PENDAHULUAN
Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak dan kepentingan antara
individu dalam masyarakat. Istilah hukum perdata di Negara Indonesia mulanya dari
bahasa Belanda “Burgerlik Recht” yang sumbernya pada Burgerlik Wetboek atau dalam
bahasa Indonesia nya disebut dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata).
Hukum dapat dimaknai dengan seperangkat kaidah dan perdata dapat diartikan
dengan yang mengatur hak, harta benda dan kaitannya antara orang atas dasar logika
atau kebendaan.
Secara umum, pengertian hukum perdata yaitu semua peraturan yang mengatur
hak dan kewajiban perorangan dalam hubungan masyarakat. Hukum perdata disebut
pula dengan hukum private karena mengatur kepentingan perseorangan.
Menurut R. Subekti :
- Hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang
yang lain di dalam masayarakat yang menitikberatkan kepada kepentingan
perseoangan (pribadi).
2). Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
yang lain
3). Bidang hukumyang diatur meliputi hukum orang hukum keluarga, hukum waris,
hukum benda, hukum perikatan serta hukum pembuktian dan daluarsa.
3). KHUDagang
6). UU No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda
yang Berkaitan dengan Tanah.
Bicara Hukum Perdata di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Hukum Perdata
Belanda. Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis yang disusun
berdasarkan hukum Romawi 'Corpus Juris Civilis' yang pada waktu itu dianggap
sebagai hukum yang paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Perancis dimuat
Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Sipil) atau KUHS Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat
oleh J.M. Kemper disebut Ontwerp Kemper. Namun, sayangnya Kemper meninggal
dunia pada 1824 sebelum menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh Nicolai yang
menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia.
Hukum Perdata menurut ilmu hukum dibagi dalam empat bagian, yaitu :
Sistematik yang dipakai oleh Kitab Undangundang Hukum Perdata (BW) terdiri
atas empat buku, yaitu :
Buku I, Perihal Orang, memuat hukum tentang diri seseorang dan Hukum Keluarga
(Pasal 1 sampai dengan Pasal 498 KUHPerdata);
Buku II, Perihal Benda, memuat Hukum Kebendaan serta Hukum Waris (Pasal 499
sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata);
Buku III, Perihal Perikatan, memuat hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-pihak yang tertentu
(Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864 KUHPerdata);
Buku IV, Perihal Pembuktian dan Lewat waktu (Daluwarsa), memuat perihal alat-alat
pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum (Pasal
1865 sampai denagn 1993 KUHPerdata).
HUKUM ORANG
Dalam hukum, orang (person) berarti pembawa hak dan kewajiban (subjek)
didalam hukum. Dimaksud dengan orang atau subjek hukum dapat diartikan sebagai
manusia (naturlijkpersoon) atau badan hukum (rechtspersoon).
Dalam definisi diatas, orang juga mempunyai arti sebagai keseluruhan kaidah-
kaidah hukum yang mengatur tentang subjek hukum dan wewenangnya,
kecakapannya, domisili, dan catatan sipil.
Hukum tentang orang (persoonrecht) dalam Burgelijk Wetboek (BW) diatur dalam
Buku I yang berjudul Van Personen yang terdiri atas peraturan-peraturan yang
mengenai subjek hukum.
2. SUBJEK HUKUM
Istilah subjek hukum berasal daribahasa Belanda yaitu rechtsubject. Subjek hukum
secara umum bermakna segala sesuatu yang mempunyaihak dan kewajiban, Meskipun
setiap subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan
hukum, namun perbuatan tersebut harus disertai dengan kecakapan dan kewenangan
hukum yang lazim disebut dengan rechtsbekwaaniheid (kecakapan hukum) dan
rechtsbevoegdheid (kewenangan hukum).
1) Orang (person), sebagai subjek hukum itu adalah pendukung hak dan dan
kewajiban dimulai dari ia dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal dunia. Bahkan
manusiasebagai subjek hukum dapat dilakukan sejak manusia masih didalam
kandungan ibunya, asal ia dilahirkan hidup. Hal ini telah disebutkan dalam Pasal 2
KUHPerdata, yang menyebutkan : “anak yang ada dalam kandungan seorang
perempuan,dianggap telah lahir, bilamana juga kepentingan si anak
menghendakinya, Mati sewaktu dilahirkannya, dianggaplah ia tak pernah telah
ada.”
2) Badan Hukum
Menurut Hukum manusia pribadi (naturlijk person) mempunyai hak dan kewajiban,
akan tetapi tidak semua cakap hukum (rechtsbekwaam) untuk melakukan perbuatan
hukum. Tidak cakap melakukan perbuatan hukum berdasarkan Pasal 1330
KUHPerdata tentang orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, yaitu :
2) Orang yang ditaruh dibawah pengampuan (curatel) yang terjadi karena gangguan
jiwa.
3) Kurang cerdas
4) Sakit ingatan
4. DOMISILI
Domisili, dapat dibedakan atas sistim hukum Anglo Saxon atau Eropa Kontinental.
Menurut Anglo Saxon dibagi atas 3 yaitu:
2). Domicili of dependence : domisili dari ayah bagi anak yang belum dewasa, domisili
ibu bagi anak yang tidak sah,istri ditentukan domisili suaminya.
3). Domicili of choice : ditentukan oleh/dari orang yang telah dewasa disamping tindak
tanduknya sehari-hari.
1). Tempat kediaman yang sesunguhnya : tempat melakukan perbuatan hukum pada
umumnya. dapat dibedakan atas 2 yaitu : a) Tempat kediaman sukarela, dan b)
Tempat kediaman wajib
2). Domisil yang dipilih, dapat dibedakan : a. Ditentukan UU b. Dipilih secara bebas
5. CATATAN SIPIL
b. alat bukti
HUKUM KELUARGA
1. PERKAWINAN
A. Pengertian Perkawinan
Perkawinan ialah : pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang
perempuan untuk waktu yang lama. Undang-undang memandang perkawinan hanya
dari hubungan keperdataan, demikian Pasal 26 KUHPerdata.
Jadi Suatu perkawinan baru dapat dikatakan perkawinan sah apabila memenuhi
syarat-syarat perkawinan dan dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
serta dicatat menurut peraturan perundang-undangan.
Adalah syarat yang melekat pada diri pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan,
dan disebut juga syarat subyektif.
Adalah tata cara atau prosedur melangsungkan perkawinan menurut agama dan
undang-undang, disebut juga syarat obyektif.
Syarat Materiil
2) Adanya izin kedua orangtua atau wali bagi calon mempelai yang belum berusia
21 tahun (Pasal 6 ayat 2);
4) Antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita tidak dalam hubungan
keluarga atau darah yang tidak boleh kawin (Pasal 8);
5) Calon mempelai wanita tidak dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain dan
calon mempelai pria juga tidak dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain,
kecuali telah mendapat izin dari pengadilan untuk poligami (Pasal 9);
6) Bagi suami istri yang telah bercerai, lalu kawin lagi, agama dan kepercayaan
mereka tidak melarang kawin kembali (untuk ketiga kalinya) (Pasal 10);
7) Tidak dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yang berstatus janda
(Pasal 11).
Syarat Formal
Syarat formal yang berhubungan dengan tata cara perkawinan adalah sebagai
berikut:
4) Akta yang memuat izin untuk melangsungkan perkawinan dari mereka yang
harus memberi izin atau akta dimana telah ada penetapan dari pengadilan.
5) Jika perkawinan itu untuk kedua kalinya, harus memperlihatkan akta perceraian,
akta kematian atau dalam hal ini memperlihatkan surat kuasa yang disahkan
pegawai pencatat Nikah.
d) Berhubungan sususan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan
dan bibi/paman susuan.
e) Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri
dalam hal seorang suami beristri lebih Dari seorang
f) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku
dilarang kawin.
A. Pencegahan Perkawinan
Diatur dalam Pasal 50 sampai dengan Pasal 70 BW dan Pasal 13 sampai dengan
Pasal 21 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Orang-orang yang
dapat mencegah Perkawinan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah :
1) Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dan kebawah dari salah seorang
calon mempelai;
Pembatalan Perkawinan diatur dalam Pasal 85 sampai dengan Pasal 99a BW, dan
Pasal 23 sampai dengan Pasal 27 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
5) Jaksa.
3. PUTUSNYA PERKAWINAN
1) Kematian;
3) Pisah ranjang;
4) Perceraian.
1) Kematian;
By Erika Lismayani SH.,M.Kn 12
2) Perceraian;
2) suami menjadi waris dari si isteri dan begitu sebaliknya, apabila salah satu
meninggal di dalam perkawinan;
6) suami tak diperbolehkan menjadi saksi di dalam suatu perkara isterinya dan
sebaliknya;
7) suami tak dapat dituntut tentang beberapa kejahatan terhadap isterinya dan
begitu sebaliknya (misalnya pencurian).
Pada umumnya seorang anak yang masih di bawah umur tidak cakap untuk bertindak
sendiri ia harus diwakili oleh orang tua.
7. PERWALIAN (Voogdij)
Perwalian (voogdij) adalah pengawasan terhadap anak yang di bawah umur, yang
tidak berada di bawah kekuasaan orang tua
a) anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya sebagai orang
tua;
Seorang anak yang lahir di luar perkawinan berada di bawah perwalian orang
tua yang mengakuinya.
Jika salah satu orang tua meninggal, menurut undang-undang orang tua yang
lainnya dengan sendirinya menjadi wali dari anakanaknya. Perwalian ini dinamakan
perwalian menurut undang-undang (wettelijke voogdij). Apabila seorang anak yang
tidak berada di bawah kekuasaan orang tua ternyata tidak mempunyai wali, hakim akan
mengangkat seorang wali atas permintaan salah satu pihak yang berkepentingan atau
karena jabatannya (datieve voogdij).
Ada pula kemungkinan, seorang ayah atau ibu di dalam surat wasiatnya
(testament) mengangkat seorang wali untuk anaknya. Pengangkatan yang
dimaksudkan akan berlaku, jika orang tua yang lainnya karena sesuatu sebab tidak
menjadi wali. Perwalian semacam ini dinamakan perwalian menurut wasiat
(testamentaire voogdij).
8, PENGAMPUAN (curatele)
Orang yang sudah dewasa, yang menderita sakit ingatan menurut undang-undang
harus ditaruh di bawah pengampuan atau curatele. Bahwa seorang yang merasa
Dalam hal seorang yang menderita sakit ingatan, hingga membahayakan umum,
Jaksa diwajibkan meminta curatele bila ternyata belum ada permintaan dari sesuatu
pihak. Permintaan untuk menaruh seorang di bawah curatele, harus diajukan kepada
Pengadilan Negeri dengan menguraikan peristiwa-peristiwa yang menguatkan
persangkaan tentang adanya alasanalasan untuk menaruh orang tersebut di bawah
pengawasan.
Kedudukan seorang yang telah ditaruh di bawah curatele, sama seperti seorang
yang belum dewasa. Ia tak dapat lagi melakukan perbuatan-perbuatan hukum secara
sah.
HUKUM BENDA
1. PENGERTIAN BENDA
Istilah benda merupakan terjemahan dari kata zaak (Belanda). Benda dalam arti
ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hukum yaitu
sebagai lawan dari subjek hukum. Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna
bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi pokok (objek) suatu hubungan hukum,
karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subjek hukum. Pengertian benda (zaak) dalam
perfektif hukum dinyatakan dalam Pasal 499 KUHPerdata sebagai berikut : “menurut
paham undang-undang yang dinamakan dengan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan
tiap-tiap hak, yang dikuasaioleh hak milik.
Hak kebendaan {zakelijk recht) adalah suatu hak yang memberikan kekuasaan
langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang. Pada
dasarnya hak kebendaan itu mempunyai ciri, adapun ciri-ciri dari suatu hak kebendaan
itu adalah sebagai berikut :
a. Merupakan hak mutlak, yaitu dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga.
b. Mempunyai zaaks gevolg atau droit de suite, artinya hak itu terus mengikuti
bendanya di mana pun juga (dalam tangan siapa pun juga) barang itu berada.
c. Mempunyai sistem, ialah mana yang lebih dulu terjadinya, tingkatnya adalah lebih
tinggi daripada yang terjadi kemudian.
d. Mempunyai droit de preference, yaitu hak yang lebih didahulukan daripada hak
lainnya.
3). Individualitas
Asas ini berate yang menjadi objek dari hak kebendaan adalah segala sesuatu
yang menurut hukum dapat ditentukan (individueel bepaald).
Merupakan asas yang memberikan kedudukan berjenjang antara hak yang satu
dengan hak yang lainnya.
Dalam hukum kebendaan, hak milik atas suatu kebendaan yang diberikan hak
kebendaan terbatas tidak mungkin menjadi pemegang hak kebendaan tersebut.
Apabila hak yang membebani ada orang yang sama maka hak yang membebani
menjadi lenyap. Misal hak memungut hasil menjadi pemilik
Perjanjian yang dilakukan terhadap hak kebendaan adalah perjanjian yang bersifat
zakelijk, yaitu perjanjian untuk mengadakan hak kebendaan.
Secara umum kebendaan terbagi menjadi benda bertubuh dan benda yang tidak
bertubuh. Selain itu benda juga dapat dibedakan menjadi :
a. Benda yang akan ada absolut, yaitu benda yang pada saat itu sama sekali belum
ada, misal hasil panen yang akan dating.
b. Benda yang akan ada relatif, yaitu benda yang pada saat itu sudah ada tapi bagi
orang-orang tertentu belum ada, missal barang-barang yang sudah dibeli namun
belum diserahkan.
1) Benda bergerak karena sifatnya. Menurut Pasal 509 KUHPerdata adalah benda-
benda yang dapat berpindah atau dapat dipindahkan.
By Erika Lismayani SH.,M.Kn 18
2) Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut Pasal 511
KUHPerdata adalah hak-hak atas benda yang bergerak, missal hak memungut
hasil atas benda bergerak, hak pemakaian atas benda bergerak.
1) Benda tidak bergerak karena sifatnya, yaitu tanah dan segala sesuatu yang
melekat diatasnya.
3) Benda tidak bergerak menurut ketentuan undang-undang, yaitu hak atas benda-
benda tidak bergerak, missal hak memungut hasil atas benda tidak bergerak, hak
memakai atas benda tidak bergerak dan hipotik.
4. HAK KEBENDAAN
1. Hak Perdata
Hak Perdata adalah hak seseorang yang diberikan hukum pedata. Hak perdata
tersebut ada yang bersifat absolut dan yang bersifat relatif. Hak yang bersifat
absolut memberikan kekuasaan langsung dan dapat dipertahankan terhadap
siapa pun. Hak yang bersifat relatif memberikan kekuasaan terbatas dan hanya
dapat dipertahankan terhadap pihak lain dalam hubungan hukum. Hak perdata
yang bersifat absolut meliputi :
1) Hak atas diri sendiri, misalnya hak atas nama, hak atas kehormatan, hak
untuk memiliki, hak untuk kawin.
2) Hak atas diri orang lain, misalnya hak dalam hubungan hukum keluarga
antara suami isteri, antara orang tua dan anak, antara wali dan anak.
2. Hak Kebendaan
Hak yang melekat atas suatu benda disebut hak atas benda. Hak atas benda
lazimnya disebut hak kebendaan (zakelijkrecht). Hak kebendaan ialah hak yang
b. Mengikuti benda, di atas mana hak itu melekat. Misalnya hak sewa, hak
memungut hasil, mengikuti bendanya dalam tangan siapa pun benda itu
berada.
c. Yang terjadi lebih dulu tingkatnya lebih tinggi, misalnya di atas sebuah
rumah melekat hak hipotik, kemudian melekat pula hak hipotik berikutnya,
maka kedudukan hipotik pertama lebih tinggi daripada hipotik kedua.
d. Lebih diutamakan, misalnya hak hipotik atas rumah, jika pemilik rumah
pailit, maka hipotik memperoleh
d. Hak postal (hak untuk memiliki bangunan/tanaman atas tanah orang lain)
e. Hak erfpacht (hak untuk menarik penghasilan dan tanah milik orang lain
dengan membayar sejumlah uang/penghasilan tiap tahun)
a. Pand (gadai)
b. Hypotheek
c. Jaminan Fidusia
d. Hak Tanggungan.
HUKUM PERIKATAN
1. PENGERTIAN
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat kebendaan antara dua
orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditor) dan pihak lain
berkewajiban (debitor) atas sesuatu prestasi. Hukum perikatan adalah suatu kaidah-
kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan
subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum yang
satu berhak atas prestasi sedagkan subjek hukum yang lain berkewajiban untuk
memenuhi prestasi.
Perikatan dan perjanjian adalah suatu hal yang berbeda. Perikatan dapat lahir dari
suatu perjanjian dan Undang-undang. Suatu perjanjian yang dibuat dapat
menyebabkan lahirnya perikatan bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut.
Perikatan artinya hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain. Hal
yang mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan. Pengertian
perikatan (verbintenis) memiliki pengertian yang lebih luas dari pada pengertian
perjanjian (overeenkomst).
Pengertian Perikatan menurut para ahli, adalah antara lain menurut Nieuwenhuis :
hubungan hukum harta kekayaan antara dua orang atau lebih, di mana pihak yang satu
(debitor) wajib melakukan prestasi, sedangkan pihak lain berhak atas suatu prestasi.
- dapat ditentukan
4). Adanya prestasi dalam lapangan harta kekayaan : mempunyai nilai uang
2. MACAM-MACAM PERIKATAN
Bentuk perikatan yang paling sederhana, ialah suatu perikatan yang masing-
masing pihak hanya ada satu orang dan satu prestasi yang seketika juga dapat ditagih
Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian
di kemudian hari, yang masih belum tentu akan atau tidak terjadi. Bahwa perikatan itu
barulah akan lahir, apabila kejadian yang belum tentu itu timbul. Suatu perjanjian yang
demikian itu, menggantungkan adanya suatu perikatan pada suatu syarat yang
menunda atau mempertangguhkan (opschortende voorwaarde).
Perikatan yang ditetapkan oleh waktu, yaitu suatu hal yang pasti akan datang,
meskipun mungkin belum dapat ditentukan kapan datangnya, misalnya meninggalnya
seseorang. Contoh-contoh suatu perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan
waktu, banyak sekali dalam praktek, seperti suatu hutang wesel/cek yang dapat ditagih
suatu waktu setelannya dipertunjukkan dan lain sebagainya.
Ini adalah suatu perikatan, di mana terdapat dua atau lebih macam prestasi,
sedangkan kepada si berhutang diserahkan yang mana ia akan lakukan. Misalnya, ia
boleh memilih apakah ia akan memberikan mobilnya atau uang.
Ini adalah suatu perikatan di mana beberapa orang bersamasama sebagai pihak
yang berhutang berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan, atau sebaliknya.
Beberapa orang sama-sama berhak menagih suatu piutang dari satu orang. Tetapi
perikatan semacam yang belakangan ini, sedikit sekali terdapat dalam praktek.
Perikatan tentang dapat atau tidaknya dibagi, barulah tampil ke muka, jika salah
satu pihak dalam perjanjian telah digantikan oleh beberapa orang lain. Hal mana
biasanya terjadi karena meninggalnya satu pihak yang menyebabkan ia digantikan
dalam segala hak-haknya oleh sekalian ahliwarisnya. Pada asasnya — jika tidak
diperjanjikan lain — antara pihak pihak yang semula suatu perikatan, tidak boleh dibagi-
bagi, sebab si berpiutang selalu berhak menuntut pemenuhan perjanjian untuk
sepenuhnya dan tidak usah ia menerima baik suatu pembayaran sebagian demi
sebagian.
Perbuatan orang ini dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan, atau yang
melanggar hukuman (onrechtmatig).
Suatu perikatan lagi yang lahir dari undang-undang karena perbuatan yang
diperbolehkan ialah yang dinamakan "Zaakwaarneming" (Pasal 1354 KUHPerdata). Ini
terjadi jika seorang dengan sukarela dan dengan tidak diminta, mengurus kepentingan-
kepentingan orang lain. Dari perbuatan yang dinamakan zaakwaarneming ini terbitlah
suatu kewajiban bagi orang yang melakukan pengurusan untuk meneruskan
pengurusan itu sampai orang yang berkepentingan sudah kembali di tempatnya. Jika
pengurusan itu telah dilakukan dengan baik orang ini wajib mengembalikan segala
biaya yang telah dikeluarkan, sedangkan ia diwajibkan pula memenuhi semua
perjanjian yang telah dibuat untuk kepentingannya.
b) Kesusilaan
c) Ketertiban umum
Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, Perjanjain ialah suatu perbuatan di mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Rumusan ini
mengandung perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dua orang atau lebih di mana
mereka saling mengikatkan dirinya.
Suatu Perjanjian yang sah harus terpenuhi empat syarat (sahnya suatu Perjanjian),
menurut Pasal 1320 KUHPerdata, adalah :
Jika terjadi salah satu hal yang disebutkan di atas, yaitu perizinan telah diberikan
tidak secara bebas atau salah satu pihak tidak cakap untuk membuat perjanjian, maka
perjanjian ini bercacad, karenanya dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak
yang telah memberikan perizinannya tidak secara bebas atau tidak cakap untuk
membuat perjanjian itu (uernietigbaar).
Yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian, haruslah suatu hal atau suatu barang
yang cukup jelas atau tertentu. Syarat ini perlu, untuk dapat menetapkan kewajiban si
berhutang, jika terjadi perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian, paling
Pasal 1338 KUHPerdata, menetapkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang untuk mereka yang membuatnya. Bahwa suatu
perjanjian yang dibuat secara sah — mengikat kedua belah pihak. Dalam pasal 1338
KUHPerdata ditetapkan bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik.
1) Esensialia : bagian yang harus ada di dalam perjanjian, sifatnya sangat menentukan
atau menyebabkan perjanjian itu tercipta.
3) Aksidentalia : isi perjanjian yang dibuat secara tegas oleh para pihak.
- perjanjian atas beban : perjanjian terhadap prestasi dari pighak yang satu
selalu terdapat kontra prestasi dari pihka lain dan anatara kedua prestasi itu ada
hubungannya menurut hukum.
Dalam Perjanjian ada 7 jenis asas yang merupakan asas-asas umum yang
harus diperhatikan oleh setiap pihak yang terlibat didalamnya, yaitu :
b. Asas Konsensualitas
Asas ini memberikan isyarat bahwa pada dasarnya setiap perjanjian yang
dibuat lahir sejak adanya konsensus atau kesepakatan dari para pihak yang
membuat perjanjian.
c. Asas Personalitas
Asas ini bisa diterjemahkan sebagai asas kepribadian yang berarti bahwa
pada umumnya setiap pihak yang membuat perjanjian tersebut untuk
kepentingannya sendiri atau dengan kata lain tidak seorangpun dapat
membuat perjanjian untuk kepentingan pihak lain.
Pada dasarnya semua perjanjian yang dibuat haruslah dengan itikad baik.
Perjanjian itikad baik mempunyai 2 arti yaitu :
2). Perjanjian yang dibuat harus didasari oleh suasana batin yang memiliki
itikad baik.
Asas ini tercantum didalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang isinya
“Semua Perjanjian yang di buat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang
bagi mereka yang membuatnya.
Asas ini sangat erat kaitannya dengan asas sistem terbukanya hukum
perjanjian, karena memiliki arti bahwa semua perjanjian yang dibuat oleh para
pihak asal memnuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur
di dalam pasal 1320 KUHPerdata sekalipun menyimpang dari ketentuan-
ketentuan Hukum Perjanjian dalam buku III KUHP tetap mengikat sebagai
Undang-Undang bagi para pihak yang membuat perjanjian.
Asas ini memberikan kebebasan bagi debitur dari segala kewajibannya untuk
membayar ganti rugi akibat tidak terlaksananya perjanjian karena suatu sebab
yang memaksa.
Asas ini merupakan suatu pembelaan bagi debitur untuk dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti rugi akibat tidak dipenuhinya perjanjian, dengan
alasan bahwa krediturpun telah melakukan suatu kelalaian.
5. WANPRESTASI
Pengertian Prestasi yaitu kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitor dalam setiap
perikatan. Berarti kala Wanprestasi adalah tidak memenuhi kewajiban dalam perikatan.
Wanprestasi itu sendiri ada 4 bentuk, yaitu :
- Pemenuhan perikatan.
- Ganti rugi.
1. PEMBUKTIAN
Menurut undang-undang, ada lima macam alat pembuktian yang sah, yaitu : surat-
surat, kesaksian, persangkaan, pengakuan dan sumpah.
a. Surat-surat
Menurut undang-undang, surat-surat dapat dibagi dalam surat surat akte dan surat-
surat lain. Surat akte ialah suatu tulisan yang semata-mata dibuat untuk membuktikan
sesuatu hal atau peristiwa, karenanya suatu akte harus selalu ditanda tangani.
Surat-surat akte dapat dibagi lagi atas surat-surat akte resmi (authentiek) dan surat-
surat akte di bawah tangan (onderhands).
Suatu akte resmi ialah suatu akte yang dibuat oleh atau di hadapan seorang
penjabat umum yang menurut undang-undang ditugaskan untuk membuat surat-surat
akte tersebut. Penjabat umum yang dimaksudkan itu ialah notaris, hakim, jurusita pada
suatu Pengadilan, Pegawai Pencatatan Sipil (Ambtenaar Burgerlijke Stand) dan
sebagainya. Dengan demikian, suatu akte notaris, suatu surat putusan hakim, suatu
proses-verbal yang dibuat oleh seorang jurusita dan suatu surat perkawinan yang
dibuat oleh Ambtenaar Burgerlijke Stand adalah merupakan akte-akte resmi atau
authentiek.
Suatu akte di bawah tangan ialah tiap akte yang tidak dibuat oleh atau dengan
perantaraan seorang penjabat umum. Misalnya, surat perjanjian jual beli atau sewa-
menyewa yang dibuat sendiri dan ditanda tangani sendiri oleh kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian itu. Jika pihak yang menandatangani surat perjanjian itu
mengakui atau tidak menyangkal tandatangannya, yang berarti ia mengakui atau tidak
menyangkal kebenaran apa yang tertulis dalam surat perjanjian itu, maka akte di bawah
tangan tersebut memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan suatuakte
resmi. Akan tetapi jika tanda tangan itu disangkal, maka pihak yang mengajukan surat
Oleh karena pembuktian dengan suatu akte memang suatu cara pembuktian yang
paling utama, maka dapatlah dimengerti mengapa pembuktian dengan tulisan ini oleh
undang-undang disebutkan sebagai cara pembuktian nomer satu. Begitu pula dapat
dimengerti mengapa undang-undang untuk beberapa perbuatan atau perjanjian yang
dianggap sangat penting mengharuskan pembuatan suatu akte. Misalnya perjanjian
perkawinan, pemberian (schenking) benda-benda yang tertulis atas nama, perjanjian
hypotheek, pendirian perseroan firma atau perseroan terbatas (N.V.) diharuskan
dengan akte notaris, sedangkan perjanjian perdamaian (dading) dan perjanjian
assuransi setidak-tidaknya harus dengan suatu tulisan.
b. Kesaksian
Kesaksian bukanlah suatu alat pembuktian yang sempurna dan mengikat hakim,
tetapi terserah pada hakim untuk menerimanya atau tidak. Artinya, hakim leluasa untuk
mempercayai atau tidak mempercayai keterangan seorang saksi.
Seorang saksi yang sangat rapat hubungan kekeluargaannya dengan pihak yang
beperkara, dapat ditolak oleh pihak lawan, sedangkan saksi itu sendiri dapat meminta
dibebaskan dari kewajibannya untuk memberikan kesaksian.
c. Persangkaan
Persangkaan ialah suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang sudah
terang dan nyata. Dari peristiwa yang terang dan nyata ini ditarik kesimpulan bahwa
suatu peristiwa lain yang harus dibuktikan juga telah terjadi.
d. Pengakuan
e. Sumpah
Menurut undang-undang, ada dua macam sumpah, yaitu sumpah yang "menentukan"
dan sumpah "tambahan". Sumpah yang menentukan (decissoire eed) adalah sumpah
yang diperintahkan oleh salah satu pihak yang beperkara kepada pihak lawannya
dengan maksud untuk mengakhiri perkara yang sedang diperiksa oleh hakim. Jika
pihak lawan mengangkat sumpah yang perumusannya disusun sendiri oleh pihak yang
memerintahkan pengangkatan sumpah itu, ia akan dimenangkan, sebaliknya, jika ia
tidak berani dan menolak pengangkatan sumpah itu, ia akan dikalahkan. Pihak yang
diperintahkan mengangkat sumpah,
Daluwarsa merupakan batas waktu akhir untuk memperoleh dan atau melepaskan
sesuatu hak secara sah. Pengertian daluarsa atau verjaring sesuai dengan pasal 1946
KUHPerdata suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu
perikatan dengan lewatnya waktu tertentu dan atas syarat yang telah ditentukan oleh
undang-undang. Batas waktu akhir untuk memperoleh dan atau melepaskan sesuatu
hak adalah batasan waktu terakhir untuk memperoleh dan atau melepaskan suatu hak
secara sah. Apabila ternyata batas waktu akhir tersebut telah lewat, maka batasan
untuk memperoleh dan atau melepaskan sesuatu hak secara sah telah kadaluwarsa
atau waktu yang disediakan oleh hukum telah tertutup karena pihak yang seharusnya
dapat memperoleh dan atau melepaskan suatu hak tidak menggunakan batasan waktu
yang telah disediakan oleh hukum sebagaimana mestinya. Sehingga hak yang ada
padanya telah hilang secara sah. Jadi dengan lewatnya waktu batas kadaluwarsa yang
ditentukan, secara yuridis seseorang yang seharusnya mempunyai hak untuk
memperoleh sesuatu hak tidak dapat dipergunakan haknya, begitu juga dengan
seseorang yang seharusnya mempunyai hak untuk melepaskan sesuatu hak tidak
dapat mempergunakan haknya karena batasan waktu yang diberikan oleh hukum telah
lewat, sehingga kadaluwarsa telah berjalan.
Pada praktiknya atau pada hukum formilnya Daluwarsa memiliki pengaruh yang
besar dalam membantu Hakim untuk memutuskan masalah atau perkara. Meskipun
kendati Daluwarsa ini lebih di bahas secara spesifik di hukum materilnya, terutama di
kitab undang-undang hukum perdata (BW). Dalam hal ini, terdapat berbagai macam
By Erika Lismayani SH.,M.Kn 34
pula hukum acara yang dianut oleh negara kita. Di antaranya adalah Hukum Acara
Perdata, Hukum Acara Pidana, dan Hukum Acara Tata Usaha Negara. Dengan adanya
beberapa jenis hukum acara yang berbeda-beda tersebut tentu Daluwarsa mempunyai
spesifikasi dan karakteristik tersendiri dalam bidang hukum masing-masing. Daluwarsa,
Subyek Hukum Daluwarsa, Pengaturan Daluwarsa di Dalam BW, Manakala Daluwarsa
dihubungkan dengan Hukum perdata, para pakar hukum memandangnya sebagai
suatu hal yang perlu adanya penelusuran lebih lanjut.
MACA-MACAM DALUWARSA
“ Seseorang yang dengan itikad baik menguasai sesuatu selama tiga puluh tahun
memperoleh hak milik tanpa dapat dipaksa untuk menunjukan alas haknya.”
Seorang bezitter yang jujur atas suatu benda yang tidak bergerak lama kelamaan
dapat memperoleh hak milik atas benda tersebut. Dan apabila ia bisa menunjukkan
suatu title yang sah, maka dengan daluarsa dua puluh tahun sejak mulai menguasai
benda tersebut.
Pelepasan lewat waktu seperti apa yang dijelaskan dalam pasal 1948 KUHPerdata
yaitu pelepasan lewat waktu dapat dilakukan secara tegas atau secara diam-diam.
Pelepasan secara diam-diam disimpulkan dari suatu perbuatan yang menimbulkan
dugaan bahwa seseorang tidak hendak menggunakan suatu hak yang telah
diperolehnya.
BATAS DALUWARSA
Putusan hakim baik itu hakim pengadilan negeri, pengadilan agama, pengadilan
tata usaha negara dan pengadilan tinggi batas akhir kadaluwarsa setelah 14 ( empat
belas ) hari lewat.
Advokat (pengacara), notaris, dokter dan ahli obat-obatan dan pengusaha sekolah
yang para muridnya tinggal di asrama tuntutan terhadap uang jasa mereka batas akhir
kadaluwarsa adalah 2 ( dua ) tahun, sedangkan untuk juru sita pengadilan dapat
dibebaskan dri tanggung jawabnya atas pekerjaan yang pernah dilaksanakan setelah
lewatnya waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pelaksanaan eksekusi (Pasal 1969 alinea
ke satu dan ke dua, Pasal 1970 alinea ke satu dan ke dua, dan Pasal 1974 alinea ke
dua BW). Khusus untuk pengacara apabila perkara yang ditanganinya tidak selesai
tidak dapat menuntut uang vorskot dan uang jasa yang telah menunggak lebih dari 10
(sepuluh) tahun (Pasal 1970 alinea ke dua BW).