*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia Pengertian Umum A. Pembidangan Hukum Hukum Publik Hukum publik adalah ciri-ciri sistem hukum Eropa Kontinental (Belanda, Prancis, Jerman) Hukum Privat Hukum privat mencakup hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi negara→ mengatur hubungan warga negara untuk melindungi kepentingan umum (publik). B. Pengertian Hukum Perdata Hukum perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur tentang kepentingan perseorangan. Hukum perdata mengatur hubungan hukum antara individu/warga negara atau badan hukum yang lain dalam pergaulan masyarakat. Arti sempit → hanya diatur dalam KUHPerdata (BW), sebagai lawan dari "hukum dagang," seperti dalam Ps. 2 UUDS yang memerintahkan kodifikasi (pembukuan) hukum terhadap hukum perdata dan hukum dagang, hukum pidana sipil, hukum pidana militer, hukum acara perdata, hukum acara pidana, dan susunan serta kekuasaan pengadilan. Arti luas → meliputi semua hukum "privat materiil" yaitu segala hukum pokok yang mengatur hubungan dan melindungi kepentingan perseorangan (Prof. Subekti). Kepentingan perseorangan meliputi: KUHPer, KUHP, peraturan perundang- undangan Tidak disebut hukum sipil karena istilah sipil dipakai juga sebagai lawan kata "hukum militer." Pelanggaran pada hukum perdata tergantung pihak yang merasa dirugikan → adanya tuntutan berupa ganti rugi. Pelanggaran terhadap kepentingan umum diserahkan kepada pemerintah selaku ototritas yang mewakili kepentingan publik untuk melakukan penuntutan. C. Pengertian Menurut Tokoh Prof. R. Sardjono: Hukum perdata adalah norma/kaedah-kaedah yang menguasai manusia dalam masyarakat dalam hubungan dengan orangg lain. Prof. R. Soebekti: Membedakan antara hukum perdata dalam arti luas meliputi hukum privat. Prof. Dr. Soedewi: Hukum yang mengatur kepentingan antar warga negara perseorangan yang satu dengan warga yang lain. Prof. Wirdjono Prodjodikoro: Rangkaian hukum antar orang/badan hukum. D. Hukum Perdata Sebagai Norma Hukum Norma hukum: serangkaian aturan yang ditujukan untuk melindungi kepentingan masyarakat demi menghindari chaos. Hukum bertujuan untuk melindungi pergaulan masyarakat. Hukum memandang manusia sebagai anggota masyarakat bukan sebagai individu. Hukum tertuju pada perbuatan manusia bukan sikap batin Hukum bersifat heteronom, diletakan pada kekuasaan diluar diri manusia. Paksaan (sanksi) berasal dari suatu organ yaitu penguasa. E. Pembagian Hukum Golongan
Sistematika Hukum Perdata
A. Pembagian Hukum Perdata Hukum Perdata Materiil: mengatur hak dan kewajiban seseorang dalam hubungannya terhadap orang lain dalam masyarakat. Hukum Perdata Formiil: mengatur cara untuk mendapatkan keadilan (mempertahankan hukum materiil) B. Kodifikasi Hukum Perdata Kodifikasi adalah penyusunan aturan hukum dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. C. Perbandingan Sistematika Hukum Perdata Kodifikasi dalam KUHPer: a. Buku I: tentang Orang b. Buku II: tentang Benda c. Buku III: tentang Perikatan d. Buku IV: tentang Pembuktian dan Daluwarsa
Hukum Orang (persoonenrecht) : aturan tentang manusia sebagai subyek hukum,
peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak dan kecakapan untuk bertindak melaksanakan hak serta hal yang mempengaruhi kecakapan. Hukum Keluarga (familierecht): mengatur hubungan hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan (perkawinan, lapangan hukum kekayaan antara suami dan istri, hubungan antara orangtua dan anak, perwalian dan curatele) Hukum Keluarga memuat tentang: Perkawinan, perceraian, hukum harta kekayaan antara suami dan istri Kekuasaan orang tua (ouderlijkemacht) Keturunan Perwalian Pendewasaan (handlichting) Pengampuan (curatele) Orang yang hilang Hukum Kekayaan (vermogensrecht) : mengatur hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang, hak dan kewajiban itu dapat dipindahkan ke orang lain (hak kekayaan terbagi lagi atas hak yang berlaku pada tiap orang/mutlak yang disebut dengan hak kebendaandan hak yang hanya berlaku terhadap pihak tertentu/perseorangan) Hukum Waris (erfrecht) : mengatur hak ikhwal (erfrech benda/kekayaan seseorang jika meninggal, dan mengatur akibat-akibat hubungan keluarga. Hukum Harta Kekayaan mengatur tentang Hukum benda (zakelijkerechten): bersifat mutlak (dapat dipertahankan terhadap siapa saja) Hukum perikatan (verbintenis): bersifat kehartaan, pihak pertama berhak atas suatu prestasi dan pihak lain wajib memenuhi prestasi tersebut (relatif; hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang yang ada dalam kelompok yang sama) asas kebebasan berkontrak. Hukum hak immateriil Tambahan: Alasan penempatan hukum waris: Ps. 528 KUHPer, Ps. 584 KUHPer Buku ke IV pembuktian dan daluwarsa → hukum acara materiil (sifat materiil ditempatkan dalam kodifikasi materiil).
Sejarah Hukum Perdata
A. Dalam Keluarga Hukum Romawi Hukum perdata berfungsi untuk menciptakan tertib hukum dalam masyarakat dan mencegah terjadinya benturan kepentingan masyarakat. Common Law: Hukum perdata untuk menghindari benturan kepentingan. Sumber hukum utama: Hukum Romawi Jermani → hukum tertulis, kodifikasi B. Sebelum Belanda Masuk Indonesia Berlaku Hukum Adat dan Hukum Islam Terdapat kerajaan dengan sistem hukum berupa hukum adat tidak tertulis. Mayoritas wilayah dengan penduduk Islam menganut hukum Islam yang memiliki ketentuan Islam (contoh → hukum waris di Wajo, Aceh pada pemerintahan Sultan Agung) C. Belanda Masuk Indonesia Golongan Eropa → Hukum Barat Golongan Timur Asing → Hukum Adat Ordonansi: seluruh isi peraturan yang ada di Belanda dibawa seluruhnya ke Hindia Belanda tanpa terkecuali Yang Dimaksud dengan Golongan 1. Golongan Bukan WNI Asli a) Etnis Tionghoa dan Eropa Berlaku KUHPer (Burgerlijk Wetboek) Berlaku kitab undang-undang hukum dagang (wetboek van koophardel) Burgerlijk Wetboek bagi golongan Tionghoa terdapat terdapat penyimpangan pada bagian 2 dan 3 dan Titel IV Buku I mengenai upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai "penahanan" pernikahan. Burgerlijk Wetboek tidak berlaku bagi kaum Tionghoa Peraturan mengenai adopsi tidak dimuat dalam BW Bagi kaum Tiong berlaku "Burgerlijke Stand" b) Etnis Selain Tionghoa Berlaku sebagai dari Burgerlijk Wetboek Hukum kekayaan harta benda (vermogensrecht) Hukum selain kepribadian dan kekeluargaan (personen en familierecht) juga termasuk hukum mengenai warisan 2. Golongan WNI Asli Bagi warga negara Indonesia asli berlaku "Hukum Adat" Meski tidak tertulis, hukum adat hidup dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai soal dalam kehidu Ketentuan Pada Ps. 131 I.S 1. Hukum perdata, hukum dagang, hukum pidana, hukum acara pidana, hukum acara perdata, diletakkan dalam kitab undang-undang atau kodifikasi. 2. Golongan Eropa diberlakukan peraturan perundang-undangan di Negeri Belanda dalam hukum perdata dan hukum dagang → penerapan asas konkordasi. 3. Orang Indonesia asli dan Timur Asing berlaku ketentuan perundang- undangan Eropa dalam bidang hukum perdata dan dagang dapat diberlakukan D. Kebijakan Dalam Pemerintahan Jepang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1942 Ps. 3 menentukan: "Semua badan-badan pemerintah dan kekuasaannua, hukum dan UU dari pemerintah terdahulu tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah militer Jepang" E. Jaman Indonesia Merdeka 1. Ps. II Aturan Peralihan UUD 1945 "Semua peraturan yang ada hingga saat Indonesia merdeka masih tetap berlaku selama belum diaadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini" Peraturan Pemerintah RI No. 2 Tertanggal 10 Oktober 1945 menyebutkan: "Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada sampai berdirinya Undang-Undang Dasar masih tetap berlaku asal saja tidak bertentangan dengan Undang- Undang Dasar tersebut." Maka, Hukum Adat, Hukum Islam, dan Hukum Perdata Barat (Kitan Undang- Undang Hukum Perdata Warisan Kolonial) masih berlaku selama belum dikeluarkan peraturan baru. 2. Ps. IV Aturan Peralihan UUD 1945 3. Maklumat X tanggal 10 Oktober 1945 (Hukum Perdata Prof. WD): semua aturan yang berlaku di jaman penjajahan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia.
Hukum Perdata Saat Ini
Pemberlakuan KUHPerdata di Indonesia didasarkan pada peraturan peralihan dalam UUD 1945, yang kemudian menimbulkan anjuran bagi para hakim untuk mengembangkan jurisprudensi. A. Menurut Tokoh 1. Prof. Sahadjo S.H. Pasal yang diubah: 1. Ps. 108 dan Ps. 110 BW : Tidak ada perbedaan antara hak suami dan istri agar istri dapat bertindak bebas melakukan perbuatan hukum. 2. Ps. 284 Ayat (3) BW: Pengakuan anak luar kawin dengan ayah tidak berakibat putusnya hubungan perdata anatara anak dan ibu, untuk menghilangkan diskriminasi terhadap wanita. 3. Ps. 1238 BW: Diadaptasi dari hukum adat, maka adanya pasal ini untuk menghapus ketentuan penagihan hutang harus secara tertulis. 4. Ps. 1460 BW: Resiko penjualan barang yang dijanjikan berada pada tanggung jawab dimana barang itu berada (resiko tidak beralih sebelum diserahkan) 5. Ps. 1579 BW: Pemilik dapat menghentikan penggunaan barang yang disewakan dengan atas persetujuannya. 6. Ps. 1602 X Ayat 1 dan Ayat 2 BW: Untuk menghapus diskriminasi pasal antara Orang Eropa dan Orang Indonesia. 7. Ps. 1682 BW: Penghibahan atas benda tidak perlu dengan akta notaris. Berdasarkan PP No. 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran tanah Camat adalah pejabat berwenang untuk membuat akta tentang tanah. KUHPer merupakan hasil produk legislatif Pemerintah Hindia Belanda, sehingga sifat di dalamnya merupakan alam pikiran mereka (karena hukum adalah manifestasi pokok pikiran suatu bangsa). Ia berpendapat bahwa pembentukan KUHPer menciptakan suasana diskriminatif yang sejatinya bertentangan dengan UUD 1945. Dengan kata lain, ia menyatakan bahwa KUHPer tidak lagi patut disebut sebagai Kitab Undang-Undang (Wetboek), melainkan hanya menjadi “kumpulan hukum kebiasaan” (Rechstboek). Atas dasar pernyataan tersebut, maka ia menganggap para hakim memiliki kebebasan untuk memutuskan suatu hal dengan menyimpang dari KUHPer yang dianggap Sahardjo sebagai hukum kebiasaan semata. 2. Prof. Mahadi Ia tidak sependapat dengan Dr. Sahardjo mengenai penurunan KUHPerdata dari Wetboek menjadi Rechstboek. Menurutnya, keberadaan KUHPerdata harus tetap menjadi Wetboek, tetapi pasal-pasalnya lepas dari ikatan kodifikasi menjadi pasal-pasal yang berdiri sendiri. 3. Dr. Mathilda Sumampouw, S.H. Pendapat Prof. Sahadjo maupun Prof. Mahadi dinilainya kurang tepat karena akan menyebabkan rechstvacuum (kekosongan hukum) yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpastian hukum. Sehingga beliau berpendapat bahwa BW tetap sebagai kitab undang-undang yang keduduka 4. Prof. Subekti, S.H. Berpendapat bahwa UUD 1945 merupakan Undang-undang karena kenyataannya untuk mencabut ketentuan BW (misal → Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentng UUPA, dan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan) BW bersifat mengikat sebagaimana undang-undang produk hukum nasional. 5. Prof. Wahjono Darmabrata, S.H., M.H. Mendukung pendapat Dr. Sahardjo, S.H. dengan menyebutnya sebagai suatu pandangan yang mempunyai visi kedepan (ditanggapi dengan dikeluarkannya SEMA No. 3 / 1963 untuk mencabut beberapa ketentuan KUHPer). Pendapat Dr. Sahardjo ini dinilai tegas dan lugas untuk mendasari pembinaan dan pembaharuan hukum nasional. B. Ditinjau dari Undang-Undang SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) No. 3/1963 mencabut beberapa pasal KUHPer (108, 110, 284, dan 460). Prof. Soebekti, keberadaan SEMA No. 3/1963 hanya menjadi pedoman bagi para hakim untuk memutus (tidak lagi menjadi Wetboek, namun menjadi Rechtsboek sebagai dasar pembentukan yurisprudensi). Dalam hal ini apabila keputusan diikuti oleh keadilan, maka akan melahirkan jurisprudensi (sumber hukum yang berada di samping traktat, kebiasaan, ataupun doctrine). C. Berlakunya KUHPer Saat Ini Pasal yang Tidak Berlaku menurut SEMA (Surat Edaran MA) no. 3/1963 Ps. 108 dan 110 BW → istri dapat melakukan perbuatan hukum dengan bebas Ps. 284 ayat (3) BW → pengakuan anak luar kawin oleh ayahnya tidak lagi berakibat hubungan perdata anak dengan ibunya terputus Ps. 1238 BW → menghilangkan penagihan tertulis sebelum menagih hutang Ps. 1460 BW → aturan untuk mengalihkan resiko atas suatu barang Ps. 1579 BW → sewa-menyewa Ps. 1602 X ayat 1 dan 2 BW → ada unsur diskriminatif antara orang Eropa dan Indonesia, maka dihapus Ps. 1682 BW → penghibahan atas benda tetap tidak perlu dilakukan dengan akta notaris Perubahan dalam Pasal-Pasal UUHT: Undang-Undang tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda- Benda yang Berkaitan dengan Tanah UUJF: Undang-Undang tentang Jaminan Fidusia 1. Buku I tentang orang: aturan perkawinan tidak berlaku lagi, diganti→dengan Undang Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 2. Buku II tentang benda: UU Nomor 5 tahun 1960. UUPA→aturan tentang bumi, air, dst, UUHT Nomor 4 Tahun 1996, UUJF Nomor 42 Tahun 1999 3. Buku III tentang perikatan (masih digunakan) 4. Buku IV tentang pembuktian dan daluwarsa (masih digunakan) D. Kritik Terhadap KUHPer Buku II tentang Benda: penempatan hukum waris di dalamnya dinilai tidak tepat (di Belanda sendiri ketentuan hukum waris diletakkan dalam suatu buku tersendiri) Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa: dinilai tidak tepat karena pembuktian termasuk ke dalam bagian hukum acara. Sementara itu, daluwarsa dinilai lebih tepat apabila ditempatkan pada buku III tentang perikatan. Ketentuan untuk mendapatkan hak seharusnya dimuat dalam Buku II tentang Benda. Dalam hal ini, Buku IV KUHPerdata dianggap menjadi hukum formiil yang materiil (terdapat pula hukum formiil yang benar-benar formiil, yang misalnya mengatur mengenai pengadilan mana yang berhak untuk mengurusi suatu kasus perdata)