Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

DOSEN PENGAMPU
NETRIVIANTI, SH. M.H

DISUSUN OLEH
ALVIN KHUMRA
NIM. 2310003820901
UNIVERSITAS EKASAKTI PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah- Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pengenalan Tentang Hukum Perdata “.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi Pengantar Hukum
Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca mengenai Hukum Perdata menurut ketentuan yang berlaku di Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu NETRIVIANTI, SH.


M.H. Selaku dosen mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 07 November 2023


DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………iii

PENDAHULUAN ……………………………………………………………………....1
LATAR BELAKANG ………………………………………………………….1.1
RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………….1.2

PEMBAHASAN ………………………………………………………………………....2
PENGERTIAN HUKUM PERDATA................................................................2.1
SEJARAH HUKUM PERDATA……………………………………………….2.2
ASAS – ASAS HUKUM PERDATA…………………………………………...2.3
HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA………………………………..2.4
KEADAAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA…………………………..2.5

PENUTUP…….…………………………………………………………………………..3
KESIMPULAN.....................................................................................................3.1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya kehidupan seseorang itu didasarkan adanya suatu “hubungan” yang
dimaksud hubungan baik atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Biasanya hubungan
antara seseorang atau secara badan hukum itu tidak selalu lancer seperti yang diharapkan,
sehingga seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Akibat terjadinya hubungan pinjam
meminjam saja sering kali menimbulkan permasalahan hukum. Dalam hal lain terjadinya
putusnya perkawinan yang seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Hal tersebut termasuk
dalam masalah hukum perdata.
Hukum perdata di Indonesia adalah peraturan yang berisi perintah dan larangan yang
dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya. Berfungsi
untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi
pelanggarnya. Bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek
hukum antara hubungan obyek hukum. Hukum perdata disebut hukum privat atau hukum sipil
menurut para ahli dari tokoh hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan negara serta kepentingan umum ,misalnya: politik dan pemilu dan hukum tata negara,
kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan
(hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara pendudukatau warga negara
sehari- hari.
Hukum perdata di Indonesia yang didasarkan dari hukum perdata di Belanda, khususnya
pada masa penjajahan terhadap Belanda. Bahkan Kitab Undang - undang Hukum Perdata yang
dikenal (KUH Perdata). Hal ini berlaku di Indonesia dengan terjemahan yang kurang tepat dari
Burgerlijk Wetboek atau dikenal dengan sebutan (BW) yang berlaku pada tahun 1859 pada masa
penjajahan terhadap Belanda dan diberlakukan di negara Indonesia berdasarkan azas
konkordansi. Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, Hukum perdata Belanda
diikuti dari aturan hukum perdata yang berlaku di Perancis dan ada beberapa sedikit
penyesuaian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum dari perdata ?
2. Bagaimana Sejarah hukum perdata ?
3. Apa saja asas – asas hukum perdata ?
4. Bagaimana hukum perdata yang berlaku di Indonesia ?
5. Bagaimana keadaan hukum di Indonesia ?
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Perdata


Selain itu ada juga para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van
Dunne mengartikan hukum perdata pada abad ke -19 adalah, “Suatu peraturan yang mengatur
tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak
milik dan perikatan. Sedangkan hukum public memberikan jaminan yang minimal bagi
kehidupan pribadi.
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah, “Aturan -aturan
atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karena itu memberikan perlindungan
pada kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu
dengna kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang
mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas.
Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban
yang dimiliki subjek hukum. Subjek hukum adadua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma,
yayasan, dan sebagainya). Hukum perata ada karena kehidupan seseorang didasarkan pada
adanya suatu “hubungan”.
Hukum perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk atau warga
Negarasehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, waris, harta
benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifat perdata lainnya. Oleh Karena itu hukum perdata
sebuah “ rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukumantara orang
yang satu dan orang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan per-orang “. Hukum perdata
merupakan ketentuan yang mengatur dan membatasitingkah laku manusia dalam memenuhi
kepentingannya serta membatasi kehidupanmanusia atau seseorang dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.
Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law). Hukum privat
adalah materi hukum yang baik maupun prosesnya didasarkan kepada kepentingan pribadi-
pribadi. Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah, kedua belah pihak berhak untuk
menentukan metode pembayaran, apakah kontan ataukredit. Jual beli ini merupakan urusan
pribadi sehingga institusi public seperti polisiatau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam
prosesnya. Jadi, ketika ditemukan masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam
kasus tersebut (dengan membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut
dicurigai. Namun ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual,
makakasus ini bisa dilaporkan ke polisi.
Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar mereka,orang harus
meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang harus mereka indahkan. Dalam
hal ini hukum perdata memberikan wewenang-wewenang disatu pihak dan di lain pihak
iamembebankan kewajiban-kewajiban, yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan
hukum, jika perlu dapat dipaksakan dengan bantuan penguasa.
Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal
- Hukum Perdata Material
Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan- perbuatan apa yang
dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapatdijatuhkan. Hukum materil menentukan
isi sesuatu perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan. Dalam pengertian hukum
materil perhatianditujukan kepada isi peraturan.
- Hukum Perdata Formal
Pengertian hukum perdata formil adalah menunjukkan caramempertahankan atau
menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu
menunjukkan cara menyelesaikan di mukahakim. Hukum formil disebut pula hukum Acaara.
Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada cara mempertahankan/
melaksanakan isi peraturan.

2.2 Sejarah Hukum Perdata


1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda tahun 1830
Sumber pokok hukm perdata (Burgerlijkrecht) adalah Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerljk Wetboek), disingkat KUHPer (B.W.) KUHPer sebagian besar adalah hukum
perdata prancis, yaitu Code Napoleon tahun 1811-1838; akibat penduduk prancis di Belanda,
berlaku di Negeri Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang resmi. Sebagian
dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam penyusunanya mengambil karangan -
karanngan pengarang - pengarang bangsa prancis mengenai hukum Romawi (Corpus Juris
Ciivlis), yang pada jaman dahulu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Juga unsur -
unsur hukum kanoniek (hukum agama Katolik) dan hukum kebiasaan setempat
mempengaruhinya.
2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848
KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia kodifikasi yang
diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem. Maksud dari kodifikasi pada waktu itu untuk
mengadakan persesuaian antara hukum dan keadaan di Indonesia dengan hukum dan keadaan
negeri Belanda. Di negeri Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran kodifikasi yang di
eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18; masalah pada waktuitu sudah ada
negara-negara yang telah selesai dengan kodifikasinya.
2.3 Asas - Asas Hukum Perdata
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHP Perdata yang sangat penting dalam Hukum
Perdata adalah:
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian
apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam
undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt. Pada pasal
tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan
antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada
umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh
kedua belah pihak.
3. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan
perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka dibelakang hari.
4. Asas Kekuatan Mengikat
Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya
mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dansifatnya hanya
mengikat
5. Asas Persamaan hukum
Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang mengadakan
perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak
boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit,
agama, dan ras.
6. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika
diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul
pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.
7. Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas
yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa
hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi
terhadap substansi kontrak yangdibuat oleh para pihak.
8. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini
terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral).
Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan
perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan
perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati
nuraninya.
9. Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus
dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur
karena pihak ini berada pada posisi yang lemah. Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari
para pihak dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum
sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal
penting dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir
dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.
10. Asas Kepatutan
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan dengan ketentuan
mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya
11. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan pribadi. Hal ini dapat dilihat dalam
Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.
12. Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak,
yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak. berdasarkan kepercayaan
atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

2.4 Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia


1. Bagi Golongan eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan Hukum
Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum Dagang di negeri Belanda
berdasarkan azas konkordansi.
2. Bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) dan yang dipersamakan berlaku Hukum
adat mereka. Yaitu hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, dimana sebagian
besar dari Hukum Adat tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.
3. Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum masing-
masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing (Cina, Arab, India)
diperbolehkan untuk menundukkan diri kepada Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan
maupun untuk beberapa macam tindakan hukum tertentu saja.
Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan satu dengan yang lain.Dapat
kita lihat :
4. Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli: Berlaku Hukum Adat yaitu hukum yang
sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, hukum yang sebagian besar masih belum tertulis,
tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai segala hal di dalam kehidupan kita dalam
masyarakat.
5. Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan Eropa:
Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD (Wetboek vankoophandel), dengan suatu
pengertian bahwa bagi golongan tionghoa ada suatu penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3
dari TITEL IV dari buku I tentang: Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai
penahanan pernikahan. Hal ini tidak berlaku bagi golongan tionghoa, karena pada mereka
2.5 Keadaan Hukum Perdata di Indonesia
Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat majemuk
yaitu masih beranekaragam. Faktor yang mempengaruhinya antara lain :
1. Faktor etnis : keanekaragaman adat di Indonesia
2.Faktor historia yuridis yang dapat dilihat pada pasal 163, I.S yang membagi penduduk
Indonesia dalam golongan, yaitu :
1. Golongan eropa : hukum perdata dan hukum dagang
2. Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia asli) : hukum adat
3. Golongan timur asing (bangsa cina, india, arab) : hukum masing-masing
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam pergaulan
masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perorangan. Dalam peradilan hukum perdata diutamakan perdamaian karena hukum perdata itu
tidak hanya difungsikan untuk menghukum seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk
mendapatkan keadilan dan perdamaian.

Anda mungkin juga menyukai