus ditanggung oleh negara untuk
memberi makan para narapidana, padahal anggaran itu diambil dari pajak masyarakat.
Betapa banyak waktu produktif para narapidana yang terbuang percuma hanya untuk
mendekam di dalam penjara, yang membuat mereka menjadi pemalas setelah keluar
dari penjara.
V. Kelompok V ( Hukum Pidana Adat)
VI. Kelompok VI ( Menarasikan Pidana Rusia)
Rusia dengan nama resmi Rossiyskaya Federatsiya (Russian Federation) adalah negara
terluas di dunia yang wilayahnya terbentang dari EropaTimur hingga Asia bagian Utara.
Luas wilayahnya hampir sama dengan luas planet Pluto yang mencapai 17.075.200 km
(tujuh belas juta tujuh puluh lima ribu dua ratus) kilometer persegi.

Sebelum menjadi negara independen dari Uni Soviet, rezim Soviet menguasai Rusia
dan Eropa Timur dengan sistem Sosialis. Pemimpin pertama Uni Soviet pada saat itu
yaitu Vladimir Lenin membentuk negara Soviet berpaham sosialis komunis yang artinya
tidak ada kepemilikan pribadi, dan segala kegiatan ekonomi masyarakat diatur dan
diawasi oleh pemerintah pusat. Namun setelah runtuhnya Uni Soviet di tahun 1991,
pemimpin Rusia saat itu lebih condong ke arah paham demokrasi, sehingga berubahlah
haluan Rusia menjadi negara Federal berpaham Demokrasi Republik dan terbentuklah
sistem pemerintahan Presidensial.

Didalamnya Rusia menerapkan pembagian kekuasan yang terpisah antara kekuasaan


Yudikatif, eksekutif, dan legislatif dengan tugas pokok pada masingmasing yang
berbeda. Rusia resmi menjadi negara berbentuk Federasi Rusia yang disahkan dalam
Konstitusi Federasi Sistem.

1.Eksekutif

Dalam kekuasaan ini, presiden bukanlah kepala lembaga eksekutif, melainkan sebagai
penjamin konstitusi. Dia dapat mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan kebijakan dalam dan luar negeri.

2.Yudikatif

Pengadilan tertinggi Rusia adalah Mahkamah Konstitusi Federasi Rusia dan Mahkamah
Agung Federasi Rusia. Mahkamah Konstitusi mengatur konstitusionalitas undang-
undang. Sedangkan, Mahkamah Agung memiliki yurisdiksi asli dalam beberapa kasus
dan merupakan pengadilan tertinggi untuk kasus-kasus yang diadili di pengadilan yang
lebih rendah.

Sementara itu, Mahkamah Agung Arbitrase adalah pengadilan tingkat terakhir dalam
sengketa komersial dan mengawasi pekerjaan pengadilan yang lebih rendah.

3.Legislatif

Dalam kekuasaan legislatif, Dewan Federasi harus bekerja sama dengan Duma Negara
dalam penyelesaian dan pemungutan suara atas rancangan undang-undang. Undang-
undang federal tentang anggaran, bea cukai, peraturan, pemantauan kredit, dan ratifikasi
perjanjian internasional harus dipertimbangkan oleh Dewan setelah diadopsi dari Duma
Negara.

Pemerintahan Presidensial Negara Federasi Rusia Nur Rohim Yunus* ISSN: 2338
4638 Volume 1 Nomor 8a (2017) Rusia pada tanggal 12 Desember 1993. Rusia
mendeklarasikan diri sebagai negara hukum yang berbentuk federasi dengan sistem
pemerintahan presidensial (Fahrurodji, 2005: 194). Sistem pemerintahan Rusia adalah
Presidensial, artinya kekuasaan presiden berada penuh pada diri seorang presiden, baik
sebagai kepala negara maupun sebagai kepala pemerintahan. Kedudukan presiden
dalam hal ini mutlak sebagai eksekutif yang tidak bertanggungjawab kepada parlemen
atau badan perwakilan rakyat (Maggalatung, 2013: 87). Kekuasaan tertinggi dalam
Sistem Pemerintahan di Rusia memang terbagi menjadi dua, yaitu pada Presiden dan
Perdana Menteri, yang bila merujuk pada teori Ilmu Negara seharusnya sistem
pemerintahan Rusia demikian disebut dengan Sistem Pemerintahan Parlementer, karena
kekuasaan eksekutif ada pada Presiden dan Perdana Menteri. Namun hal unik yang
membedakan adalah Presiden memiliki kekuasaan dominan dibandingkan Perdana
Menteri.

Seharusnya kedudukan Perdana Menteri dalam sistem parlementer menempatkannya


sebagai Kepala Pemerintahan yang memegang mutlak kendali negara, baik kebijakan
kedalam maupun keluar, sedang Presiden hanya sebatas kepala negara yang menjadi
simbol kedaulatan negara. Di Rusia kekuasaan pemerintahan yang dilaksanakan oleh
Perdana Menteri hanya pada ranah kewenangan domestik saja, misalnya kebijakan
sosial kependudukan, dan pengaturan mengenai birokrasi dalam pemerintahan. Perdana
Menteri di Rusia bukanlah kepala pemerintahan sebagaimana teori Sistem Pemerintahan
Parlementer. Tetapi Perdana Menteri di Rusia hampir sama kedudukannya sebatas
pembantu presiden atau sebagai wakil presiden di ranah pemerintahan dalam negeri
belaka, selain memang konstitusi Rusia pasca amandemen 1993 sudah meniadakan
kedudukan wakil presiden.

Artinya Presiden menjadi satu-satunya penguasa tertinggi negara yang dipilih rakyat.
Perdana Menteri diangkat oleh presiden dengan persetujuan Parlemen, sedang para
Menteri diangkat berdasarkan usulan Perdana Menteri, kecuali menteri keamanan
negara yang pencalonannya harus mendapatkan persetujuan Duma Negara (Legislatif).
Presiden sebagai kepala negara memiliki kewenangan yang amat besar dalam berbagai
isu yang berkaitan dengan pertahanan, keamanan, dan politik luar negeri. Presiden juga
berwenang untuk mengeluarkan ketentuan darurat, termasuk yang memiliki
kemungkinan ekstra konstitusional (Saragih, 2008: x).

Makna kewenangan ekstra konstitusional disini adalah kewenangan untuk dapat


mengusulkan perubahan konstitusi. Seperti dalam perubahan konstitusi 2008 tentang
masa jabatan presiden yang dahulu hanya empat tahun, tetapi akhirnya diubah atas usul
presiden menjadi enam tahun dan paling lama menjabat selama dua periode.

Perubahan tersebut terjadi pada masa Presiden Dmitri Medvedev yang menggantikan
Vladimir Putin yang telah menjabat dua periode selama delapan tahun.

Dmitri Medvedev merupakan orang kepercayaan Putin yang akhirnya menjadi


presiden dan mengangkat Putin menjadi Perdana Menterinya. Namun dengan permainan
politik yang luar biasa, akhirnya pemilu kembali menempatkan Putin sebagai Presiden
hingga saat ini. Artinya dua periode awal sebagai presiden dijedah dengan kedudukan
sebagai Perdana Menteri, yang akhirnya kembali menduduki jabatan Presiden di tahun
2012 hingga sekarang.

Negara federasi rusia yang mewarisi kebesaran kekaisaran rusia dan uni soviet,
memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk tetap mempertahankan reputasinya
sebagai `negara yang disegani dunia seperti masa lalu. Sejak runtuhnya uni soviet dan
berdirinya `negara federasi rusia dibawah kepemimpinan boris yeltsin, rusia bukan lagi
`negara adi daya yang mampu menyaingi dominasi amerika serikat. Kehancuran di
segala kepemilikan modal semakin lama semakin melemahkan rusia.

Penggunakan sistem ekonomi pasar prabayar bebas yang menggantikan sistem


ekonomi terpusat yang berlaku sejak 1921 menimbulkan stagnasi ekonomi yang
berujung kebangkrutan dan kehancuran uni soviet. Bahkan sistem ekonomi kebarat-
baratan yang diterapkan penghasilan kena pajak runtuhnya uni soviet justru makin
memperburuk perekonomian `negara. Dari kegagalan nihil adalah program privatisasi
yang menimbulkan banyak skandal, korupsi dan akhirnya menyeret rusia berhutang
lebih besar lagi imf, bank dunia dan kreditor internasional. Kondisi buruk nihil terus
berlangsung hingga tahun 1999. Keadaan baru negara berangsur membaik. Ekonomi
membuat rakyat rusia tidak mengajukan keberatan terhadap banyak kebijakan
pemerintahannya.

Dari kebijakannya justru memperlihatkan adanya demokrasi seperti keberhasilannya


mendorong ekonomi pasar di rusia, melakukan reformasi di kepemilikan modal hukum
artikel baru merevisi sistem hukum kolektivitas masa uni soviet yang cenderung
birokratisme serta mengatur ulang peran hakim pengadilan dan rusia yang terkenal
korup untuk mengurangi peluang penyuapan dan manipulasi yang merugikan rakyat.
Juga melakukan reformasi politik artikel baru mendukung perkembangan partai politik
agar rusia menjadi negara yang multi-partai. Berbagai UU yang disahkan pada tahun
2001 bertujuan untuk menghapus banyak persyarakatan tidak berguna.
Dalam rentang waktu tujuh tahun antara November 1991 dan Agustus 1998, Rusia
mencoba untuk menjalankan dan mengimplementasikan reformasi ekonomi jangka
panjang. Tujuan mereka sederhana, yaitu untuk mengganti perusahaan yang dibangun
atas kepemilikan negara, rencana terpusat, dan control administratif yang didasarkan
pada kepemilikan individu, koordinasi pasar serta pertukaran sukarela. Secara umum,
reformasi yang dikenalkan sepanjang tahun itu dapat dinilai sangat sukses. Kaum
reformis muda seperti Yegor Gaidar, Anatoli Chubais dan Menteri Luar Negeri Andrei
Kozyrev yang kesemuanya pro-pasar sengaja mengarahkan politik luar negeri Rusia ke
Dunia Barat dan segala institusinya demi menyukseskan reformasi ekonominya di atas.
Mengingat setelah mundurnya Gorbachev pada akhir 1990, Rusia mengalami
kemerosotan dalam segala bidang khususnya bidang politik, ekonomi, dan militer.

Tahun 1992 dan 1993 dalam pemerintahan Yeltsin dapat digambarkan sebagai periode
Gaidar-Khasbulatov. Hal ini menunjukkan dimana wewenang pemerintah terletak pada
inisiatif PM Yegor Gaidar yang mengimplementasikan gelombang pertama reformasi
neo-liberal. Kemudian tahun 1994 sampai 1998 dapat dikarakteristikkan sebagai periode
Chernomyrdin dan Zyuganov Victor Chernomyrdin merupakan pemegang wewenang
pemerintahan sebagai perdana menteri, maka Gennady Zyuganov sebagai pemegang
kendali oposisi. Politik luar negeri Rusia era Yeltsin merefleksikan kepentingan
nasional yang tidak selalu terbatasi dengan jelas. Rusia berusaha menyeimbangkan
posisinya dengan Barat dengan melakukan berbagai macam kerjasama dengan tujuan
untuk menghadapi ketidakstabilan di wilayah perbatasan Rusia. Searah dengan itu,
Rusia juga berusaha menjalin hubungan dengan negara-negara Asia Timur yang
semakin pesat kemajuannya.

Yeltsin dan kaum reformis muda Rusia berinisiatif untuk meramu strateginya dengan
berkiblat ke Barat. Yeltsin sendiri berusaha untuk merangkul AS, bekas musuh Uni
Soviet dalam Perang Dingin untuk menjalankan demokrasi ala Baratnya. Dalam
kebijakan luar negeri, pergantian dari PM Victor Chernomyrdin menuju PM Yefgeny
Primakov menandakan adanya perubahan menuju pendekatan baru dengan menekankan
pada peran Rusia sebagai kekuatan besar yang berdaulat dalam sebuah anarkis,
membangun sistem internasional dari dalam sendiri dimana kekuatan negara lebih
berharga daripada institusi dan normanorma internasional. Dimulai dari PM Primakov,
sang pembentuk, para diplomat Rusia dan pengambil keputusan telah menekankan
kembali bahwa Rusia harus memiliki politik luar negeri yang independen, lebih dari
hanya berkiblat ke Barat dan mensuplai sumberdaya alamnya ke pasar dunia. Lilia
Shevtsova, seorang peneliti dari Carnegie Endowment for International Peace,
mengatakan bahwa nilai demokrasi warisan era Yeltsin telah dipertanyakan dan
diragukan esensinya. Karena Yeltsin tidak mengembangkan negara demokratis tetapi
monarki selektif dan kapitalisme klan. Yeltsin juga telah gagal mengembangkan peran
oposisi. Kesalahan ekonomi Rusia dituai akibat penerimaan pajak yang anjlok.
Kebijakan Yeltsin melahirkan pertentangan antara reformis dengan komunis yang
membuat investor makin takut masuk. Rusia sudah meminjam terlalu banyak dan mulai
menjalani defisit, dan harus meminjam lebih banyak dan lebih banyak lagi. Kemudian
ada desakan agar Yeltsin mundur. Pada masa akhir jabatannya, Yeltsin sadar bahwa
orientasi politik luar negeri ala Barat tidak sesuai dengan alam Rusia karena sudah
terlalu jauh menyesatkan dan menenggelamkan Rusia.

Oleh sebab itu, roda pemerintahan lebih dikendalikan dan dijalankan oleh PM
Primakov. Barat telah menjadi penyebab malangnya Rusia. Anne Williamson
berpendapat bahwa ada dua kesalahan yang menyebabkan kehancuran Rusia. Kesalahan
pertama adalah persepsi Barat bahwa Presiden Boris Yeltsin dipandang sebagai tokoh
menuju demokrasi di Rusia. Kesalahan kedua adalah pilihan pada ekonom, arsitek
reformasi ekonomi. Seorang ekonom Rusia pendamba ekonomi pasar Larisa Piasheva
termasuk yang ditunjuk untuk menyusun strategi reformasi.

Ia diangkat oleh Walikota Moskow Gavriil Popov untuk merancang privatisasi aset-
aset Moskow. Program ini mendambakan percepatan sistem pasar. Reformasi dan
demokratisasi harus dilakukan secara evolusioner bukan revolusioner. Proses reformasi
ekonomi yang begitu cepat tidaklah sesuai dengan iklim dan kondisi perekonomian
Rusia saat itu, yang jatuh dan terpuruk pasca lengsernya Gorbachev. Akhirnya, proses
ini terbukti hanya melahirkan orang kaya baru dan di pihak lain memiskinkan
kehidupan rakyat. Kremlin pada masa Yeltsin sering menuai kritik dari berbagai pihak
dan kalangan, karena demokratisasi dan reformasi dijalankan secara tidak konsisten.
Kremlin di bawah Yeltsin justru menjalankan kebijakan yang berpihak secara buta pada
swasta baru, yang kemudian dijuluki sebagai oligarki. Reformasi dan penegakan aturan
main membutuhkan pemerintahan yang kuat. Hanya cara ini yang bisa mengembalikan
kekayaan swasta ke negara dan memberi keuntungan relatif merata pada segenap rakyat.

Pemindahan kekayaan negara yang tiba-tiba dan mendadak, bahkan sudah mengarah
pada perampokan kekayaan negara oleh swasta sangatlah merugikan perekonomian
Rusia dan dapat mengikis kekuatan negara dari dalam. Jalan pemerintah saat itu harus
dibelokkan Namun, untuk itu dibutuhkan tangan besi, untuk menghadapi oligarki yang
sudah menguasai sendi ekonomi dan politik. Kelahiran Rusia sebagai pewaris garis
politik Uni Soviet, dan beberapa republik Soviet lainnya sesungguhnya terjadi beberapa
bulan sebelum kematian Uni Soviet. Federasi Rusia lahir dari integrasi yang terjadi di
Uni Soviet, dimana Uni Soviet adalah negara yang berideologi komunis telah
memberikan pengaruh terhadap perkembangan federasi Rusia. Namun, dengan
berjalannya waktu federasi Rusia berusaha mengubah system pemerintahan yang
otoriter menuju kearah yang lebih demokratis. Itu semua ditandai dengan proses pemilu
untuk pertama kali yang dilaksanakan secara langsung oleh masyarakat Rusia pada
pemilihan presiden Boris Yeltsin.

Identitas Rusia pada mulanya dipimpin oleh Knyas kemudian beralih menjadi Tsar,
pada masa inilah struktur pemerintahan Rusia mulai terbentuk. Imperium Rusia Raya
(Tsar) dimana pemerintahnya bersifat otokrasi, ototiter dan terpusat. Setelah masa
Imperium Tsar runtuh kemudian digantikan dengan terbentuknya Uni Soviet (USSR)
sebagai sebuah negara yang terbentuk dari ide dibangunnya masyarakat sosialis, Uni
Soviet menempatkan ide komunisme dan Partai Komunis pada posisi yang sangat
sentral. Akibatnya, system politik yang monopartai dianggap sebagai suatu keharusan.

Hal ini membawa konsekuensi pada tumpang tindihnya urusan pemerintahan dan
urusan partai. Kemudian munculah berbagai masalah dari pemerintahan-pemerintahan
sebelumnya baik masalah politik maupun ekonomi, serta mengalami beberapa peristiwa
yang kemudian membawa kondisi Rusia semakin memprihatinkan. Kemerosotan
ekonomi akibat korupsi dan bobroknya birokrasi serta budaya politik yang makin
monolitik semakin memperkuat apatisme masyarakat. Melihat kondisi itu, Mikhail
Gorbachev, tokoh paling muda yang pernah memimpin partai komunis dalam sejarah
Uni Soviet, membuat gagasan pembaruan yakni ada tiga konsep pembaruan: Glasnost,
Perestroika, dan Demokratizatziya sebagai usaha pembaharuan terhadap system
ekonomi, social, dan politik Uni Soviet. Usaha Gorbachev untuk memperbaiki di segala
bidang demi tercapainya masyarakat Uni Soviet yang lebih baik, ternyata mendapat
berbagai protes di Uni Soviet dan pada akhirnya perubahan itu memunculkan elitelit
pemerintahan yang disebut kelompok reformis yang ingin menciptakan demokratisasi.
Bangsa itu hanya mengetahui bahwa melalui demokrasi yang memberikan kebebasan
berpendapat kepada masyarakat, maka peningkatan kesejahteraan kehidupan akan lebih
mudah tercapai tetapi mereka tidak mengetahui bagaimana cara menggerakan ekonomi
dalam suasana demokratis.

Ketidakmampuan Gorbachev dengan tiga konsep pembaruannya itu untuk


mewujudkan kondisi Uni Soviet yang lebih baik, akhirnya pada tanggal 24 Desember
1991 Mikhail Gorbachev secara resmi mengundurkan diri sebagai Presiden Uni Soviet,
gagal dengan gagasannya, dan secara otomatis mengakhiri eksistensi Uni Soviet. Uni
Soviet runtuh, menyisakan kepingan-kepingan negaranegara berdaulat. RSFSR yang
kemudian menjadi Federasi Rusia adalah kepingan terbesar bekas negara adikuasa
tersebut, yang sekaligus memiliki hak sebagai pewaris kebesaran Uni Soviet. Namun
demikian pecahnya Uni Soviet meninggalkan beberapa persoalan krusial yang harus
segera diatasi demi keberlangsungan perikehidupan masyarakat dan peradaban bangsa
Rusia. Presiden pertama yang memimpin Federasi Rusia adalah Boris Nikolayevich
Yeltsin atau yang lebih familiar dengan Boris Yeltsin, dimana proses pemilihan umum
untuk memilihnya dilakukan secara langsung oleh rakyat Rusia.

Pemilu yang pertama kali dilakukan secara langsung itu menandai adanya proses
perubahan dari masa pemerintahan yang otoriter menuju pemerintahan yang lebih
demokratis. Pada masa Boris Yeltsin, demokratisasi yang merupakan pilar perestroika
dilanjutkan pada masa pasca-komunis ini. Yeltsin melanjutkan cita-cita dan harapan
Gorbachev dengan upaya menciptakan Rusia yang lebih demokratis. Yang tidak ada
pada pemerintahan Rusia adalah peran sentral Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) dan
polisi rahasia (KGB). Yeltsin mempunyai hak mutlak sebagai penguasa dan presiden.
Namun dibawah kepemimpinanya, demokrasi pun tidak berjalan seperti apa yang
diteorikannya, seperti demokratisasi yang pernah dijalankan oleh pemimpin Uni Soviet
Gorbachev, namun mereka sama-sama mengalami hambatan.

Pemerintahan Yeltsin sangat dekat dengan kaum oligarkh’ sangat terlihat adanya
pemisahan antara kaum elit para orang kaya baru (OKB) dengan masyarakat biasa,
Yeltsin lebih dictator, lebih mengutamakan yang menguntungkan posisi dirinya seperti
membubarkan parlemen yang banyak diprotes oleh kelompok konserfatif garis keras
yang menentang perubahan radikal dalam politik dan ekonomi. Kuatnya kekuasaan
presiden Boris Yeltsin yang selalu memanfaatkan situasi politik untuk mencapai apa
yang ia inginkan tentunya sangat menghambat proses demokratisasi di Rusia. Yeltsin
mengakhiri masa jabatannya sebelum masa tugasnya yang kedua berakhir. Pada saat ia
mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 31 Desember 1999, ia menunjukkan
Vladimir Putin yang saat itu sebagai PM untuk menjadi acting Presiden sekaligus
mengumumkan sebagai ‘putra mahkota’ yang akan memimpin Rusia selanjutnya.
Konstitusi tahun 1993 mengatakan bahwa Rusia merupakan negara demokratik,
federatif dan berdasarkan aturan hukum atau undang-undang dengan bentuk
pemerintahan republik. Kekuasaan negara dibagi menjadi tiga, yaitu Eksekutif,
Legislative dan Yudikatif. Kebinekaan ideology, agama diperkenankan, sedangkan
ideology negara yang bersifat memaksa sudah tidak berlaku lagi. Hak untuk
mengadopsi system politik multi partai dijunjung tinggi. Jadi, system politik Rusia
adalah system politik multi partai sejak dipilihnya model demokrasi perancis.

A. Umum

KUHP Federasi Rusia termasuk KUHP yang paling baru di dunia disusun setelah
runtuhnya Uni Soviet, diundangkan dengan Undang-Undang Nomor 63-FZ 13 Juni
Tahun 1996. Diterima oleh DPR 24 Mei 1996 dan Majelis Federal 5 Juni1996. Isinya
sangat progresif, ditegaskan pada pasal 2, bahwa KUHP ini didasarkan pada konstitusi
federasi rusia dan asas-asas umum dan norma yang diakui oleh hukum internasional.
Ditegaskan pula tentang tujuan KUHP Federasi Rusia sebagai berikut : “melindungi
hak-hak dan kemerdekaan orang dan warga negara, harta benda, ketertiban umum dan
keamanan umum, lingkungan hidup, dan sistem konstitusional Federasi Rusia terhadap
pelanggaran kriminal, mempertahankan perdamaian dan keamanan kemanusiaan dan
juga pencegahan kejahatan.”

Dasar filosofis KUHP dituangkan ke dalam pasal 2. Asas Legalitas diatur dalam pasal
3, yang berbeda bunyinya dari asas legalitas yang tercantum di KUHP negara lain,
karena ketentuan perundang-undangan pidana harus ada sebelum perbuatan. Jadi, tidak
tersirat pula perundang-undangan pidana tidak berlaku surut.

Walaupun tidak disebut harus ada perundang-undangan pidana yang mendahului


perbuatan, namun ditegaskan larangan analogi didalam pasal 3 ayat (2). Berbeda dengan
KUHP negara lain termasuk Indonesia, Belanda, jika ada perubahan perundang-
undangan maka yang diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan terdakwa,
KUHP Federasi Rusia menempatkan agak jauh, yaitu di pasal 10 dan meliputi
pengurangan pidana orang yang telah dijatuhi pidana jika perundang-undangan baru
mengurangi pidana untuk perbuatan itu.

Mirip dengan ketentuan di dalam KUHP Perancis, pasal 4 KUHP Federasi Rusia
menegaskan asas persamaan individu di depan hukum. Orang-orang yang telah
melakukan kejahatan akan sama di depan hukum dan harus dibawa ke
pertanggungjawaban pidana, tanpa memandang jenis kelamin, ras, nasionalitas, bahasa,
asal usul, harta benda, status resminya, tempat kediaman, sikapnya terhadap agama,
kepercayaan, masuk dalam asosiasi publik atau keadaan-keadaan lain.

Mengenai berlakunya hukum pidana berdasarkan tempat dan waktu diatur mirip
dengan KUHP Negara lain. Ekstradisi khusus diatur yang mengatakan, bahwa warga
negara Federasi Rusia yang melakukan kejahatan di luar negeri tidak dapat di ekstradisi
ke negara tersebut.

Warga negara asing yang melakukan kejahatan diluar Rusia dan kedapatan di Rusia,
dapat di ekstradisi ke negara tersebut untuk pertanggungjawaban pidana dan
menjalankan pidananya sesuai dengan perjanjian negara itu dengan Federasi Rusia.

Sistematika KUHP federasi Rusia terdiri atas dua buku. Buku I terdiri atas 6 paragraf.
Paragraf I tentang hukum pidana, paragraf II tentang kejahatan, paragraf III tentang
pidana, paragraf IV tentang lepas dari tanggung jawab pidana, paragraf V tentang
tanggung jawab pidana anak di bawah umur, paragraf VItentang tindakan paksaan atas
dasar medis. Buku 2 terdiri atas empat paragraf. Paragraf VII tentang kejahatan terhadap
orang, paragraf VIII tentang kejahatan di bidang ekonomi, paragraf IX tentang
kejahatan terhadap keamanan umum dan ketertiban umum, paragraf X tentang
kejahatan terhadap kekuasaan negara. Masih ada tambahan paragraf XI tentang
kejahatan terhadap dinas militer, paragraf XII tentang kejahatan terhadap perdamaian
dan kemanusiaan.

Residivisme diatur khusus bagi kejahatan yang dilakukan dengan sengaja. Dibedakan
residivisme kejahatan serius:

a. jika ia melakukan kejahatan berat yang sebelumnya sudah dua kali dipidana penjara
untuk kejahatan disengaja yang merupakan kejahatan sedang.

b. jika ia melakukan kejahatan berat yang sudah dipidana penjara karena kejahatan berat
atau sangat berat.

Residivis dipandang sangat berbahaya jika melakukan kejahatan berat yang sebelumnya
sudah dua kali di pidana penjara karena kejahatan berat. mengenai kesalahan ditegaskan
bahwa pernyataan maksud kesengajaan atau kesembronoan luar biasa dipandang
sebagai kejahatan yang dilakukan dengan sengaja. Pasal 29-31 merumuskan delik yang
tidak selesai, pasal 31 : seseorang tidak bertanggung jawab pidana jika dengan sukarela
menolak melakukan kejahatan itu. jika seseorang menolak untuk melaksanakan
kejahatan akan bertanggung jawab pidana jika perbuatannya memenuhi unsur delik lain.
Menolak melakukan kejahatan artinya menghentikan sendiri pelaksanaan delik.
B. Penyertaan

KUHP Rusia tidak mengenal jenis Doen Plegen (membuat orang lain melakukan)
seperti KUHP Indonesia yang mengikuti Belanda. seseorang yang ikut serta secara
langsung bersama dengan orang lain dan mereka yang melakukan suatu delik dengan
jalan memakai orang lain yang tidak bertanggung jawab pidana karena di bawah umur,
sakit jiwa, atau keadaan lain yang ditentukan dalam kuhp dipandang sebagai pelaku.

Pasal 32 mengatakan, kesengajaan ikut serta oleh dua orang atau lebih untuk melakukan
delik sengaja dianggap ikut serta dalam delik itu. Pasal 33 mengatur tentang jenis-jenis
penyertaan, yaitu pelaku, organisator, penganjur (instigator), dan pembantu dipandang
sebagai peserta. KUHP Rusia tidak mengenal jenis doen plegen (membuat orang lain
melakukan) seperti KUHP Indonesia yang mengikuti Belanda. Seseorang yang ikut
serta secara langsung bersama dengan orang lain (co perpetrator) dan mereka yang
melakukan suatu delik dengan jalan memakai orang lain yang tidak bertanggung jawab
pidana karena di bawah umur, sakit jiwa, atau keadaan lain yang ditentukan dalam
KUHP dipandang sebagai pelaku. Jadi, sama dengan KUHP lain selain daripada KUHP
Belanda dan Indonesia doen pleger (pembuat pelaku) menurut KUHP Rusia sama
dengan pelaku (pleger).

C. Pidana

Pasal 41 ayat 2 mengatur tentang tujuan pemidanaan, yaitu memulihkan keadaan


sosial, memperbaiki penjahat dan mencegah dilakukannya kejahatan di kemudian hari.

Jenis pidana diatur dalam pasal 44 sebagai berikut:

a. Denda

b. pencabutan hak untuk menjabat suatu jabatan tertentu atau terlibat dalam kegiatan
tertentu.

c. Pencabutan untuk pangkat khusus militer, gelar kehormatan, pangkat dan tanda jasa
pemerintah.

d. Kerja wajib

e. Kerja koreksi
f. Pembatasan dalam dinas militer

g. Dihapus

h. Pembatasan kemerdekaan
i. Penahanan

j. Bekerja di suatu kesatuan disiplin militer

k. Perampasan kemerdekaan dalam waktu tertentu

l. Perampasan kemerdekaan seumur hidup

m. Pidana mati
Pidana kerja wajib itu sama dengan community service order (pidana kerja sosial) di
negara lain yang berlangsung dari 60 sampai 240 jam jadi maksimum 10 kali 24 jam
dan tidak boleh lebih dari 4 jam sehari. Tidak boleh diterapkan kepada orang cacat
(berat), wanita hamil, wanita yang anaknya berumur kurang dari 8 tahun, wajib militer,
Anggota militer yang berdasarkan kontrak yang berpangkat prajurit dan sersan.

Kerja koreksi berdasarkan pasal 50, berlangsung dari dua bulan sampai 2 tahun.
Pembatasan dalam dinas militer diatur di dalam pasal 51 berlangsung dari 3 bulan
sampai 2 tahun. Pasal 53 mengatur tentang pidana pemberantasan kemerdekaan
diterapkan kepada orang yang telah berumur 18 tahun pada waktu putusan dijatuhkan di
suatu lembaga tertentu tanpa mengisolasi dia dari masyarakat, pembatasan kemerdekaan
diterapkan kepada mereka yang melakukan delik sengaja yang belum pernah dipidana
dari satu sampai tiga tahun penjara, dan orang yang melakukan delik karena kelalaian
dari satu sampai lima tahun. .

Pidana pemberantasan kemerdekaan tidak boleh diterapkan kepada orang cacat berat
dan sedang, wanita hamil, wanita yang anaknya belum berusia 14 tahun, wanita yang
telah berumur 55 tahun, laki-laki yang telah berusia 60 tahun dan anggota wajib militer.

Pidana penahanan (arrst) belum diatur sampai tahun 2001. Pidana jenis ini adalah
isolasi ketat dari masyarakat dari 1 sampai 6 bulan. jika pidana ini sebagai pengganti
pidana kerja wajib atau kerja koreksi tidak boleh kurang dari satu bulan. Pidana ini tidak
diterapkan kepada orang yang belum berumur 16 tahun pada saat putusan, tidak kepada
wanita hamil dan wanita yang anaknya belum berumur 14 tahun.

Mengenai buku II pada umumnya delik sama dengan KUHP negara lain. Berbeda
dengan KUHP Indonesia (dan sama dengan KUHP negara-negara di Eropa) semua delik
diatur di dalam buku II, seperti korupsi, money laundering, terorisme, penyelundupan,
delik perbankan misalnya mendirikan bank tanpa izin.

Pasal 131 mengatur tentang perkosaan yang terdiri atas tiga jenis :
1. Perkosaan dengan mempergunakan kekerasan atau ancaman terhadap korban atau
orang lain atau mengambil keuntungan hal korban tidak berdaya (yang terakhir ini di
Indonesia tidak termasuk perkosaan tetapi menyetubuhi perempuan tidak berdaya alias
pingsan yang diatur dalam pasal 286 KUHP). Pidananya dari 3 sampai 6 tahun penjara.
Jauh di bawah ancaman pidana Indonesia yang maksimum 12 tahun penjara.

2. Perkosaan yang dilakukan oleh sekelompok orang di bawah suatu persekongkolan


atau kelompok terorganisasikan.

• Perkosaan dengan ancaman pembunuhan atau melukai berat korban atau


dilakukan dengan sangat kejam kepada korban atau orang lain.

• Perkosaan yang menyebabkan korban tertular penyakit kelamin.

• Perkosaan terhadap perempuan yang nyata remaja. Pidana bagi butir dua ini
adalah 4 sampai 10 tahun penjara.

3. Perkosaan karena kelalaian menyebabkan matinya korban.

Perkosaan karena kelalaian menyebabkan luka berat korban, infeksi HIV atau akibat
berat yang lain. Perkosaan terhadap perempuan yang belum berumur 14 tahun.

Pidana bagi butir 3 ialah 8 sampai 15 tahun. Rancangan KUHP Indonesia juga mengatur
delik perkosaan atas beberapa jenis.

KUHP federasi Rusia yang mengatur delik pemenuhan atau beberapa jenis :

1. Membunuh dua atau lebih orang. (di Indonesia dan di Belanda ini termasuk
concursus realis dengan pidana tambahan sepertiga).

2. pembunuhan terhadap orang atau keluarganya dalam aktivitas resmi orang itu atau
dalam menjalankan tugas publik.

3. Pembunuhan terhadap orang yang diketahui oleh pembunuh dalam keadaan tidak
berdaya. dan juga pembunuhan melalui penculikan orang atau untuk menahan sandera.

4. pembunuhan terhadap perempuan yang diketahui oleh pembunuh dalam keadaan


hamil.

5. Pembunuhan yang dilakukan dengan sangat kejam.


6. Pembunuhan dilakukan secara umum dengan sangat berbahaya.

7. pembunuhan dilakukan oleh sekelompok orang melalui persekongkolan atau


kelompok terorganisasikan.
8. Pembunuhan dengan motif tanpa kasihan dengan menyewa atau disertai dengan
perampokan dengan kekerasan, pemerasan atau secara bandit.

9. Pembunuhan yang dilakukan dengan cara sangat sehat.

10. Pembunuhan dilakukan untuk menyembunyikan kejahatan lain atau untuk


memudahkan pelaksanaannya, dan juga pembunuhan yang disertai dengan perkosaan
atau tindakan kekerasan seksual yang lain.

11. Pembunuhan yang dilakukan secara alasan nasional, rasional, atau kebencian agama
atau permusuhan atau permusuhan daerah.

12. Pembunuhan dengan tujuan untuk memperoleh organ atau jaringan tubuh.

Pidana bagi ke-12 jenis pembunuhan ini adalah perampasan kemerdekaan dari 8 sampai
20 tahun atau pidana mati atau perampasan kemerdekaan seumur hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Buku: Abdul Ghofur. (2002). Demokratisasi Dan Prospek Hukum Islam di Indonesia
(Studi atas pemikiran Gusdur). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ahmad Syafii Maarif,
(2003). Benedetto Croce (1886-1952) dan Gagasan tentang Sejarah, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah. Aleksandrovi G.F. (1948). The Pattern of Soviet Democracy, New
York: St. Martin’s Press. Aron,Leon. (2000). Yeltsin: A Life Revolusioner. New York:
Tekan St Martin. Ayer, Eleanor H. (1992). Boris Yeltsin: Man Rakyat. New York:
Dillon Press. Bambang Sunaryono. (2007). “Diktat Kuliah Politik dan Pemerintahan
Rusia”, FISIPOL UMY. Brzezinski, Zbigniew, (1990), Kegagalan Besar: Muncul dan
Runtuhnya Komunisme Dalam Abad Kedua Puluh. Bandung: Remaja
Rosdakarya&USIS. Dahl, Robert A., (1971). Polyarchy: Participation and Opposition,
New Heaven, Yale University Press. . . (1992). Demokrasi Dan Para Pengkritiknya,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Daniel, Yirgin & Thane, Gustafson. (1993). Rusia
2010, and What it Means for the World, New York:Cambridge Energy Research
Associates. Daniels, Robert. (1993). Akhir dari Revolusi Komunis. New York:
Routledge. Deliar Noer, (1965). Pengantar ke Pemikiran Politik djilid I. Medan: Dwipa.
Djumadi M. Anwar, Diktat Kuliah Politik Luar Negeri Indonesia”Spektrum Diplomasi
Politik Luar Negeri Bebas Aktif”, FISIPOL UMY. Fahrurodji A. (2005). Rusia Baru
Menuju Demokrasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sekjen Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi Nasional (Poskolegnas) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Fahrurrodji. Rusia Baru Menuju Demokrasi Pengantar Sejarah
dan Latar Belakang Budayanya, Edisi: 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Maggalatung, A Salman. & Nur Rohim Yunus, PokokPokok Teori Ilmu Negara,
Bandung: Fajar Media, 2013. Saragih, Simon. Bangkitnya Rusia: Peran Putin dan Eks
KGB, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2008

VII. Kelompok VII ( Menarasikan Pidana China)


SISTEM HUKUM CHINA:
Sebuah Tatanan yang Terkonstruksi
dalam Lintasan Li dan Fa
PENDAHULUAN
Sistem hukum China, berkembang menurut alur sejarahnya sendiri, “terlepas” dari
perkembangan sistem hukum anglo-saxon (anglo-american), maupun sistem civil law
(Eropha continental). Meskipun pada titik tertentu terlihat adanya persinggungan di
antara sistem-sistem hukum tersebut, akan tetapi sistem hukum China terbangun dengan
pondasi sumber hukum, asas, lembaga dan pranata yang berbeda dengan sistem hukum
lain didunia, sehingga
tampil sebagai sebuah sistem hukum tersendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada paragrap-paragrap di bawah ini akan
dideskripsikan tentang sistem hukum China.
PEMBAHASAN
Sistem Hukum China: Sebuah Pergumulan antara Li dan Fa1 Sistem Hukum China di
Masa Kerajaan: Sebuah sistem dikotomis yang Diskrimanatif
Sejak awal pembentukannya, sistem hukum China terbangun oleh dua
tradisi besar, yaitu tatanan hukum yang bersumber dari ajaran filsafat confusio-nisme,2
yang bertumpu pada pengabdian aturan-aturan hukum moral (yang disebut li = 禮 [礼]
« 禮» ), dan tatanan hukum yang didasarkan atas undangundang (yang disebut fa= 法
)terutama undang-undang pidana, sebagai produk hukum yang diupayakan oleh para
raja dengan bantuan ahli-ahli hukum.
Munculnya konsep Li3 dalam sistem hukum China, didasarkan pada struktur
kemasyarakatan China di-era kerajaan yang bertumpu pada etika yang
bersumber dari tiga buah aliran pemikiran, yaitu: Confusianisme, Taoisme dan
Budhisme.
Li adalah kata kunci paling dekat pada pengertian “hukum” menurut konsepsi hukum di
negara-negara barat, meskipun terkadang Li diterjemahkan pula dengan ritual, moral,
etiket, kepastian. Li merupakan seperangkat aturanaturan kepatutan dan kesopanan yang
harus diindahkan oleh manusia yang jujur. Dengan demikian Li lebih menampakan
dirinya sebagi sebuah kode etika dalam pergaulan (aturan-aturan moral).

Aturan-aturan hidup yang disebut Li bukanlah sebuah ketentuan yang


berlaku umum, Li memiliki substansi yang berbeda-beda mengikuti bentuk hubungan
dan golongan dari orang-orang yang harus menerapkannya. Meskipun demikian
terdapat satu ketentuan yang berlaku umum di dalam Li, yaitu adanya penetapan, bahwa
manusia-manusia pada dasarnya tidak mempunyai hak-hak subyektif, akan tetapi hanya
memiliki kewajiban-kewajiban, baik kewajiban terhadap atasan-atasan mereka, maupun
terhadap masyarakat.
Penetapan kewajiban yang bersifat subordinasi tersebut, diperlukan,
sebagai bagian dari upaya untuk menjamin terselenggaranya “kelima hubungan dan
perimbangan yang telah dikemukakan Konfusius dan terutama Mensius”,
yaitu : (a) kaum muda terhadap kaum tua;
(b) kaum laki-laki terhadap ayahnya;
(c) istri terhadap suami;
(d) sahabat terhadap sahabatnya;
(e) kaula negara terhadap raja. Adanya kewajiban yang bersifat subordinasi ini, tidak
dapat dilepaskan dari bentuk dasar organisasi kemasyarakatan, yaitu keluarga, dalam
arti yang luas. Kepala keluarga adalah orang yang tertua dari generasi tertua, dan ia
melakukan kekuasaan yang tak terbatas atas semua anggota-anggota keluarga.
Keluarga-keluarga tersebut dikelompokkan kedalam keturunan-keturunan dan yang
disebut terakhir ini pada gilirannya bertumpu pada domein feodal, dan berada dibawah
pimpinan raja-raja. Hierarki feodal seperti itulah yang ada pada era Confusius, tetap
bertahan.
Kondisi itulah yang kemudan menjadi dasar diterapkannya Li oleh kepala keluarga
didalam keluarga, oleh kepala suku-bangsa terhadap kepala-kepala keluarga, oleh raja-
raja atau pejabat-pejabat tinggi terhadaap kepada kepalakepala suku. Dalam konteks ini
setiap orang harus berikhtiar untuk menghindari adanya sengketa, oleh karena adanya
sengketa dapat merusak kehormatan dan sekaligus mengganggu ketertiban masyarakat.
Dengan demikian setiap anggota masyarakat harus senantiasa berupaya untuk
melakukan rekonsiliasi, dan mencari solusi yang mendamaikan. Bilamana proses
rekonsiliasi tidak menghasilkan sesuatu, maka barulah sengketa tersebut diselesaikan
dengan hukum, sebagai alat pamungkas.5
Adanya pandangan yang demikian mendasarkan pada pendapat Confucius, yang
menyatakan bahwa manusia akan menjadi benar, jika manusia menjunjung tinggi moral
(Li) dalam setiap kehidupannya. Dengan menjunjung tinggi moral, maka manusia akan
berada dalam kesempurnaan sehingga manusia tidak perlu lagi berpedoman pada
hukum. Menurutnya hukum tertulis yang dibuat oleh para pembentuk hukum (kaum
legalis) menjadikan manusia memiliki perilaku yang buruk. Hukum merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang jahat,
hukum menjadikan manusia bersikap tamak dan serakah. Manusia yang telah mencapai
kesempurnaan moralitas tidak akan membutuhkan hukum dalam hidupnya. Pemikiran
Confucius tersebut dilandasi oleh sebuah keyakinan bahwa pada dasarnya manusia
dilahirkan dalam keadaan baik, sehingga ia karena terdapatnya atau telah tertanamnya
moral dalam dirinya sejak manusia itu lahir.

Pada abad III M, terutama di zaman Dinasti Tsyin (256-207), ajaran Confusionisme,
terutama ajaran li ini diserang habis-habisan oleh kaum ahliahli hukum atau para legis,
yang mendasarkan pada pandangan bahwa fa, artinya undang-undang, terutama undang-
undang hukum pidana sangat diperlukan bagi rakyat. Apa yang dikenal dengan facia
(madzab undang-undang/madzab kaum legis) berkembang pesat terutama pada
pemerintahan Kaisar Ch’in Shih Huang-Ti, yang pada tahun 221 SM mewujudkan
persatuan dan kesatuan semua wilayah China, dan kemudian diteruskan oleh mao tse
Tung serta pimpinan partai komunis.
Tentangan terhadap Confucius tersebut, mendasarkan pada pemahaman Kaum
Legalis, yang melihat bahwa sesungguhnya manusia dilahirkan dengan membawa watak
dan sifat jahat. Manusia cenderung untuk senang sendiri, ia akan menjadi serigala bagi
manusia yang lain. Pada keadaan yang demikian manusia harus diatur oleh hukum yang
keras. Menurut kaum Legalis Raja memperoleh legitimasi kekuasaan dari Thian
(Tuhan), dan ketika ia berkuasa maka ia dibekali dengan hukum untuk menundukkan
sifat watak keras manusia, sehingga tidak ada satupun manusia yang akan
menentangnya. Oleh karena itu untuk menjaga ketertiban, maka manusia perlu
ditundukan pada undang-undang, bahkan para pelanggar aturan-aturan ini harus
diancam dengan hukuman-hukuman berat yang menakutkan. Fa adalah hukum yang
lekat pada negara, secara mutlak dan umum serta berlaku sama dan setara bagi setiap
orang.
Sejalan dengan anjuran dari facia, di China pun kemudian dibentuk berbagai
peraturan perundang-undangan. Paling sedikit dijumpai setidak-tidaknya delapan belas
kitab undang-undang China. Peraturan perundang-undangan yang tertua berasal dari
abad IV SM, setelah itu hampir disetiap dinasti mengeluarkan sebuah kitab undang-
undang baru (meskipun biasanya berasal dari naskah lama yang diambil alih begitu saja
dengan atau tanpa tambahan-tambahan).
Akan tetapi pandangan legalistis fa-cia tersebut nampaknya tidak dapat dipaksakan
begitu saja. Sejak era Dinasti Han (abad II SM) telah dapat dipastikan terjadi sebuah
proses “konfussianisasi” undang-undang, dimana beberapa peraturan perundang-
undangan secara substansi merujuk pada Li sebagai sumber hukumnya.
Sekalipun demikian legisme ini masih tetap berpengaruh dan telah menjadi tradisi
bagi setiap kaisar untuk membentuk perundang-undangan, terutama perundang-
undangan di bidang hukum pidana dan hukum tata-usaha negara. Hanya saja proses
legisme tersebut tidaklah pernah menyentuh bidang hukum privat.
Dalam bidang hukum privat, kebiasaan tetap memainkan peranan penting, dan
kebiasaan tersebut masih tetap berlaku sekalipun bertentangan dengan undang-undang.
Sub sistem hukum Li dan Fa dalam sistem hukum China, tidaklah berlaku secara
unifikasi untuk semua golongan masyarakat. Permberlakuan Li dan Fa disesuaikan
dengan struktur masyarakat China terdiri dari empat kelas, yaitu : kelas pertama yang
terdiri dari pejabat-pejabat dan kaum yang terpelajar; kelas kedua kaum petani; kelas
ketiga kaum pekerja dan kelas keempat kaum pedagang.11 Orang-orang yang berada di
kelas yang lebih rendah tunduk pada orang-orang kelas yang lebih tinggi; didalam kelas
tiap kelas keluarga dan kelompok keluarga tetap merupakan dasar organisasi
kemasyarakataan dan yuridis. Li sebagai suatu tatanan umum, hanyalah diberlakukan
bagi golongan masyarakat kelas atas, sedangkan bagi kelas-kelas terendah, tidak dapat
diterapkan dan oleh karenanya bagi mereka diberlakukan Fa. Dalam konteks yang
demikian, maka bagi para pejabat negara dan kaum terpelajar terhindar dari
undangundang pidana, bahkan jika mereka harus dihukum, mereka senantiasa dapat
“menembus” pidana mereka dengan sejumlah uang.
Munculnya perbedaan tersebut didasarkan pada alasan karena anggotaanggota kelas
tertinggi kaum elit orang-orang terpelajar, para pejabat negara, pemilik-pemilik tanah
karena pengetahuan dan pendidikan mereka dapat memahami cara hidup yang
ditentukan oleh Li, sedangkan “rakyat biasa” yang tidak terpelajar dan hidup sederhana
tidak dapat berbuat demikian, sehingga mereka harus diatur dengan peraturan
perundang-undangan, khususnya hukum pidana.
Hukum China tradisional dengan demikian diwarnai dan ditandai oleh adanya
ketidasetaraan dimuka hukum dan kesewanang-wenangan putusan hakim. Kelas-kelas
tertinggi dapat menolak permbelakukan undang-undang terhadap mereka, dengan alasan
bahwa pemberlakuan sebuah undang-undang merupakan bukti kelemahan.

Sistem Hukum China di Masa Republik: Dominasi Sistem Fa berbasis


Marxisme Versi Mao Tse-Tung
Ketertutupan China dari pengaruh asing dalam berbagai bidang (ter-masuk hukum),
sepertinya tidak dapat dipertahankan secara terus menerus. Seiringdengan jatuhnya
rezim kekaisaran dan terbentuknya pemerintahan Repu-blik pada tahun 1912, mulai
terjadilah perembesan tatanan-tatanan hukum Barat ke China. Hal ini terutama terjadi
setelah Tsiang Kai Tsyek mengungguli kelompok-kelompok yang berhaluan partai kiri
dari partai Kuo Min Tang selama tahun-tahun 1925-1928. Pada saat itu mulai
disusunlah Undang-undang Dasar (yang bersifat sementara pada tahun 1931, dan
kemudian menjadi definitif pada tahun 1936), maupun sejumlah kodeks menurut pola
Barat.
Pada tahun 1949 telah terjadi perubahan mendasar sebagai akibat kemenangan partai
Komunis dibawah pimpinan Mao Tse-Tung.13 Rezim baru Republik Rakyat China ini
telah menghapus semua undang-undang yang ada untuk melenyapkan pengaruh
feodalisme dan kaum kelas menengah, dan sebagai gantinya dibentuk tatanan hukum
baru berbasiskan undang-undang. Pembentukan tatanan hukum baru berbasis undang-
undang ini, tidaklah semata-mata memperlihatkan kemenangan Fa, (kaum ahli hukum
(legisten), akan tetapi lebih menunjukan
domonasi dari penerapan paham Marxisme-lenimisme. Pemberlakukan undangundang
di Republik Rakyat China, pada dasarnya ingin mengukuhkan kekuasaan diktator (yang
untuk sementara dianggap sebagai suatu keadaan yang terpaksa ditolelir).
Pemberlakukan undang-undang yang keras dan ketat, semata-mata untuk menegakkan
komunisme.
Oleh karena itulah dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1958 telah dikeluarkan
undang-undang dalam jumlah yang besar, yang lazimnya menurut pola hukum Sovyet,
namun dengan kekhususan-kekhususan China. Akan tetapi pada sekitar tahun 1958
terjadilah suatu reaksi terhadap hegemoni perundangundangan. Pemerintah China
menentang pengaruh Rusia dan kembali ke cara pendekatan tradisional China.
Dominasi kedaulatan undang-undang mulai dihapuskan, dan kemudian digantikan
dengan sebuah model penataan yang berbasis pada kepemimpinan kenegaraan yang
dipengaruhi oleh sebuah etika umum, yang ditafsirkan oleh kader-kader partai dan
negara. Pada titik ini, di Republik Rakyat China, terbentuk kembali sebuah li yang baru,
sesuai dengan pandangan-pandangan partai politik komunis, yang diturunkan oleh
gagasan-gagasan Mao Tse Tung (yang kemudian dikenal dengan “buku merah”). Li ini
diterapkan atas diri “orang-orang yang jujur”, yakni orang-orang komunis, sedangkan
yang kejam itu (undang-undang hukum pidana) tetap dipertahankan dan
diberlakukan bagi orang-orang “kontrarevolusioner” dan bagi orang-orang “Baarbar”,
yakni yang bukan China.
Terjadinya Revolusi kebudayaan kaum Proletar pada tahun 1966-1968 telah
mempercepat proses perubahan tersebut. Proses untuk membentuk komunisme
menimbulkan keinginan yang kuat disebagian kalangan untuk memasukkan didalamnya
keadaan “non-hukum”, dengan sama sekali tidak ada sanksi apa pun. Ideologi harus
mampu menjalankan kekuasaan negara, sementara rakyat harus menerima dan
mengikuti dengan penuh gairah gagasan-gagasan partai dan pimpinannya. Idiologi ini
harus harus diterima bukan karena menyetujuinya, melainkan
agar tercipta persatuan dan kesatuan. Setiap orang diharapkan dapat menerapkan
gagasan-gagasan tersebut, kalau perlu dengan jalan paksa. Dengan demikian bentuk
tatanan hukum yang kemudian terbentuk bukan lagi semata-mata berdasarkan undang-
undang, akan tetapi segala sesuatunya kemudian bertumpu pada sloganslogan dan
semboyan-semboyan yang bersifat ideologis.
Pada tahun 1970, dan terutama setelah wafatnya Mao (1976), nampaknya
pandangan mengenai hukum dan negara yang diberlakukan oleh Revolusi Kebudayaan
secara berangsur-angsur ditarik kembali. Pada tahun 1973 munculnya perlawanan
terhadap Lin Piao, yang dipadukan dengan penyerangan terhadap konfusionisme serta
pemujaan terhadap fa-chia, Hua Kuo Feng bersamasama dengan Feng Hsiao-Ping
(pemimpin yang dilengserkan oleh Revolusi
Kebuda-yaan), telah membawa kembali China untuk menganut legalisme, suatu bentuk
fa, namun tanpa mengingkari ideologi Mao.
Pada masa ini Undang Undang Dasar yang dibuat sejak tahun 1954, kemudian
diganti dengan sebuah Undang-undang Dasar baru yang telah dipersiapkan sejak tahun
1970 dan dirampungkan serta dikeluarkan pada tahun 1975. UUD ini lebih ringkas
dibandingkan dengan yang dikeluarkan pertama (hanya 30 pasal, sedangkan UUD yang
lama berisi 106 pasal). UUD baru ini di satu sisi berupaya untuk menyederhanakan
struktur kenegaaraan, sedangkan di sisi lain melelatkan dasar konstitusional bagi partai
komunis. Dengan demikian Republik Rakyat China menjadi negara sosialis dengan
nama “diktatur ploretariat”, yang didalamnya kekuasaan
negara diletakkan di bawah pimpinan partai komunis.
Undang-undang Dasar tahun 1975 ini, kemudian diamandemen pada bulan Maret
tahun 1975 (60 pasal), yang kemudian diganti lagi oleh UUD 1982, namun perubahan-
perubahan yang diadakan relatif sedikit. Dianutnya kembali subs sitem fa di China,
tidaklah menyebabkan hukum (undang-undang) menjadi dominan. Sekitar tahun-tahun
1972-1976 hukum justru ditempatkan secara subordinatif dan hanya menjadi alat
tujuan-tujuan politik. Demikian pula di bidang hukum privat. Meskipun telah diakui
adanya kepemilikian tanah, akan tetapi struktur kepemlikian tersebut mendasarkan pada
hak milik marxisme, dengan tekanan pada hak milik
negara sosialis dan kolektif.

Peradilan pun sepenuhnya berada di bawaah pengawasan badan-badan partai, yang


hanya mempunyai satu tujuan: penyelesaian pertentangan-pertentangan yang timbul
dalam masyarakat. Didalam kebanyakan bidang hukum ini diupayakan adanya
penyelesaian perselisihan secara damai melalui jasa-jasa perantara. Untuk menunjang
maksud tersebut maka dibentuklah Komisi Perantaraan Masyarakat, yang pada
hakikatnya mengesampingkan peranan peradilan. Mekanisme ini dipandang sebagai
pengganti tolak ukur yang lama, yakni kewajiban menjamin kehidupan, harmonis, yang
kemudian berubah menjadi persyarataan kesetiaan terhadap paham marxisme versi Mao
Tse-Tung
Hukum perundang-undangan di China bersumber dari dua badan pembuat undang-
undang, yaitu: badan legeslatif negara dan badan kekuasaan partai. Dalam hal ini Partai
menetapkan isinya, sedangkan negara menentukan bentuk undang-undang. Begitulah
sejak tahun 1979 telah diterbitkan ratusan undangundang, terutama yang berhubungan
dengan institusi-institusi negara dan khususnya yang menyangkut hukum ekonomi.
Selain itu dikeluarkan pula kitabkitab undang-undang dalam bidang cabang-cabang
hukum lainnya seperti hukum perdata dan hukum acara perdata, hukum pidana dan
hukum acara pidana.
Adapun Pembagian bidang hukum di negara China pada masa kini adalah: (a) Hukum
partai yang dimuat dalam statuta partai dan revolusi-revolusi partai. Dalam hal ini setiap
individu harus tunduk pada ketentuan-ketentuan ini. Instansi partai tertinggi adalah
Komite Sentral, yang mengendalikan negara dan masyarakat. (b) Hukum Tata Negara.
Pengaturan bidang ini terdapat didalam Undang-undang Dasar dan didalam undang-
undang pelaksanaannya. Undang-undang Dasar tahun 1982, yang diterima oleh
Musyawarah Nasional, menguraikan asas-asas umum tatanan kenegaraan dan ekonomi,
mengandung hak-hak dan kewajiban-kewajiban warga negara, yang sama dimuka
hukum dan mengatur struktur kenegaraan. Kekuasaan tertinggi berada di tangan
Musyawarah Rakyat Nasional; dan (c) Hukum pemerintahan yang antara lain
menetapkan statuta komite-komite penduduk. (d) Di dalam bidang hukum privat,
hukum China ini membedakan antara orang-orang pribadi dan badan-badan hukum.
Orang asing dilindungi dalam hak-hak dan kepentingankepentingan hukumnya. Di
dalam hukum keluarga suami-istri mempunyai hak-hak yang sama; undang-undang
perkawinan tahun 1980 mengatur persyaratan-persyaratan pelaksanaan perkawinan,
hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang mengalir dari hal tersebut berikut syarat-syarat
untuk perceraian. Anak-anak yang lahir di luar perkawinan mempunyai hak yang sama
dengan anak-anak sah. Khusus untuk hukum perkawinan pada tahun 1950 pembuat
undang-undang membuat suatu ketentuan yang bertentangan dengan kebiasaan-
kebiasaan tradisional. Dalam hal ini perkawinan yang dipandanga sebagai permasalahan
yang diatur oleh kepala-kepala
keluarga. Kemudian diganti dengan ketentuan bahwa perkawinan haruslah didasarkan
pada kehendak bebas para pihak dan hal itu harus diselenggarakan di hadapan pejabat
catatan sipil. Suami dan istri mempunyai hak-hak yang sama dan berdasarkan alasan-
alasan demogratif kepada para mitrakawaan ini diwajibkan mengikuti program keluarga
berencana. (e) Di dalam pengaturan tentang eigendom Undangundang dasar
membedakan tiga bentuk eigendom, yaitu: hak milik negara, hak milik kolektif dan hak
milik pribadi. Yang disebut pertama dan kedua meliputi tanah,sumber-sumber daya
alam dan sebagian dari alat-alat produksi, sedangkan eigendom individual meliputi
barang-barang kosumsi (rumah, perabot alat-alat rumah tangga,
uang tabungan) dan alat-alat produkssi seperti hewan penarik dan pengangkut beban.
Hanya hak milik publik “sosialistis” adalah barang suci dan tidak dapat diganggu gugat.
(f) Kendatipun Undang-undang Dasar tidak menyebut-nyebutkan hak milik intelektual,
namun pada tanggal 1 April 1985, bagaimanapun juga tampil ke permukaan dan
diberlakukan suatu hak oktroi baru. (g) Di dalam bidang ekonomi dijumpai perusahaan-
perusahaan negara, kolektif dan individual, disamping perusahaanperusahaan campuran
China dan manca-negara (perusahaan patungan) yang diatur oleh sebuah perundang-
undangan yang serba luas. Sejak tahun 1980 diadakan empat buah “Zone Ekonomi
Khusus” di bagian Selatan China, dimana investor-investor asing memperoleh
perlakuan istimewa berupa hak-hak privilese yang berhubungan dengan perpajakan,
imporekspor valuta asing, dan seebagainya. (h) Dalam bidan peradilan dijumpai: (i)
Komite-komite perantaraan masyarakat, yang dibentuk oleh komite-komite penduduk,
yang didalamnya duduk hakim-hakim awam dan yang kurang menangani perkara-
perkara perdata dan pidana; (ii) Pengadilan-pengadilan rakyat biasa maupun khusus dan
pada puncak piramida peradilan, sebuah Mahkamah Agung Rakyat; (iii) Komisi-komisi
arbitrase yang terutama menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi; (iv)
Parket, yang mengawasi pelaksanaan undaang-undang; (v) Ruang tempat pembela
(balie), yang terdiri dari advokatadvokat yang bekerja dibawah pengawasaan-
pengawasan negara dan wajib memberikan bantuan hukum. (vi) Kekuasaan kehakiman
meliputi hakim-hakim profesional, hakim-hakim awam dan hakim-hakim pembantu.
(vii) Hukum acara di sidang pengadilan berlangsung melalui dua instansi: pemeriksaan
dan pemutusan perkara dalam tingkat pertama dan dalam tingkat banding. Dan
persidangan pengadilan terbuka untuk umum. Namun, jumlah perkara tidak banyak:
kebanyakan perkara diselenggarakan terhadap apa yang disebut musuh-musuh rakyat
dan “residivis-residivis”, maupun dalam bidang hukum perkawinan.

PERBANDINGAN HUKUM PIDANA REPUBLIK RAKYAT CHINA


*RRC suatu negara besar, dengan penduduk lebih dari 1 miliar dan luas wilayah
nnomor dua di dunia. KUHP-nya merupakan KUHP baru. Ia diciptakan pada tahun
1979 dan baru mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1980
*KUHP RRC dalam sistem pidana bersifat khusus. Urutan KUHP-nya dimulai dengan
yang paling ringan ditutup yang paling berat, yaitu pidana mati. KUHP Indonesia
dimulai dengan yang paling berat dan urut-urutan jenis pidana menentukan urut-urutan
beratnya pula
*Pidana tambahan RRC dapat berdiri sendiri sedangkan KUHP Indonesia bersifat
menempel pada pidana pokok, kecuali hal-hal tertentu, dapat diadakan perampasan yang
berdiri sendiri, misalnya tentang uang palsu
*Pidana mati bersifat khusus karena hanya diterapkan terhadap pelaku kejahatan yang
sangat kejam. Pidana mati dapat ditunda selama dua tahun (diberi pekerjaan dan
diawasi)
*Harus disahkan Oleh Mahkamah Agung dan pidana mati tidak diterapkan kepada
pelaku yang belum berusia 18 tahun (pada saat melakukan)
* Jika berkelakuan baik selama masa 2 Tahun penundaan, dapat diringangkan menjadi
pidana penjara dan tidak lebih 20Tahun
Jumlah denda yang dibayar disesuaikan dengan keadaan-keadaan waktu kejahatan
dilakukan, tidak sama halnya seperti KUHP Jerman, Austria, dan Skandinavia. Jika
tidak mampu membayar, denda dapat dikurangi atau dihapus
Pencabutan hak-hak politik meliputi
1.Hak untuk memilih dan dipilih
2.Hak-hak yang ditentukan dalam Pasal 35 konstitusi 1982
3.Hak-hak untuk menduduki jabatan di dalam badan-badan negara
4.Hak untuk memegang posisi pimpinan di dalam suatu perusahaan, Lembaga, atau
organisasi rakyat

PENUTUP
Di awal-awal pembentukannya sistem kukum China yang merupakan reduksi dari hasil
tarik menarik antara sub-sistem hukum Li dan Fa¸ diwarnai dan ditandai oleh adanya
ketidasetaraan dimuka hukum dan kesewanang-wenangan putusan hakim. Sub-sistem
hukum Li sebagai suatu tatanan umum yang bersendikan moral hanya diberlakukan bagi
golongan masyarakat kelas atas, sedangkan bagi kelaskelas terendah, diberlakukan sub-
sistem hukum Fa, sebagai suuatu tatanan hukum berbentuk peraturan perundang-
undangan yang dibuat dan diberlakukan oleh negara bagi masyarakat kelas rendah.
Di sepanjang alur sejarah perjalanannya model pembangunan hukum di China
mengalami pergantian antara suatu tatanan hukum berbasiskan undangundang, yang
mendasarkan pada paham Marxisme-lenimisme, dengan sisten hukum yang berbasis
moral (etika umum) dengan mendasarkan pada pendekatan tradisional China. Pada
tahap akhir perkembangannya China menganut Kembali paham legalisme, tanpa
mengingkari ideologi Mao, dan menempatkan hukum secara subordinatif pada tujuan-
tujuan politik.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. Daud. 1994. Hukum Islam: Peradilan Agama dan Masalahnya. dalam
Tjun Surjaman (Ed.). Hukum Islam di Indonesia: Pemikiran dan
Pratek. Cet. Kedua. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Azizy, A. Qodry. 1982. Peradilan Islam Batasan Ulasan dan Sejarahnya di
Indonesia. Diktat. Semarang : Fakultas Syariah IAIN Walisongo.
Benda, Harry J. 1980. Bulan Sabit dan Matahari Terbit. Jakarta: Pustaka Jaya.
Darmaodiharjo, Dardi dan Shidarta. 1996. Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa
dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Effendy, Bahtiar. 1998. Islam dan Negara : Transformasi pemikiran dan Praktik
Politik Islam Di Indonesia. Jakarta. Penerbit Paramadina dan Yayasan
Ibn Sina.
Fuad, Fokky. Confusius Hukum. http://www.fokkylaw.com/2009/02/ confuciusdan-
hukum.html dan http://uai.ac.id/index. php/ situs/konten/86.
Gillissen, John dan Frits Gorle. 2005. Sejarah Hukum: Suatu pengantar. Bandung:
Refika Aditama.
Haley, Goerge T. dan Usha. 2008. The Chinese Thao of Business : Rahasia
Kesuksesan dan Keunggulan Strategi Bisnis pengusaha China.
diterjemahkan oleh Arfan Achyar. Jakarta : Hikmah (PT Mizan
Publika).
Hartono, Sunaryati. 1997. Peranan Ekonomi dalam pembangunan Hukum
Nasional. dalam Artidjo Alkostar. Identitas Hukum Nasional.
Yogyakarta : Fakultas Hukum –UII. Yogyakarta.
Hartono, Sunaryati. 1998. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Bandung.
Binacipta.
Hazairin. 1984. Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur’an dan hadis.
Jakarta: Tinta Mas.
Hazairin. 1985. Tujuh Serangkai tentang Hukum. Jakarta: Bina Aksara.
Huijbers, Theo. 1995. Filsafat H ukum. Yogyakarta: Kanisius.

VIII. Kelompok VIII ( Menarasikan Bab I di Spada)


BAB I

PENGANTAR HUKUM PIDANA

A. ISTILAH DAN PENGERTIAN PERBANDINGAN HUKUM

Comparative history of law ( Inggris) Dan Droit Compare (Prancis)

Comparative history of law berkaitan erat dengan sejarah hukum, sosiologi hukum, antropologi
hukum dan filsafat hukum. Dengan mengutip Edouard Lambert, menurut Soerjono Soekanto
ruang lingkup comparative history of law adalah: “…to bring out through the establishment of a
universal history of law the rhythms or natural laws of the succession of social phenomena which
direct the evolution of legal institutions.”

B. Pengertian Perbandingan Hukum

Black’s Law Dictionary

Menurut Black's Law Dictionary, tanggung jawab (liability) mempunyai tiga arti, antara lain :
a. Merupakan satu kewajiban terikat dalam hukum atau keadilanuntuk melakukan sesuatu.

b. Kondisi menjadi bertanggung jawab atas kerugian atau aktual.

c. Kondisi yang menciptakan tugas untuk melakukan tindakan segera atau di masa depan.

H.C Gutteridge

Gutteridge dalam bukunya “Comparative Law” (1949), menyatakan bahwa: perbandingan


hukum tidak lain daripada suatu metoda, yaitu metoda perbandingan yang dapat dipergunakan
dalam semua cabang hukum (hukum tata negara, hukum pidana dan hukum perdata).

PERBANDINGAN HUKUM SEBAGAI SUATU DISIPLIN ILMU HUKUM

1. Aliran Pertama

a. Joseph Kuhler: Istilah universale rechtsgeschiechte (sejarah hukum umum) sama dengan
vergleichende rechtswissenschaft (perbandingan ilmu hukum )

b. Sir Frederic Pollock (1903): Tidak ada perbedaan antara historical jurisprudence (sejarah
hukum) dancomparative jurisprudence (perbandingan hukum). Keduanya berarti sejarah umum
dari hukum.

2. Aliran Kedua

- Van Apeldoorn

- Bellfroid

a. Dogmatik Hukum

b. Sejarah Hukum

c. Perbandingan Hukum

d. Politik Hukum

e. Ajaran Hukum

Kusumadi Pudjosewojo

a. Ilmu Pengetahuan Hukum Positif

b. Ilmu Pengetahuan Sosiologi Hukum

c. Ilmu Pengetahuan Sejarah Hukum

d. Ilmu Perbandingan Hukum


e. Ilmu Hukum

f. Ilmu Pengetahuan Filsafat Hukum

g. Ilmu Pengetahuan Politik Hukum

Sudjono Dirjosisworo

a. Sosiologi Hukum

b. Antropologi Hukum

c. Psikologi Hukum

d. Sejarah Hukum

e. Perbandingan Hukum

SEJARAH HUKUM

Sejarah hukum untuk ilmu pengetahuan hukum dan praktek hukum, yakni hahwa ia perlu untuk
dapat memahami gejala gejala hukum, bahwa ia meluaskan pandangan kita dan membebaskan
kita dari prasangka, berlaku juga untuk perbandigan. Ia menyelidiki pertumbuhan hukum dalam
hubugan yang lebih luas dari pada sejarah hukum nasional, yang hanya memuat bagian yang
terbatas menurut negara atau bangsa, dan yang dari bahan bahan terbatas yang dapat
digunakannya tak selalu dapatmenetapkan hubungan yang causal.

ILMU HUKUM

Ilmu pengetahuan perbandingan hukum, tentunya tak puas dengan pencatatan belaka dari
perbedaan dan persamaan, melainkan juga mencari keterangan, karena keterangan itu,
hanyadapat di cari dalam sejarah, maka perbandingan hukum secara ilmiah tak dapat tidak
dengansendirinya harus menjadi sejarah hukum perbandingan. Ilmu pengetahuan perbandingan
hukum, yang mengambil teladan kepada ilmu pengetahuan bahasa perbandingan, mengajarkan
kita bahwa parallel.parallel antara hukum dan pertumbuhan hukum dari aneka bangsa,
kebanyakan dapat di terangkandari adanya keturunan bersama dari bangsa-bangsa yang
berdasarkan dari keturunannya melalui pertalian yang erat, Dalam pertumbuhan yang erat
selanjutnya walaupun asalnya sama acak kali sangat beraliran.

PERBANDINGAN HUKUM

Perbandingan juga menunjukkan bahwa dalam lembaga-lembaga hukum dan pertumbuhan


hukum pada bangsa bangsa yang primitif acap kali terlihat persamaan yang besar tiada adanya
keturunan bersama atau pengoperan.
Misalnya kita hanya mengingat:

1. Pada perkawinan beli saja (Perkawinan dalam mana seorang laki – laki penggantinya dari
keluarga perempuan) yang terdapat bangsa- bangsa primitif di seluruh dunia

2. Pada pertumbuhan milik dan hak milik perseorangan atas barang-barang bergerak
menurut sejarah biasanya mendahului hak milik atas barang-barang yang bergerak.

3. Pada pertumbuhan hak gadai (gadai di bawah tangan gadai milik gadai)

4. Pada balasan dendam bagai reaksi yang tertua pada penghinaan hukum

5. Pada perkalian atas perintah pengadilan.

6. Sumpah sebagai alat-alat bukti yang dipergunakan dalam proses

C. Sejarah Dan Perkembangan Ilmu Perbandingan Hukum

Sejarah dapat diketahui orang Yunanilah yang pertama kali melakukan kegiatan perbandingan
hukum. Plato membuat perbandingan hukum antara negara Yunani. Kemudian Aristoteles juga
menyelidiki konstitusi. Tidak kurang dari 153 negara kota, Tetapi berhasil hanya mengena
negara kota Athena. Hal ini merupakan spekulasi filosofi perbandingan hukum.

Khusus hukum perbandingan hukum pidana yang pertama muncul adalah orang Jerman yang
terdiri dari 15 jilid yang berjudul Vergleichende Darstellung Des deutschen und des
auslandischen Strafechts (1905-1909). Dua tahun kemudian, Wolgang Mittermaier, Hegler,
Kohlrauch menyusun KUHP umum. Perkembangan pesat perbandingan hukum menjadi cabang
khusus dalam studi ilmu hukum.

Abad Ke-18

Abad ke-18 yaitu yang dikenal sebagai era Kodifikasi. Yaitu perkembangan pengakuan
perbandingan hukum sebagai cabang ilmu perkembangan baru menghadapi kendala-kendala,
antara lain disebabkan telah berabad lamanya, ilmu hukum yang sesuai perintah Tuhan dan
bersumber pada hukum alam (natural law) serta mencapai cita kelayakan, dan sangat kurang
memperhatikan hukum kenyataan atau penerapan hukum.

Abat Ke-19

Abab ke-19 yaitu perbandingan hukum mulai disukai sebagai cara untuk perbandingan hukum-
hukum di Eropa daratan, sejalan memudar perhatian terhadap ius commune yang mengajarkan
eksistensi hukum yang bersifat universal, serta lahirnya nasionalisme dalam bidang hukum yang
ditandai oleh berperannya Kodifikasi. Kodifikasi hukum pertama telah setelah munculnya nation
state, terjadi di Prancis, dikenal dengan Code de Nopoleon.
Abat ke-20
Abad ke-20 Perkembangan ilmu perbandingan hukum semakin pesat di hubungan antara negara
semakin baik (dekolonisasii) yang memunculkan konferensi-konferensi internasional mengenai
hukum internasional. Sebagai pertanyaan mendasar yang di kembangan sebagai persis dengan
perkembangan Abat ke-19 adalah sebagai berikut:

a. Sebagai dan sifat perbandingan hukum;

b. Kedudukan perbandingan hukum dalam kerangka ilmu hukum;

c. Karateristik dan perbandingan ilmu dan metode perbandingan ilmu hukum;

d. Kemungkinan penerapannya dan kegunaan yang bersifat umum;

D. KELUARGA HUKUM / LEGAL FAMILIES

Hukum-hukum nasional negara-negara di dunia termasuk ke dalam keluarga hukum tertentu


ternyata terdapat perbedaan pandangan di antara para pakar perbandingan hukum seperti yang
terlihat dari pendapat Rene David dan John C. Brierly dalam bukunya yang berjudul “Major
Legal System In The Word Today” (1985) yang menyebutkan bahwa sangat sulit untuk
membuat tolok ukur pembagian keluarga hukum. Meski demikian menurut mereka tolok ukur
yang dapat dijadikan dasar patokan atau landasaan adalah keadaan geografi, budaya masyarakat
dan adat kebiasaan atau pandangan hidup suatu bangsa. Pada tulisannya yang lain Rene David
sendiri mengemukakan pula bahwa yang dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk melakukan
klasifikasi hukum-hukum nasional termasuk ke dalam keluarga hukum tertentu adalah teknik
atau metode dari sistem hukum, prinsip falsafah, politik dan ekonomi yang mendasari sistem
hukum itu.

Rene David

Membuat kriteria pembedaan (distinction) kedalam dua kriteria : Kriteria ideologi (hasil dari
agama, filsafat, atau politik, ekonomi atau struktur sosial) dan kriteria teknik hukum. Prinsip
dasar dari pembedaan atau kriteria tersebut adalah basis filsafat atau konsepsi keadilan,
sedangkan perbedaan-perbedaan teknik hukum menjadi hal penting kedua.

Berdasarkan prinsip itu, ia, membeda-bedakan 5 keluarga kedua : Sistem hukum Barat, sistem
hukum Sosialis, sistem hukum Islam, sistem hukum Hindu, dan sistem hukum Cina.

Namun kemudian, ia mengubah pendapatnya dengan hanya mengemukakan 3 keluarga hukum:


hukum Romawi-Jerman, hukum kebiasaan (Common law) dan hukum sosialis. Lebih lanjut ia
membedakan kembali, bersamaan dengan bersatunya kembali kelompok ‘sistem lain’ yang
hilang, ke dalam : hukum Yahudi, hukum Hindu, dan hukum timur jauh bersama-sama dengan
kelompok baru hukum Afrika dan hukum malagasi.
Konrad Zweigert Dan Heinz Kotz

Dalam buku yang berjudul “Einfuhring in Die Rechtsvergleichung auf den Gebiede des Privat
Rechts,” yang menyebutkan tolak ukur yang dapat dipergunakan sebagai kriteria klasifikasi
adalah style dari suatu sistem hukum atau kelompok sistem hukum yang menyangkut asal usul,
perkembangan historis, cara pemikiran hukum yang spesifik, lembaga hukum yang
berkarakteristik, sumber hukum, dan ideologi.

- Konrad Zweigert dan Heinz Kotz membagi keluarga hukum menjadi:109

a. Keluarga Hukum Romawi;

b. Keluarga Hukum Jerman;

c. Keluarga Hukum Skandinavia;

d. Keluarga Hukum Common Law;

e. Keluarga Hukum Sosialis;

f. Keluarga Hukum Timur Jauh;

g. Keluarga Hukum Islam;

h. Keluarga Hukum Hindu Zweigert

KELUARGA HUKUM / LEGAL FAMILIES

Keluarga hukum adalah suatu kelompok besar sistem hukum dimana beberapa sistem hukum
dapat dimasukkan di dalamnya. Keluarga hukum adalah sistem-sistem hukum (hukum nasional)
berbagai negara yang mempunyai banyak persamaan yg dikelompokkan menjadi satu

Dasar Penentuan Keluarga Hukum di dunia:

1. Rene David :

Teknik serta metode dari sistem hukum (prinsip hukum, filasafat hukum, politik dan ekonomi)
KELUARGA HUKUM / LEGAL FAMILIES Dasar Penentuan Keluarga Hukum di dunia:

2. Konrad Zweigert :

a. Asal-usul perkembangan historis

b. Cara pemikiran hukum dan

c. Ideologi hukum

3. Hein Kotz :
a. Asal-usul perkembangan historis

b. Cara pemikiran lembaga-lembaga hukumnya

c. Sumber-sumber hukumnya

d. Ideologi hukum

KELUARGA HUKUM / LEGAL FAMILIES

Keluarga Hukum Ciri

1. Romawi Germania

Ciri dan Ruang Lingkup

a. Adanya unsur keadilan

b. Hukum privat

Sejarah Perkembangannya

1. Sejak abad 12

2. Didasarkan pada Corpus Juris dari Kaisar Justinianus

3. Prinsip-prinsip Romawi yang disesuaikan dengan masyarakat, waktu dan tempat.

Keluarga Hukum Ciri

2. Comman Law

Ciri dan Ruang Lingkup

a. Hukum Inggris dan hukum nasional lainnya

b. Menyelesaikan persengketaan antar individu

Sejarah Perkembangannya

1. Hukum common law dan Romawi Germania saling mendekat, saling mempengaruhi.

KELUARGA HUKUM / LEGAL FAMILIES

Keluarga Hukum

A. Sosialis

Ciri dan Ruang Lingkup


a. Dianut oleh negara-negara sosialis

b. Kolektivitas mutlak

c. Alat produksi di tangan negara -ilmu hukum perdata minim

Sejarah Perkembangannya Sosialis

a. berasal dari hukum Uni Soviet yg dikembangkan semenjak tergulingnya kekaisaran

Keluarga Hukum

2. Agama

Ciri dan Ruang Lingkup

a. Mengatur hubungan antar manusia berdasarkan agama

b. Hubungan manusia dengan Tuhan

Sejarah Perkembangannya Sosialis

a. Di beberapa negara yg mempunyai sistem hukum tertentu, untuk hukum-hukum


tertentu diserahkan pd hukum agama.
IX. Kelompok IX (Menarasikan Bab II di Spada)

PENGERTIAN PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

Perbandingan Hukum Pidana Adalah suatu metode atau cara memperbandingkan antara sistem
hukum pidana yang satu dengan sistem hukum pidana yang lain.

Perbandingan hukum pidana (comparative criminal law), yaitu dengan membandingkan sistem
dan ketentuan pidana di berbagai negara dapat meningkatkan kualitas dan pengembangan ilmu
hukum pidana secara praktis dalam bidang legislatif dan yudikatif menjaga harmonisasi hukum
antarnegara. Adapun Perbandingan hukum pidana menurut para ahli,sebagai berikut:

• Menurut Redolf B. Schlesinger, mengemukakan bahwa perbandingan hukum bukanlah


perangkat dan asas-asas hukum serta bukan suatu cabang hukum, tetapi merupakan teknik untuk
menghadapi unsur hukum asing dari suatu masalah hukum.

• Menurut Winterton, mengemukakan bahwa perbandingan hukum merupakan suatu


metode yang membandingkan sistem-sistem hukum serta dari perbandingan tersebut
menghasilkan data sistem hukum yang dibandingkan.

• Menurut Gutterdige, menggemukakan bahwa perbandingan hukum adalah suatu metode


perbandingan yang dapat digunakan dalam sebuah cabang hukum. Dari pendapat Gutterdige
membedakan antara comparative law, dengan foreign law (peristilahan perbandingan hukum dari
Inggris), istilah comparative law, digunakan untuk membandingkan dua atau lebih dari sistem
hukum, sedangkan foreign law adalah mempelajari hukum asing tanpa secara nyata
membandingkannya dengan sistem hukum yang lain.

METODE PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

Menurut Winterton, mengemukakan bahwa perbandingan hukum merupakan suatu metode yang
membandingkan sistem-sistem hukum serta dari perbandingan tersebut menghasilkan data sistem
hukum yang dibandingkan. Metode komparatif atau perbandingan adalah penelitian pendidikan
yang menggunakan teknik membandingkan suatu objek dengan objek lain. Objek yang
diperbandingkan dapat berwujud tokoh atau cendikiawan, aliran pemikiran, kelembagaan,
manajemen maupun pengembangan aplikasi pembelajaran. Selain itu menurut Hermann
Mannheim mengatakan: “Penal Code is the most faithful mirror of civilization of a nation”.
(KUHP adalah cermin yang paling terpercaya mengenai peradaban suatu bangsa)

Perbandingan hukum pidana antara negara Timor Leste dan Negara Indonesia dalam tindak
pidana pembunuhan

Hukum pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku pada suatu masyarakat
dalam suatu sistem negara yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan untuk menentukan
tindakan-tindakan yang tidak dapat dilakukan dan dengan disertai ancaman hukuman bagi yang
melanggar aturan tersebut. Keberadaan hukum di suatu Negara yaitu : sebagai alat perubahan,
penertiban dan perlindungan terhadap masyarakat, mengingat keberadaan hukum itu sendiri
adalah atas keinginan masyarakat yang mendambakan rasa aman dan tenteram dalam kehidupan
sehari-harinya. Hukum juga sebagai alat untuk mengatur hubungan antara masyarakat dengan
masyarakat dengan penguasa atau pemerintah, dengan maksud agar masing-masing mengerti
tentang hak-haknya. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui
persamaan dan perbedaan hukum pidana antara Negara Timor Leste dan Negara Indonesia dalam
pengaturan tindak pidana pembunuhan. Untuk mengetahui faktor-faktor materi persamaan dan
perbedaan tersebut. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah hukum normatif penelitian
perpustakaan atau studi dokumen. metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan
tata hukum dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di Indonesia dan di Timor
Leste.

Dari hasil penelitian diketahui : Persamaan dan perbedaan tindak pidana terhadap
menghilangkan nyawa orang lain diatur dalam undang-undang, dalam hal ini Indonesia diatur
dalam KUHP, sedangkan di Timor Leste dalam Kodigu penal timor leste. Pelaku atas tindak
pidana kasus menghilangkan nyawa orang lain baik di Indonesia maupun di Timor Leste
mendapatkan hukuman. Faktor-faktor materi persamaan dan perbedaan : Faktor persamaan ;
Adanya sanksi pidana yang dijatuhkan pada pelaku tindak pidana pembunuhan, Tindakan pelaku
pidana dalam melakukan kejahatan baik terencana maupun tidak terencana. Faktor perbedaan ;
Lama hukuman yang dijatuhkan dalam menangani pelaku tindak pidana kejahatan pembunuhan.
Pengaturan pasal dalam KUHP di Indonesia dan dalam Kodigu penal timor leste.

Biografi Penulis
- Kelompok I

1. Syahban Tanjung, biasa di panggil tanjung umur 24 tahun dan Masih lajang. Saya lahir di
Kota Padangsidimpuan Sumatera Utara. Saya berdomisili di kecamatan pancoran mas
kota Depok provinsi Jawa barat, saya bertempat tinggal di kontrakan lantai 2 yang
dimiliki oleh seorang pablik figur di Indonesia.. saya sebagai mahasiswa sekaligus
karyawan swasta di salah satu perusahaan fastfood di Indonesia. Saya bisa kuliah
dikerenakan sudah bekerja di perusahaan tersebut. Jika saya mengharapkan biaya dari
orang tua saya maka saya mungkin tidak dapat kuliah di universitas dirgantara marsekal
Suryadharma dikarenakan keterbatasan biaya.
Saya Tinggal di Depok dengan kapasitas 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Saya tinggal
berdua bersama teman satu kampung saya dimana memiliki kesamaan untuk mengubah
nasib d rantau orang ini..
Sekian dan terimakasih

2. Aprilia Rahmawati,
3. Luthfan Satria Yudanto. Umur 21 tahun, lahir di Jakarta ,13 Juni 2002 ,Islam , laki
laki ,saya kuliah di universitas dirgantara marsekal Suryadarma ,tinggal jl kelapa tinggi no.4 ,
terimakasih .

- Kelompok II

Haiii semuanya, nama saya Varabella Pravangastha Lara Prameswari atau lebih sering
disapa Bella dan rekan saya Nurhayani Padillah atau biasa disapa Dillah. Kami mahasiswi
Fakultas Hukum semester 5 Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.Saat ini kami
sedang mendapatkan mata kuliah Perbandingan Hukum Pidana dengan Dosen Pengajar
yaitu Bapak Ardison Asri S.H., M.H.Dan juga kami sedang diberikan tugas kelompok
dengan judul “Perbandingan Hukum Pidana di Rusia” Inilah penjelasan tentang tugas
kami.Saran atau kritik yang konstruktif akan sangat kami apresiasi untuk perbaikan dalam
tulisan kami selanjutnya. Sekian dan terima kasih.
- Kelompok III

Perkenalkan nama Saya Matthew Levyno Rahardja, 20 Tahun. Lahir pada tanggal 16 Mei
2002, banyak hal yang saya suka sehingga tidak dapat disebutkan. sebelumnya Saya disini
ingin menyelesaikan tugas Perbandingan Hukum Pidana dengan teman saya Raden Alif
Agung Samudra yang lahir di Jakarta pada 16 Mei 2002 yaitu kelompok 3. Saat ini sedang
menempuh semester 5 Universitas Dirgantara Marsekal Suryadharma.. Tugas Kelompok
tersebut berupa Power Point yang membahas  tentang Perbandingan Hukum Pidana
Raykat Republik China.  

- Kelompok IV
Perkenalkan Nama saya Ratu Aisyah Rustiawati, Lahir di Depok, 11 Februari 2002 saat ini
saya berusia 20 tahun dan sedang menempuh Semester 5 Di Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma. Dalam rangka mengerjakan tugas oerbandingan hukum pidana ini saya di
tugaskan sebagai kelompok 4 yang membahas tentang Hukum Pidana Islam bersama rekan
saya Neydelin Tiara Salsabila, lahir di Grobogan pada 18 September 2022 dan sekarang
menetap di DKI Jakarta. Sekarang, tengah menempuh studi strata satu semester 5 (lima) di
Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Fakultas Hukum, Program studi Ilmu Hukum.
Pengalaman Organisasi di kampus sebagai staff BEM Kominfo di Universitas Dirgantara
Marsekal Suryadarma, dan sekarang Sebagai Kadiv (kepala divisi) Kominfo di Fakultas
Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, serta anggota kepanitiaan di acara
kampus

- Kelompok V
Puji dan syukur kami panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat karunia-nya serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Tugas yang
diberikan oleh Bapak Ardison Asri, SH, MH. yaitu mengenai Hukum Adat yang ada di
Indonesia. Kami dari Kelompok 5 Tugas Perbandingan Hukum Pidana (Hukum Adat).
Kelompok kami terdiri atas dua orang, yakni;
1. Yudha Mahendra, nim 201081012,
Saya ingin memperkenalkan diri. nama saya Yudha Mahendra. Saya lahir di Jakarta, pada
tanggal 02 April 2001. Saya sekarang tinggal di Kramatjati,Jakarta Timur.
Sekarang izinkan saya untuk memperkenalkan diri lebih lanjut. Dimulai dari hobi dulu ya,
akhir-akhir ini saya lagi senang menggambar animasi, karna yang saya rasa menggambar
itu sangat menyenangkan. Saya tinggal dengan kedua Orang Tua dan Kakak saya. Setelah
Lulus SMP saya Melanjutkan Ke Sekolah Menengah Kejuruan tepatnya SMK Negeri 1
Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Saya Mengambil Jurusan Teknik Gambar
Bangunan. Lulus Pada tahun 2019, dan saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Jakarta
tepatnya di Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma dengan mengambil jurusan
Hukum.

Demikian perkenalan dari saya bila ada curhatan dan kata yang kurang baik mohon maaf
karena manusia tidak luput dari kesalahan..  Terimakasih
2. Edlin Reyhan, nim 201081010
mempersembahkan makalah ilmiah kami yang berjudul Perbandingan Hukum Pidana
(Hukum Adat). Kami mahasiswa fakultas hukum unsurya, semester 5. dengan tugas ini
kami berharap dapat menambah khazanah pengetahuan kami dan teman-teman sekalian.
juga sebagai informasi tambahan mengenai hukum adat yang ada di negara kita tercinta,
indonesia. Sekian penjelasannya dari kami, kurang lebihnya mohon maaf.
wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
- Kelompok VI
Sri Fajariah Kurniastuti. Lahir di Jakarta, 18 Juli 2002. Merupakan lulusan SMA Bina darma
Jakarta, saat ini sedang menempuh dunia perkuliahan di universitas dirgantara marsekal
Suryadarma sejak tahun 2020. Mengikuti beberapa organisasi yang ada di universitas dirgantara
marsekal Suryadarma antara lain anggota divisi internal BEM fakultas hukum universitas
dirgantara masekal Suryadarma, resimen mahasiswa Jayakarta,
Zeta Claudia Sandra Siregar, Lahir di Jakarta, 23 Februari 2002. Merupakan Lulusan Sma
Muhammadiyah 23 Jakarta, Saat ini sedang menempuh dunia perkuliahan di Universitas
Marsekal Suryadarma sejak tahun 2020. Saya mengikuti kegiatan organisasi yang ada di
universitas dirgantara marsekal suryadarma dan mengajar les dengan anak-anak yang berada di
daerah rumah saya. Hobby saya bermain sepeda, bulu tangkis, berenang dan masih banyak lagi.

- Kelompok VII

Hallo semuanya,,, Perkenalkan Nama Saya: Meliyani turnip, Nim (201081014) Saya Dari
Mahasiswa fakultas Hukum semester 5 universitas digantara marsekal Suryadarma. Saat ini saya
sedang mengikutin mata kuliah perbandingan hukum pidana dengan dosen pengajar yaitu Bapak
Ardison asri S.H.,M.H. Begitu juga saya  sedang diberikan tugas yang berjudul " Menarasikan
materi pertemuaan pertama dispda tentang istilah dan pengertian perbandingan hukum " ini
tentang tugas saya Bersama Rekan saya M.Tetuko.WPH (181081020). Saran dan kritik yang
konstruktif  yang akan saya sangat apresiasi untuk perbaikan dalam tulisan saya selanjutnya.
Sekian dan terima kasih 

- Kelompok VIII
Rensa Adam Alvarizi, lahir di Jakarta,6 April 2001,islam, Laki-laki, saya bedomisili di komplek
Tni Al blok c15/14 sukamanah, jonggol ,kabupaten bogor jawa barat.

Darvin Petrus Sadipun, lahir di Timika, 7 november 2001, laki laki , saya berdomisili di JL.
Cakrawala no 54.

Anda mungkin juga menyukai