Anda di halaman 1dari 6

RESUME MAKALAH

HUKUM PERDATA
Mata Kuliah: Pengantar Hukum Indonesia
Dosen Pengampu: H. Achmad Nafis Qurtubi, S.H.I.,Lc., M.A.

Disusun Oleh:
Amri Warman
Candra Pratama
Zubaidi

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah


Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Duta Bangsa Bekasi 2023
A. Pengertian
Hukum perdataa adalah peraturan yang mengatur hubungan anaar subjek
hukum dalam masyarakat. Jadi hukum ini mengatur individu-indvidu dalam ranah
hukum privat.
Berikut beberapa pengertian hukum perdata menurut para ahli.
1. Prof. Subekti
Salah satu definisi hukum perdata yang kerap dirujuk nih. Dalam bukunya
berjudul “Pokok-pokok Hukum Perdata”, Prof. Subekti menjelaskan pengertian
hukum perdata. Jadi hukum perdata merupakan semua hukum privat materiil
berupa segala hukum pokok mengatur kepentingan perseorangan. Hukum perdata
terbagi menjadi empat, yaitu:
a. Hukum tentang diri seseorang
Hukum ini memuat peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek
dalam hukum, peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak-hak
dan kecakapan untuk bertindak sendiri, melaksanakan hak-haknya itu serta
hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu.
b. Hukum Keluarga
Hukum keluarga berisi tentang pengaturan hubungan-hubungan hukum yang
timbul dari hubungan kekeluargaan. Misalnya perkawinan beserta hubungan
dalam lapangan hukum kekayaan antara suami dan isteri, hubungan antara
orang tua dan anak, perwalian dan curatele.
c. Hukum Kekayaan
Hukum ini mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai
dengan uang. Kekayaan yang dimaksudkan ialah jumlah segala hak dan
kewajiban orang yang bersangkutan dan dapat dinilai dengan uang.
d. Hukum Waris
Hukum waris mengatur hal ihwal tentang benda atau kekayaan seseorang jika
ia meninggal. Selain itu, hukum waris juga mengatur akibat-akibat hubungan
keluarga terhadap harta peninggalan seseorang.
Dari pengertian yang dijelaskan Subekti, terdapat istilah hukum perdata privat
materiil. Jadi selain terbagi menjadi empat, hukum perdata juga terdiri dari dua jenis
bila dilihat dari segi fungsi.
Berikut pengertian hukum perdata berdasarkan fungsinya:
a. Hukum perdata materiil adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban perdata. Jadi hukum materiil mengatur kepentingan-
kepentingan perdata setiap subjek hukum.
b. Hukum perdata formal merupakan hukum yang mengatur bagaimana cara
mempertahankan hukum perdata materiil. Hukum ini mengatur segala ketentuan
dan cara seseorang mendapatkan dan dan kewajibannya berdasarkan hukum
perdata materil.

2. Prof. Sudikno Mertokusumo


Kemudian pengertian hukum perdata menurut Suikono Mertokusumo. Hukum
perdata adalah keseluruhan peraturan mempelajari tentang hubungan antara orang
yang satu dengan orang lainnya. Baik meliputi hubungan keluarga dan pergaulan
masyarakat.

3. C.S.T Kansil
Hukum perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan antar orang yang satu dengan yang lain, dengan menitikberatkan kepada
kepentingan perseorangan.

4. Sri Sudewi Masjchoen Sofwan


Hukum perdata sebagai hukum yang mengatur kepentingan warga negara
perseorangan yang satu dan perorangan lainnya.

5. Ronald G. Salawane
Hukum perdata dalam pandangan Ronald G. Salawane adalah seperangkat aturan-
aturan yang mengatur orang atau badan hukum yang satu dengan orang atau badan
hukum yang lain di dalam masyarakat.

6. Soediman Kartohadiprodjo
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan perseorangan yang satu
dengan perseorangan yang lainnya.

7. Riduan Syahrani
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang
satu dengan orang lain di dalam masyarakat yang menitik beratkan kepada
kepentingan perseorangan (pribadi).

8. Salim H.S.
Hukum perdata adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum, baik itu yang tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan
dengan subjek hukum yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan di dalam
pergaulan kemasyarakatan.

B. Sejarah Pembentukan Hukum Perdata di Indonesia


Hukum perdata tidak begitu saja ada di Indonesia. Hukum ini pun bukan asli
buatan Indonesia. Sejarah hukum perdata di Indonesia masih memiliki benang merah
dengan sejarah hukum perdata di Benua Eropa. Khususnya Eropa kontinental yang
menerapkan Hukum Perdata Romawi menjadi hukum orisinil dari Benua Eropa.
Berdasarkan catatan Napoleon pada tahun 1804, hukum perdata disebut
sebagai Code Civil de Francais. Selain itu, masyarakat Eropa juga mengenal hukum
perdata dengan sebutan Code Napoleon. Bangsa eropa menerapkan hukum perdata
sejak tahun 1809-1811 ketika Perancis tengah menjajah Belanda. Maka nggak heran
nih, kalau Raja Lodewijk Napoleon menerapkan Wetboek Napoleon Ingeriht Voor het
Koninkrijk Hollad. Isinya hampir sama dengan Code Civil de Francais dan Code
Napoleon diberlakukan menjadi sumber hukum perdata Belanda.
Lantas apa yang terjadi setelah penjajahan berakhir? Belanda akhirnya
menerapkan secara tetap Code Napoleon dan Code Civil des Francais sebagai aturan
hukum. Pada tahun 1814, Belanda baru mengkodifikasi susunan hukum tersebut
menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Sipil). Dasar kodifikasi hukum
Belanda tersebut dibuat Mr.J.M.Kemper dan dikenal sebagai Ontwerp Kemper.
Namun, sebelum tugasnya selesai, Kemper meninggal dunia pada tahun 1824.
Selanjutnya, kodifikasi hukum Belanda pun diteruskan oleh Nicolai, Ketua
Pengadilan Tinggi di Belanda.
Lalu pada tanggal 6 Juli 1830, perumusan hukum selesai dengan berhasil. Sebagai
pertanda keberhasilan, tercipta BW atau Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Belanda). Serta dibuat WvK atau Wetboek van Koophandle (Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang).
Ketika Belanda menjajah Indonesia, Belanda pun menerapkan kedua kitab
undang-undang tersebut di negara-negara jajahannya termasuk Indonesia. Bahkan,
KUH Perdata dan KUH Dagang warisan Belanda masih digunakan Indonesia sampai
detik ini. ada tahun 1948 atas dasar asas concordantie (asas politik), Indonesia
memberlakukan kedua Kitab Undang-Undang tersebut secara resmi.

C. Perbedaan Hukum Perdata dan Hukum Pidana


Jadi seperti yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
yang memiliki implikasi secara langsung pada masyarakat secara luas (umum), di
mana apabila suatu tindak pidana dilakukan, berdampak buruk terhadap keamanan,
ketentraman, kesejahteraan dan ketertiban umum di masyarakat. Sifat hukum pidana
adalah sebagai ultimum remedium (upaya terakhir) untuk menyelesaikan perkara.
Apabila terdapat sanksi yang melihat pelanggaran maka pelaku dapat dijatuhi
hukuman pidana.
Berbeda dengan hukum pidana yang bersifat ultimum remedium, hukum
perdata bersifat privat. Maksudnya, hukum ini menitikberatkan pengaturan hubungan
antara orang perorangan. Jadi hukum perdata fokus dalam mengatur kepentingan
perseorangan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akibat
dari ketentuan-ketentuan dalam hukum perdata yang terdapat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) hanya berdampak langsung bagi para pihak
yang terlibat, dan tidak berakibat secara langsung pada kepentingan umum.

D. Sumber Hukum Perdata


Sumber hukum perdata tidak hanya satu. Sejauh ini ada dua sumber hukum perdata
yakni hukum perdata tertulis dan tidak tertulis atau kebiasaan. Sumber hukum tertulis
pun banyak macamnya. Berikut ini adalah contoh sumber hukum perdata tertulis:
1. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB).
Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ketetapan
produk hukum dari Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas
concordantie.
a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koophandel (WvK).
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria. Keberadaan
UU ini mencabut berlakunya Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak atas
tanah, kecuali hipotek. Undang-undang Agraria secara umum mengatur
mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan hukum adat.
c. UUg Nomor 16 Tahun 2019 jo No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
d. UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan benda
berhubungan dengan tanah.
e. UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
f. UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan.
g. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

E. Contoh Produk Hukum Perdata

Contoh ini diambil dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Di bagian akhir,
terdapat pula contoh kasus penerapan hukum perdata.

a. Pasal 570 berbunyi: “Hak milik adalah kepemilikan untuk menikmati kegunaan
suatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu
dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan Undang-Undang,
ketertiban umum tanpa mengganggu hak orang lain.”
b. Pasal 1320: “Persetujuan diperlukan empat syarat : Sepakat mereka yang
mengikatkan diri; Kecakapan dalam membuat ikatan; Suatu hal tertentu dengan
sebab yang halal.”
c. Pasal 1338: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai sebuah
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan tersebut tak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.”
Contoh kasus hukum perdata, dikutip dari dosenpendidikan.com. Misalnya ada
seseorang bernama Tono. Ia digugat oleh seorang perempuan yaitu Paulina untuk
membayar ganti rugi atas pembelian gaun baru dan tas serta kerugian immaterial
karena Tono telah mengingkari janji. Ia batal mengajak Paulina menonton pertunjukan
tahun baru di pantai Marina.
Dari sudut pandang hukum perdata, Paulina tidak dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan karena tidak memenuhi syarat materiil gugatan. Artinya gugatan yang
diajukan Paulina tidak beralasan dan tidak berdasarkan hukum. Perselisihan yang
terjadi tidak melanggar hak penggugat. Selain itu tidak terdapat ketentuan hukum
perdata yang dilanggar, diabaikan, dan tidak dipenuhi. Maka kasus gugatan Paulina
tidak dapat diproses.

Anda mungkin juga menyukai