Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 5 : Sarah Zikriana (18052024)

: Nadia Dwi Putri (18052051)


Mata Kuliah : Pengantar Hukum Indonesia
Dosen pengampu : Henni Muchtar, SH., M. Hum
Materi : Asas-asas Hukum Perdata.
Sub materi :

 Istilah dan pengertian, sejarah, tujuan, dasar hukum pengaturan hukum Perdata
 Sistematika dan sumber hukum Perdata
Asas-Asas Hukum Perdata
A. Istilah dan Pengertian Hukum Perdata
Istilah Hukum Perdata pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Djoyodiguno sebagai
terjemahan dari burgerlijkrecht. Di samping istilah itu, sinonim Hukum Perdata adalah
civielrecht dan privatrecht. Di lihat dari ruang lingkupnya, istilah Hukum Perdata dalam arti
luas, meliputi Hukum Privat Materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengaturkepentingan-
kepentingan perseorangan. Istilah perdata juga lazim dipakai sebagai lawan dari pidana. Ada
juga yang memakai istilah Hukum Sipil untuk Hukum Privat Materiil, tetapi karena istilah
sipil juga lazim dipakai sebagai lawan dari militer. Istilah Hukum Perdata, dalam arti yang
sempit, sebagai lawan Hukum Dagang, seperti dalam Pasal 102 Undang-undang Dasar
Sementara, yang menitahkan pembukuan (kodifikasi) hukum di negara Indonesia terhadap
Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Hukum Pidana Sipil maupun Hukum Pidana Militer,
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana, serta Susunan dan Kekuasaan
Pengadilan.Berikut pengertian Hukum Perdata oleh beberapa pakar hukum, yaitu:
1. Soebekti, Hukum Perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-
kepentingan perseorangan.
2. Sri Soedewi, Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara warga
negara perseorangan dengan satu warga negara perseorangan yang lain.
3. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata adalah suatu rangkaian hukum antara orang-
orang atau badan satu sama lain tentang hak dan kewajiban.
Oleh karena itu dapat kita simpulkan, bahwa Hukum Perdata adalah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dalam masyarakat
yang menitik beratkankepada kepentingan perseorangan. Dari berbagai paparan tentang
Hukum Perdata di atas, dapat ditemukan unsur-unsurnya, yaitu: 1. Adanya kaidah hukum; 2.
Mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan yang lain; 3. Bidang hukum yang
diatur dalam hukum perdata meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum benda, hukum
waris, hukum perikatan, serta hukum pembuktian dan kadaluarsa.
B. Sejarah Hukum Perdata
Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Prancis yang disusun berdasarkan
hukum Romawi 'Corpus Juris Civilis' yang pada waktu itu dianggap sebagai hukum yang
paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Prancis dimuat dalam dua kodifikasi yang
disebut (hukum perdata) dan Code de Commerce (hukum dagang). Sewaktu Prancis
menguasai Belanda (1806-1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan di negeri Belanda
danmasih terus dipergunakan hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Prancis
(1813). Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Sipil) atau KUHS Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat oleh
J.M. Kemper disebut Ontwerp Kemper. Namun, sayangnya Kemper meninggal dunia pada
1824 sebelum menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh Nicolai yang menjabat sebagai
Ketua Pengadilan Tinggi Belgia. Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli
1830 dengan pembentukan dua kodifikasi yang baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober
1838 oleh karena telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu: BW [atau Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata-Belanda). WvK [atau yang dikenal dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang] Menurut J. Van Kan, kodifikasi BW merupakan terjemahan dari Code Civil
hasil jiplakan yang disalin dari bahasa Prancis ke dalam bahasa nasional Belanda.
C. Tujuan Hukum Perdata
Tujuan Hukum perdata adalah memberikan perlindungan hukum untuk mencegah
tindakan main hakim sendiri dan untuk menciptakan suasana yang tertib.Atau dengan kata
lain tujuan hukum perdata adalah untuk mencapai suasan yang tertib hukum dimana
seseorang mempertahankan haknya melalui lembaga peradilan sehingga tidak terjadi
tindakan sewenang-wenang.
D. Dasar hukum pengaturan hukum Perdata
Hukum Perdata di Indonesia pada dasarnya bersumber pada Hukum Napoleon kemudian
berdasarkan Staatsblaad nomor 23 tahun 1847 tentang burgerlijk wetboek voor Indonesie
(disingkat BW) atau disebut sebagai KUH Perdata. BW sebenarnya merupakan suatu aturan
hukum yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda yang ditujukan bagi kaum golongan
warga negara bukan asli yaitu dari Eropa, Tionghoa, dan timur asing. Namun, berdasarkan
kepada pasal 2 aturan peralihan Undang-undang Dasar 1945, seluruh peraturan yang dibuat
oleh pemerintah Hindia Belanda berlaku bagi warga negara Indonesia (asas konkordasi).
Beberapa ketentuan yang terdapat di dalam BW pada saat ini telah diatur secara terpisah atau
tersendiri oleh berbagai peraturan perundang-undangan. Misalnya berkaitan tentang tanah,
hak tanggungan, dan fidusia. Kodifikasi KUH Perdata Indonesia diumumkan pada tanggal 30
April 1847 melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku pada Januari 1848. Setelah Indonesia
Merdeka, berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945, KUH
Perdata Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan Undang-
Undang baru berdasarkan Undang–Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda merupakan induk
hukum perdata Indonesia.
E. Sistematika Hukum Perdata
Sistematika hokum perdata menurut kitab Undang-Undang hokum perdata
1. Buku I tentang orang/van personen
2. Buku II tentang benda/van zaken
3. Buku III tentang perikatan/van verbintenisen
4. Buku IV tentang pembuktian dan daluarsa/van bewijs en verjaring
Hukum perorangan (Personenrecht)
Beberapa ahli hukum menyebutnya dengan istilah hukum pribadi. Hukum perorangan adalah
semua kaidah hukum yang mengatur mengenai siapa saja yang dapat membawa hak dan
kedudukannya dalam hukum. Hukum perorangan terdiri dari: a) Peraturan-peraturan tentang
manusia sebagai subjek hukum, kewenangan hukum, domestik dan catatan sipil. b)
Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan untuk bertindak sendiri
melaksanakan hak-haknya itu. c) Hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan tersebut.
Hukum Keluarga (Familierecht)
Merupakan semua kaidah hukum yang mengatur hubungan abadi antara dua orang yang
berlainan jenis kelamin dan akibatnya hukum keluarga sendiri dari: a) Perkawinan beserta
hubungan dalam hukum harta kekayaan antara suami/istri. b) Hubungan antara orang tua dan
anak-anaknya. c) Perwalian. d) Pengampuan.
Hukum harta kekayaan (Vermogensrecht)
Hukum harta kekayaan adalah semua kaidah hukum yang mengatur hak-hak yang didapatkan
pada orang dalam hubungannya dengan orang lain yang mempunyai uang. Hukum harta
kekayaan terdiri dari: a) Hak mutlak, adalah hak-hak yang berlaku pada semua orang. b) Hak
perorangan, adalah hak-hak yang hanya berlaku pada pihak tertentu.
Hukum Waris
Hukum waris merupakan hukum yang mengatur mengenai benda dan kekayaan seseorang
jika ia meninggal dunia.
Meskipun demikian, Burgerlijk wetboek atau kitab undang-undanag hukum perdata yang
merupakan sumber hukum perdata utama di Indonesia memiliki sistematik yang berbeda.
Burgerlijk wetboek terdiri dari 4 buku, yaitu:
1) Buku I, tentang Orang(van persoonen); mengatur tentang hukum perseorangan dan
hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak
keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan
hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-
ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan.
2) Buku II, tentang Kebendaan(van zaken); mengatur tentang hukum benda, yaitu
hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang
berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang
dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya
tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak,
yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak
bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus
untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku
dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian
mengenai penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU tentang hak tanggungan.
3) Buku III, tentang Perikatan(van verbintennisen); mengatur tentang hukum perikatan
(atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai
makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara
subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan (yang
terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang
timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian.
Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD)
juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya
Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.
4) Buku IV, tentang Daluarsa dan Pembuktian(van bewijs en verjaring); mengatur hak
dan kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat waktu) dalam
mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal yang berkaitan dengan
pembuktian.
F. Sumber Hukum Perdata
a. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB), yaitu ketentuan umum pemerintah
Hindia Belanda yang diberlakukan di Indonesia.
b. Burgelijk Wetboek (BW) atau KUH Perdata, yaitu ketentuan hukum produk Hindia
Belanda yang diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas koncordantie.
c. KUH Dagang atau Wetboek van Koopandhel (WvK), yaitu KUH dagang yang terdiri
dari 754 pasal meliputi buku I (mengenai dagang secara umum) dan Buku II
(mengenai hak dan kewajiban yang muncul dalam pelayaran).
d. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, UU ini mencabut
pemberlakukan Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak atas tanah, kecuali hipotek.
Secara umum, UU ini mengatur tentang hukum pertanahan yang berlandaskan pada
hukum adat.
e. Undang-Undang No. 1 Tahun 1996 tentang ketentuan pokok perkawinan.
f. Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah besera benda
yang berkaitan dengan tanah.
g. Undang-Undang No. 42 Tahun 1996 tentang jaminan fisudia.
h. Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tentang lembaga jaminan simpanan.
i. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang kompilasi hukum islam.

Kepustakaan :
Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonsesia, Citra Aditya, Bandung.
Ahmad Supriyadi, 2010, Hukum Perdata, Nora Media Enterprise, Kudus.
Hariyanto,Eri. (2016). BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum
Pemberlakuannya di Indonesia). Vol 4, No.1

Anda mungkin juga menyukai