Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, karena secara umum, banyak orang mengenal tentang hukum pidana
dan hukum perdata. Sebelum memahami hukum perdata maka perlu dijelaskan
terlebih dahulu pengertian hukum perdata, ruang lingkup pengaturan, dan sejarah
pengaturannya di Indonesia.
Hal ini disebabkan sampai dengan saat ini masih berlaku pluralisme di
bersumber pada KUH Perdata, juga bersumber pada Hukum Islam dan Hukum
adat sepanjang belum diatur dalam ketentuan baru yang merupakan produk
antara lain Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-
Adapun ketentuan hukum yang masih bersifat plural disebabkan belum diatur
pengaturannya masih bersifat plural yang bersumber pada hukum waris perdata
yang diatur dalam KUH Perdata, hukum waris Islam yang diatur dalam hukum
Islam, dan hukum waris adat yang diatur dalam hukum adat.
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
Wetboek (B.W) pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu, sinonim
Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne
peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan
individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan
perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengna kepentingan yang
lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai
Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak
dan kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek hukum
ada dua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya).
1
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
hal. 209
2
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 210
3
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , hlm. 215
3
Hukum perata ada karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu
perceraian, kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifat
yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dan orang lain dengan
ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi
Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).
Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan
rumah, kedua belah pihak berhak untuk menentukan metode pembayaran, apakah
kontan atau kredit. Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga institusi public
seperti polisi atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam prosesnya. Jadi,
ketika ditemukan masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus
tersebut (dengan membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut
dicurigai. Namun ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik
4
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2011). hlm. 12-13
5
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi. hlm. 12-13
4
Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar mereka,
orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang
harus mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata memberikan wewenang-
yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan hukum, jika perlu dapat
perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat
6
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 2
7
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal.
13
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia. hlm. 13
5
B. Sejarah Hukum Perdata
(B.W.) KUHPer sebagian besar adalah hukum perdata prancis, yaitu Code
resmi. Sebagian dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam
pada jaman dahulu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Juga
dibentuk suatu panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas
9
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 40
10
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hlm. 40
6
KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia
antara hukum dan keadaan di Indonesia dengan hukum dan keadaan negeri
kodifikasi yang di Eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18;
masalah pada waktu itu sudah ada Negara-negara yang telah selesai
dengan kodifikasinya.11
kalau dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata.13 Sumber
hukum perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum
perdata di temukan.14
dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak
11
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41
12
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41
13
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hal. 9
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal.
15
7
tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat
undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah
tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak
Hindia Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun
2. Asas Konsensualisme
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal.
17
8
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan
asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara
Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh
3. Asas Kepercayaan
perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian
dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya,
walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.19
16
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989).
Hlm. 40
17
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 41
18
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42
19
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42
9
6. Asas Keseimbangan,
menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
8. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan
sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat
prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati
nuraninya.22
20
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238
21
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238
22
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 239
10
9. Asas Perlindungan
harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu
adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas
inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan
demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPdt.25
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan
23
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 239
24
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm.230
25
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 230
11
asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan
- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat
tertentu;
hubungan hukum.27
12
a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,
antara suami/istri
orangtua-ouderlijke macht),
c. Perwalian (voogdij),
d. Pengampunan (curalele).28
28
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 44
29
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 46
13
1. Bagi Golongan eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan
berlaku Hukum Adat merka. Yaitu Hukum yang sejak dahulu kala berlaku
3. Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum
Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan satu dengan yang
hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, hukum yang
5. Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan
ada suatu penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari
30
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal.
35
14
buku I tentang: Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai
Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan berasal dari
tionghoa atau eropa berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-bagian yang
lain :
2. Faktor historia yuridis yang dapat dilihat pada pasal 163, I.S yang
31
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2011). hal. 50
32
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal.
37
33
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2011). hal. 52
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16
Hukum perdata mengatur kepentingan perseorangan tidak berarti semua
telah diwarnai sedemikian rupa oleh hukum publik, misalnya bidang hukum
adakalanya dipakai dalam arti sempit, sebagai lawan dari hukum dagang. Seperti
(kodifikasi) hukum di negeri kita ini terhadap hukum perdata dan hukum dagang,
hukum pidana sipil, dan hukum pidana militer, hukum acara perdata, acara pidana,
DAFTAR PUSTAKA
17
Syahrizal DardA, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta:
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta:
Pustaka, 1993)
Aditama, 2007)
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996)
18