Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“KAPITA SELEKTA HUKUM PERDATA”

Disusun oleh :

1. MERI SUARTI (1880740162)


2. ADE WINDI AYU WARDANI (1880740031)
3. NOVIRMAN AMNUR (1880740105)
4. AWANG ALIF PRASETIA (1880740058)
5. RENDI APRIAN JATRA (1880740032)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum perdata menjadi salah satu hukum yang berpengaruh besar di

Indonesia, karena secara umum, banyak orang mengenal tentang hukum pidana

dan hukum perdata. Sebelum memahami hukum perdata maka perlu dijelaskan

terlebih dahulu pengertian hukum perdata, ruang lingkup pengaturan, dan sejarah

pengaturannya di Indonesia.

Hal ini disebabkan sampai dengan saat ini masih berlaku pluralisme di

bidang hukum perdata yang menjadi sumber pengaturan hukum perdata.

Pluralisme hukum perdata disebabkan pengaturan hukum perdata selain

bersumber pada KUH Perdata, juga bersumber pada Hukum Islam dan Hukum

adat sepanjang belum diatur dalam ketentuan baru yang merupakan produk

legislasi nasional dan berlaku secara nasional.

Ketentuan hukum perdata yang merupakan produk legislasi nasional

antara lain Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-

Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Adapun ketentuan hukum yang masih bersifat plural disebabkan belum diatur

dalam peraturan perundang-undangan nasional adalah hukum waris. Hukum waris

pengaturannya masih bersifat plural yang bersumber pada hukum waris perdata

yang diatur dalam KUH Perdata, hukum waris Islam yang diatur dalam hukum

Islam, dan hukum waris adat yang diatur dalam hukum adat.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dirumuskan beberapa masalah


yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan hukum perdata?


2. Apa saja sumber hukum perdata?
3. Bagaimana asas-asas hukum perdata?
4. Bagaimana sistematika hukum perdata di Indonesia?

C. Maksud dan Tujuan


Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apa itu hukum perdata
2. Mengetahui sumber hukum perdata
3. Mengetahui asas-asas hukum perdata
4. Mengetahui sistematika hukum perdata di Indonesia

2
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata

Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno

sebagai terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht

Wetboek (B.W) pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu, sinonim

hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht.1

Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne

mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah, “Suatu

peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan

individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan

hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”2

Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah,

“Aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh

karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam

perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengna kepentingan yang

lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai

hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”3

Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak

dan kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek hukum

ada dua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya).

1
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
hal. 209
2
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 210
3
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , hlm. 215

3
Hukum perata ada karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu

“hubungan”, bagik hubungan berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain.

Manusia. Hukum perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk

atau warga Negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan,

perceraian, kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifat

perdata lainnya. Karena hukum perdata “rangkaian peraturan-peraturan hukum

yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dan orang lain dengan

menitikberatkan pada kepentingan perseoranagn “. Hukum perdata merupakan

ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi

kepentingannya serta membatasi kehidupan manusia atau seseorang dalam usaha

untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.4

Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).

Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan

kepada kepentingan pribadi-pribadi. Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli

rumah, kedua belah pihak berhak untuk menentukan metode pembayaran, apakah

kontan atau kredit. Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga institusi public

seperti polisi atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam prosesnya. Jadi,

ketika ditemukan masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus

tersebut (dengan membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut

dicurigai. Namun ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik

si Penjual, maka kasus ini bisa dilaporkan ke polisi.5

4
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2011). hlm. 12-13
5
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi. hlm. 12-13

4
Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar mereka,

orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang

harus mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata memberikan wewenang-

wewenang di satu pihak dan di lain pihak iamembebankan kewajiban-kewajiban,

yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan hukum, jika perlu dapat

dipaksakan dengan bantuan penguasa.6

Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal

- Hukum Perdata Material

Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-

perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat

dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi sesuatu perjanjian, sesuatu

perhubungan atau sesuatu perbuatan. Dalam pengertian hukum materil

perhatian ditujukan kepada isi peraturan.7

- Hukum Perdata Formal

Pengertian hukum perdata formil adalah menunjukkan cara

mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam

perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di

muka hakim. Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam

pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada cara

mempertahankan/ melaksanakan isi peraturan.8

6
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 2
7
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal.
13
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia. hlm. 13

5
B. Sejarah Hukum Perdata

1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda tahun 1830

Sumber pokok hukm perdata (Burgerlijkrecht) iyalah Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerljk Wetboek), disingkat KUHPer

(B.W.) KUHPer sebagian besar adalah hukum perdata prancis, yaitu Code

Napoleon tahun 1811-1838; akibat penduduk prancis di Belanda, berlaku

di Negeri Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

resmi. Sebagian dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam

penyusunanya mengambil karangan-karanngan pengarang-pengarang

bangsa prancis mengenai hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang

pada jaman dahulu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Juga

unsure-unsur hukum kanoniek (hukum agama Katolik) dan hukum

kebiasaan setempat mempengaruhinya. 9

Setelah pendudukmPrancis berakhir, oleh pemerintah Belenda

dibentuk suatu panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas

membuat rencana kodifikasi hukum perdata Belanda dengan menggunakan

sebagai sumber sebagaian besar “Code Napoleon” dan sebagian kecil

hukum belanda Kuno. Kemudian diresmikan pada 1 Oktober 1838 yang

mengeluarkan Burgerilijk Wetboek (KUHPer) dan Wetboek van

Koophandel ( KUH Dagang).10

2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848

9
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 40
10
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hlm. 40

6
KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia

kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem.

Maksud dari kodifikasi pada waktu itu untuk mengadakan persesuaian

antara hukum dan keadaan di Indonesia dengan hukum dan keadaan negeri

Belanda. Di negeri Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran

kodifikasi yang di Eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18;

masalah pada waktu itu sudah ada Negara-negara yang telah selesai

dengan kodifikasinya.11

KUHPer Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku sejak 1 Mei

1848)dapat dikatakan suatu copy KUHPer Belanda, sehingga untuk

menyediakannya perlula sedianya untuk menyelidiki KUHPer Belanda. 12

C. Sumber Hukum Perdata

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan

yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang

kalau dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata.13 Sumber

hukum perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum

perdata di temukan.14

Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu

KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut

dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak

11
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41
12
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41
13
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hal. 9
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal.
15

7
tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat

ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tertulis.

Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan perundang-

undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah

tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak

tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan. 15

Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah

Hindia Belanda

2. KUHPerdata (BW)

3. KUH dagang

4. UU No 1 Tahun 1974

5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

D. Asas-asas Hukum Perdata

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting

dalam Hukum Perdata adalah:

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan

perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun

yang belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).

2. Asas Konsensualisme

15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal.
17

8
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)

KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian

adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan

asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara

formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh

kedua belah pihak.16

3. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan

mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara

mereka dibelakang hari.17

4. Asas Kekuatan Mengikat

Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa

perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian

tersebut dan sifatnya hanya mengikat.18

5. Asas Persamaan hukum,

Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang

mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya,

walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.19

16
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989).

Hlm. 40
17
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 41
18
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42
19
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42

9
6. Asas Keseimbangan,

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak

memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk

menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui

kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan

perjanjian itu dengan itikad baik20

7. Asas Kepastian Hukum,

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda

merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt

servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah

undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi

kontrak yang dibuat oleh para pihak.21

8. Asas Moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan

sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat

prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang

melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai

kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu

faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan

hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati

nuraninya.22
20
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238
21
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238
22
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 239

10
9. Asas Perlindungan

Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur

harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu

adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas

inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan

membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan

demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting

dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan

akhir dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana

diinginkan oleh para pihak.23

10. Asas Kepatutan.

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan

dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan

berdasarkan sifat perjanjiannya24

11. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang

yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan

perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340

KUHPdt.25

12. Asas Itikad Baik (Good Faith)

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang

berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan
23
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 239
24
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm.230
25
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 230

11
asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan

substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun

kemauan baik dari para pihak.26

E. Sistematika Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia

1. Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:

- Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat

Hukum Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;

- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat

Hukum Benda dan Hukum Waris;

- Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen),

yang memuat Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-

hak dan kewajiban yang berlaku bagi-orang-orang atau pihak

tertentu;

- Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa

(Van Bewijs en Berjaring), yang memuat perihal alat-alat

pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-

hubungan hukum.27

2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat

dalam KUHPer) terdapat 4 bagian, yaitu:

- Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:


26
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
hlm. 231
27
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 44

12
a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,

b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak

dan bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu.

- Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan

antara suami/istri

b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan

orangtua-ouderlijke macht),

c. Perwalian (voogdij),

d. Pengampunan (curalele).28

- Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang

hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang.

Hukum Harta Kekayaan meliputi;

a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang;

b. Hal perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlak terhadap

seorang atau suatu pihak tertentu saja. Hal 45.

- Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta

kekayaan seseorang jika meninggal dunia (mengatur akibat-akibat

dari hubungan keluarga terhadap harta peninggalan seseorang).29

Hukum yang Berlaku di Indonesia

28
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 44
29
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 46

13
1. Bagi Golongan eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan

Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan

Hukum Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.

2. Bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) dan yang dipersamakan

berlaku Hukum Adat merka. Yaitu Hukum yang sejak dahulu kala berlaku

di kalangan rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut

belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.

3. Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum

msing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur

Asing (Cina, Arab, India) diperbolehkan untuk menundukkan diri kepada

Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa

macam tindakan hukum tertentu saja.30

Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan satu dengan yang

lain. Dapat kita lihat :

4. Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli: Berlaku Hukum Adat yaitu

hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, hukum yang

sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan

rakyat mengenai segala hal di dalam kehidupan kita dalam masyarakat.

5. Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan

Eropa: Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD (Wetboek

van koophandel), dengan suatu pengertian bahwa bagi golongan tionghoa

ada suatu penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari

30
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal.
35

14
buku I tentang: Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai

penahanan pernikahan. Hal ini tidak berlaku bagi golongan tionghoa,

karena pada mereka diberlakukan khusus yaitu Burgerlijke stand, dan

peraturan mengenai pengangkatan anak (adopsi).31

Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan berasal dari

tionghoa atau eropa berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-bagian yang

mengenai Hukum kejayaan Harta Benda (Vermogensrecht), jadi tidak mengenai

Hukum Kepribadian dan Hukum Kekelurgaan (Personen en Familierecht) maupun

yang mengenai Hukum Warisan.32

Keadaan Hukum Perdata di Indonesia

Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat

majemuk yaitu masih beranekaragam. Faktor yang mempengaruhinya antara

lain :

1. Faktor etnis : keanekaragaman adat di Indonesia

2. Faktor historia yuridis yang dapat dilihat pada pasal 163, I.S yang

membagi penduduk Indonesia dalam golongan, yaitu :

6. Golongan eropa : hukum perdata dan hukum dagang

7. Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia asli) : hukum adat

8. Golongan timur asing (bangsa cina, india, arab) : hukum masing-masing33

31
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2011). hal. 50
32
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal.
37
33
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2011). hal. 52

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

16
Hukum perdata mengatur kepentingan perseorangan tidak berarti semua

hukum perdata tersebut secara murni mengatur kepentingan perseorangan,

melainkan karena perkembangan masyarakat banyak bidang hukum perdata yang

telah diwarnai sedemikian rupa oleh hukum publik, misalnya bidang hukum

perkawinan, perburuhan, dan lain sebagainya. Perkataan “Hukum Perdata”

adakalanya dipakai dalam arti sempit, sebagai lawan dari hukum dagang. Seperti

dalam Pasal 102 Undang-Undang Dasar. Sementara, yang menitahkan pembukuan

(kodifikasi) hukum di negeri kita ini terhadap hukum perdata dan hukum dagang,

hukum pidana sipil, dan hukum pidana militer, hukum acara perdata, acara pidana,

dan susunan kekuasaan pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abdulkadi, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra

Aditya Bakti, 2014)

17
Syahrizal DardA, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta:

Pustaka Grhatama, 2011)

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta:

Balai Pustaka, 1989)

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai

Pustaka, 1993)

Soetami Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika

Aditama, 2007)

Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996)

18

Anda mungkin juga menyukai