Anda di halaman 1dari 7

Pengantar dan Keadaan Hukum Perdata

Korespondensi: Ghanies Amany dan Yobel Rajagukguk


*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Pengertian Umum
A. Pembidangan Hukum
Hukum Publik
Hukum publik adalah ciri-ciri sistem hukum Eropa Kontinental (Belanda, Prancis,
Jerman)
Hukum Privat
Hukum privat mencakup hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi negara→
mengatur hubungan warga negara untuk melindungi kepentingan umum (publik).
B. Pengertian Hukum Perdata
 Hukum perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur tentang kepentingan
perseorangan.
 Hukum perdata mengatur hubungan hukum antara individu/warga negara atau badan hukum
yang lain dalam pergaulan masyarakat.
 Arti sempit → hanya diatur dalam KUHPerdata (BW), sebagai lawan dari "hukum
dagang," seperti dalam Ps. 2 UUDS yang memerintahkan kodifikasi (pembukuan) hukum
terhadap hukum perdata dan hukum dagang, hukum pidana sipil, hukum pidana militer,
hukum acara perdata, hukum acara pidana, dan susunan serta kekuasaan pengadilan.
 Arti luas → meliputi semua hukum "privat materiil" yaitu segala hukum pokok yang
mengatur hubungan dan melindungi kepentingan perseorangan (Prof. Subekti).
 Kepentingan perseorangan meliputi: KUHPer, KUHP, peraturan perundang- undangan
 Tidak disebut hukum sipil karena istilah sipil dipakai juga sebagai lawan kata "hukum
militer."
 Pelanggaran pada hukum perdata tergantung pihak yang merasa dirugikan → adanya
tuntutan berupa ganti rugi.
 Pelanggaran terhadap kepentingan umum diserahkan kepada pemerintah selaku ototritas yang
mewakili kepentingan publik untuk melakukan penuntutan.
C. Pengertian Menurut Tokoh
 Prof. R. Sardjono: Hukum perdata adalah norma/kaedah-kaedah yang menguasai
manusia dalam masyarakat dalam hubungan dengan orangg lain.
 Prof. R. Soebekti: Membedakan antara hukum perdata dalam arti luas meliputi hukum
privat.
 Prof. Dr. Soedewi: Hukum yang mengatur kepentingan antar warga negara
perseorangan yang satu dengan warga yang lain.
 Prof. Wirdjono Prodjodikoro: Rangkaian hukum antar orang/badan hukum.
D. Hukum Perdata Sebagai Norma Hukum
Norma hukum: serangkaian aturan yang ditujukan untuk melindungi kepentingan masyarakat
demi menghindari chaos.
 Hukum bertujuan untuk melindungi pergaulan masyarakat.
 Hukum memandang manusia sebagai anggota masyarakat bukan sebagai individu.
 Hukum tertuju pada perbuatan manusia bukan sikap batin
 Hukum bersifat heteronom, diletakan pada kekuasaan diluar diri manusia.
 Paksaan (sanksi) berasal dari suatu organ yaitu penguasa.
E. Pembagian Hukum Golongan

Sistematika Hukum Perdata


A. Pembagian Hukum Perdata
 Hukum Perdata Materiil: mengatur hak dan kewajiban seseorang dalam
hubungannya terhadap orang lain dalam masyarakat.
 Hukum Perdata Formiil: mengatur cara untuk mendapatkan keadilan (mempertahankan
hukum materiil)
B. Kodifikasi Hukum Perdata
Kodifikasi adalah penyusunan aturan hukum dalam kitab undang-undang secara sistematis
dan lengkap.
C. Perbandingan Sistematika Hukum Perdata
Kodifikasi dalam KUHPer:
a. Buku I: tentang Orang
b. Buku II: tentang Benda
c. Buku III: tentang Perikatan
d. Buku IV: tentang Pembuktian dan Daluwarsa

 Hukum Orang (persoonenrecht) : aturan tentang manusia sebagai subyek hukum,


peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak dan kecakapan untuk bertindak
melaksanakan hak serta hal yang mempengaruhi kecakapan.
 Hukum Keluarga (familierecht): mengatur hubungan hukum yang timbul dari
hubungan kekeluargaan (perkawinan, lapangan hukum kekayaan antara suami dan istri,
hubungan antara orangtua dan anak, perwalian dan curatele)
Hukum Keluarga memuat tentang:
 Perkawinan, perceraian, hukum harta kekayaan antara suami dan istri
 Kekuasaan orang tua (ouderlijkemacht)
 Keturunan
 Perwalian
 Pendewasaan (handlichting)
 Pengampuan (curatele)
 Orang yang hilang
 Hukum Kekayaan (vermogensrecht) : mengatur hubungan hukum yang dapat
dinilai dengan uang, hak dan kewajiban itu dapat dipindahkan ke orang lain (hak
kekayaan terbagi lagi atas hak yang berlaku pada tiap orang/mutlak yang disebut dengan hak
kebendaandan hak yang hanya berlaku terhadap pihak tertentu/perseorangan)
 Hukum Waris (erfrecht) : mengatur hak ikhwal (erfrech benda/kekayaan seseorang
jika meninggal, dan mengatur akibat-akibat hubungan keluarga.
Hukum Harta Kekayaan mengatur tentang
 Hukum benda (zakelijkerechten): bersifat mutlak (dapat dipertahankan terhadap
siapa saja)
 Hukum perikatan (verbintenis): bersifat kehartaan, pihak pertama berhak atas suatu
prestasi dan pihak lain wajib memenuhi prestasi tersebut (relatif; hanya dapat
dipertahankan terhadap orang-orang yang ada dalam kelompok yang sama) asas
kebebasan berkontrak.
 Hukum hak immateriil
Tambahan:
 Alasan penempatan hukum waris: Ps. 528 KUHPer, Ps. 584 KUHPer
 Buku ke IV pembuktian dan daluwarsa → hukum acara materiil (sifat materiil
ditempatkan dalam kodifikasi materiil).

Sejarah Hukum Perdata


A. Dalam Keluarga Hukum Romawi
 Hukum perdata berfungsi untuk menciptakan tertib hukum dalam masyarakat dan
mencegah terjadinya benturan kepentingan masyarakat.
 Common Law: Hukum perdata untuk menghindari benturan kepentingan.
 Sumber hukum utama: Hukum Romawi Jermani → hukum tertulis, kodifikasi
B. Sebelum Belanda Masuk Indonesia
 Berlaku Hukum Adat dan Hukum Islam
 Terdapat kerajaan dengan sistem hukum berupa hukum adat tidak tertulis.
 Mayoritas wilayah dengan penduduk Islam menganut hukum Islam yang memiliki ketentuan
Islam (contoh → hukum waris di Wajo, Aceh pada pemerintahan Sultan Agung)
C. Belanda Masuk Indonesia
 Golongan Eropa → Hukum Barat
 Golongan Timur Asing → Hukum Adat
 Ordonansi: seluruh isi peraturan yang ada di Belanda dibawa seluruhnya ke Hindia Belanda
tanpa terkecuali
Yang Dimaksud dengan Golongan
1. Golongan Bukan WNI Asli
a) Etnis Tionghoa dan Eropa
 Berlaku KUHPer (Burgerlijk Wetboek)
 Berlaku kitab undang-undang hukum dagang (wetboek van koophardel)
 Burgerlijk Wetboek bagi golongan Tionghoa terdapat terdapat penyimpangan
pada bagian 2 dan 3 dan Titel IV Buku I mengenai upacara yang mendahului
pernikahan dan mengenai "penahanan" pernikahan.
 Burgerlijk Wetboek tidak berlaku bagi kaum Tionghoa
 Peraturan mengenai adopsi tidak dimuat dalam BW
 Bagi kaum Tiong berlaku "Burgerlijke Stand"
b) Etnis Selain Tionghoa
 Berlaku sebagai dari Burgerlijk Wetboek
 Hukum kekayaan harta benda (vermogensrecht)
 Hukum selain kepribadian dan kekeluargaan (personen en familierecht) juga
termasuk hukum mengenai warisan
2. Golongan WNI Asli
 Bagi warga negara Indonesia asli berlaku "Hukum Adat"
 Meski tidak tertulis, hukum adat hidup dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai soal
dalam kehidu
Ketentuan Pada Ps. 131 I.S
1. Hukum perdata, hukum dagang, hukum pidana, hukum acara pidana, hukum acara perdata,
diletakkan dalam kitab undang-undang atau kodifikasi.
2. Golongan Eropa diberlakukan peraturan perundang-undangan di Negeri Belanda dalam hukum
perdata dan hukum dagang → penerapan asas konkordasi.
3. Orang Indonesia asli dan Timur Asing berlaku ketentuan perundang- undangan Eropa dalam
bidang hukum perdata dan dagang dapat diberlakukan
D. Kebijakan Dalam Pemerintahan Jepang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1942 Ps. 3 menentukan:
"Semua badan-badan pemerintah dan kekuasaannua, hukum dan UU dari pemerintah
terdahulu tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah militer
Jepang"
E. Jaman Indonesia Merdeka
1. Ps. II Aturan Peralihan UUD 1945
 "Semua peraturan yang ada hingga saat Indonesia merdeka masih tetap
berlaku selama belum diaadakan yang baru menurut undang-undang dasar
ini"
 Peraturan Pemerintah RI No. 2 Tertanggal 10 Oktober 1945 menyebutkan: "Segala
Badan Negara dan Peraturan yang ada sampai berdirinya Undang-Undang
Dasar masih tetap berlaku asal saja tidak bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar tersebut."
 Maka, Hukum Adat, Hukum Islam, dan Hukum Perdata Barat (Kitan Undang- Undang
Hukum Perdata Warisan Kolonial) masih berlaku selama belum dikeluarkan
peraturan baru.
2. Ps. IV Aturan Peralihan UUD 1945
3. Maklumat X tanggal 10 Oktober 1945 (Hukum Perdata Prof. WD): semua aturan
yang berlaku di jaman penjajahan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia.

Hukum Perdata Saat Ini


Pemberlakuan KUHPerdata di Indonesia didasarkan pada peraturan peralihan dalam UUD
1945, yang kemudian menimbulkan anjuran bagi para hakim untuk mengembangkan
jurisprudensi.
A. Menurut Tokoh
1. Prof. Sahadjo S.H.
Pasal yang diubah:
1. Ps. 108 dan Ps. 110 BW : Tidak ada perbedaan antara hak suami dan istri
agar istri dapat bertindak bebas melakukan perbuatan hukum.
2. Ps. 284 Ayat (3) BW: Pengakuan anak luar kawin dengan ayah tidak
berakibat putusnya hubungan perdata anatara anak dan ibu, untuk
menghilangkan diskriminasi terhadap wanita.
3. Ps. 1238 BW: Diadaptasi dari hukum adat, maka adanya pasal ini untuk
menghapus ketentuan penagihan hutang harus secara tertulis.
4. Ps. 1460 BW: Resiko penjualan barang yang dijanjikan berada pada tanggung
jawab dimana barang itu berada (resiko tidak beralih sebelum diserahkan)
5. Ps. 1579 BW: Pemilik dapat menghentikan penggunaan barang yang disewakan
dengan atas persetujuannya.
6. Ps. 1602 X Ayat 1 dan Ayat 2 BW: Untuk menghapus diskriminasi pasal
antara Orang Eropa dan Orang Indonesia.
7. Ps. 1682 BW:
 Penghibahan atas benda tidak perlu dengan akta notaris.
 Berdasarkan PP No. 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran tanah Camat
adalah pejabat berwenang untuk membuat akta tentang tanah.
 KUHPer merupakan hasil produk legislatif Pemerintah Hindia Belanda, sehingga
sifat di dalamnya merupakan alam pikiran mereka (karena hukum adalah manifestasi
pokok pikiran suatu bangsa).
 Ia berpendapat bahwa pembentukan KUHPer menciptakan suasana diskriminatif yang
sejatinya bertentangan dengan UUD 1945.
 Dengan kata lain, ia menyatakan bahwa KUHPer tidak lagi patut disebut sebagai
Kitab Undang-Undang (Wetboek), melainkan hanya menjadi “kumpulan hukum
kebiasaan” (Rechstboek).
 Atas dasar pernyataan tersebut, maka ia menganggap para hakim memiliki
kebebasan untuk memutuskan suatu hal dengan menyimpang dari KUHPer yang
dianggap Sahardjo sebagai hukum kebiasaan semata.
2. Prof. Mahadi
 Ia tidak sependapat dengan Dr. Sahardjo mengenai penurunan KUHPerdata dari Wetboek
menjadi Rechstboek.
 Menurutnya, keberadaan KUHPerdata harus tetap menjadi Wetboek, tetapi pasal-pasalnya
lepas dari ikatan kodifikasi menjadi pasal-pasal yang berdiri sendiri.
3. Dr. Mathilda Sumampouw, S.H.
 Pendapat Prof. Sahadjo maupun Prof. Mahadi dinilainya kurang tepat karena akan
menyebabkan rechstvacuum (kekosongan hukum) yang pada akhirnya menimbulkan
ketidakpastian hukum.
 Sehingga beliau berpendapat bahwa BW tetap sebagai kitab undang-undang yang
keduduka
4. Prof. Subekti, S.H.
 Berpendapat bahwa UUD 1945 merupakan Undang-undang karena kenyataannya
untuk mencabut ketentuan BW (misal → Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentng
UUPA, dan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan)
 BW bersifat mengikat sebagaimana undang-undang produk hukum nasional.
5. Prof. Wahjono Darmabrata, S.H., M.H.
 Mendukung pendapat Dr. Sahardjo, S.H. dengan menyebutnya sebagai suatu pandangan
yang mempunyai visi kedepan (ditanggapi dengan dikeluarkannya SEMA No. 3 / 1963
untuk mencabut beberapa ketentuan KUHPer).
 Pendapat Dr. Sahardjo ini dinilai tegas dan lugas untuk mendasari pembinaan dan
pembaharuan hukum nasional.
B. Ditinjau dari Undang-Undang
 SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) No. 3/1963 mencabut beberapa pasal
KUHPer (108, 110, 284, dan 460).
 Prof. Soebekti, keberadaan SEMA No. 3/1963 hanya menjadi pedoman bagi para
hakim untuk memutus (tidak lagi menjadi Wetboek, namun menjadi Rechtsboek
sebagai dasar pembentukan yurisprudensi).
 Dalam hal ini apabila keputusan diikuti oleh keadilan, maka akan melahirkan
jurisprudensi (sumber hukum yang berada di samping traktat, kebiasaan, ataupun
doctrine).
C. Berlakunya KUHPer Saat Ini
Pasal yang Tidak Berlaku menurut SEMA (Surat Edaran MA) no. 3/1963
 Ps. 108 dan 110 BW → istri dapat melakukan perbuatan hukum dengan bebas
 Ps. 284 ayat (3) BW → pengakuan anak luar kawin oleh ayahnya tidak lagi berakibat
hubungan perdata anak dengan ibunya terputus
 Ps. 1238 BW → menghilangkan penagihan tertulis sebelum menagih hutang
 Ps. 1460 BW → aturan untuk mengalihkan resiko atas suatu barang
 Ps. 1579 BW → sewa-menyewa
 Ps. 1602 X ayat 1 dan 2 BW → ada unsur diskriminatif antara orang Eropa dan
Indonesia, maka dihapus
 Ps. 1682 BW → penghibahan atas benda tetap tidak perlu dilakukan dengan akta
notaris
Perubahan dalam Pasal-Pasal
 UUHT: Undang-Undang tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda- Benda
yang Berkaitan dengan Tanah
 UUJF: Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia
1. Buku I tentang orang: aturan perkawinan tidak berlaku lagi, diganti→dengan Undang
Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
2. Buku II tentang benda: UU Nomor 5 tahun 1960. UUPA→aturan tentang bumi, air, dst,
UUHT Nomor 4 Tahun 1996, UUJF Nomor 42 Tahun 1999
3. Buku III tentang perikatan (masih digunakan)
4. Buku IV tentang pembuktian dan daluwarsa (masih digunakan)
D. Kritik Terhadap KUHPer
 Buku II tentang Benda: penempatan hukum waris di dalamnya dinilai tidak tepat (di
Belanda sendiri ketentuan hukum waris diletakkan dalam suatu buku tersendiri)
 Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa: dinilai tidak tepat karena pembuktian termasuk
ke dalam bagian hukum acara. Sementara itu, daluwarsa dinilai lebih tepat apabila
ditempatkan pada buku III tentang perikatan. Ketentuan untuk mendapatkan hak
seharusnya dimuat dalam Buku II tentang Benda.
 Dalam hal ini, Buku IV KUHPerdata dianggap menjadi hukum formiil yang materiil
(terdapat pula hukum formiil yang benar-benar formiil, yang misalnya mengatur
mengenai pengadilan mana yang berhak untuk mengurusi suatu kasus perdata)

Anda mungkin juga menyukai